Buku Peringatan 30 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia/Bab 2

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

ВАВ II.

SELAJANG PANDANG TENTANG PERINGATAN

SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN

WANITA INDONESIA

BAGIAN A.:

  1. Peringatan bersifat pusat. Di Istana Negara. Perletakan Batu Pertama.
  2. Peringatan jang bersifat Kedaerahan.
  3. Peringatan di Luar Negeri.
  4. Sambutan-sambutan dari kalangan Wanita terkemuka.
  5. Sambutan Surat-surat kabar.


Ketua Sekretariat Kongres Wanita Indonesia Nj. Mr. Maria Ullfah Santoso sedang berbitjara pada peringatan 4 Abad. K.P.W.I. di Istana Negara.



Pada upatjara perletakan batu pertama dari Gedung Persatuan Wanita di Jogja tgl. 22 Desember 1953 Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo atas nama Pemerintah Pusat dan atas nama diri Presiden Soekarno sedang memberi wedjangannja.

SELAJANG PANDANG PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA DI DALAM DAN DI LUAR NEGERI,

Pada umumnja Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di dalam dan di luar negeri mendapat sambutan jang sangat memuaskan dari segala lapisan masjarakat. Sekarang masjarakat mengetahui, bahwa Wanita Indonesia telah berhasil menghimpun kekuatan untuk berdjoang bersama didalam suatu kesatuan pergerakan selama 25 tahun untuk wanita-wanita Indonesia sendiri, peringatan ini merupakan sematjam „genderang panggilan” untuk menjusun tenaga baru, agar bersama-sama meneruskan garis perdjoangan jang telah ditentukan semula dan diteruskan sesuai dengan panggilan zaman jaitu: mengisi persamaan hak jang telah diperoleh dan ikut berdjoang bersama-sama dengan kaum prija untuk mengisi kemerdekaan Bangsa Indonesia terutama dalam lapangan pembangunan ekonomi, sosial dan moral.

Untuk memberi tanda pada hari bersedjarah ini maka berbagai-bagai usaha dilakukan untuk ke pentingan kesatuan pergerakan Wanita antara lain:
— Jajasan Hari Ibu diresmikan berasama de ngan perletakan batu pertama dari gedung Persatuan Wanita di Jogjakarta.
—Bank Koperasi Wanita diresmikan sebagai sumbangan kepada Kongres Wanita Indonesia".
—Peresmian „Pandji Hari Ibu” dengan sembojan „Merdeka melaksanakan Dharma”.

Selain dari itu diadakan djuga pendjualan-pen djualan dari Lentjana Bunga Ibu sebagai tanda kesatuan pergerakan, Kartupos dengan Pandji Hari Ibu dan Kalender Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Pun P.T.T. ikut menjambut dengan mengeluarkan perangko Peringatan Hari Ibu.

Pada hari itu diperdengarkan djuga untuk pertama kali: lagu „Mars Wanita”.

Selain dari itu dimaksud djuga oleh Kongres Wanita Indonesia untuk mengeluarkan buku Per ingatan jang bersifat dokumentair tentang riwajat dari Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dan Peringatan Seperempat Abad ini. Akan tetapi karena kesulitan-kesulitan keuangan maka usaha itu tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunja, sehingga sekarang diusahakan oleh Kementerian Penerangan.

Untuk Peringatan Seperempat Abad ini telah dibentuk sebuah Panitia Pusat, jang panitia Hari annja berkedudukan di Jogjakarta dan kedua-dua nja diketuai oleh Nj . Sri Mangunsarkoro, pada Kongres ke-II di Bandung tahun 1952. Panitia Pusat ini mempunjai Perwakilan di Djakarta dan di Bandung. Selain dari itu masih ada sebuah Ba dan Usaha Panitia Pusat jang berkedudukan di Djakarta.

Didaerah dibentuk Panitia-panitia setempat un tuk menjelenggarakan Peringatan itu, pun djuga diluar negeri Panitia untuk Peringatan itu diben tuk dimana ada perwakilan kita, agar dapat djuga ikut merajakan hari jang bersedjarah itu. Djalannja Peringatan jang bersifat pusat dan jang bersifat kedaerahan akan digambarkan nanti dengan setjara singkat sesuai dengan laporan-la poran jang ada.

Djuga djalannja Peringatan di Luar Negeri akan digambarkan sesuai dengan laporan jang masuk setjara singkat jang pada umumnja menggambar kan hasil usaha dari wanita Indonesia dan mem bentuk badan-badan atau Organisasi-organisasi jang bermanfaat bagi kehidupan sosial umumnja, dan bagi kehidupan Wanita chususnja, sehingga Peringatan ini betul-betul merupakan pembaharu an tekad jang sesungguh-sungguhnja.

Utjapan Selamat jang disampaikan kepada Pa nitia Peringatan berupa tilgram-tilgram, surat-su rat dan sambutan-sambutan jang datang dari pers, Partai-partai, dan berbagai-bagai golongan dalam masjarakat merupakan tanda ikut bergembira dengan hasil perdjoangan Wanita Indonesia .

Selain dari itu banjak sambutan-sambutan dibe rikan untuk menjongsong Buku Peringatan jang akan dikeluarkan tadi . Dan semua sambutan-sam butan dari masjarakat ini jang pada umumnja merupakan andjuran untuk meneruskan perdjo angan, akan dimuat djuga selengkapnja didalam buku ini.

Demikianlah gambaran selajang pandang dari Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.

Bagian A.

1. PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA JANG BERSIFAT PUSAT.

A. Di Istana Negara:

Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Djakarta diselenggarakan oleh Panitia Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dengan didukung oleh lebih kurang 60 organisasi wanita, termasuk organisasi-organisasi wanita Islam dan Kristen.

Peringatan jang bersifat pusat ialah upatjara peringatan di Istana Negara . Peringatan ini ber langsung pada malam tanggal 21 Desember 1953 di mana hadir tidak kurang dari 1500 wanita dari segala golongan dan agama.

Selain dari pada Presiden Soekarno dan Ibu Fatmawati tampak djuga hadir dalam upatjara ini: Ketua D.P.R. Mr. Sartono, Menteri Pertahanan Mr. Iwa Kusumasumantri, Menteri Pertanian Sadjarwo, Komodore Surjadarma, Komandan K.M.K.B. Overste Akil, Kepala Polisi Djakarta Komisaris Besar Djen Mohammad dan Pembesar-pembesar lainnja.

Upatjara tersebut dimulai dengan menjanjikan Lagu Indonesia Raya, kemudian disusul dengan kata pembukaan oleh Njonja Abuhanifah, selaku Ketua Panitia Setempat. Setelah pembukaan selesai, maka Njonja Mr. Tuti Harahap membatjakan pidato Nj. Sri Mangun sarkoro selaku Ketua Panitia Peringatan Pusat jang berhalangan datang ke Djakarta dari Jogja.

Dalam pidatonja itu Nj. Sri Mangunsarkoro berkata:

Bapak Presiden dan Wakil Presiden jang kami muliakan,

Saudara Perdana Menteri,
Saudara-saudara Anggauta Parlemen,
Saudara-saudara Wakil Pergerakan dan Pers,
Saudara-saudara hadirin sekalian,

Besar hati kami, bahwa kami sebagai penjelenggara peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia berdiri dimuka Saudara sekalian, untuk menjatakan pembukaan resmi dari peringatan jang bersedjarah untuk wanita chususnja, dan bersedjarah untuk masjarakat umumnja.

Saudara-saudara, sekalian, hari 22 Desember adalah hari nasional, sederadjat kedudukannja dengan hari-hari nasional jang lain. Kami tak dapat menjetudjui, kalau Hari 22 Desember jang kita namakan „HARI IBU” itu hanja mendjadi harinja Ibu-ibu sadja. Kalau bangsa kita mengenal Hari Satu Mei sebagai Hari Buruh, maka Hari 22 Desember adalah Hari Ibu. Karena djusteru hari 22 Desember itulah Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia membuka djalannja kearah pengabdian Bangsa dan Negaranja.

Kongres Perempuan Indonesia ke-III jang diadakan di Bandung pada tahun 1938-lah jang mengambil keputusan, supaja hari 22 Desember itu didjadikan „HARI IBU” nasional. Hari Ibu jang mengandung arti sumbangsih para Ibu guna ke selamatan dan kebahagiaan Negara dan Rakjatnja:

Hadirin jang terhormat,
Marilah disini kami paparkan sekedarnja dorongan-dorongan apakah jang menimbulkan adanja peringatan Seperempat Abad Kesatuan Per gerakan Wanita Indonesia ini?

Sedjarah Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dari awal mulanja memang tidak dapat dipisah pisahkan dengan sedjarah perdjoangan Tanah-Air dan Bangsa. Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia itu timbulnja djusteru pada waktu „Sumpah Pemuda” sedang menggeledek dan menggelora di seluruh angkasa Indonesia untuk mendorong selu ruh perdjoangan Bangsanja kearah kesatuan ke Indonesiaan menudju kepada „Indonesia Merdeka”.

Tiga sumpah Pemuda:
1. Satu Tanah Air, — Tanah Air Indonesia,
2. Satu Bangsa, — Bangsa Indonesia,
3. Satu Bahasa, — Bahasa Indonesia,

jang mulai menggeledek pada waktu diterimanja Lagu „Indonesia Raya” dari W. R. Supratman sebagai lagu Kebangsaan, membakar pula hati wanita-wanita Jogja, tidak sadja Wanita-wanita muda, akan tetapi djuga wanita-wanita tuanja.

Berpadulah wanita-wanita muda dengan dynamis nja dan wanita-wanita tua dengan kebidjaksanaan nja didalam Komite Kongres jang terdiri dari Wakil-wakil Organisasi puteri dan wanita seperti dibawah ini:

1. Puteri Indonesia (Keputerian Pemuda Indonesia),
2. Wanito Utomo,
3. Taman Siswo,
4. Jong Java,
5. Aisjiah,
6. Jong Islamieten Bond Dames Afdeling,
7. Wanita Katholiek.

Komite Kongres inilah jang mengundang organisasi-organisasi Wanita seluruhnja untuk bersama sama mengadakan Kongres Perempuan Indonesia jang pertama di Jogjakarta pada tanggal 22 Desember -- 25 Desember 1928.

Dalam Kongres itu terbentuklah badan kesatuan jang bernama „Perikatan Perempuan Indonesia” dengan Nj. Sukonto sebagai Ketuanja.

Perikatan Perempuan Indonesia itulah pertama-tama mendjadi pembuka djalan kearah kemadjuan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dan jang dalam pertumbuhannja menentukan dasar-dasar, bahwa Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia adalah satu bagian dari pada Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Ini ditentukan dalam Kongres Perempuan Indonesia tahun 1935 di Djakarta dan kemudian dikuatkan lagi dalam Kongres Perempuan Indonesia di Bandung pada tahun 1938.

Maka tak mengherankan, bahwa pengaruh perdjoangan politik Bangsa kita berkumandang pula dalam Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, meskipun Kesatuan ini tidak berdasarkan politik ataupun Agama.

Dengan demikian maka didalam kalangan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia timbul proses penjesuaian dengan kewadjiban jang diambilnja sendiri, jaitu mendjadi bagian dari Pergerakan Kebangsaan Indonesia itu.

Proses persesuaian itu tampak pada keinginan keinginan dalam Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia untuk mentjapai:

a. Kemestian wanita-wanita, supaja dapat bekerdja dengan bebas untuk menambah kepandaiannja.
b. Kemestian wanita-wanita dapat menjadarkan kedudukan dirinja sebagai manusia-wanita.
c. Kemestian wanita-wanita dapat memperkuat dirinja dalam perekonomian, jang mendjadi djaminan bagi kebebasan pribadinja.
d. Kemestian wanita-wanita dapat menjesuaikan dirinja dengan pergolakan kebangsaan sebagai anggauta masjarakat jang sadar.
e. Dan achirnja kesempatan untuk melaksanakan kemestian-kemestian itu semua, terutama dalam hidupnja sehari-hari, baik sebagai isteri/ibu maupun sebagai warga-negara.

Kalau tidak dilaksanakan didalam tiap-tiap hidupnja sebagai wanita sehari-hari dirumah tangga dan dalam masjarakat, mustahillah tjita-tjita Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia itu dapat mendjelmakan kekuatan kemasjarakatan jang di perlukan oleh pergolakan kebangsaan seluruhnja.

Saudara-saudara sekalian.

Marilah kita tindjau, sebenarnja apakah jang telah ditjapai dengan njata oleh Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia didalam Seperempat Abad berdjoang itu?

63

Agar supaja kaum wanita djangan sampai menipu dirinja sendiri dan dengan demikian achirnja menipu anak-anak-tjutjunja sendiri, jang berarti selandjutnja menipu masjarakat Indonesia seluruh nja, maka baiklah kita melihat sifat dan keadaan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ini setjara djudjur dan ichlas, dengan meninggalkan segala perasaan kesentimenan.


Djika kita berani berterus-terang kepada diri kita sendiri maka selama seperempat Abad itu kami harus mengakui, bahwa kami baru dapat mentjapai tingkatan kemadjuan jang berupa:

a. orientasi,

b. experimen.


Akan tetapi meskipun baru demikian, Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia selama seperempat abad itu mempunjai sifat positif jang karakteristiek, jaitu dalam berpegang teguhnja terhadap ketinggian moraal, kesabaran dan ketabahan dari satu dan lain organisasi anggauta kesatuan.


Moraal tinggi, kesabaran dan ketabahan itulah jang mendjamin keutuhan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia selama seperempat abad dalam memperdjoangkan tudjuannja.


Pendjagaan terhadap keutuhan persatuan itu rupa-rupanja bagi wanita lebih mudah dilaksanakan dari pada dikalangan kaum laki-laki. Sebab wanita-wanita menurut kodratnja lebih terperintah oleh kehalusan perasaannja dan didalam rumah tangganja tiap-tiap hari sudah berlatih memegang teguh suasana persatuan.


Djikalau wanita didalam rumah-tangga sampai tidak mampu mendjadi pokok dan sendi persatuan suasana, nistjaja berantakanlah rumah-tangganja.


Dilihat dari sudut tersebut, maka meskipun rieel Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia belum ada kemampuan untuk mentjiptakan atau mentjapai pekerdjaan-pekerdjaan jang konkrit, akan tetapi tradisi kesatuan jang berdasarkan moril jang tinggi dan kesabaran/ketabahan jang ulet itu, mengandung kekuatan-kekuatan tersimpan jang dapat diharapkan oleh masjarakat, guna sumbangan mengangkat deradjat Negara dan Rakjat seluruhnja.


Djustru pada waktu proces perpetjahan diseluruh Indonesia meradja-lela seperti pada waktu sekarang ini, maka keutuhan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang telah berumur seperempat Abad mendjadilah stimulans jang kuat dan njata untuk keutuhan masjarakat, jang amat diperlukan untuk kesempurnaan Revolusi Nasional kita itu.


Akan tetapi untuk menempati kedudukannja sebagai stimulans keutuhan kesabaran dan ketabahan jang ulet itu, maka tidak tjukuplah, djika kita tidak mengisi kepandaian dan kemampuan kita didalam segala lapangan hidup. Moraal tinggi, kesabaran dan ketabahan sadja belum dapat mendjamin keutuhan masjarakat jang sempurna.


Dengan kepandaian dan kemampuan disegala lapangan hidup itu, dapatlah wanita mempersendjatai diri dengan sesempurna-sempurnanja untuk dapat melaksanakan suasana keutuhan Negara dan Rakjat seluruhnja.


Sebagaimana seorang Ibu dengan segala kepandaian, kemampuan dan kebidjaksanaannja dapat memegang teguh keutuhan suasana dan kekuatan

rumah-tangga, demi keselamatan dan kebahagiaan seisi rumah tangganja, demikianlah hendaknja Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia sebagai „IBU MASJARAKAT" berkewadjiban memegang teguh keutuhan suasana dan kekuatan masjarakat, demi keselamatan dan kebahagiaan Negara dan Rakjat seluruhnja.


Saudara-saudara jang terhormat,

Berat, berat benar kewadjiban Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Untuk melaksanakan kewadjiban jang seberat itulah, maka Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia berniat bulat guna menggugah, membangunkan kembali seluruh tenaga wanita jang selama ini terpendam dan tampaknja tidak mati akan tetapi pun tidak hidup ini untuk ingat kembali kepada niatnja jang semula, jaitu guna mengabdi kepada Tanah Air dan Bangsanja, seperti masih mendengung ditelinga bangsakita: Tiga sumpah Pemuda tahun 1928 itu.


Karena itulah usia Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia seperempat abad tidak mungkin kami lalukan demikian sadja.


Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia seharusnjalah mendjadi pembaharuan kebulatan tekad wanita dalam pengabdian Tanah Air dan Bangsa itu dengan menjesuaikan dirinja kepada kenjataan-kenjataan hidup dunia pada waktu ini.


Lepaskan adjaran-adjaran dan segala sesuatu jang lapuk dan tak tjotjok lagi dengan tuntutan zaman dan marilah kita bersama-sama berani menghadapi zaman baru jang akan datang dengan segala gaja-gaja pembaharuannja jang sehat.


Meskipun dasar-dasar hidup jang lain masih dapat tjotjok dengan tuntutan-tuntutan hidup dunia jang baru ini dapatlah kami teruskan dan tidak usah kami buang, tetapi kita harus sedar, bahwa kebenaran hidup tidak mengenal lama dan baru. Ingatlah, bahwa kebenaran hidup selalu menuntut dynamieknja dalam bentuk sendiri, sesuai dengan tuntutan zaman dan karena itu selalu berobah sikapnja.


Untuk itu semua Saudara-saudara, maka Kongres Wanita Indonesia dalam kongresnja di Bandung pada tanggal 25 Nopember 1952 menjusun Panitya Pusat Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dengan programnja jang luas sekali, baik program jang berupa penggugah semangat, maupun program jang bersifat permanen atau documentair.


Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ingin kuat, hendak kuat dan akan kuat. Ini semua dapat kita tjapai, djika mantra Bung Karno, jaitu "Nationale geest, nationale wil dan nationale daad" kita perkuat dengan „Vrouwelijkegeest, vrouwelijke wil dan vrouwelijke daad" Djiwa Wanita, Kehendak Wanita dan Perbuatan Wanita.


Karena itulah maka kita mendirikan Jajasan Hari Ibu, dan program jang permanen dari peringatan Jajasan inilah jang mendapat tugas melak sanakan keinginan dan kehendak Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, sebagai suatu pendjelmaan dari Djiwa Wanita, Kehendak Wanita dan Perbuatan Wanita tadi, agar Kesatuan Pergerakan

64 Wanita Indonesia benar-benar dapat menduduki functienja sebagai Ibu Masjarakat jang se-adil-adil nja dan sebahagia-bahagianja.

Pendengar jang budiman,

Supaja Jajasan Hari Ibu itu dengan lekas mendjalankan tugasnja setjara konkrit, maka pada peringatan seperempat abad ini usaha jang pertama dimulai adalah mendirikan „Gedung Persatuan Wanita” jang akan diselenggarakan oleh Jajasan Guna-Dharma dengan Seri Sultan Hamengkubuwono sebagai Ketuanja. Dan Bapak Kepala Negara kita sebagai Pentjipta Buku „Sarinah” mulai tanggal 20 Desember 1953 mendjadi Pelindung Jajasan Hari Ibu.

Gedung Persatuan Wanita itu hendaknja mendjadi persaksian Perdjoangan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia kearah perdjoangan pembangunan kebesaran sipat-sipat manusia-wanita dan Kemasjarakatan.

Jogjakarta, jang mendjadi tempat pelopornja Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia mendapat kehormatan dari seluruh masjarakat wanita untuk mendjadi tempat kedudukannja Jajasan Hari Ibu dengan „Gedung Persatuan Wanita-nja”.

Perletakan batu pertama dari Gedung itu di lakukan pada tanggal 22 Desember 1953 djam 11 pagi di Demangan-Balapan tepi djalan kelapang an Maguwo dengan disaksikan oleh Sdr. Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo dan Wakil Perdana Menteri Mr. Wongsonegoro. Upatjara perletakan batu pertama ini dilakukan oleh Ibu Sukonto sebagai Ketua Pertama dari Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia bersama-sama dengan kita wanita wanita kaum „Sarinah”. Mudah-mudahan Gedung tersebut mendapat berkah dari „Sarinah-Sarinah” kita, supaja lekas dapat selesai, sebagai tempat berteduh kita didalam kehidupan dan penghidupan jang berat ini.

Sebagai monument mudah-mudahan „Gedung Persatuan Wanita” dapat mendjadi sumber inspirasi dan kekuatan perdjoangan wanita, untuk mewudjudkan peri-kemanusiaan dalam hidup bangsa Indonesia umumnja dan wanita-wanita Indonesia chususnja. Karena itu dapatlah kiranja dalam usaha tersebut kami mengharapkan bantuan sebesar-besarnja dari seluruh masjarakat Indonesia. umumnja, dan masjarakat wanita chususnja.

Ibu Soekarno akan menghadiahkan untuk mengisi ruangan rapat: alat-alat pimpinan rapat, seperti. medja-kursi, laken hidjau dan martilnja.

Lain daripada itu, untuk membimbing djiwa wanita-wanita kita kearah pelaksanaan kewadjiban kewanitaan dan kewarga-negaraan kita jang sesempurna-sempurnanja, maka mulai peringatan seperempat abad inilah kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia memiliki suatu pandji kesatuan jang kita namakan Pandji „Hari Ibu”.

Pandji „Hari Ibu” dengan dasar warna tanah (terracotta) berarti Tanah kelahiran kita Indonesia. Tanah air ini dilingkari oleh bentuk sudut tudjuh jang menggambarkan Kesempurnaan Hidup dengan segala kebesarannja jang terlukis dalam gombjoknja ke-emas-emasan.

Isi Pandji „Bunga Ibu ialah Bunga Melati besar dan kuntum dengan dasar daun lima, berarti:
1. Persatuan kodrat Sang Anak jang menjandarkan diri kepada Ibu dan Ibu sebagai sandaran pangkal kasih-sajang untuk sang Anak (bunga melati dan kuntum). Persatuan kodrat ini di dasarkan pada tjita-tjita Pantja Sila (daunnja),
2. „Bunga İbu” merupakan lambang sumber kekuatan, kesutjian dan pengorbanan Ibu jang mendjadi besi semberani guna menjusun Kebesaran Dharmanja.
3. „Bunga Ibu” ialah sutji-sederhana-ichlas untuk mengisi Kebesaran Negara dan Bangsa Indonesia.
4. „Bunga Ibu” ialah lambang tjita-tjita Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, untuk memperdalam rasa Ibu sebagai „Ibu Bangsa”.
5. Sembojan Pandji Hari Ibu: „Merdeka melaksanakan Dharma”, menjatakan kemerdekaan wanita jang ditjita-tjitakan, adalah untuk menunaikan kewadjibannja sebagai manusia sedjati dari Indonesia.

Pandji Hari Ibu diresmikan pada tanggal 22 Desember 1953 dengan diiringi lagu Hari Ibu dan tiap-tiap peringatan Hari Ibu didjadikan lambang tudjuan kebesaran Ibu.

Hadirin jang mulia,

Pada malam ini, ialah malam 22 Desember 1953 Pandji Hari Ibu diresmikan. Selandjutnja setiap tahun, maka Pandji Hari Ibu akan mendjadi lambang pengorbanan Ibu pada peringatan Hari Ibu diseluruh Indonesia, bahkan diseluruh dunia dalam kalangan wanita-wanita Indonesianja. Tiap-tiap Panitya Setempat mempunjai Pandji Hari Ibu dan Djawatan Kebudajaan Pusat pada malam peringatan seperempat abad ini menjadjikan Pandji „ Hari Ibu" itu kepada Sekretariat Kongres Wanita Indonesia sebagai Sumbangan Kehormatan.


Mudah-mudahan saudara sekretariat Kongres Wanita Indonesia menerimanja dengan baik.


Hadirin dan seluruh Pendengar jang terhormat,


Dengan keterangan-keterangan ini kami sudahi pidato pembukaan peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang dirajakan diseluruh Indonesia, pula di Perwakilan-perwakilan Republik Indonesia diluar negeri oleh Bangsa kita.


Kegiatan Panitya-panitya setempat untuk melaksanakan program jang telah kita tetapkan menurut kekuatan dan kemampuan masing-masing disertai pula kegiatan mereka itu untuk mempergunakan peringatan seperempat abad ini guna melaksanakan kebutuhan-kebutuhan Wanita didaerah-daerah itu, misalnja mendirikan sekolahan gadis, kliniek untuk ibu dan anak, Taman Kanak-kanak, Balai Wanita, Bank Wanita dan sebagainja boleh kami pudji dan kami banggakan. Njata, bahwa wanita-wanita didaerah-daerah itu tetap masih hidup baik, asal ada pimpinan.


Succes dari segala penjelenggaraan persiapanpersiapan selama satu tahun ini adalah karena bantuan-bantuan jang kami dapat dari :

  1. Kementerian P.P. & K. dengan Djawatan-djawatan, terutama Djawatan Pendidikan Masjarakat Kewanitaan dan Kebudajaan Pusat.
  2. Perwakilan Kementerian Sosial Bg. Penjuluhan dan Bimbingan .
  3. Kementerian Penerangan dengan Djawatandjawatannja .
  4. Para Pamong Pradja.
  5. Bank Negara.
  6. Jajasan Guna-Dharma.
  7. Pemerintah Daerah Istimewa dan Kotapradja Jogja .
  8. Para Pertjetakan-pertjetakan .
  9. Dan sekalian saudara-saudara jang telah memberikan bantuannja, baik moril maupun materiil.


Pun kepada Saudara-saudara Pers, partai-partai dan para Bapak-bapak Pengetua seperti Hadji Adnan, Mgr. Sugyopranoto, Ki Hadjar Dewantoro, Dokter Sukiman Wirjosandjojo, Prof. Sardjito, Prof. Supomo dan Pak Alimin kami mengutjapkan diperbanjak terima kasih atas segala perhatian dan bantuannja.


Kemudian kami utjapkan terima kasih kami kepada Bapak Presiden, Bapak Wakil Presiden, Bapak Ketua Parlemen dan Perdana Menteri atas segala bantuan dan perhatiannja.


Mudah-mudahan segala perhatian jang kami dapat dengan sebesar-besarnja dari segala djurusan ini tjukup mendjadi dorongan dan kekuatan bagi seluruh wanita Indonesia, supaja ,,Merdeka melaksanakan Dharma" dalam Pandji Hari Ibu benarbenar mendjadi Kenjataan-Indonesia.


Tuhan menjinari dan memberkahi kita, wanitawanita Indonesia, asal kita mau djudjur dan ichlas


Sekianlah.


Sekretariat Kongres Wanita dalam salah satu rapat.

Kemudian berbitjara Sekretaris Umum Kongres

Wanita Indonesia, Mr. Maria Ullfah Santoso jang meriwajatkan pula sedjarah pergerakan wanita Indonesia sedjak dari langkah-langkah jang pertama hingga kedjaman Kemerdekaan.

Berkatalah beliau:

Menjambut tanggal 22 Desember 1928-22 Desember 1953.

HARI PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA.

Pada tanggal 22 Desember 1953 Kongres Wanita Indonesia memperingati Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Untuk menjambut hari Ibu, maka ada baiknja kita melihat kebelakang untuk mengetahui apa jang telah tertjapai dalam 25 tahun pergerakan Wanita Indonesia. Saja mulai dengan:

1. ZAMAN HINDIA BELANDA.

Dua puluh lima tahun jang lalu pada tanggal 22 Desember 1928 dikota Mataram (Jogjakarta) diadakan Kongres Perempuan Indonesia jang pertama. Pada waktu itu untuk pertama kali 30 organisasi Wanita Indonesia berkumpul untuk membitjarakan soal-soal jang penting bagi Kaum Wanita Indonesia. Pada Kongres itu diputuskan untuk membentuk suatu badan gabungan jang tadinja diberi nama Perikatan Perempuan Indonesia atau dengan singkat P.P.I., tetapi kemudian dirobah mendjadi Perikatan Perkumpulan Isteri Indonesia atau dengan singkat P.P.I.I. P.P.I.I. mendirikan suatu studiefonds untuk gadis-gadis jang diberi nama Seri Dherma mempunjai madjallah bulanan „Isteri”, suatu perumahan untuk Wanita, mendirikan P4 A (Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak-anak) suatu Badan Penolong Kaum Buruh Perempuan Indonesia, berpendapat bahwa tidak tepat djika kaum perempuan mempunjai partai politik sendiri karena semua partai politik terbuka djuga bagi kaum perempuan. P.P.I.I. berdasarkan penghargaan jang sama antara kaum perempuan dan menjatakan mendjadi suatu bagian dari pergerakan kebangsaan Indonesia. P.P.I.I. pernah mengirim utusannja ke Kongres Wanita Asia di Lahore dalam bulan Djanuari 1931. P.P.I.I. hampir tiap-tiap tahun mengadakan kongresnja. Pada bulan Djanuari 1934 P.P.I.I. mengadakan seruan kepada semua organisasi perempuan Indonesia (ada 160) untuk mengadakan Kongres Perempuan Indonesia jang kedua jang kemudian diadakan dari tanggal 20-24 Djuli 1935 di Djakarta. Pada Kongres itu diputuskan bahwa nama federasi akan dirobah mendjadi Kongres Perempuan Indonesia atau K.P.I. jang tiap-tiap tiga tahun akan berkongres.

K.P.I. mendirikan suatu badan untuk menjelidiki kedudukan kaum buruh perempuan Indonesia, membentuk Badan Pemberantasan Buta Huruf (B.P.B.H.). menjerukan kepada semua anggauta K.P.I. untuk mempeladjari kedudukan Wanita dalam Hukum Islam, uang studiefonds Seri Dherma diserahkan kepada Badan Pemberantasan Buta Huruf. Pada bulan Djanuari 1937 Pemerintah Hindia Belanda menawarkan kepada Masjarakat Indonesia suatu rentjana „Ordonansi perkawinan tertjatat” dalam aturan mana diberi kesempatan untuk mentjatat suatu perkawinan; karena itu, organisasi perkawinan tertjatat akan berlaku padanja jang berarti melepaskan polygami.

Oleh karena organisasi itu menimbulkan keberatan dari kalangan agama, maka rentjana itu ditjabut. Oleh berbagai organisasi Wanita dirasa perlu untuk mendirikan suatu badan untuk mempeladjari aturan-aturan mengenai perkawinan di Indonesia dan badan itu diberi nama Komite Perlindungan Kaum Perempuan dan Anak-anak Indonesia (K.P.K.P.A.I.). Kemudian setelah Konperensinja di Jogjakarta dalam bulan Djuli 1939 K.P.K.P.A.I. dirobah mendjadi Badan Perlindungan Perempuan Indonesia dalam Perkawinan (B.P.P.I.P. ) jang chusus mempeladjari masalah perkawinan dengan djuga mendirikan consultasi-bureau jang memberi bantuan kepada semua perempuan Indonesia dalam soal perkawinan, pertjeraian dan warisan.

Pada Kongres Perempuan Indonesia di Bandung dalam bulan Djuli 1938 diputuskan bahwa tanggal 22 Desember akan didjadikan Hari Ibu (Hari permulaan Kongres jang pertama di Jogjakarta dalam tahun 1928) dan pada hari itu akan didjual bunga putih berbentuk melati. Djuga hak pilih bagi Wanita harus mendapat perhatian, kemudian harus diadakan hubungan jang erat dengan organisasiorganisasi pemuda.

Untuk menarik kesimpulan maka pada Zaman Hindia Belanda Pergerakan Perempuan Indonesia telah menjatakan dirinja sebagai suatu bagian dari pergerakan kebangsaan Indonesia. Disamping tudjuan mentjapai Kemerdekaan Bangsa Indonesia, pergerakan perempuan Indonesia membitjarakan soal-soal menudju kepada perbaikan kedudukan Wanita dalam lapangan pendidikan, perburuhan dan dalam hukum perkawinan, bekerdja untuk pemberantasan buta huruf dikalangan rakjat Indonesia, dan supaja mendapat hak pilih bagi kaum perempuan Indonesia. Pada achir zaman Hindia Belanda maka usaha-usaha pergerakan Wanita Indonesia belum terlihat buktinja, karena pemerintah Hindia Belanda tidak mengadakan perobahan dalam aturan-aturannja ketjuali mendirikan beberapa sekolah-sekolah bagi gadis-gadis kita, memberi hak pilih kepada kaum Wanita untuk dewan-dewan Kotapradja (gemeenteraden).

II. TIBALAH ZAMAN DJEPANG.

Dalam zaman pendudukan Djepang boleh dikatakan bahwa pergerakan Wanita Indonesia tidak dapat bekerdja untuk tjita-tjitanja jaitu memperbaiki kedudukan Wanita dalam segala lapangan, baik lapangan politik maupun pendidikan dan sosial. Jang hanja dapat dikemukakan buat zaman itu, adalah bahwa oleh pemerintah pendudukan Djepang kaum Wanita diharuskan mendirikan satu matjam organisasi Wanita jang diberi nama FUJINKAI jang susunannja sedjalan dengan susunan Pamong Pradja dan jang bertugas membantu garis belakang selama pendudukan Djepang itu; karena pemerintah itu maka sampai diketjamatan-ketjamatan didirikan tjabang dari Fujinkai jang dipimpin oleh seorang isteri Pamong Pradja.

Sekarang saja akan bitjarakan:

III. ZAMAN SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA.

Karena selama zaman pendudukan Djepang organisasi-organisasi Wanita Indonesia tidak dapat berkumpul, maka dalam bulan Desember 1945 di Klaten diadakan Kongres. Kemudian dirasa perlu mendirikan suatu badan gabungan jang diberi nama Badan Kongres Wanita Indonesia atau dengan singkat KOWANI. Selama perdjoangan bersendjata melawan Belanda dari tahun 1945 sampai 1949, maka KOWANI mentjurahkan tenaganja untuk perdjoangan kemerdekaan bangsa kita dengan membantu tentara kita dengan mendiri kan laskar Wanita, membantu pemuda-pemuda kita jang mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dan jang berdjoang sebagai Tentara Peladjar. Bantuan itu berupa mengirimkan obat-obatan dan pakaian ke-front, mendirikan dapur-umum, memberi pertolongan kepada pengungsi-pengungsi dari daerah pendudukan Belanda. Kemudian KOWANI mentjari pula hubungan dengan Wanita-wanita Luar Negeri seperti dengan All India Women's Conference, pemimpin Wanita Burma serta Negara negara lainnja untuk memperkenalkan perdjoangan kemerdekaan bangsa Indonesia umumnja, supaja mentjapai pengakuan Republik Indonesia oleh dunia internasional.

Setelah penjerahan kedaulatan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949 maka selesailah perdjoangan bersendjata dengan pihak Belanda.

Pemerintah Nasional kita diakui oleh seluruh dunia sebagai pemerintah jang sah atas daerah Indonesia.

KOWANI dan Badan Kontak jang bertugas mengadakan hubungan dengan organisasi Wanita didaerah pendudukan Belanda sedjak Agustus 1949, dileburkan pada Kongres dalam bulan Nopember 1950 di Djakarta dan didirikan badan federasi jang baru dengan nama KONGRES WANITA INDONESIA jang mempunjai Sekretariat jang memimpin pekerjaan sehari-hari dan suatu Madjelis Permusjawaratan Wanita Indonesia jang dapat mengambil putusan selama tidak ada Kongres.

Dengan Kemerdekaan bangsa Indonesia, maka berobahlah pergerakan Wanita Indonesia. Dalam Undang-undang Dasar Negara kita didjamin persamaan hak antara warga negara laki-laki dan warga negara wanita, baik dilapangan politik, mau pun pendidikan dan sosial.

Baik kaum laki-laki maupun kaum wanita mempunjai hak pilih, asal memenuhi sjarat-sjarat jang ditentukan dalam Undang-undang Pemilihan Umum.

Anak gadis dan anak laki-laki mempunjai kesempatan jang sama untuk bersekolah, rendah, menengah dan tinggi. Pemerintah menjediakan bea-siswa-bea-siswa baik untuk anak laki-laki maupun anak gadis jang tjukup pandai.

Pemerintah kita tidak mengadakan perbedaan antara gadji pegawai laki-laki dan pegawai Wanita jang berkedudukan sama.

Perlindungan pegawai Wanita jang telah ber suami adalah tjukup jaitu diperkenankan minta perlop selama 3 bulan dengan gadji penuh untuk bersalin. Telah diterangkan bahwa persamaan hak antara warga negara laki-laki dan wanita didjamin dalam Undang-undang Dasar Negara kita dan aturan-aturan lainnja. Apakah itu telah didjalankan dalam praktek?

Belum, akan tetapi banjak tergantung dari pada kaum wanita sendiri. Kaum Wanita harus mengetahui apa hak-haknja dan bekerdja untuk mendjalankan semua itu dalam praktek serta mempergunakannja. Supaja kaum Wanita mengetahui akan hak-haknja, maka perlu kaum Wanita berorganisasi, djadi fungsi organisasi Wanita sekarang adalah memberi penerangan dan didikan kepada anggauta anggautanja supaja mereka sadar akan hak-hak dan kewadjibannja sebagai anggauta masjarakat serta bekerdja untuk kesempurnaan kemerdekaan bangsa dan Negara kita.

Dilihat berbagai tjara untuk mentjapai itu, misalnja tumbuhnja organisasi Wanita baru jang mendjadi bagian Wanitanja atau jang mendampingi partai-partai politik seperti Muslimat, Wanita Demokrat, Gerwis, Wanita Indonesia dari P.I.R. dan lain-lain atau organisasi Wanita jang berdiri atas sifat pekerdjaan sangsuami seperti Bayangkari dan Persit.

Kegiatan organisasi Wanita dalam memberi penerangan dan didikan kepada anggauta-anggautanja dapat dibuktikan pada pemilihan umum itu.

Mengenai satu hal masih perlu kaum wanita berdjuang bersama jaitu mentjapai Undang-undang Perkawinan jang sesuai dengan dasar negara kita, jaitu peri-kemanusiaan dan keadilan sosial.

Karena jakin bahwa masih perlu dilapangan pendidikan dan sosial diadakan perbaikan jang tidak dapat diserahkan kepada Pemerintah sadja, maka Kongres Wanita Indonesia berpendapat lebih berfaedah menjatukan usaha anggautanja sebagai suatu perwudjudan dari Kesatuan Pergerakan Wa nita Indonesia.

Kongres Wanita Indonesia jang meliputi 68 organisasi Wanita Indonesia, sekarang bukan sadja mengadakan kongres tiap-tiap dua tahun, akan tetapi telah mengadakan usaha bersama dengan bentuk Jajasan, jaitu Jajasan Kesedjahteraan Anak-anak, Jajasan kemadjuan Wanita jang bernama Seri Dherma jang menjediakan beasiswa untuk anak gadis kita dan Jajasan Hari Ibu jang akan didirikan pada tanggal 22 Desember 1953 untuk memperingati seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dengan pula mendirikan jang nanti akan mendjadi tempat latihan Wanita menudju kepada kemerdekaan ekonomi Wanita serta djuga mendjadi tempat bagi Wanita jang sedang bepergian mendjalankan tugasnja.

Gedung Persatuan Wanita.

Kemudian Kongres Wanita Indonesia mengeluarkan Lentjana Hari Ibu, Kalender Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, Buku peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, Pandji Hari Ibu dan Kartu Pos Hari Ibu jang dapat didjual kepada

68 umum ketjuali Pandji Hari Ibu. Pada tanggal 22 Desember 1953 disemua Kantor Pos diseluruh Indonesia dapat dibeli Perangko Peringatan Hari Ibu dari Rp. 0,50. Di Ibu Kota Djakarta Kongres Wanita Indonesia akan mengesahkan berdirinja Bank Koperasi Wanita dengan singkat B.K.W. jang harus memadjukan ekonomi Wanita dan ada di bawah pengawasan Djawatan Koperasi. Jajasan Kesedjahteraan anak-anak akan membuka Taman Kanak-kanak di Tanah Tinggi Galur dan meresmikan Gedungnja di Djalan Palem 16, Djakarta.

Mudah-mudahan usaha bersama dari Kongres Wanita Indonesia itu akan memberi manfa'at jang sungguh-sungguh dirasai oleh seluruh masjarakat Indonesia, sehingga bersama dengan usaha-usaha Pemerintah dapat mentjapai kesedjahteraan sosial dan kesempurnaan kemerdekaan bangsa dan Negara kita.

Presiden Soekarno dalam kata sambutannja mengatakan antara lain:

bahwa tahun 1926 dan 1927 adalah tahun-tahun jang bersedjarah. Ditahun-tahun itulah bergelora djiwa persatuan dan djiwa ke-Indonesiaan. Sesudah tahun 1927 berlalu maka pada tahun 1928 terdjadi hal-hal jang besar dalam sedjarah perdjoangan bangsa Indonesia, misalnja lagu Indonesia Raya telah ditjiptakan oleh Rudolf Supratman, para pemuda Indonesia telah bersumpah untuk hanja mengenal satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air, jaitu Indonesia. Dalam tahun itu pula wanita Indonesia mulai bersatu. Beliau selandjutnja mengatakan, bahwa bagi wanita Indonesia masih belum tjukup djika hanja mentjapai rechtspositie jang sama dengan kaum laki-laki. Djanganlah hendaknja, kata Presiden, wanita Indonesia hanja puas dengan Undang-undang Dasar jang memberikan hak jang sama kepada wanita. Undang-undang Dasar hanjalah setjarik tulisan hitam diatas kertas putih sadja, sedang jang perlu ialah harus dapat dirialisirnja Undang-undang Dasar jang mendjandjikan adanja keadilan sosial itu, oleh seluruh ummat Indonesia.

Ini perlu sekali diusahakan oleh kaum wanita lebih dari kaum laki-laki, karena wanitalah jang akan mengetjap keadilan sosial lebih banjak. Harus ada persamaan rasa dan nasib antara wanita intelek dan wanita dari massa (wanita marhaen). Kemudian Presiden memberikan gambaran tentang penghidup sehari-hari dari seorang wanita marhaen jang pada hakekatnja harus bekerdja lipat jaitu satu kali untuk mentjari nafkah, satu kali lagi sebagai ibu dari suatu rumah tangga jang wadjib mengurus suami dan anaknja. Djadi tudjuan kita sekalian ialah, seorang wanita itu bukan hanja tjari kedudukan rechtspositie jang lajak sadja tetapi harus djuga bersama-sama dengan kaum lelaki berdjoang mentjari realisasi daripada keadilan sosial itu, untuk membentuk suatu masjarakat dimana ada keadilan sosial. Dan kalau ini sudah tertjapai, demikian Presiden mengachiri sambutannja, maka baru bolehlah wanita Indonesia itu mengatakan bahwa mereka sudah merdeka.

Ketua D.P.R. Mr. Sartono dalam sambutannja, menjatakan, bahwa hari ibu ini adalah penting sekali bagi perdjoangan bangsa Indonesia dan wanita Indonesia karena 25 tahun jang lalu wanita Indonesia telah mulai bergerak untuk mentjapai tjita-tjitanja. Selandjutnja Mr. Sartono pun menegaskan, bahwa bagi wanita Indonesia hendaknja djanganlah jang dipentingkan itu hanja kedudukan rechtspositie jang lajak, tapi hendaknja djuga tidak melupakan tugas nasional untuk bersama sama kaum laki-laki memperdjoangkan posisi sosial dari bangsa Indonesia umumnja wanita Indonesia chususnja. Dan dasar-dasar mengusahakan adanja keadilan sosial itu tertjantum dalam Pantjasila.

Setelah selesai pengutjapan sambutan-sambutan, maka sebelum atjara terachir dilangsungkan, njonja S. Mangunpuspito melakukan upatjara pengresmian Pandji Hari Ibu Indonesia dengan djalan membuka pandji jang masih diselubungi oleh kain jang serba kemerah-merahan. Upatjara tersebut diiringi oleh illustrasi musik jang dimainkan oleh Nj. Sewabessi dengan pianonja. Pandji Hari Ibu itu melukiskan suatu kembang melati jang tengah semerbak dan dibawahnja tumbuh suatu anak bunga jang masih kuntjup dan belum lagi mekar, dibawah kembang melati mana tertera tulisan jang berbunji „Merdeka melaksanakan dharma”.

Sesudah lagu Kebangsaan Indonesia Raya didengungkan kembali, maka upatjara peringatan seperempat abad pergerakan wanita Indonesia diachiri.

Demikian upatjara peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Istana Negara.

Nj. Aisjiah Hilal selaku Wk. Ketua Panitya Pusat ¼ Abad K.P.W.I. membuka upatjara perletakan batu pertama dari Gedung Persatuan Wanita.

B. Perletakan Batu Pertama Gedung Persatuan Wanita di Jogjakarta.

Sebuah atjara jang sangat penting pula dalam rangkaian peringatan ini, ialah perletakan batu pertama dari Gedung Persatuan Wanita di Djalan Demangan Jogjakarta pada tanggal 22 Desember 1953 djam 11 pagi jang dilakukan oleh Ibu Sukanto dan disaksikan oleh P.M. Mr. Ali Sastroamidjojo, wakil P.M. I Mr. Wongsonegoro dan lain-lain pemuka dari masjarakat Jogjakarta pada waktu itu.

Kata-kata pembukaan pada peristiwa itu telah diutjapkan oleh Ibu Aisjiah Hilal sebagai berikut:

Paduka Jang Mulia Presiden Republik Indonesia jang diwakili oleh J. M. Perdana Menteri,

Jang Mulia Perdana Menteri Mr. Ali Sastro amidjojo dan wakil Perdana Menteri Mr. Wongsonegoro,

Bapak jang kami muliakan Seri Sultan Hamengku Buwono IX,

Seri Paduka Paku Alam VIII.

Para pembesar lain-lainnja baik militer maupun sipil, para wartawan.

Wakil sekretariat Kongres Wanita Indonesia.

Para tamu Bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sedjarah Kesatuan Pergerakan wanita Indonesia dari awal mulanja memang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan sedjarah perdjoangan Tanah-air dan Bangsa.

Pada saat perdjoangan mentjapai taraf jang memuntjak tinggi pada saat itu berpadulah wanita-wanita muda dengan dinamisnja dan wanita-wanita tua dengan pengalaman serta kebidjaksanaannja didalam suatu Komite Kongres jang terdiri dari wakil-wakil organisasi-organisasi puteri dan wanita, ja'ni :

  1. Puteri Indonesia (Keputerian Pemuda Indodonsia).
  2. Wanito Utomo.
  3. Wanito Taman Siswo.
  4. 'Aisjiah.
  5. Jong Java.
  6. Jong Islamieten Bond Dames afdeling.
  7. Wanita Katholiek.

Komite Kongres inilah jang mengundang organisasi-organisasi Wanita seluruhnja untuk bersama-sama mengadakan Kongres Perempuan Indonesia jang pertama di Jogjakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928. Dalam Kongres ini terbentuklah Badan Kesatuan jang bernama „Perikatan Pereman Indonesia" dengan Ibu Nj. Sukonto sebagai Ketuanja jang pertama. P.P.I. itulah jang pertama-tama membuka djalan kearah Kemadjuan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dan jang dalam pertumbuhannja menentukan dasar-dasar, bahwa Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia adalah salah satu bahagian dari pada Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Ketentuan ini diputuskan dalam kongres „Kongres Perempuan Indonesia" pada tahun 1935 di Djakarta dan kemudian di kuatkan dalam kongres ,,Kongres Perempuan Indonesia" di Bandung pada tahun 1938.

Saudara-saudara hadirin jang terhormat !

Kini kita bersama-sama memperingati genap 25 tahun atau seperempat abad usia Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.

Kalau dengan setjara ichlas kami menindjau apakah jang telah ditjapai oleh Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia didalam waktu 1/4 abad ini, maka dengan terus terang kami dapat mengakui bahwa kami baru dapat mentjapai tingkatan kemadjuan jang berupa:

a. orientasi dan

b. experimen.

Tetapi meskipun baru demikian, Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia selama 1/4 abad itu dapat memiliki sifat positip dan karateristiek, jaitu dalam berpegang teguhnja terhadap ketinggian moral kesabaran dan ketabahan dari satu dan lain organisasi anggota Kesatuan.

Moral tinggi, kesabaran dan ketabahan itulah jang mendjamin keutuhan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia selama 1/4 abad didalam mem-perdjuangkan tudjuannja.

Saudara-saudara jang terhormat!

Pendjagaan terhadap keutuhan persatuan itu rupa-rupanja sudah mendjadi keharusan dan diinsjafi oleh tiap-tiap wanita, berhubung wanita setiap hari harus melaksanakan persatuan bulat dalam rumah-tangganja: wanita sebagai pokok dan sendi persatuan ditengah-tengah keluarganja.

Dilihat dari sudut tersebut maka meskipun riil Kesatuan Pergerakan wanita Indonesia belum ada kemampuan untuk mentjiptakan pekerdjaan-pekerdjaan konkrit, namun tradisi kesatuan jang berdasarkan moral jang tinggi, kesabaran dan ketabahan jang ulet itu mengandung kekuatan tertersimpan jang dapat diharap oleh masjarakat guna sumbangan untuk mengangkat deradjat dan rakjat seluruhnja.

Djustru pada waktu proces perpetjahan diseluruh Indonesia sedang meradjalela seperti pada saat sekarang ini, maka keutuhan Kesatuan Perge rakan Wanita Indonesia jang telah mentjapai umur 1/4 abad ini dapat mendjadi ,,stimulans" jang kuat dan njata untuk keutuhan seluruh masjarakat jang amat diperlukan untuk kesempurnaan revolusi nasional kita ini.

Akan tetapi untuk menempati kedudukannja sebagai stimulans keutuhan, kesabaran dan ketabahan jang ulet itu, maka tidak tjukuplah djika kita tidak mengisi diri dengan kepandaian dan kemampuan didalam segala lapangan hidup. Dengan kepandaian dan kemampuan disegala lapangan hidup itu, dapatlah wanita mempersendjatai diri dengan kesempurnaan-kesempurnaannja untuk dapat melaksanakan suasana keutuhan negara dan rakjat seluruhnja.

Untuk itu semua, maka Kongres Wanita Indonesia dalam kongresnja di Bandung pada tanggal 25 Nopember 1952 menjusun suatu Panitya Pusat Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dengan programnja jang luas sekali, baik program jang berupa membangkitkan semangat maupun program jang bersifat permanen ataupun documantair.

70 Salah suatu usaha jang permanen dapat diputuskan pula berdirinja „Jajasan hari Ibu” jang berkedudukan di Jogjakarta dengan Bapak Kepala Negara kita Bung Karno sebagai pelindung. Jajasan inilah jang diberi tugas guna melaksanakan keinginan dan kehendak Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, agar wanita benar-benar dapat menduduki fungsinja sebagai „Ibu Masjarakat”, Ibu Bangsa jang adil dan sedjahtera serta bahagia.

Saudara-saudara hadirin jang saja muliakan!

Adapun usaha jang pertama didjalankan oleh „Jajasan hari Ibu” ini ialah melaksanakan keputusan kongres Kongres Wanita Indonesia di Bandung tersebut diatas: pada peringatan Seperempat Abad Kongres Wanita Indonesia ini dimulai dengan mendirikan „Gedung Persatuan Wanita” sebagai monumen atau lambang persatuan Wanita jang sungguh sangat penting artinja. Pembangunan gedung tersebut akan diselenggarakan oleh Jajasan Guna Dharma jang diketuai oleh Paduka Sri Sultan Hamengkubuwono ke-IX.

Jogjakarta, jang mendjadi tempat pelopornja Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia mendapat kehormatan, dalam Madjelis Permusjawaratan Wanita Indonesia diputuskan untuk mendjadi tempat kedudukan „Jajasan hari Ibu” dengan Gedung Persatuan Wanitanja. Dan kini Alchamdulillah, pada detik peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang bersedjarah ini saudara-saudara sekalian dapat menjaksikan perletakan batu pertama, jang akan dilakukan oleh Ibu Sukonto nanti sebagai ketua pertama dari Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Pun djuga akan diberi kesempatan pula ini nanti kepada wanita-wanita „Sarinah” untuk mentjangkul disekitarnja, supaja dengan demikian ada tertanam rasa, bahwa Gedung jang bersedjarah ini benar-benar didirikan oleh seluruh Wanita dari segala lapisan dan golongan dan memang akan dipergunakan untuk kepentingan mereka pula.

Mudah-mudahan Tuhan Jang Esa mentjurahkan rachmat dan pertolongan Nja, sehingga Gedung Persatuan Wanita ini segera dapat selesai dibangun dan dapat dipergunakan sebagai tempat berteduh wanita didalam kehidupan dan penghidupan jang serba berat tetapi sangat utama ini.


Sebagai monumen mudah-mudahan gedung tersebut dapat mendjadi sumber inspirasi dan keku atan perdjoangan Wanita, untuk mewudjudkan perikemanusiaan dalam hidup bangsa Indonesia pada umumnja dan Wanita Indonesia pada chususnja. Karena itu dapatlah kiranja dalam usaha tersebut disini kami mengharap bantuan dan sokongan jang sebesar-besarnja kepada Masjarakat Indonesia seluruhnja.

Kemudian dengan ini kami serahkan pimpinan kepada Ketua Dewan Pengawas Hari Ibu untuk memimpin upatjara perletakan batu pertama Gedung Persatuan Wanita ini sehingga selesai.

Terima kasih.

Kemudian P.M. Mr Ali Sastroamidjojo memberi sambutan atas nama diri Presiden dan Pemerintah Pusat. Beliau antara lain berkata, bahwa beliau mempunjai minat besar sekali atas nama Pemerintah serta pribadi Presiden jang berhalangan hadir, untuk mengutjapkan selamat pada upatjara perletakan batu pertama Gedung Ibu itu. Sambil tertawa beliau mengatakan djuga, bahwa kaum prija jang hadir adalah dua kali lebih banjak dari pada djumlah tamu wanita. Diandjurkan supaja usaha wanita selalu diselenggarakan oleh kaum wanita djuga dengan giat serta organisatoris, pun djuga dengan tata tertib jang baik.

Didalam sambutannja beliau djuga mengatakan, hendaknja dikemudian hari perletakan batu jang terachir djuga diselenggarakan oleh kaum wanita.

Dalam hubungan utjapannja, Mr. Ali mensitir utjapan Bung Karno, sebagai berikut: didalam usaha itu, hendaknja kaum wanita sebagai sajap kiri burung elang radjawali jang membumbung diangkasa raya sedang kaum prija sebagai sajap kanannja. Hal ini perlu diinsjafi oleh kita semua. Revolusi nasional takkan dapat diselesaikan oleh satu pihak sadja, tanpa kerdja sama jang erat baik diantara kedua pihak.

Diandjurkan pula oleh Perdana Menteri, agar gedung itu djangan didirikan di Jogja sadja, melainkan hendaknja djuga disegala pelosok, dan gedung jang di Jogja mendjadi induk gedung pergerakan wanita.

Sri Sultan Hamengku Buwono dalam kata sambutan beliau antara lain mengatakan, bahwa tiap

Upatjara perletakan batu pertama: 22-12-'53 di Jogjakarta Sri Sultan Hamengku Buwono selaku Ketua Jajasan Guna Dharma jang akan melaksanakan pendirian Gedung Persatuan Wanita itu mengutjapkan sambutannja dengan sangat gembira dan penuh pengharapan.

pergerakan, djuga pergerakan wanita membutuhkan waktu jang lama untuk menghasilkan sesuatu jang ditjita-tjitakan. Meskipun didalam waktu 25 tahun pergerakan wanita menderita kesulitan-kesulitan, tetapi kaum ibu kita menghadapinja dengan tabah hati, disitu tampaklah geestesgesteldheidnja. Memang geestesgesteldheid itu harus didjalankan setjara evolusionair, djangan sekali-kali setjara revolusionair. Untuk mendapat hasil-hasil jang memuaskan, harus ada atau perlu mempunjai organisatoris dan systematis talent.

 Seterusnja diandjurkan, supaja gerakan wanita tidak hanja ada dikalangan atas atau dikota-kota sadja, tetapi seharusnja djuga sampai kedesa-desa dimana kaum wanitanja masih berada didalam kegelapan. Mereka perlu diberi pandangan hidup baru, sehingga masjarakat kita mendjadi lebih kuat dan sempurna.


Upatjara Perletakan Batu pertama. Pada tg. 22-12-1953 di Jogjakarta Ibu Sukanto sebagai Ketua pertama dari Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia bersama-sama dengan ibu-ibu dan pemudi-pemudi rakjat sedang melakukan upatjara perletakan batu pertama.


Suasana pada saat perletakan batu pertama Gedung Persatuan sedang dipasang oleh Ibu Sukanto dengan dibantu oleh Wakil-wakil rakjat.






Lentjana Bunga Ibu, Lambang Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.

2. PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD
KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA JANG BERSIFAT KEDAERAHAN.

Disini kami akan melukiskan, bagaimana Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang bersifat Kedaerahan itu dirajakan sampai kepelosok-pelosok wilajah negara kita, sepandjang laporan jang kami terima.


Tapi meskipun banjak tempat-tempat jang tidak mengirimkan baik laporan peringatannja, maupun susunan Panitia setempat, namun kami tetap jakin, bahwa, Peringatan pada tanggal 22 Desember itu dirajakan dan diperingati disegala pendjuru Tanah Air.


Didalam menjusun urutan laporan ini kami akan menggambarkan keadaan kepulauan demi kepulauan, djadi akan dimulai dari Kepulauan Sumatera dengan tidak menjebutkan Propinsi-propinsinja, hanja menurut urutan dari Utara ke Selatan. Demikian djuga nanti dengan kepulauan Djawa/Madura, Kepulauan Nusa Tenggara Maluku dan Sulawesi, dan berachir dengan Kepulauan Kalimantan.


Sajang sekali dari daerah Kepulauan Sulawesi tidak ada laporan masuk tentang peringatannja sendiri, sehingga tidak ada jang dapat kami uraikan disini. Hanja susunan Panitia setempat dapat dimuat.


Djuga tentang urutan tempat kami tidak melihat besar ketjilnja, tetapi melihat urutan letaknja.


Dengan demikian kami hendak menghindari kesulitan-kesulitan perbatasan dari daerah Propinsi-propinsi, Kabupaten-kabupaten dan sebagainja.

Maka dibawah ini kami akan memulai dengan Kepulauan Andalas sebagai benteng pertama di bagian Barat Wilajah Negara Indonesia dengan mengambil pertama-tama kota jang berada paling udjung ialah: Kotaradja.


SUMATERA

1. KOTARADJA.

Dikota ini Panitya jang dibentuk pada tanggal 30 Nopember 1953 mendapat dukungan dari segenap organisasi Wanita setempat dan perseorangan-perseorangan. Tertjatat sebagai Ketua Nj. Abdul Wahab dari Perwari.


Tepat pada tanggal 22 Desember 1953, diselenggarakan rapat umum, pembitjara-pembitjara ialah: Nj. Ainal Mardhiah Ali dari Muslimat Pusat, dan Nj. Latifah Ris dari Muslimat Masjumi, sedangkan sambutan dari wakil Pemudi disampaikan oleh Nn. Halimah Madjid dari G.P.I.I. Puteri dan Nn. Sjamsiar dari P.P.I. Bupati Abdul Wahab selaku Kepala Daerah tak ketinggalan ikut memberikan sambutan, sedangkan wakil dari Ketentaraan diwakili oleh Kapten K. Singarimbun.


Selain rapat umum, sebagai sambutan hari 22 Desember, diutjapkan pula pidato radio oleh Nj. Tjut Andjung Ketua II Panitya. Sedangkan untuk membangkitkan semangat dari kaum wanita, diselenggarakan pula pertjakapan radio jang disusun oleh Nj. Ainal Mardhiah Ali melalui R.R.I. Kotaradja djuga.

Pendjualan bunga dapat dilakukan, sekalipun dengan rasa menjesal Panitya tidak dapat memenuhi andjuran Panitya Pusat agar mengirimkan 25% dari hasil pendjualan bunga tersebut ke Pusat. Sekedar membantu meringankan beban para korban kekatjauan jang mengungsi di Kotaradja, atas pimpinan Nj. Tjut Andjung telah dapat dikumpulkan beras jang selandjutnja diserahkan kepada mereka jang memerlukan, dengan perantaraan/melalui Kantor Sosial setempat dan Pengasuh Keluarga Tentara.


Dalam pada itu, untuk memenuhi seruan Kongres Wanita Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1953, telah dibentuk suatu Panitya jang diserahi tugas mengusahakan pengumpulan uang bagi pendirian Gedung Wanita di Jogjakarta.


Demikianlah petikan ringkas dari laporan Panitya seperempat abad kesatuan pergerakan wanita Indonesia di Kotaradja, diachiri dengan harapan terutama kepada pemimpin-pemimpin pergerakan wanita jang di Pusat, agar dapat segera menghasilkan sesuatu jang dapat dinikmati oleh kaumnja dan masjarakat pada umumnja disegala pendjuru Tanah Air Kita.


2. MELAUBOH.

Dari Kotapradja, kita menjusur pantai barat Atjeh untuk menindjau kota Meulaboh.


Dengan mendapat dukungan organisasi-organisasi jang ada disana, Panitya dapat dibentuk, perajaan dapat diselenggarakan. Panitia jang dibentuk dan diketuai Sar. Rohana J. itu diperlengkapi dengan Seksi Pawai dan hiburan serta lain-lainnja. Rapat umum diselenggarakan tepat pada tanggal 22 Desember 1953, dengan dihadiri oleh tidak kurang 700 orang. Setelah diuraikan sedjarah ringkas oleh Tjut Kemala, memberi sambutan dalam rapat tersebut, Sdr. Hakim Noor dari Djawatan Penerengan Kabupaten, M. Joenoes dari G.P.O. dan T.W.K. Abad dari Panti Pemuda.


Selandjutnja pada malam harinja, diselenggarakan resepsi digedung bioscoop, jang mendapat kundjungan kira-kira 300 orang undangan. Patut ditjatat, bahwa dalam resepsi ini diresmikan pandji Hari Ibu jang diiringi njanjian Hari Ibu oleh para ibu jang berpakaian daerah. Selesai upatjara ini, diberikan pendjelasan sekitar arti lambang jang kemudian disusul uraian setjara ringkas tentang sedjarah hari ibu.


Dalam istirahat diadakan lelang kue jang menghasilkan setjara kasar sebanjak Rp.3.225,-. Kemudian oleh pimpinan resepsi diterangkan, tentang hasil bersih pendjualan bunga dan lelang kue sedjumlah Rp.2.298,- akan diserahkan kepada Taman Pendidikan Wanita, organisasi mana tergabung sebanjak 12 organisasi didalamnja. Selandjutnja uang tersebut akan digunakan sebagai sumbangan biaja pendirian gedung Ibu.


Karenanja pimpinan sangat mengharapkan sokongan dari pada dermawan untuk pendirian gedung diatas.


Perlu ditambahkan pula, bahwa dalam resepsi ini memberi sambutan Kepala Daerah, Kepala Kepolisian setempat dan Wakil Ketentaraan.

Demikianlah achirnja dengan diiringi mars wanita, resepsi ditutup dengan selamat.

3. MEDAN.

Sekarang sampailah kita ke Kota Medan, kota dagang jang terbesar di Sumatera. Dengan mendapat dukungan sebanjak 19 organisasi setempat, maka pada tanggal 24 Djuli 1953, atas initiatief Taman Pendidikan Wanita terbentuklah suatu Panitia Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia Propinsi Sumatera Utara jang di Ketuai oleh Nj. Hindun Rasjid. Sebagai awal Peringatan pada tanggal 22 Desember 1953, tepat pada djam 12.00 w.s.u. bergeraklah demonstrasi kaum wanita jang diikuti kurang lebih 1000 orang wanita ditambah beberapa iringan mobil-mobil dan gerobak, menundju kekantor Gubernur Sumatera Utara.


Setelah Ketua Panitya mendjelaskan segala sesuatu jang bertalian dengan maksud demonstrasi itu, selandjutnja diserahkan pula sebuah resolusi jang ditanda-tangani oleh Nj. Hindun Rasjid dan Nur Aini Idris, masing-masing Ketua dan Sekretaris Panitya Seperempat Abad Pergerakan Wanita Sumatera Utara, kepada Gubernur S.U. S.M. Amin, jang pokoknja berbunji sebagai berikut:

  1. Minta segera dilaksanakan pembentukan Dewan-dewan di Daerah-daerah dan Kabupaten-kabupaten sebagaimana jang telah didjandjikan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dihadapan P.P. 3 Sumatera Utara.
    Tidak diakui Dewan-dewan Daerah dan Kabupaten-kabupaten djika anggautanja tidak adaduduk wanita.
  2. Minta segera dikeluarkan Undang-undang perkawinan.
  3. Minta diadakan di Daerah-daerah sensur film jang anggotanja harus ada wanita.
  4. Minta segera diadakan sekolah-sekolah vak untuk menampung anak-anak.
  5. Minta segera diadakan poliklinik-poliklinik meluas kekampung-kampung.


Dalam kata sambutannja, Gubernur Sumatera Utara, menjatakan akan menjampaikan keputusan tersebut kepada Pusat.


Dari Kantor Gubernuran perajaan berkisar ke gedung Kesenian Medan, dimana diselenggarakan rapat umum jang dihadiri tidak kurang dari 2000 orang pengundjung. Rapat umum jang dimulai pada djam 14.00 waktu s.u. itu berbitjara dari Perwari jang menguraikan tentang sedjarah ringkas Hari Ibu, selandjutnja disusul wakil dari Muslimat jang mendjelaskan tentang Wanita Perdjoangan dan sebagai pembitjara terachir wakil dari Wanita Rakjat jang mendjelaskan suatu pandangan umum.


Sebagai pengisi waktu dalam istirahat, diadakan pendjualan brosure jang berisikan tulisan-tulisan Ketua Panitya Nj. Hindun Rasjid sebagai kata pendahuluan, tentang 22 Desember 1953 seperempat abad kesatuan pergerakan wanita Indonesia oleh K. Tambunan Bag. Kewanitaan Djawatan Pendidikan Masjarakat Sum. Utara, Wanita dan Negara oleh Nj. E. Simatupang Tobing dan Wanita dengan Kemasjarakatan oleh Nj. Josua.

Selesai istirahat dinjanjikan njanjian Hari Ibu oleh Murid S.R. X Medan.


Atjara pada malam harinja dan merupakan atjara terachir, diadakan resepsi jang dihadiri oleh Wakil-wakil Pemerintah, Partai dan lain-lainnja. Dalam resepsi tersebut didjelaskan pula tentang sedjarah hari Ibu oleh wakil Gerwis. Setelah njanjian bersama lagu Hari Ibu oleh murid-murid S.R. X. Medan, dilandjutkan sambutan-sambutan dari Wakil Pemerintah, maka resepsi diachiri dengan selamat.


Demikianlah suasana dan isi perajaan seperempat abad kesatuan pergerakan Wanita Indonesia di Medan, jang diikuti pengharapan agar tjita-tjita dan inti dalam peringatan tersebut, Panitya Pusat dapat memberikan bantuan memperdjoangkan ke Pemerintah Pusat. Seterusnja dari Medan kita adjak mengikuti betapa gairah atau sambutan kota-kota ketjil lain-lainnja didaerah Sumatera Utara, dalam memperingati perajaan diatas.


4. BARUMUM SIBUHUAN.

Rupanja tidak hanja dikota-kota Kabupaten sadja jang ikut serta merajakan perajaan seperempat abad kesatuan gerakan wanita tanggal 22 Desember 1953. Meskipun hanja ketjamatan, Barumun Sibuhuan tak mau ketinggalan menjampaikan laporan tentang penjelenggaraan perajaan tersebut.


Panitya jang diketuai oleh Nj. Zainap Harahap itu tersusun lengkap, baik seksi Pawai, hiburan dan lain-lainnja jang diperlukan dan mampu diselenggarakan dalam perajaan tersebut. Achirnja dengan bangga pula kita tuliskan disini, bahwa sebagai sumbangan pendirian Gedung Wanita di Jogjakarta, dengan tulus ichlas Panitya telah mengirimkan sedjumlah uang kepada Panitya Pusat.


5. GUNUNG SITOLI.

Di Gunung Sitoli, ibu kota Pulau Nias dalam peringatan ini diselenggarakan pertandingan olahraga, perlombaan-perlombaan dan pertundjukan disamping rapat umum. Panitya jang diketuai oleh Nj. Lina Sebua terbentuk sedjak tanggal 11 Oktober 1953 atas initiatief Insp. Pendidikan Masjarakat Kab. Nias. Dengan modal Rp.1.338,- jang diperoleh dari penarikan derma, Panitya melaksanakan perajaan seperempat abad pergerakan Wanita Indonesia, jang dimulai tepat pada tanggal 22 Desember 1953 dengan pawai keliling kota, seterusnja rapat umum dengan penjerahan resolusi tentang pendirian S.K.P. di Gunung Sitoli. Setelah rapat umum sebagai rangkaian peringatan, sebagaimana diatas telah disebutkan, ialah diselenggarakan perlombaan menghias sepeda, berpakaian, kasti dari murid-murid S.R. dan pertundjukkan kesenian daerah.


Sebagai usaha sosial, oleh Panitya kepada para ibu-ibu tua dan anak - anak jatim piatu jang sedang dirawat dirumah sakit, diberikan hiburan sekadarnja berupa kain, demikian pula sebagai kenang-kenangan kepada seorang anak jang tepat lahir

pada malam peringatan tesebut, diberikan sepotong barang.

Demikianlah rapat berachir dengan baik, semoga lebih mengeratkan lagi persatuan dan kerdjasama dari organisasi-organisasi pendukungnja dan masjarakat pada umumnja, dalam memperdjoangkan hak-hak wanita dan bangsa pada umumnja.

6. PAJAKUMBUH.

Kota Pajakumbuh mempunjai keistimewaan bahwa, untuk menjelenggarakan peringatan-peringatan Nasional maupun internasional, telah ada suatu panitya permanen, ialah: Pengurus Gabungan Organisasi Wanita. Dalam memperingati Seperempat Abad Perdjoangan Wanita Indonesia kali ini, djuga tidak melanggar keputusan jang telah mendjadi ketentuan bersama itu, karenanja Gabungan Organisasi Wanita djuga mendjadi panitya peringatan.

Pada tanggal 22 Desember 1953, diadakan rapat umum antara lain berbitjara Nj. Djalina Radja Mamin selaku Ketua Pantya dan lain-lainnja. Sebelum rapat jang diselenggarakan digedung bioskoop Pajakumbuh dengan kundjungan tidak kurang dari 2000 orang itu, diadakan pula suatu pawai jang diikuti oleh tidak kurang 1500 orang peladjar-peladjar puteri dan Wanita-wanita lainnja.

Malam harinja, diselenggarakan malam gembira, jang mendapat sambutan baik dari pihak pemerintah maupun masjarakat setempat. Demikianlah sekedar uraian singkat penjelenggaraan peringatan di Pajakumbuh, meskipun banjak kesulitan-kesulitan, terutama mengenai keuangannja, namun dengan persatuan dan keteguhan hati perajaan dapat terlaksana dengan selamat.

7. SAWAH LUNTO.

Dengan mendapat dukungan berbagai organisasi wanita setempat, Panitya Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia disini djuga merangkap sebagai Panitya Pekan Kanak-kanak. Berhubung dengan itu, maka mulai tanggal 20 Desember 1953 telah dimulai penjelenggaraan perajaan dengan mengadakan "Baby-show" pada pagi hari, "Mode show" petang hari, sedangkan pada malam harinja diselenggarakan pertundjukan sandiwara dari Sekolah Taman Kanak-kanak. Meskipun dalam mode-show dan sandiwara ini dipungut bajaran, tetapi perhatian masjarakat tjukup banjak, karena baru sekali itu diadakan.

Tanggal 21 Desember 1953, diadakan "Fancy fair" selama tiga hari, jang dimeriahkan dengan sajembara karangan bunga, sandiwara dan lain-lainnja.

Hasil dari penjelenggaraan ini 100% digunakan untuk pendirian S.K.P. Perwari jang sedang terbengkalai.

Tanggal 22 Desember 1953, diisi dengan rapat umum, pawai-pawai, kundjungan ke Asrama Penjantun dan R.S.U. (Rumah Sakit Umum) dengan Pertandingan membawa oleh-oleh sekedarnja, olah-raga dan lain-lainnja. Achirnja perlu djuga diterangkan, bahwa hasil pendiualan bunga, se-

bagaimana andjuran Panitya Pusat, karena datangnja terlambat, terpaksa hasilnja tak dapat memenuhi permintaan Panitya Pusat. Demikianlah sekedar laporan dari kota tambang batu bara jang terkenal ini, meskipun disana masih terdapat kekurangan-kekurangan, tetapi Panitya jang diketuai oleh Nj. Rohana Omar Ali, telah pula menunaikan tugasnja dengan sepenuhnja usahanja.

8. PEMATANG SIANTAR.

Dalam rapat pembentukan Panitya seperempat abad Kesatuan Gerakan Wanita Indonesia di Pematang Siantar pada tanggal 8 September 1953, sebagai Ketua dipilih Nj. Ramlah.

Untuk menjongsong hari 22 Desember 1953 itu, oleh Panitya didahului dengan perlombaan-perlombaan olah-raga sedjak tanggal 17 s/d 21 Desember 1953. Adapun hasil pemberian hadiahnja, S.G.A. Negeri P. Siantar mendapat hadiah pertama dalam bola kerandjang, sedangkan untuk kasti hadiah pertama djatuh kepada team S.R. VII P. Siantar.

Sajembara karang-mengarang, mendapat perhatian tjukup besar. Setelah diadakan pemilihan-pemilihan dan pertimbangan-pertimbangan, maka dari 168 karangan jang masuk itu, hadiah ke-I, II, III, untuk puteri masing-masing dimenangkan oleh Ido Elz Hutabarat, Saria Lase dan Rosniladevi. Sedangkan pemenang-pemenang putera, masing-masing I. Ibrahim Sjarif, II. Maruli Silalahi dan III. Jansen Simarmata.

Pameran mulai diadakan pada tanggal 21 Desember 1953 bertempat digedung Nasional Pematang Siantar. Rapat Umum diadakan mulai djam 15.30 w.s.u., jang mendapat kundjungan meriah. Baik dari kalangan wanita maupun prijanja. Tampak hadir selain Kepala Daerah, Kepala Polisi, Wedana Siantar dan Wakil Instansi lainnja, djuga dari golongan orang asing tak ketinggalan ikut menghadirinja.

Selesai rapat, pada djam 16.30 w.s.u. pawai digerakkan mengelilingi kota dan berachir hingga djam 17.45 w.s.u. Sebagai rangkaian perajaan itu, pada djam 19.05 w.s.u. diselenggarakan pula suatu resepsi bertempat di Gedung Nasional jang dimeriahkan dengan kesenian. Rangkaian terachir sebelum berziarah kemakam Pahlawan, oleh Panitya disampaikan suatu resolusi jang ditanda-tangani Nj. Ramlah dan N. S. Nainggolan masing-masing selaku Ketua I dan Tata-Usaha I dari Panitya.

Dalam pokoknja resolusi tersebut bermaksud :

I. Mendesak kepada Pemerintah agar segala bahan-bahan atau barang-barang terutama jang mendjadi sjarat mutlak bagi kebutuhan

sehari-hari supaja harganja disesuaikan dengan kekuatan dan sumber pentjaharian rakjat pada umumnja.

II. Mengandjurkan kepada para pengusaha Nasional agar lebih mengutamakan potensi Nasional, jaitu untuk memadjukan hasil-hasil bumi Indonesia sehingga tertjapainja perseimbangan sebagaimana jang dikehendaki.
III. Mendesak kepada Pemerintah agar memberikan kelonggaran kepada organisasi wanita untuk mendirikan suatu gedung „ASRAMA PUTERI" di Pematang Siantar. Disertai sokongan biaja atas pendirian gedung (asrama) tersebut.

9.PAKAN BARU.

Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Pakan Baru telah dimulai semendjak tanggal 17 Desember 1953, sebagai atjara pertama mulai tanggal 17 s/d 23 Desember 1953 diadakan pemungutan bakti pendjualan bunga hari Ibu dan pemungutan bakti piring dan gelas untuk Jajasan Hari Ibu, dengan memperoleh hasil:

1. gelas sebanjak 338 buah.
2. piring sebanjak 287 buah.
3. tjutji tangan 100 buah.
4. tjerek 1 buah.

Tanggal 22 Desember 1953 pagi diadakan pawai berhias (bloemencorso), jang diadakan oleh para peladjar Sekolah Menengah dan Sekolah Rakjat dengan diikuti sebanjak 21 mobil. Pemenang jang mendapat hadiah dalam perlombaan ini sebanjak 11 buah auto.

Selesai pawai berhias, kira-kira djam 11.00 w.s. diselenggarakan rapat umum jang dihadiri kurang lebih 1000 orang, tampak dari para Kepala Djawatan Pamong setempat dan lain-lainnja.

Rapat jang diselenggarakan digedung Bioscoop Roxy itu, dipimpin dan dibuka oleh Ketua Umum Panityanja Nj. Sjamsidar Jahja. Pada petang hari nja dari fihak Panitya meneruskan rangkaian peringatan, mengundjungi rumah sakit dan rumah pendjara dengan membawa telor, susu, kuwe dan lain-lain, hasil pemberian para dermawan setempat.

Seterusnja pada petang itu djuga, dimana organisasi-organisasi wanita setempat ikut ambil bagian dalam mem-pamerkan usaha-usahanja. Pameran ini berlangsung sampai dengan tanggal 24 Desember ber 1953

Achirnja sebagai kuntji dari rangkaian perajaan, pada tanggal 24 malam diselenggarakan Resepsi penutupan, jang mendapat kundjungan tjukup meriah, dimana tidak ketinggalan peresmian pandji Hari Ibu.

10. TANDJUNG PINANG.

Di Tandjung Pinang perajaan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia ini, dimulai pada tanggal 20 s/d 21 Desember 1953 dengan Malam rampaian Peladjar Puteri Sekolah Landjutan dan Sekolah Rakjat, serta Sekolah Taman Kanak kanak, pendjualan bunga, pertandingan olah-raga, malam gembira jang diisi dengan Concours dan mode show anak-anak umur 5-10 tahun.

Pada tanggal 22 Desember 1953 pagi diadakan rapat umum, siangnja Pameran sampai malam harinja, sore hari Pawai keliling kota. Pertundjukan bioscoop Penerangan dan penjerahan hadiah-hadiah Concours olah raga, mode show, sajembara P.B.H. tingkat II dan penjerahan idjazahnja djuga.

Perlu diterangkan, bahwa dalam malam rampaian dan concours diatas semua hasilnja diserahkan kepada Taman Kanak-kanak Tandjung Pinang.

Demikianlah sekelumit laporan Panitya Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Tandjung Pinang jang diketuai oleh Nj. Zurna Apan meskipun belum mentjapai hasil jang sempurna, tidak ketinggalan dengan daerah-daerah lainnja, telah menunaikan sebagaimana mestinja.

11. MUARA DUA

Selain rapat umum Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Muara Dua Ibu kota Kab. Ogan/Komering Ulu dilaporkan pula, bahwa Panitya jang di Ketuai Nj. Siti Rohima itu, telah pula mengirimkan uang sumbangan kepada Panitya Pusat melalui Ibu Gebernur Sumatera Selatan.


12. BATURADJA.

Meskipun Panitya merasa kurang puas terhadap penjelenggaraan Peringatan Seperempat Abad Per gerakan Wanita Indonesia, tetapi berkat kemauan jang sungguh-sungguh perajaan berlangsung dengan diisi atjara:

Resepsi dengan pertundjukan tari-menari dan lain-lain pada tanggal 19 Desember 1953 malam. Seterusnja berturut-turut dari tanggal 20 s/d 22 Desember 1953 diadakan pameran, dimana disadjikan bermatjam-matjam keradjinan tangan, pemeliharaan kesehatan kaum , ibu dan baji, pula lain-lain pertundjukkan lagi.

Kemudian perlu diterangkan pula, bahwa dalam rapat umum diberikan pula sumbangan kepada beberapa Ibu jang telah tua, sedangkan hasil pendjualan bunga hari ibu meskipun djauh dari memuaskan,


13. MUARAENIM .

Dengan dukungan dari organisasi-organisasi wanita setempat, maka di Muaraenim Panitya Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia jang diketuai oleh Nj. Hafdli telah menjelenggara kan atjara perajaan dengan rapat umum jang berlangsung pada tanggal 22 Desember 1953 dengan dihadiri oleh kurang lebih 500 orang.

Selain uraian-uraian dan sambutan, dalam rapat tersebut diresmikan pula Pandji Ibu jang diiringi Lagu Hari Ibu. Selain rapat Tersebut, atjara pen djualan bunga dapat diselenggarakan dengan hasil jang lumajan, meskipun tidak boleh dikatakan memuaskan.

Sedangkan sebagai pengantar sebelum rapat, diselenggarakan demonstrasi jang diikuti 500 wanita serta anak-anak sekolah rakjat dan landjutan, menudju ketempat rapat dengan disertai poster-poster dimana tidak ketinggalan Sang Saka dan Pandji Ibu merupakan pengawal terlepas dalam barisan.

Achirnja sebagai rangkaian penutup perajaan diselenggarakan suatu resepsi dengan disertai pameran keradjinan dan kuwe-kuwe, pada tanggal 22 malam hari jang mendapat perhatian tjukup memuaskan. Kemudian sebagai tambahan laporan, patut diketengahkan bahwa sesuai dengan andjuran Panitya Pusat, agar supaja Panitya Peringatan tersebut dapat didjelmakan mendjadi suatu Gabungan Organisasi Wanita, maka meskipun pada tanggal 3 Djanuari 1954 Panitya telah dibubarkan, selandjutnja diusahakan suatu pertemuan dengan seluruh wakil-wakil organisasi wanita setempat, dimana dapat terbentuk suatu Gabungan jang dimaksud dengan diketuai Nj. Abus'i.

14. BENGKULU.

Di Bengkulu ini tidak banjak jang ditjeritakan, tetapi Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia, oleh Panitya setempat dalam rapat umumnja telah dihasilkan suatu Resolusi jang sungguh penting bagi kaum wanita chususnja dan bangsa pada umumnja.

Dinjatakan dalam resolusi tersebut, bahwa bertepatan dengan Hari Ibu ini seluruh Partai dan Organisasi Wanita di Bengkulu menuntut kepada Pemerintah, agar Undang-undang Perkawinan jang adil segera dikeluarkan. Tuntutan ini disebabkan adanja kenjataan bahwa kedudukan Kaum Wanita dalam hukum perkawinan, kaum lelaki memper gunakan talak semau-maunja sadja, dimana sangat berlainan dengan jang dimaksud dalam hukum hukum Qur'an.

Selain atjara diatas, Panitya jang diketuai Nj.Chatidjah Jahja ini, mengisi peringatan hari Ibu hiburan-hiburan/kenang dengan memberikan kenangan kepada beberapa Ibu jang bersalin dan Fakir miskin.

15. MANNA.

Hari Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia , oleh panitya setempat, dimulai tanggal 21 malam 22 Desember 1953 dengan atjara mengactiveer Panti Pemuda dan Penjuluhan Sosial dari Insp. Sosial Sumatera Selatan.

Dimana mendapat kundjungan tidak kurang dari 400 orang, jang terdiri atas wakil-wakil Pemerintah setempat dan lainnja.

Tanggal 22 Desember 1953 pagi diselenggarakan pawai Ibu jang diikuti lebih kurang 500 orang diantaranja ikut serta dalam barisan Bupati Kepala Daerah Kab. Bengkulu Selatan dan lain-lainnja.

Pawai dimuka Panti Pemuda dan berachir di muka tempat Pameran Seni Budaja. Djam 10.00 juga diresmikan pembukaan Pameran hari itu Seni Budaja, dimana dipamerkan: pakaian adat dalam perkawinan, hasil djahit-mendjahit dan sedjenisnja, kuwe-kuwe/makanan, perpustakaan wanita dan pemeriksaan baji sehat. Dalam pemeriksa an baji sehat ini diberikan hadiah-hadiah istimewa, biasa dan hiburan kepada para baji jang mengikutinja, jang berdjumlah 43 anak.

Sore harinja diadakan pertandingan-pertandingan olah raga. Kemudian baru pada tanggal 23 Desember 1953 diadakan rapat umum jang dihadiri kira-kira 300 orang kaum wanita dan pendjabat

pendjabat setempat. Dalam rapat tersebut selain uraian-uraian dan sambutan, diresmikan pula Pandji Ibu dengan diiringi njanjian Hari Ibu, dan dapat ditambahkan djuga bahwa selama istirahat diadakan pemberian idjazah Kursus Pengetahuan Umum A kepada beberapa wanita pengikut kursus tersebut.

Demikianlah setjara singkat rangkaian Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Manna.

16. KOTABUMI.

Di Ibu Kota Kab. Lampung Utara ini, Panitya diKetuai oleh Nj. G. Surjaningrat didalam rangkaian peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia; tepat pada tanggal 22 Desember 1953 pagi diselenggarakan rapat umum jang dihadiri kurang lebih 500 orang. Sedangkan sore harinja diadakan pertandingan sepak bola antara club-club setempat.

Meskipun hudjan turun, namun resepsi dan pameran pada malam harinja mendapat perhatian tjukup memuaskan. Demikian sekedar rangkaian jang telah diselenggarakan oleh Panitya di Kota bumi, meskipun atjara sederhana tetapi tjukup meriah dan menggembirakan chalajak ramai.

17. METRO.

Metro jang terkenal karena merupakan daerah Transmigrasi, dalam peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia pada tanggal 22 Desember 1953 tepat diselenggarakan rapat umum, sedangkan malam harinja diadakan malam sandiwara jang diselingi panembrono dan tarian-tarian.

Disini tidak banjak jang dituliskan, tetapi panitya jang diketuai Nj. Kadar Slamet itu, tjukup pula memberi kesan bagi masjarakat setempat.

18. TANDJUNGKARANG.

Di Tandjungkarang, maka pada perajaan Seperempat Abad Pergerakan Wanita ini, selain diadakan rapat umum pada tanggal 22 Desember 1953 atjara jang menarik ialah suatu hiburan dan pemeriksaan kesehatan chusus bagi kaum ibu jang telah tua. Dalam atjara ini dihidangkan tarian-tarian dan njanjian-njanjian dari para anak Taman Kanak-kanak dan murid sekolah selainnja djamuan-djamuan makanan sekadarnja, sedangkan pemeriksaan kesehatannja dilakukan oleh Dokter O. Kamitz. Seterusnja kepada jang tersehat dan tertua akan diberikan hadiah istimewa selain hadiah biasa. Demikian antara lain laporan dari Panitya Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia Tg. Karang ibukota Kab. Lampung Selatan jang diketuai oleh Nj. G. Haroen.

19. PANGKAL PINANG.

Sampailah kita sekarang disebuah pulau, jang terkenal karena timahnja sebagai bahan penghasil devisen Negara. Pulau jang kita maksud disini ialah Pulau Bangka dengan Pangkalpinang sebagai ibu kotanja. Tidak berbeda dengan daerah lainnja, peringatan seperempat abad Pergerakan wanita

telah diisi oleh kaum Wanita dan Panityanja jang diketuai oleh Nj. Saleh Achmad dengan atjara-atjara jang tjukup meriah dan berkesan. Tanggal 17 Desember 1953, dimulai dengan pendjualan bunga dan pertandingan bulutangkis berturut-turut selama tiga hari.

Tanggal 19 Desember 1953 mulai djam 18.00 w.s. diadakan Pameran keradjinan dan pantjingan untuk kanak-kanak serta pendjualan kuwe/minuman. Seterusnja pada tanggal 20 Desember 1953 beberapa ibu mengundjungi rumah sakit Tambang Timah Bangka, untuk sekedar menghibur para pasien dengan buah tangan kuwe-kuwe, sedangkan sore harinja mengundjungi Ibu-ibu jang telah tua dan miskin, untuk sekedar memberi hadiah hiburan berupa kain dan badju.

Djuga sore hari itu djuga diadakan pawai jang diikuti oleh para Pandu Puteri, Djuru rawat dan Ibu-ibu mengelilingi kota. Sedangkan malam harinja, diadakan penerangan dari dua orang pegawai wanita Djapen, chusus untuk kaum wanita sekitar pemilihan umum, dimana malam tjeramah itu diachiri dengan pertundjukan lelutjon (sandiwara) dari para Pegawai Penerangan.

Malam hari tanggal 21 Desember, diselenggarakan malam gembira dengan pertundjukan pakaian dari beberapa daerah Indonesia, diselingi dengan Tari dan njanji dolanan. (Djawa).

Achirnja pada tanggal 22 Desember 1953 diadakan rapat umum, seterusnja pada malam harinja diadakan Sandiwara dengan tjerita „Kunanti di Jogja" oleh pemudi-pemudi anggauta P.P.I.

Perlu didjelaskan, bahwa penjelenggaraan perajaan kurang memuaskan, karena selain suasana berkabung atas meninggalnja Wakil Residen (M. Said), pada tanggal 2 Desember, djuga pada waktu-waktu itu bersamaan dengan Pekan Olah Raga Peladjar Bangka dan banjak tenaga-tenaga pengadjar wanita jang sedang mengikuti latihan pendidikan djasmani. Achirnja dari fihak Panitya akan mengusahakan terbentuknja suatu Panitya tetap, atau setidak-tidaknja setahun sekali disusun, dimana bertugas untuk menjelenggarakan persiapan dan lain-lain dalam peringatan-peringatan atau perajaan-perajaan.

20. TANDJUNG PANDAN.

Kami pertjaja, bahwa hampir semua dari kita kenal akan Tg. Pandan, ibukota Kab. Belitung pulau timah pertama di Indonesia ini. Tetapi kali ini kita menindjau Belitung untuk memaparkan sekitar peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia. Panitya jang diketuai oleh Nj. H. Thalib ini, selain organisasi wanita djuga perseorangan ikut serta memperkuat Panitya. Semendjak 18 Desember 1953 telah dimulai atjara pertandingan-pertandingan olah raga chusus untuk wanita jang berlangsung hingga 22 Desember 1953. Selandjutnja tanggal 20 Desember 1953 diadakan pawai Ibu dan pada 22 Desember 1953 petang hari rapat umum. Sebagai rangkaian terachir dalam peringatan ini, pada malam harinja setelah rapat umum, diselenggarakan suatu malam resepsi dan malam gembira. Perhatian tjukup meriah dan menggembirakan. Tetapi sajang, karena suatu an-

djuran dari Kepala Polisi Kabupaten Belitung (Sdr. T. A. Paloh), terpaksa malam gembira ditutup sebelum waktunja. Karena tindakan ini, mengakibatkan timbulnja suatu pernjataan protes dan tuntutan Panitya Penjelenggara, agar Sdr. T.A. Paloh dipindahkan.

21. GANTUNG.

Gantung adalah sebuah kota Ketjamatan di daerah Kabupaten Belitung. Meskipun hanja ketjamatan biasa, tetapi dalam rangkaian memperingati genap Seperempat Abad Pergerakan Wanita tidaklah pula ketinggalan dengan daerah lainnja. Dengan dihadiri Wanita-wanita maupun prija dari segala lapisan jang melimpah-limpah, dimana baru terdjadi pada masa itu, resepsi diadakan di Balai Negeri Gantung jang baru sadja dibangun, pada tanggal 22 Desember 1953 djam 19.30 w.s.

Setelah pembukaan dengan diiringi musik lagu Hari Ibu, dan enam orang gadis berpakaian daerah Indonesia, hadirin dibawa kearah atjara peresmian Pandji Hari Ibu. Atjara selain uraian tentang per gerakan Wanita oleh Nj. Ma'mun Ahmad Ketua Panitya setempat, resepsi tersebut dimeriahkan oleh tari-tarian dan njanjian-njanjian serta sambutan dari hadirin.

Perlu ditambahkan, bahwa jang menghadiri resepsi tersebut, bukan hanja dari Kota Gantung sadja, melainkan dari tempat-tempat jang tidak kurang dari 60 km djauhnja ada jang datang menghadiri.

Ini semua merupakan suatu manifestasi, bahwa Wanita jang dipelosokpun mempunjai hasrat untuk bersatu dan berdjuang demi kepentingan bersama. Dengan ini ditutuplah laporan tentang daerah Kepulauan Sumatera dan mulailah kita dengan pulau Djawa dan Madura.


DJAWA DAN MADURA.

Djuga disini kami tidak mengadakan pembagian seperti lazimnja dalam Djawa Barat, Tengah dan Timur, tetapi menurut urutan letak tempatnja dari udjung Barat ke udjung Timur, dengan tidak membedakan tempat-tempat jang ketjil maupun besar, jang pada tanggal 22 Desember 1953 serentak mengadakan peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanitanja.

Maka kami memulai disini dengan:

22. PANDEGELANG.

Sebelumnja keliling-keliling daerah Djawa Barat, dengan menikmati keindahan alam Periangan, kini akan dimulai laporan Djawa dan Madura ini, dengan menindjau kedaerah Banten untuk mengikuti penjelenggaraan Perajaan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dikota Pandegelang. Dengan mendapat sokongan materiil dan moril dari semua lapisan masjarakat setempat, perajaan diisi dengan rapat umum tepat pada tanggal 22 Desember 1953. Atjara-atjara lain jang patut dituliskan ialah: Pendjualan lentjana, Pameran hasil-hasil keradjinan, sajembara karang mengarang, hiburan olah-raga, pertundjukkan film, perlombaan menghias sepeda wanita dan lain-lainnja.

Tentang resolusi desakan kepada Pemerintah agar dapat menurunkan harga-harga barang keperluan hidup sehari-hari dapat diterima baik oleh Pemerintah setempat, jang diikuti dengan tindakan mempergiat lagi pengawasan terhadap harga-harga barang-barang tersebut.

Demikian antara lain laporan Panitya jang dipimpin oleh Nj. L. Surjadimedja selaku Ketua.

23. DJAKARTA-RAYA.

Disini peringatan dapat dibagi antara peringatan jang bersifat Pusat dan jang bersifat Kedaerahan.
Jang bersifat Pusat ialah:

Peringatan jang berlangsung di Istana Negara, dan jang bersifat Kedaerahan adalah peringatan-peringatan jang diadakan dimana-mana didalam Daerah Djakarta Raya sedjak tanggal 17-23 Desember antara lain:

―― Pameran dari tanggal 21-23 Desember 1953 di Gedung Pertemuan Umum Medan Merdeka Utara.
―― Rapat Umum di Kewedanaan-kewedanaan.
―― Pelepasan ballon-ballon di Stadion Ikada, penjebaran pamplet-pamplet.
―― Pertemuan-pertemuan dan peringatan jang diadakan oleh Organisasi-organisasi Wanita seperti Kerukunan Kaum Isteri Djakarta dsb.
―― Peresmian Gedung Jajasan Kesedjahteraan Anak-anak di Djalan Palem 16 Djakarta dan pembukaan Taman Kanak-kanak di Galur

Tanah Tinggi.

―― Peresmian Konsultasi Biro Perkawinan di bawah pimpinan Seksi Hukum, Kongres Wanita Indonesia.
―― Pemberian brevet kepada pilot puteri Indonesia pada tanggal 22 Desember 1953 dengan disaksikan oleh Utusan Kongres Wanita Indonesia.
―― Memberi hiburan-hiburan dirumah-rumah sakit.
―― Pendjualan-pendjualan lentjana „Bunga Ibu” dan lain-lain.

Demikianlah Peringatan jang diadakan didaerah Djakarta Raya.

24. PURWAKARTA.

Dengan mendapat perhatian tjukup meriah dan menggembirakan, tepat pada tanggal 22 Desember 1953 djam 18.30 Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dibuka oleh Nj. Bohari selaku Ketua Panitya Peringatan di Purwakarta. Atjara-atjara dalam perajaan tersebut, selain uraian-uraian sekitar Hari Ibu dan sambutan-sambutan, djuga diberikan hadiah-hadiah kepada pemenang-pemenang sajembara karang-mengarang dan pemutaran film.

Patut pula ditambahkan, bahwa pada Peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember 1953 tersebut diatas, oleh Sepuluh Organisasi Wanita setempat telah dikeluarkan sebuah resolusi jang menuntut kepada Pemerintah agar:

  1. dapat mengembalikan harga-harga makanan/bahan makanan kembali seperti harga enam bulan jang lalu;
  2. rayon gadji/upah bagi daerah Purwakarta disamakan dengan rayon Djakarta;

c. indjeksi beras jang akan datang harganja djauh lebih murah dari harga pasar;

d. peraturan Gadji baru jang menguntungkan pegawai/buruh tjepat-tjepat dilaksanakan.

25. SUBANG.

Untuk memperingati genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia Panitya di Subang telah menjelenggarakan dan mengisi perajaan dengan Pameran keradjinan tangan, buku-buku, gambar-gambar jang berhubungan dengan Kewanitaan, demonstrasi, rapat umum dan resepsi.

Penting ditjatat, bahwa dalam demonstrasi/pawai diatas dibawah slogan-slogan jang antara lain mendesak kepada Pemerintah agar dapat menambah tenaga-tenaga Dokter dan Bidan, menurunkan harga bahan-bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari, diadakan pemberantasan kawin paksa dan kawin dibawah umur. Demikian antara lain laporan dari Subang.

26. SUKAMANDI.

Kewedanaan Sukamandi djuga tidak mau ketinggalan dengan tempat lainnja. Meskipun setjara sederhana, rapat umum dan resepsi peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dapat dilangsungkan tepat pada tanggal 22 Desember 1953 pagi dan malam harinja. Dapat ditambahkan pula, bahwa selain rapat dan resepsi diatas, perajaan diisi pula dengan pameran dan orkes Pakis. Demikian antara lain laporan dari Panitya Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Sukamandi jang dipimpin oleh Nj. Amir selaku Ketua Panitya.

27. INDRAMAJU.

Enam hari berturut-turut, dari tanggal 17 s/d 22 Desember 1953 merupakan rangkaian atjara peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Indramaju. Adapun isi dan matjam-matjam dari atjara-atjara tersebut, pendjualan broche Hari Ibu, Api Unggun Pandu-pandu Puteri S.G.B., pemutaran film, bersenam, pesta kebon, kesenian/hiburan, menghibur Ibu-ibu Tua, dan lain-lainnja.

Demikianlah, dengan bantuan dari seluruh masjarakat, maka Panitya Perajaan jang dipimpin oleh Nj. Sumarto selaku Ketua, dapat menjelenggarakan perajaan dengan kesan jang memuaskan.

28. TJIREBON.

Dengan diikuti oleh berbagai golongan wanita dan prija serta murid-murid sekolah, pawai keliling kota jang disertai bloemencorso dari kendaraaan bermotor, betja dan sepeda, merupakan awal perajaan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Tjirebon. Esok hari paginja tanggal 22 Desember 1953, perajaan dilanjutkan dengan rapat umum dan bazaar. Dalam rapat umum jang dihadiri ± 600 orang itu, selain menguraikan sekitar Hari Ibu, djuga mengeluarkan/menghasilkan sebuah resolusi jang menuntut agar Pemerintah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengendalikan harga barang-barang dan bahan makanan.

Malam harinja dua malam berturut-turut, dipertundjukkan sandiwara dengan tjerita „Awal dan Mira" dengan selingan-selingan jang mendapat kundjungan memuaskan. Pendapatan bersih dari pendjualan kartjis dan bunga serta barang-barang dalam rangkaian perajaan tersebut disumbangkan kepada Panitya Asrama Puteri. Seterusnja patut ditjatat, bahwa Panitya Perajaan jang dipimpin oleh Nj. J. Koestoer itu, selain penjelenggaraan-penjelenggaraan diatas djuga berhasil mengumpulkan derma berupa pakaian-pakaian lama/baru, alat-alat dapur/makanan dan lain-lainnja untuk membantu korban kekatjauan.

29. MADJALENGKA.

Meskipun setjara sederhana, Perajaan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, di Kewedanaan Madjalengka djuga tidak dibiarkan lalu demikian sadja. Panitya jang dipimpin oleh Nj. S. Kosim selaku Ketua, melaporkan antara lain: bahwa tepat pada tanggal 22 Desember 1953 meskipun ada gangguan hudjan, perajaan dapat dilangsungkan dengan atjara-atjara rapat umum sekitar Hari Ibu, pameran hasil keradjinan dan hidangan orkes.

Demikian warta dari Panitya Madjalengka.

30. SUKABUMI.

Berbeda dengan dilain tempat, dalam memperingati dan merajakan Hari Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, Sukabumi mengawali atjara peringatannja dengan mengadakan penindjauan kedaerah korban keganasan gerombolan pagi hari pada tanggal 22 Desember 1953.

Adapun rombongan penindjauan tersebut, terdiri atas Saudara-saudara Ketua Ketua Panitya Nj. T. Suleiman, Kepala Kantor Sosial, Kepala Djapen., Pamong Pradja dan lain-lain. Setibanja ditempat- tempat korban keganasan tersebut oleh Ketua Panitya diterangkan maksud kedatangannja dan uraian sekitar arti dari pada Hari Ibu.

Selesai pendjelasan-pendjelasan oleh rombongan tersebut, diberikan pakaian, beras, ikan asin dan lain-lain kepada para penderita jang menjedihkan keadaannja itu.

Dari desa-desa penderitaan diatas, sebagai rangkaian atjara peringatan pada petang harinja diadakan upatjara peringatan dan pameran mengenai pendidikan, kesehatan dan keradjinan tangan.

Demikianlah sekedar laporan penjelenggaraan peringatan Hari Ibu di Sukabumi, dimana telah dilaksanakan dengan baik dan disertai amal terhadap sesama manusia.

31. TJIANDJUR.

Kali ini kita bitjarakan Tjiandjur bukan soal berasnja jang telah kita kenal, melainkan hanja chusus tentang penjelenggaraan Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia pada tanggal 22 Desember 1953.

Dengan Pimpinan Nj . Ratmi Sutresno selaku Ketua, beserta bantuan-bantuan dari anggauta Panitya dan Masjarakat setempat, Panitya jang

didukung oleh berbagai-bagai organisasi wanita di Kota Tjiandjur itu, telah dapat mengisi perajaan Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dengan atjara antara lain Pameran Dipendopo Kabupaten dari tanggal 20 s/d 21 Desember 1953, jang berisi pameran keradjinan tangan, kerumah-tanggaan dan lain-lainnja. Sedangkan rapat, diselenggarakan tepat pada tanggal 22 Desember 1953, dimana peringatan tidak hanja berpusat dikota Tjiandjur sadja, tetapi djuga di Ketjamatan-ketjamatan diselenggarakan perajaan disemua Sekolah Rakjat dan Sekolah Landjutan. Achirnja sebagai kuntji dari pada peringatan ini, ialah suatu resepsi jang diselenggarakan pada malam hari tanggal 22 Desember 1953, dalam suasana meriah dan memuaskan.

32. BANDUNG.

Dengan mendapat dukungan dari 42 organisasi setempat, dikota Bandung Perajaan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia diperingati dalam suasana meriah dan menundjukkan persatuan serta kerdja-sama jang baik antara organisasi-organisasi wanita setempat.

Sebagai rangkaian perajaan antara lain: Pendjualan bunga Hari Ibu jang dimulai semendjak tanggal 17 s/d 22 Desember 1953. Pemutaran film dimulai tanggal 17 s/d 20 Desember 1953 di-empat Kewedanaan di Kota Bandung. Sedangkan Pameran jang diisi antara lain dengan pertundjukan-pertundjukan, rupa-rupa perkakas rumah tangga jang dibuat dari peti-peti (kisten) jang sudah tak dipergunakan, dapat dibuat suatu perkakas jang sederhana tetapi sedap dipandang mata. Tak ketinggalan dipamerkan djuga, tentang tjara merawat orang bersalin, pekerdjaan tangan dan keradjinan, pakaian-pakaian kuna hingga sekarang, children-show dan buku-buku pendidikan untuk anak-anak.

Atjara lainnja adalah demonstrasi jang diikuti oleh kurang-lebih 1000 orang peladjar-peladjar wanita dari Sekolah-sekolah Menengah, dan pawai diikuti oleh kurang-lebih 1500 orang jang terdiri dari Murid-murid Sekolah Rakjat, Sekolah Landjutan dan Organisasi-organisasi Wanita.

Kemudian rapat umum diselenggarakan tepat pada tanggal 22 Desember 1953, dimana meskipun turun hudjan perhatian tjukup memuaskan. Tampak hadir dalam rapat ini Walikota Bandung, Gubernur Djawa Barat dan lain-lain pendjabat setempat. Perlu diterangkan, bahwa selain uraian tentang arti Hari Ibu serta peresmian Pandji Hari Ibu, dalam rapat tersebut diambil suatu resolusi jang ditudjukan kepada Pemerintah, jang mendesak agar Pemerintah dapat mengusahakan penurunan harga barang-barang dan bahan penghidup an sehari -hari, memperbanjak pembangunan perumahan rakjat jang sederhana tetapi sehat dan murah sewanja, dan mendesak agar Pemerintah mengawasi sewa rumah partikelir jang belum termasuk dalam pendaftaran.

Achirnja patut ditjatat djuga, bahwa dalam rapat ini dibagi-bagikan hadiah-hadiah kepada para pemenang sajembara radio dan karang-mengarang. Demikianlah kesan dari kota dingin, tetapi jang

tetap menghangatkan suasana perdjuangan bangsa Indonesia, malah pula memberikan goresan baik dalam menjelenggarakan peringatan Seperempat Abad Pergerakan Kesatuan Kaum Wanita Indonesia, dengan melalui Panitya setempat jang dipimpin oleh Nj. Ios Wiraatmadja selaku Ketua Panitya dengan disertai bantuan-bantuan dari berbagai lapisan dan golongan dalam masjarakat Bandung.

33. TJIAMIS.

Perajaan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, dimulai pada tanggal 21 Desember 1953, dengan perlombaan bulu tangkis antara kaum ibu dengan pemudi-pemudi. Malam harinja diadakan perlombaan mengadji. Sedangkan tetap pada tanggal 22 Desember 1953, diadakan senam oleh murid-murid wanita (S.R.), arak-arakan jang diikuti oleh kaum wanita dari berbagai organisasi dan Peladjar-peladjar dari Sekolah Landjutan serta Pandu-pandu, rapat umum dan pameran. Sedangkan malam harinja dilandjutkan dengan pertundjukan Sandiwara Lenggang Kentjana dua malam berturut-turut. Baik rapat maupun lain-lainnja mendapat perhatian tjukup dan meriah. Patut ditambahkan bahwa pada rapat umum tersebut selain uraian-uraian dibagikan pula hadiah-hadiah kepada para pemenang perlombaan dan setelah selesai rapat para korban kekatjauan/fakir miskin diberikan pula sekedar hiburan, demikian pula kepada para ibu jang sedang sakit dirumah sakit. Demikian antara lain laporan Panitya Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Tjiamis jang dipimpin oleh Nj. R. Nana Subandi.

34. TJIPARAJ.

Meskipun dalam waktu jang sangat pendek dalam mempersiapkannja, tetapi Tjiparaj, salah satu tempat ketji didaerah Djawa Barat, tidak djuga ketinggalan dengan lain daerah, untuk ikut serta memperingati Perajaan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita pada tanggal 22 Desember 1953. Panitya jang dipimpin oleh Nj . Simun itu dibentuk pada tanggal 6 Desember 1953, selandjutnja dalam pelaksanaan peringatan dapat diselenggarakan pertemuan umum, sambutan-sambutan dan Kesenian. Patut ditjatat bahwa dalam pertemuan tersebut selain ditelorkan sebuah resolusi tentang penolakan P.P. 19 dan tuntutan segera diadakan U.U. Perkawinan jang demokratis, dengan melalui Pamong Desa, oleh Panitya diserahkan pula kepada para korban kekatjauan/orang miskin be rupa 118 potong pakaian dan uang sebesar Rp.42,- jang diperoleh dari sokongan penduduk.

Demikianlah antara lain laporan dari Tjiparaj.

35. BREBES.

Dengan didahului pertandingan-pertandingan olahraga, jang kemudian dilandjutkan dengan pertundjukkan kesenian dua malam berturut-turut pada tanggal 20 dan 21 Desember, seterusnja diadakan pula fancyfair dan resepsi pada malam berikutnja, dimana kesemuanja diatas adalah merupakan suatu rangkaian perajaan genap Seperempat Abad Kesatuan Gerakan Wanita Indonesia,

diselenggarakan oleh Panitya jang dipimpin Nj. O.K. Mardjono selaku Ketua Panitya dikota Brebes pantai utara Djawa-Tengah. Sedangkan usaha permanen, oleh Panitya disampaikan bahwa di Brebes telah dapat terbentuk suatu Jajasan Hari Ibu jang Ketuanja dipilih Nj. Mardjaban. Achirnja perlu diterangkan djuga, bahwa dalam atjara perlombaan-perlombaan, diselenggarakan pula perlombaan pemberantasan Buta Huruf, sedangkan dalam fancyfair dipamerkan Children-mode Show dan masak.

36. PEMALANG.

Resepsi jang diadakan pada tanggal 21 malam 22 Desember 1953 di pendopo Kabupaten Pemalang, adalah merupakan suatu resepsi Peringatan Genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Inonesia jang diselenggarakan oleh Panitya setempat. Sebagaimana dilaporkan, bahwa didalam resepsi tersebut selain diadakan pertundjukkan djuga disediakan sebuah bufet, jang hasilnja di peruntukkan sebagai sumbangan dalam usaha-usaha sosial.

Nj. Soedjono selaku Ketua Panitya, antara lain dalam kata pembukaan rapat umum jang diselenggerakan pada tanggal 22 Desember 1953 petang hari, mengandjurkan agar semua lapisan ikut serta memperingati peringatan jang diselenggarakan oleh Panitya. Rapat mendapat perhatian jang sangat meriah dari masjarakat tersebut selain dihadiri oleh organisasi-organisasi dan perseorangan djuga dari fihak pemerintahan tak ketinggalan. Selesai sambutan-sambutan diputarkan film kepada para pengundjung rapat. Atjara mengisi peringatan lainnja, ialah perlombaan-perlombaan olahraga antara kaum ibu dan pemberian hiburan kepada para penderita dirumah sakit. Demikian antara lain sekedar tindjauan ppenjelenggaraan peringatan di Pemalang.

37. PEKALONGAN.

Sebagai rangkaian peringatan genap Seperempat Abad Kesatuan pergerakan Wanita Indonesia di Pekalongan, semendjak tanggal 17 Desember 1953 berturut-turut hingga tanggal 20 Desember diadakan pertandingan- pertandingan olahraga. Isi perajaan selain disebut diatas, diadakan pula pameran jang diselenggarakan semendjak tanggal 18 Desember s/d 20 Desember 1953, jang diikuti oleh organisasi-organisasi wanita jang tergabung dalam Panitya. Rapat dan resepsi tjukup mendapat perhatian dari masjarakat. Djuga perlu diketahui, bahwa pada tanggal 22 Desember 1953 itu, diadakan rapat serentak jang meliputi 20 (dua puluh) desa. Djuga pada tanggal tersebut oleh Panitya diandjurkan kepada para pemudi/puteri agar menghibur ibunja masing-masing sebagai tanda darma baktinja. Pun oleh Panitya kepada para ibu jang sedang dirawat dirumah sakit diberikan hiburan sekedarnja.

Djuga pendjualan bunga dapat dilaksanakan sebagai isi peringatan. Selandjutnja oleh Panitya setempat jang dipimpin oleh Nn. Soegiarti itu ditambahkan dalam laporannja, bahwa selain kelan-

tjaran-kelantjaran dan perhatian jang tjukup memuaskan, sangat disajangkan dengan beberapa golongan tertentu jang setjara langsung maupun tidak langsung berusaha merintangi kalau tidak boleh dikatakan untuk menggagalkan perajaan.

Tetapi berkat keteguhan dan persatuan antara mereka jang menjetudjui penjelenggaraan ini, semua dapat diatasi dengan terus berlangsungnja perajaan.

38. KENDAL.

Sehari sebelum peringatan, dikota Kendal telah terpantjang Spandoeken jang antara lain berbunji: 1. Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita, Negara mendjadi merdeka, makmur dan sentausa, 2. Madjulah, ikutilah wanita Indonesia dalam membangun negara. 3. Dalam hatiku terkenang selalu djasa ibu.

Disamping spandoeken, tepat pada tanggal 22 Desember 1953 pagi, bertempat di Ketjamatan Kendal telah dibagikan bingkisan kepada 20 orang djanda tua dan miskin jang berisi badju dan kue-kue. Sedangkan baby-show diadakan bersamaan pagi itu djuga di Balai Kesehatan Ibu dan Anak-anak Kendal.

Atjara sore hari diisi dengan pemberian hiburan kepada Ibu-ibu jang sedang dirawat dirumah sakit. Djuga pameran keradjinan tangan oleh Organisasi wanita merupakan kelengkapan isi perajaan.

Kemudian sebagai klimaks dari pada rangkaian atjara pada malam hari untuk undangan diselenggarakan resepsi jang mendapat perhatian tjukup. Resepsi dibuka oleh Ketuanja Nj. Soenarti, seterusnja uraian-uraian sekitar arti Hari Ibu serta sambutan-sambutan. Oleh Nj. Sahid Ketua Perwari Tjabang Kendal dalam sambutannja mendjelaskan apa sebabnja, maka organisasi-organisasi wanita tidak menjetudjui adanja PP.19 itu. Hiburan dan pembagian hadiah-hadiah pemenang sajembara, sekaligus merupakan rentetan atjara resepsi penutup perajaan Seperempat Abad Kesatuan Pergerak an Wanita Indonesia di Kendal.

Patut diterangkan pula bahwa bagi umum diputarkan film Djapen dialoon-aloon. Demikian warta dari Kendal.

39. SEMARANG.

Semendjak tanggal 6 hingga 22 Desember 1953, adalah merupakan untaian hari perajaan memperingati genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang diselenggarakan oleh Panitya Perajaan di Kota Semarang. Nj. S. Soeparmin selaku Ketua Panitya dengan dibantu oleh semua anggauta Panitya lainnja dan masjarakat setempat, telah berhasil mengisi perajaan dengan atjara-atjara: perlombaan olah raga, penindjauan serentak kursus P.B.H. jang ikut perlombaan menjelenggaraan kursus P.B.H. wanita, Exposisi kepandaian wanita, malam hiburan, arak-arakan/pawai, rapat umum, pendjualan bunga Hari Ibu, pendjualan buku kenang-kenangan, menarik lijst derma, mengadakan sembahjang guna keselamatan ibu, membantu usaha wanita Semarang dalam mengadakan „Perumahan untuk wanita Tua”, dan mengadakan Taman batjaan untuk wanita.

Meskipun masih terdapat kekuarangan disana-sini, tetapi perajaan dapat terlaksana dalam suasana persatuan dan menggembirakan.

40. DEMAK.

„Lebih baik hantjur lebur, dari pada mendjalankan apa jang mendjadi larangan Tuhan dan Agama”" demikian antara lain sembojan sebagai penutup pidato Nj. Soeprapto Ketua Umum Panitya Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Demak sewaktu dilangsungkan perajaan tersebut. Perajaan jang diselenggarakan berturut-turut mulai tanggal 20 s/d 22 Desember 1953 itu, selain Resepsi dan rapat umum, diawali dengan perlombaan-perlombaan olahraga dan diachiri dengan pawai keliling kota.

Pameran dan Sandiwara tak djuga dilupakan sebagai hiasan periah perajaan, dimana hasil pendjualan kartjis sandiwara bersih dibagi: 30% untuk bentjana alam, 30% untuk Gedung Wanita Jogja dan 40% untuk biaja peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia Demak.

Achirnja patut ditambahkan disini, bahwa bertepatan dengan hari peringatan seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Demak, dikeluarkan suatu Resolusi jang berisikan: 1. mengandjurkan kepada Pemerintah untuk dengan setjara bebas mendjual produksi dalam negeri kepada negara manapun djuga, jang berarti djuga tambah nja diviezen negara. 2. mendesak kepada jang berwadjib untuk lebih menggiatkan pengawasan harga. 3. mendesak kepada Pemerintah untuk bertindak kearah penurunan harga barang keperluan hidup sehari-hari.

Demikianlah, berkat adanja persatuan dan kerdjasama jang baik dari semua lapisan, maka perajaan berdjalan dengan teratur dan memuaskan.

41. KUDUS.

Guna memperkuat dan menambah bekal terwudjudnja suatu „Jajasan Wanita Kudus", Panitya Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Kudus telah berhasil memberikan sumbangannja sebesar Rp.1080,- (seribu delapan puluh rupiah).

Sebagaimana dilaporkan, bahwa pada hari peringatan diatas, oleh Panitya Setempat telah diselenggarakan suatu upatjara/resepsi tepat pada tanggal 22 Desember 1953. Resepsi mana dimeriah kan oleh Orkes S.B.G. dan tari-tarian serta njanjian anak-anak jang mendapat sambutan meriah. Pameran dan pendjualan hasil-hasil pekerdjaan tangan dan kuwe-kuwe tjukup pula memberikan hasil jang tjukup baik.

Demikianlah antara lain laporan penjelenggaraan peringatan di Kudus dimana berkat adanja saling mengerti dan bantuan dari segala fihak, maka Nj. A. Rachman selaku Ketua Panitya dan semua anggauta stafnja, dapat menunaikan tugas sebagaimana mestinja.

42. DJEPARA.

Dengan pimpinan Nj. P. Abdul Malik selaku Ketua Panitya, maka upatjara peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indo

nesia di Djepara, telah berlangsung dengan chidmat dan selamat.

Perlu diketengahkan, bahwa mendahului sebelum dilaksanakan upatjara diatas, semendjak tanggal 15 Desember 1953 telah dimulai perlombaan olahraga, karang-mengarang, memasak dan lain-lain sebagai rangkaian menjongsong hari jang bersedjarah itu. Sebagai kuntji peringatan diadakan pawai keliling kota setelah upatjara berachir. Peristiwa penting jang djuga perlu ditjatat, antara lain tentang dapat didirikannja Rumah Jatim dengan asramanja di Kawedanaan Petjangaan Djepara tepat pada tanggal 22 Desember 1953.

43. PATI.

Di Pati Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, oleh Panitia setempat dirajakan dengan diisi atjara-atjara perlombaan olah-raga jang diikuti oleh para peladjar puteri dan kaum wanita lainnja.

Perlombaan-perlombaan jang dimulai pada tanggal 15 s/d 20 Desember 1953 itu, diikuti pula oleh atjara pertundjukan Sandiwara jang dimulai tanggal 18-19 Desember, seterusnja tanggal 21-22 Desember diisi dengan pameran jang diteruskan dengan suatu resepsi. Dalam resepsi mana dibatjakan sedjarah ringkas tentang pergerakan wanita selama seperempat abad oleh Ketua Umum Panitya Nj. R. Soenarto. Pagi hari tanggal 22 Desember oleh Seksi Sosial Panitya dibantu dengan organisasi-organisasi wanita membagi pakaian pada wanita-wanita jang tidak mampu dan kemudian menghibur kerumah-sakit umum dan Tentara.

Achirnja sore hari diadakan rapat umum jang dilandjutkan dengan pawai keliling kota, dan dikuntji mendengarkan pidato-pidato Presiden dan Ketua Parlemen melalui radio.

44. BLORA.

Guna menjongsong Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, oleh Panitya di Blora didahului dengan gerakan penerangan-penerangan kekampung-kampung, jang dimulai tanggal 16 Nopember s/d 14 Desember 1953. Selandjutnja hiburan kepada para Ibu diselenggarakan pada tanggal 20 Desember, jang mendapat perhatian tjukup memuaskan baik dari fihak anak-anak maupun bapak-bapak. Esok harinja dilandjutkan menghibur ibu-ibu dirumah sakit. Tepat pada tanggal 22 Desember sore harinja diadakan pawai jang dilandjutkan upatjara peringatan, dimana Nj. Soemadi selaku Ketua Panitya mendjelaskan sekitar hari Ibu. Kemudian atjara dilandjutkan dengan Fanceyfair. Atjara jang menarik dilaksanakan pada tanggal 23 Desember dengan pemberian hadiah kepada 10 orang ibu jang tertua ditiap-tiap desa dalam kota Blora. Dengan itu berachirlah pula penjelenggaraan peringatan diatas.

45. JOGJAKARTA.

Disini Panitia setempat didukung oleh 33 organisasi Wanita dengan dibantu oleh 10 organisasi peladjar. Ketua Umum dipegang oleh Wanita Taman Siswa, sebagai organisasi Wanita jang Tertua. Disamping ini Panitia mengangkat Suatu Dewan Pengetua jang anggauta-anggautanja diambil dari

mereka jang dulu ikut menjelenggarakan Kongres Wanita I, 25 tahun jang lalu. Dan Ketuanja adalah Ibu Soekonto jang dulu mengetuai djuga Kongres Wanita I.

Peringatan ini telah dimulai 2 bulan sebelum tanggal 22 Desember 1953 dengan pertandingan-pertandingan keolahragaan, dari murid-murid sekolah.

Selain dari itu Panitia meminta bantuan dari R.R.I. untuk mengadakan hiburan-hiburan rakjat, berupa siaran-siaran wajang orang dan ketoprak dari Studio dangan tjeritera-tjeritera jang menggambarkan kesetiaan dan tekad luhur dari Wanita.

Djuga Djawatan Penerangan Kota Pradja atas permintaan Pemuda membantu dengan pemutaran film terbuka selama 3 hari. Disamping itu pamflet-pamflet disebar didalam kota pada tanggal 22 Desember 1953 untuk memberi penerangan tentang arti dan maksud Peringatan itu, Pameran-pameran diadakan pula di Sonobudojo tentang hasil pekerdjaan tangan, bahan makanan dan sebagainja.

Sajang sekali, bahwa rapat umum dan pawai jang sedianja akan diadakan pada tanggal 22 Desember sore tidak dapat berlangsung karena hudjan lebat.

Pada malam harinja diadakan resepsi di Gedung negara jang mendapat sambutan jang sangat memuaskan.

Salah satu atjara jang penting: ialah mengikuti siaran Pemerintah dan peresmian Pandji Hari Ibu dengan diiringi Lagu Hari Ibu.

Kata-kata sambutan diutjapkan antara lain oleh Ibu Soekonto, Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah Wali-Kota, Wakil-wakil Tentara dan Polisi Organisasi dan perseorangan.

Setelah hadiah dibagi-bagikan kepada para pemenang perlombaan, lalu dipertontonkan hiburan berupa tarian-tarian, sandiwara dan sebagainja, maka peringatan ditutup.

46. SURAKARTA.

Solo bukan lagi Solo, kalau tidak ada keistimewaan-keistimewaannja. Sampai pada mendjelang peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia, Solo dapat pula mempergunakan Keis timewaan dengan kebetulan kundjungan Presiden Sukarno ke Solo. Dimana kundjungan Presiden tersebut, digunakan oleh Panitya sebaik-baiknja dengan djalan mengadakan Pasar Derma jang bertudjuan guna a. menjambut kedatangan Presiden dan b. untuk mentjari uang.

Meskipun melalui pertjobaan-pertjobaan jang bagaimanapun djuga, namun achirnja Pasar Derma dapat diselenggarakan di Hotel Dana dengan dibuka oleh Presiden pada tanggal 11 Nopember 1953. Patut pula diterangkan, bahwa hasil Pasar Derma tersebut digunakan untuk: 50% biaja Peringatan, 12½% Jajasan Kesedjahteraan Buruh Wanita dan 25% untuk Sri Dharma.

Sebulan sesudah Pasar Derma berlangsung, Hari Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia didepan mata kita. Tepat pada tanggal 22 Desember 1953 pagi dilangsungkan rapat umum di Gedung Wajang Orang Sriwidari. Perha

tian tjukup meriah, pembukaan dilakukan oleh Nj. G.R.A. Judonegoro selaku Ketua Panitya. Perlu djuga diterangkan bahwa dalam rapat tersebut telah dikeluarkan suatu Resolusi jang maksudnja meminta kepada Pemerintah agar segera diadakan pengendalian harga, terutama bahan-bahan makanan, dan djuga diharapkan adanja pembagian bahan makanan kepada rakjat dengan harga jang murah. Selain rapat djuga diselenggarakan pameran.

Petang harinja diadakan pidato radio, dan diselenggarakan pula Malam Gembira jang mendapat perhatian meriah.

47. SRAGEN.

Dari daerah pantai utara Djawa-Tengah, kita melandjutkan penindjauan sedjenak kedaerah Surakarta. Di Sragen peringatan seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia seperti halnja dengan daerah-daerah lainnja diisi dengan perlombaan karang-mengarang, menjulam, menjongket, memasak dan lain-lain . Pawai, rapat umum dan resepsi djuga merupakan rangkaian peringatan.

Demikian djuga pemberian hiburan-hiburan kerumah sakit dan kepada isteri/ibu para pahlawan jang telah gugur tak dilupakan. Penting ditjatat, bahwa dalam resepsi diberikan pula medali kepada tiga orang wanita jang berdjasa kepada organisasi wanita, ialah Nj. Wirjosumitro pendiri Aisijah tahun 1928. Nj. Atmosudarmo pendiri Rukun Wanita mulai tahun 1937 dan Nj. Prawirosastro jang berdjasa terhadap P.P.I. mulai tahun 1945. Sedangkan kepada 12 Organisasi wanita jang ada di Sragen diberikan tanda kenang-kenangan berupa palu untuk memimpin rapat. Sedangkan kepada ibu jang melahirkan tepat tanggal 22 Desember 1953, jang sengadjanja disediakan 5 buah hadiah, hanja terkabul sebuah sadja.

Demikianlah antara lain laporan Panitya di Sragen dimana Sri Wurjan selaku Ketua, denganbantuan semua anggota Panitya dan masjarakat telah menunaikan tugasnja sebagaimana mestinja.

48. BODJONEGORO.

Pertama-tama kita mulai daerah Bodjonegoro, disini Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia diperingati dengan rapat umum dan resepsi jang mendapat perhatian tjukup meriah dari berbagai fihak dan golongan. Pemutaran film „Si Pintjang” pameran serta pertundjukkan kesenian, adalah merupakan rangkaian isi perajaan peringatan tersebut. Tentang usaha jang permanen sesuai dengan andjuran Pusat Panitya, berhubung telah adanja Jajasan Kartini, maka fihak Panitya berpendapat akan lebih memperkuat jang telah ada, dari pada membuat baru jang dewasa ini masih kekurangan tenaga penggeraknja. Selandjutnja disebutkan pula dalam laporan tersebut, bahwa Panitya jang dipimpin Nj. Soedjoko selaku Ketua beserta anggautanja itu, telah dibubarkan sekali pada 8 Pebruari 1954.

49. KARANGMODJO.

Dengan setjara sederhana dan singkat, oleh Panitia Peringatan Seperempat Abad Kesatuan

Pergerakan Wanita Indonesia di Karangmodjo jang dipimpin oleh Nj. Prawirowinoto disampaikan laporan bahwa ditempat itu djuga dilangsungkan suatu pertemuan peringatan hari jang bersedjarah tersebut, dengan mendapat perhatian jang tjukup memuaskannja.

50. SURABAJA.

Sebagaimana tertjantum dalam programnja, Panitia Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang dipimpin oleh Nj. Mus tadjab selaku Ketua itu, mengisi dengan atjara-atjara: Resepsi dan Pameran pada tanggal 21 Desember malam hari. Pembukaan Balai Ibu, perletakan batu pertama gedung „Jajasan Kartini ”, pemberian pakaian pada wanita-wanita jang miskin, rapat umum dan malam peringatan, merupakan rentetan atjara pada tanggal 22 Desember 1953. Selain atjara-atjara tersebut usaha guna meriahkan Hari Ibu, pula diselenggarakan, pendjualan lotere barang, perlombaan karang-mengarang, mengeluarkan buku peringatan, memberi hadiah kepada wanita warganegara jang terbanjak puteranja dan wanita jang paling tua usianja. Tentang Balai Ibu, adalah suatu usaha permanen, jang dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk membantu pemerintah dalam meringankan usaha-usaha pemberantasan pengangguran dikalangan wanita. Hingga saat itu telah dididik sebanjak 30 orang wanita dan dalam penjelenggaraan serta pendirian Balai ini, Panitia mendapatkan bantuan moreel maupun materieel dari Inspeksi Penem patan Tenaga Djawa Timur. Selandjutnja mengenai Jajasan Kartini, sebenarnja bukan usaha dari Panitia Seperempat Abad, tetapi telah berdiri semendjak tahun 1953. Hanja untuk meriahkan perajaan Hari Ibu, maka batu pertamanja diletakkan tepat pada hari bersedjarah itu. Demikian sekedar penjelenggaraan perajaan dikota Surabaja.

51. BANGKALAN.

Bangkalan adalah tempat pertama jang kita indjak. Disini Panitia Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia telah dibentuk semendjak tanggal 15 Nopember 1953, dengan memilih Nj. Abd. Latief selaku Ketuanja. Perajaan dimulai pada tanggal 20 Desember 1953 dengan perlombaan-perlombaan keradjinan tangan dan lain-lain, keesokan harinja diisi dengan pendjualan bunga Ibu, dan tepat tanggal 22 Desember 1953 diselenggarakan rapat umum, dimana selain uraian sedjarah ringkas dan sambutan-sambutan, disisipkan atjara penanaman pohon Melati di Kebun Radja dan pemberian idjazah kepada kursus K.P.U. wanita. Achirnja perajaan dikuntji dengan resepsi pada malam harinja, dimana Pandji Hari Ibu diresmikan.

52.PAMEKASAN

Di Pamekasan genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, djuga mendapat perhatian dan sambutan baik oleh kaum wanitanja. Selain upatjara dan lain-lainnja seperti halnja daerah lain, djuga oleh Panitia setempat diseleng-

garakan perlombaan karang-mengarang. Demikian antara lain laporan peringatan di Pamekasan.

53. SUMENEP.

Berkenaan dengan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Sumenep dimeriahkan dengan Pasar Amal jang dimulai dari tanggal 12 s/d 22 Desember 1953, jang berisi pameran, pertundjukan dan lain-lainnja. Selain itu hiburan bagi djanda-djanda militer dan civiel jang nasibnja belum terdjamin, dimana untuk perbaikan nasib mereka Gabungan Organisasi Wanita Sumenep telah hampir dua tahun lamanja memperdjuangkan jang belum dapat hasil sebagaimana mestinja. Tepat tanggal 22 Desember diadakan rapat umum dan pawai. Perlu diterangkan pula, bahwa dalam rapat tersebut panitia telah pula mengirimkan sebuah resolusi kepada Menteri P.P. & K., jang mendesak agar S.K.P. Partikulir di Sumenep jang telah berdiri semendjak lima tahun jang lalu diresmikan mendjadi Sekolah Pemerintah. Kemudian dapat pula ditambahkan, bahwa di Sumenep telah didirikan pula Jajasan Ibu atas initiatief Gabungan Organisasi Wanita, tertjatat mulai didirikan tanggal 10 Nopember 1953. Demikianlah antara lain laporan dari Sumenep.

54. SIDOHARDJO.

20 Desember 1953, adalah permulaan perajaan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia disitu, dengan diisi perlombaan olahraga chusus wanita, dimana penjelenggaranja adalah Panitia Peringatan di Sidohardjo. Pawai jang diikuti oleh tidak kurang 200 orang peserta, dan pemberian hiburan kepada kaum wanita jang dirawat dirumah sakit, adalah merupakan kelandjutan dari atjara perajaan. Sedangkan resepsi dimana merupakan puntjak peringatan, diselenggarakan pada malam harinja tanggal 22 Desember 1953. Resepsi jang mendapat kundjungan tjukup dari berbagai golongan/djawatan jang diundang itu, dibuka oleh Nj. Satiman selaku Ketua Panitia. Demikian antara lain warta dari Sidohardjo.

55. PROBOLINGGO.

Dalam sidangnja pertama Panitia Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang dipimpin oleh Nj. D. Wirjokusumo selaku Ketua telah mengambil putusan, bahwa dalam memperingati Hari Ibu jang ke 25 nanti, Panitia akan menelorkan usaha jang permanen disamping atjaraatjara lainnja dalam peringatan/perajaan tersebut. Adapun usaha permanen tersebut ialah suatu Asrama Peladjar/Pegawai Wanita. Dimana pelantikan Pengurusnja dilakukan tepat pada rapat umum tanggal 22 Desember 1953. Sedangkan atjara perajaan lainnja adalah perlombaan-perlombaan olah raga, pemberian hiburan kepada anak-anak Jatim piatu jang diasrama, pameran dan lainlainnja.

Demikiaianlah dengan perhatian jang tjukup meriah, rapat berlangsung baik dan memuaskan dan dengan demikian pula berachirlah perajaan Hari Ibu jang diselenggarakan oleh Panitia di Probolinggo.

56. KRAKSAAN.

Balmasqué (karnaval) jang diikuti anak-anak berumur 4/12 tahun, hiburan kerumah sakit Kraksaan, berziarah ke Makam Pahlawan serta Pameran, adalah atjara-atjara pengisi hari pertama Perajaan Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang diselenggarakan oleh Panitia di Kraksaan. Sedangkan rapat umum jang dipimpin oleh Nj. Sudjono selaku Ketua Panitia dilangsungkan pada hari esoknja setelah atjara-atjara diatas, tepat tanggal 22 Desember 1953. Selain uraian-uraian sekitar Hari Ibu dan sambutan-sambutan dalam rapat jang dikundjungi berbagai golongan masjarakat setempat, pada rapatnja tanggal 21 Desember 1953, Panitia telah mengeluarkan suatu resolusi jang maksudnja mendesak kepada Pemerintah agar: segera menjusun U.U. Perkawinan jang mendjamin kedudukan hukum bagi wanita, mentjabut P.P. 19 tahun 1952, dan bertindak tegas terhadap kenaikan harga-harga barang/bahan kebutuhan hidup sehari-hari.

57. BANJUWANGI.

Dengan mendapat dukungan dari berbagai organisasi wanita setempat maka terbentuklah Panitia Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia pada tanggal 28 Djuli 1953 di Banjuwangi.

Dengan melalui usaha-usaha jang beraneka, alhasil peringatan dapat diselenggarakan setjara meriah dan mendapat perhatian tjukup memuaskan dari masjarakat. Atjara sebagai rangkaian isi dalam perajaan tersebut antara lain:

Pendjualan makanan/minuman disampingnja pameran keradjinan tangan, pakaian wanita serta lain-lainnja, jang mendapat perhatian besar dari masjarakat.

Selandjutnja setelah pada tanggal 6 Desember diadakan pameran, menjusul penjusunan Jurie untuk menentukan pemenang karang-mengarang (seni sastra) jang diselenggarakan sebagai rangkaian peringatan djuga. Selesai menentukan Juri dan lain-lain pada tanggal 19 Desember itu, maka sampailah kini pada puntjak Hari Peringatan pada tanggal 22 Desember 1953. Pagi hari itu diisi dengan perlombaan-perlombaan olah raga chusus bagi wanita, disampingnja diadakan penindjauan dan hiburan-hiburan kerumah-rumah Jatim piatu, Rumah miskin, rumah sakit djiwa dan rumah sakit bagi penderita hongeroedeem oleh sub. Panitia bagian Sosial.

Sore harinja diadakan rapat umum dilapangan Tegal Lodji, berhubung tjuatja kurang baik kirakira jang hadir hanja 700 orang sadja. Rapat dibuka oleh Ketua Panitianja Nj. Abd. Rachman. Patut ditambahkan, bahwa dalam rapat tersebut, diberikan pula suatu tanda mata kepada Pedjuangpedjuang wanita setempat, sebanjak tudjuh orang. Tidak ketinggalan pula beberapa perumahan sosial mendapat tanda mata sebagai kenang-kenangan dari Panitia, atas nama semua wanita pendukungnja.

Achirnja sebagai kuntji dari pada perajaan, malam harinja diselenggarakan suatu malam ramah tamah, jang djuga mendapat sambutan baik

dari berbagai lapisan, malam ramah tamah mana dimeriahkan dengan tari-tarian serta njanjian.

Demikianlah lampiran dari Banjuwangi, dimana ditambahkan djuga bahwa dalam rapatnja tanggal 12 Djanuari 1954, setelah menunaikan tugasnja itu Panitia dengan resmi dibubarkan.

58. LUMADJANG.

Dengan mendapatkan sambutan serta perhatian jang meriah dari segala lapisan masjarakat, oleh Panitia Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Lumadjang telah diselenggarakan Fencyfair, malam kesenian dan rapat umum.

Rapat umum jang dikundjungi tidak kurang 500 orang itu, dipimpin oleh Nj. K. Koesnan selaku Ketua Panitia, sedangkan dalam fencyfair jang diselenggarakan pada tanggal 20 Desember 1953 pengguntingan pita pembukaan dilakukan oleh Nj. Sastrodikoro (nj . Bupati).

Demikian antara lain laporan singkat dari Panitia.

59. KLAKAH.

Setelah kita menjusur pantai utara dan mentjapai udjung timur Djawa, sekarang kita kembali kebarat melalui daerah selatan menudju kekota Klakah. Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, dikota ini diperingati dengan pawai serta ziarah kemakam Pahlawan sebelum dimulainja rapat umum. Rapat umum jang diselenggarakan tepat pada tanggal 22 Desember itu dibuka oleh Nj. Ki Soerjadi Ketua II Panitia, dan dihadiri kurang lebih 400 orang.

Selesai sambutan-sambutan dalam rapat tersebut diselenggarakan suatu hiburan permainan anakanak serta pameran dan pendjualan hasil-hasil keradjinan tangan jang diselenggarakan oleh seluruh organisasi Wanita setempat. Selain itu dapat pula ditambahkan bahwa kepada beberapa djanda pedjuang dan kaum ibu tua jang tidak mampu disampaikan pula sesuatu tanda kenang-kenangan berupa pakaian.

60. PARE.

Dikota Pare jang djuga termasuk salah satu kota ketjil didaerah Karesidenan Kediri, dalam memperingati genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia Panitia jang dipimpin oleh Nj. S. Hadisoesilo selaku Ketua telah menjampaikan laporan singkat antara lain:

Tanggal 17, 18 dan 22 Desember diselenggarakan perlombaan-perlombaan olah raga. 22 Desember 1953 malam hari diselenggarakan suatu resepsi, sedangkan rapat umum jang sengadjanja diselenggarakan pada sore harinja karena hudjan sangat lebat terpaksa gagal. Sebagaimana direntjanakan, bahwa dalam rapat umum itu selain uraian-uraian sekitar Peringatan/arti Hari Ibu akan disampaikan pula tuntutan kaum wanita, tentang harga-harga barang kebutuhan sehari-hari.

61. KEDIRI.

Panitia jang dipimpin oleh Nj. Soetopo selaku Ketua I Panitia Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Kediri,

telah menjelenggarakan perajaan semendjak tanggal 18 s/d 23 Desember 1953. Perajaan diisi dengan Pameran, Perlombaan karang mengarang, olah raga, menghibur ibu-ibu jang berada dirumah sakit, pendjara dan asrama Sosial, rapat umum serta Pendirian Asrama Peladjar. Dalam rapat umum jang dihadiri kurang lebih 600 orang itu, telah mengambil pula suatu resolusi jang mendesak kepada Pemerintah, agar segera mengeluarkan Undang-undang Perkawinan jang adil dan mentjabut P.P. 19 tahun 1952.

Tentang Asrama Peladjar, dilaporkan, bahwa alat-alat sudah ada hanja tinggal berusaha gedungnja. Sedangkan sisa biaja peringatan jang diperoleh dari bantuan para dermawan dan usaha-usaha lainnja sebanjak Rp.1.058,80 oleh Panitia telah diserahkan kepada Panitia Asrama Peladjar, untuk membantu melaksanakan usaha-usahanja. Demikian setjara ringkas laporan Panitia di Kediri.

62. NGRONGGOT.

Meskipun hanja ketjamatan sadja, di Ngronggot (daerah Kares. Kediri), Peringatan Genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia oleh Panitia setempat diperingati dengan suatu upatjara jang diteruskan dengan suatu pameran dari hasil kaum ibu murid-murid S.R. serta murid P.B.H. Pertemuan tersebut mendapat perhatian tiukup dan dibuka oleh Ketua Panitianja Nona Kustijah.

Demikian antara lain laporan singkat dari Ngronggot.

63. NGANDJUK.

Dengan mendapat dukungan dari berbagai organisasi Wanita serta lain-lainnja, Panitia Peringatan Şeperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Ngandjuk telah menjelenggarakan peringatan jang mendapat perhatian dan bantuan-bantuan besar dari masjarakat setempat. Sebagai rangkaian perajaan/peringatan diisi dengan suatu resepsi/pertemuan bersenam dan gerak djalan murid-murid wanita, exposisi keradjinan tangan, pertundjukkan kesenian dan wajang suluh, menghibur ibu jang sakit atau di Perawatan, membuka Consultatie bureau (penjuluh hak-hak wanita).

Perlu diterangkan djuga, bahwa dalam resepsi perhatian dapat disimpulkan memuaskan dari pada hadirin jang mewakili organisasi-organisasi serta djawatan dan lain-lainnja.

Sebagai achir laporan, Panitia jang dipimpin oleh Nj. Soemadji selaku Ketua itu, dengan resmi telah dibubarkan pada bulan Djanuari 1954, sedangkan usaha-usaha untuk mentjari sokongan pendirian Gedung Wanita di Jogjakarta dilandjutkan oleh KOWANI Ngandjuk.

64. TULUNGAGUNG.

Dikota Tulungagung ini, sewaktu Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia tidaklah kalah meluapnja semangat kaum wanitanja dengan air bah jang biasa mengenangi, didalam mengenang dan memperingati hari jang bersedjarah tersebut demi perdjuangan wanita dan bangsa pada umumnja.

 Perajaan antara lain diisi dengan fietstocht oleh Peladjar-peladjar Puteri Sekolah Landjutan mengelilingi kota. Tepat pada tanggal 22 Desember 1953, diresmikan pembukaan Consultatie-bureau wanita hamil, jang disaksikan pula antara lain oleh Dokter-dokter Pemerintah maupun Partikelir. Sedangkan pada achir penutup perajaan pada malam harinja diselenggarakan suatu resepsi Per ingatan, jang mendapat kundjungan dari Instansi-instansi Pemerintah dan lain-lainnja disamping dari wakil-wakil 16 organisasi wanita pendukung Panitia. Resepsi dibuka oleh Ketua Panitia Nj. Kasidik dan diachiri dengan atjara hiburan pertundjukan. Achirnja dapat dikemukakan disini, bahwa untuk sokongan pendirian Gedung Wanita di Jogjakarta, Panitia mendapat sokongan-sokongan sebesar Rp.1.188,50 dari masjarakat. Setelah di potong untuk keperluan administrasi dan penutup biaja-biaja perajaan kepada Pusat dikirimkan uang tunai sebesar Rp.750,-.

65. MODJOKERTO.

Rapat serentak jang dimulai tanggal 14 s/d 19 Desember 1953 dikelurahan-kelurahan, adalah merupakan awalan rangkaian perajaan genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang diselenggarakan oleh Panitia di Modjokerto. Selandjutnja tanggal 15 s/d 22 Desember, diadakan pendjualan Bunga dan Broche Hari Ibu, karena hudjan jang terus-menerus, maka sekedar sokongan pendirian Gedung Wanita Jogjakarta, hasil pendjualan tersebut hanja dapat dikirimkan sebanjak Rp.25,-. Tanggal 21 Desember diadakan perlombaan P.B.H. chusus wanita. Sedangkan Ziarah kemakam Pahlawan dan hiburan kepada kaum ibu jang sedang dirawat dirumah sakit, adalah suatu atjara jang mendahului sebelum rapat umum tanggal 22 Desember 1953 dilangsungkan. Achirnja Panitia jang dipimpin oleh Nj. Paidi selaku Ketuanja ini, menguntji perajaan dengan suatu pertundjukan hiburan.

66. PATJITAN.

Setelah kita djeladjahi tempat-tempat didaerah Djawa Timur, achirnja dikuntji oleh laporan dari Kota Patjitan jang terletak dipantai selatan. Dengan dukungan organisasi wanita setempat, panitia dengan mendapatkan bantuan serta perhatian dari masjarakat, dapat ikut serta merajakan hari Genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia tjukup memuaskan.

Selain rapat umum, guna meramaikan peringatan diselenggarakan pula Pameran, perlombaan masak memasak bahan dari ketela pohon, pendjualan bunga Ibu (buatan sendiri) , pendjualan amplop dan perangkonja Hari Ibu, hiburan kepada orang sakit dirumah sakit umum dan perlombaan olah raga.

Demikianlah antara lain laporan singkat dari Patjitan, dan dengan demikian berachirlah pula laporan serta serba-serbi peristiwa penjelenggaraan peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dari tempat-tempat didaerah Djawa Timur, meskipun belum seluruhnja dapat dituliskannja.

NUSA TENGGARA.

Djika dibanding dengan banjaknja tempat, hanja sedikit sadja jang telah menjampaikan laporannja, tetapi meskipun demikian perajaan seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di daerah Nusa Tenggara dapat pula diselenggarakan.

67. DEN PASAR.

Kiranja bukanlah suatu hal jang berkelebihan, djika jang dapat dibitjarakan dari daerah Pulau Kajangan ini tidak hanja tentang kuil dan tarian-tariannja belaka, demikian halnja dengan peristiwa genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia djuga tidak dialpakan oleh para wanitanja.

Sebagai pengisi atjara perajaan jang diselenggarakan oleh Panitia di Denpasar, antara lain; pendjualan bunga, perlombaan karang mengarang bagi para buruh wanita lulusan PBH dan siswa-siswa puteri Sekolah Landjutan- Baby-show dan Pameran merupakan pelengkap rangkaian perajaan dan sebagai puntjak peringatan, diselenggarakan sekedar resepsi/upatjara jang mendapat perhatian tjukup memuaskan dari segala pihak. Dalam uraiannja Nj. Mertha selaku Ketua Panitia antara lain menekankan, pentingnja adanja front Persatuan Wanita dan Front Persatuan Nasional, jang dapat menggalang persatuan segala golongan, tidak mengenal perbedaan aliran, ideologi kepertjajaan dan lain-lain, demi tertjapainja Kemerdekaan Nasional jang sempurna, perbaikan nasib, hak-hak wanita dan anak-anak. Sebelum berachir resepsi tersebut diadakan pula pertundjukkan dan pemberian hadiah kepada pemenang-pemenang Boby-show, olahraga, karang-mengarang dan lain-lainnja.

68. SUMBA BARAT.

Semendjak tanggal 18 Desember 1953 telah diselenggarakan pertandingan -pertandingan olah raga berturut-turut hingga 22 Desember 1953, jang merupakan rangkaian peringatan genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia jang diselenggarakan oleh Panitia di Waikbubak Sumba-Barat. Selain olah raga, upatjara/rapat umum dan pawai diselenggarakan dengan perhatian jang tjukup meriah dari segala pihak, baik dari organi sasi-organisasi rakjat maupun pihak Pemerintah setempat. Selain itu kepada Panitia Pusat dikirimkan pula uang sebanjak Rp.100,- sebagai sumbangan/hadiah Masjarakat kepada Jajasan Hari Ibu.

Achirnja sebagai kuntji dari pada perajaan tersebut pada malam harinja tanggal 22 Desember 1953, diselenggarakan suatu resepsi jang dimeriahkan dengan tarian dan pembagian-pembagian hadiah kepada pemenang-pemenang perlombaan. Demikian antara lain laporan Panitia jang dipimpin oleh Nj. O. Diaz selaku Ketua Panitia setempat.


69. MAUMERE.

Mungkin belum semua diantara kita mengetahui jang disebut Maumere ini. Maumere letaknja di pulau Flores disebelah timur dari Kota Ende ibu kota Flores. Meskipun bukan Ibukotanja, tetapi pada waktu peringatan Seperempat Abad Kesatuan

Pergerakan Wanita Indonesia di Maumere oleh Panitia setempat, telah pula diselenggarakan perajaan jang diisi dengan pameran memberi hiburan kepada Ibu/wanita jang perlu ditolong, kerumah sakit, rumah pendjara, rapat umum, pawai jang kesemuanja mendapat perhatian tjukup baik dan meriah. Demikian antara lain laporan dari Maumere.

70. KUPANG.

Dari Kupang kita peroleh laporan, bahwa Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia diperingati dengan perkundjungan dan pemberian hiburan kepada Ibu-ibu dan Balu-balu Wanita, pendjualan hasil keradjinan tangan dan lain-lain, perlombaan keradjinan tangan, sandiwara, pemutaran film, pendjualan bunga Ibu dan pertemuan umum. Perajaan diselenggarakan oleh Panitia dimana Nj. M.E. Amalo-Jahanes mendjabat Ketua; berkat bantuan dari segala pihak maka perajaan dapat terselenggara dengan baik menggembirakan.

Demikianlah achir laporan dari Nusa Tenggara dimana masih djauh dari pada lengkap, disebabkan karena sesuatu dan lain hal belum semuanja dapat mengirimkan laporan lengkap jang dapat kita sadjikan.


MALUKU

Betapa luas laut jang membatasi, ataupun tinggi gunung jang memberi, namun kumandang dari semangat memperingati genap Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, menembus mendjeladjahi djiwa bangsa kita mengarungi lautan hingga kepelosok kepulauan Maluku. Meskipun hanja beberapa tempat jang kami terima berita penjelenggaraan peringatan tersebut tetapi sudahlah dapat merupakan tanda, bahwa gerak persatuan perdjuangan bangsa umumnja dan wanita chususnja dapatlah ladju lepas menembus bentengbenteng penghalang kemerdekaan dan kebahagiaan bangsa Indonesia. Sekelumit peristiwa peringatan hari jang bersedjarah diatas, dari Panitia setempat didaerah Maluku antara lain:

71. AMBON.

Perajaan dimulai pada tanggal 19 Desember 1953 dengan atjara pidato Ketua Panitia Nj. S. Sokawati sekitar riwajat wanita Indonesia dan kesatuan pergerakannja. Selandjutnja atjara memberi hiburan kepada penderita dirumah sakit Tentara, rumah pendjara dan rumah bersalin dilangsungkan pada tanggal 21 Desember pagi hari. Petang harinja perajaan diteruskan dengan pembukaan Pameran jang dibantu oleh organisasi-organisasi wanita setempat. Rapat umum diselenggarakan tepat pada tanggal 22 Desember 1953 jang dikundjungi tidak kurang dari 800 orang. Selesai upatjara dan uraian ringkas sekitar Hari Ibu serta sambutan-sambutan dan lain-lainnja, maka Seksi Hiburan memberikan hadiah-hadiah kepada 246 orang tua jang berusia diatas 70 tahun, antara lain ada jang datang dari luar kota atas undangan Panitia. Sore harinja diadakan pawai keliling kota jang disemarakkan oleh Staf musik R.I. 25. Kemudian sebagai penutup dari rangkaian perajaan pada malam harinja dise-

lenggarakan resepsi jang mendapat perhatian tjukup baik dari segala pihak.

Sebelum mengachiri laporan dari Ambon ini, patut diketengahkan bahwa diluar kotapun perajaan dapat dilangsungkan dengan aneka batas kemampuannja masing-masing.

Antara lain diterima laporan dari Saparua, Haruku, Nusa Laut, Buru, Banda Ceram Utara, Barat dan Timur, Djazirah Hitu dan Kei Besar.

72. AKKOM (SAPARUA).

Atjara peringatan Seperempat Abad Kesatuan Gerakan Wanita Indonesia di Negeri Akoon (Saparua) Maluku, diisi dengan berdjalan ronda kampung dengan musik, Rapat umum, mengundjungi baji lahir, bertamasja ketepi laut dan lainlainnja. Demikian antara lain laporan Panitya Perajaan di Akoon jang dipimpin oleh Nj . Ch. Wattimena/Tahapary.

73. TERNATE.

Di Ternate peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, djuga mendapat perhatian dari kaum wanitanja. Dengan pimpinan Nj. Suitela selaku Ketua perajaan dilangsungkan dengan berbagai atjara. Antara lain: pendjualan broce Hari Ibu jang telah dikirim pula sedjumlah uang ke Panitya Pusat, olah raga, karang-mengarang dan pawai tidak pula ketinggalan merupakan pengisi perajaan hari Ibu jang bersedjarah itu di Ternate Utara.

74. TUAL.

Berhubung kesulitan-kesulitan jang dihadapi, di Tual jang terletak didaerah Maluku Tenggara belum dapat dilangsungkan, dan seterusnja dari Inspeksi Pendidikan Masjarakat setempat dikabarkan, bahwa peringatan tersebut, akan dilangsungkan bersamaan dengan hari Kartini pada bulan April tahun berikutnja.

Demikianlah sedjenak kita ikuti laporan jang sederhana dari daerah rempah-rempah, dimana kita menaruh kejakinan pula bahwa pada harihari jang akan datang akan lebih sempurna dan meriah merata keseluruh kepulauan Maluku terselenggara peringatan-peringatan dan kebulatan tekad demi kemadjuan wanita dan bangsa Indonesia pada umumnja.

75. KALIMANTAN.

Meskipun tidak semua atau belum semua mengirimkan verslagnja, tetapi dapat kita jakini, bahwa daerah-daerah atau tempat-tempat jang belum mengirimkan atau jang tidak disebut dalam penindjauan singkat ini pasti menjelenggarakan atau setidak-tidaknja mengenal akan adanja Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Kaum Wanita Indonesia pada tanggal 22 Desember 1953. Dari daerah Kalimantan jang sangat luas tetapi sangat pula sukar hubungannja antara satu dan lainnja ini, dengan apa jang ada akan kita sadjikan sekedar laporan singkat penjelenggaraan peringatan diatas antara lain dari daerah-daerah:

76. TARAKAN.

Dipulau minjak Kalimantan Timur ini, masjarakatnjapun tidak membiarkan Hari Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia pada tanggal 22 Desember 1953. Perajaan terselenggara dan selain itu kepada Panitya Pusat dikirimkan djuga uang 50% hasil pendjualan bunga Hari Ibu sebesar Rp.1.128,- ( seribu seratus dua puluh delapan rupiah).

77.TENGGARONG.

Di Tenggarong jang termasuk wilajah Kalimantan Timur, Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia dirajakan dengan Pertemuan Umum tepat pada tanggal 22 Desember 1953 dengan mendapat perhatian memuaskan.

Malam harinja diadakan malam gembira jang diisi dengan pameran keradjinan tangan, masakan, pendidikan, kesehatan serta tari-tarian. Disinipun perhatian tjukup memuaskan.

Kemudian pada tanggal 23 Desember 1953 perajaan diachiri dengan pertandingan-pertandingan olah-raga, kundjungan kerumah sakit dan malam harinja sebagai malam jang lalu diadakan pasar derma dan pameran.

Demikianlah setjara singkat laporan Panitya Tenggarong jang dipimpin oleh Nj. Rustinah Ms.selaku ketua Panitya.

78.SAMARINDA.

Dikota terbesar wilajah Kalimantan Timur ini, perajaan seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia, diawali dengan perlombaan olah-raga pada tanggal 20 Desember 1953. Pada hari itu djuga dimulai pada djam 18.00 ws. diadakan sembahjang sunnat sampai djam 20.30 ws. dengan tjukup perhatian. Tanggal 21 Desember 1953, atjara dilandjutkan dengan Pameran hasil-hasil pekerjaan wanita, kundjungan kerumah sakit, ke Panti Asuhan anak-anak jatim piatu Rumah Harapan Samarinda Seberang, dan menghibur ibu-ibu jang telah landjut usianja.

Tepat pada hari 22 Desember 1953, diadakan demonstrasi jang diikuti oleh berbagai organisasi-organisasi wanita dan perseorangan. Sedangkan rapat umumnja diselenggarakan pada sore harinja. jang mendapat perhatian memuaskan. Kemuian resepsi diadakan hari itu pada malam hari, dimana djuga disertai sajembara kuwe-kuwe dan pemenang-pemenang hadiah-hadiah pemberian P.B.JH.

Achirnja atjara dikuntji dengan malam gembira. Perlu ditjatat, bahwa selain adanja tuntutan pembagian daerah Kalimantan mendjadi tiga bagian, djuga tentang bea siswa Kutai 1953/1954 diminta agar djangan dibekukan, djuga kepada Pemerintah diminta perhatiannja terhadap kenaikan/kemahalan harga barang-barang kepentingan sehari-hari serta bantuan seperlunja terhadap perkembangan olahraga kaum wanita. Dapat pula ditambahkan, bahwa karena sesuatu perbedaan pendapat, dalam perajaan ini poster Perwari jang mengenai U.U. Perkawinan dan P.P. 19 tidak dapat dibawa dalam demonstrasi, dimana mengakibatkan penarikan Perwari dari keanggautaan Panitya.

Demikianlah setjara ringkas, Panitya jang diketuai oleh Nj . A. G. Hapan dan didukung oleh heberapa organisasi-organisasi wanita setempat, telah pula ikut serta memperingati dan merajakan Hari Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia.

79. BALIKPAPAN.

Meskipun setjara sederhana dikota ini, Perajaan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia jang dipimpin oleh Nj . Abd. Sani sebagai Ketua Panitya dapat pula dilaksanakan dengan penjelenggaraan pertemuan tepat pada tanggal 22 Desember 1953 sore hari. Setelah diadakan pendjelasan/uraian-uraian dan peresmian Pandji Hari Ibu, ikut memberikan sambutan antara lain. Kepala Daerah setempat.

Demikianlah pertemuan diachiri pada djam 18.00 ws., dan Panitya meskipun tidak banjak, tetapi patut ditjatat disini, bahwa kepada Panitya Pusat mereka memberikan pula sumbangan dari hasil pendjualan bunga Hari Ibu.

80.KANDANGAN.

Dikota ini tepat pada tanggal 22 Desember 1953 pagi, dimulailah pertemuan umum jang dibuka oleh Ketua Panitya Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia Nj. Aisah Hamzah. Tampak hadir wakil-wakil Pemerintah dan lain-lainnja dimana semuanja tidak kurang dari 500 orang pengundjung. Didalam menguraikan sedjarah kaum ibu, Wedana Amandit Nj. Masconi antara lain mengandjurkan agar kaum ibu berhati-hati mendjaga suami dan menentang peraturan poligami. Kemudian setelah pembitjara-pembitjara lain serta sambutan-sambutan dari hadirin, perajaan jang dimeriahkan oleh orkes Irama Mudaitu diachiri djam 10.45 ws.

Sebagai achir dan penutup dari rangkaian perajaan, pada sore harinja diadakan pertundjukan berbagai tarian kepada kaum ibu jang telah landjut usianja dan kepada mereka sekedar hiburan kenangan dibagi-bagikan kain-kain badju sebanjak 32 potong.

81.KUALA KAPUAS.

Dikota ini, tidak banjak jang kita uraikan, tetapi jang penting Perajaan Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia tidak dilupakan dan dibiarkan lalu oleh masjarakat Kuala Kapuas. Atjara perajaan sederhana sadja, diantara upatjara peringatan jang digunakan untuk memberikan sedjarah Hari Ibu terutama, selandjutnja berziarah kemakam Pahlawan, selesai Ziarah ke tempat Pameran Pekerdjaan Rumah Tangga jang diselenggarakan oleh Peladjar-peladjar S.K.P. Demikianlah inti perajaan diatas, dimana sambutan tjukup baik dari kalangan wanita-wanita maupun peladjar dan lain-lainnja.

Patut ditambahkan, bahwa Panitya jang sengadjanja mengadakan penarikan undian barang jang diselenggarakannja tepat tanggal 22 Desember 1953, terpaksa ditunda hingga dalam bulan Djanuari 1954. Itulah sekedar pandangan singkat perajaan di Kuala Kapuas, dimana Panitya jang dipimpin oleh Nj. Djamhir itu, meskipun setjara sederhana

tetapi tjukup menggoreskan usaha memperkembangkan djiwa pergerakan wanita di Kuala Kapuas chususnja dan Indonesia umumnja.

82.KOTABARU.

Mudah-mudahan semua diantara kita telah mengetahui, bahwa letak kotabaru ini adalah disebelah pulau sebelah selatan Kalimantan pulau laut namanja Peringatan Seperempat Abad gerakan wanita Indonesia jang di Ketuai oleh Nj. Noordjihan Adrak dikota ini, tidak kalah meriahnja dengan tempat-tempat lainnja. Awal dari pada perajaan adalah demonstrasi mengelilingi kota jang diikuti oleh kaum wanita berbagai lapisan. Seterusnja rapat umum dengan atjara-atjara sebagaimana andjuran dari Panitya Pusat. Dalam hari itu djuga tanggal 22 Desember 1953, selesai rapat umum atjara perajaan dilandjutkan dengan sajembara:
a. Karang-mengarang jang diikuti oleh anak-anak perempuan murid-murid S.R. VI.
b. Karang-mengarang murid tammatan P.B.H.

Selain karang-mengarang diadakan pula perlombaan menjanji dari murid-murid perempuan S.R. VI dan pula pertundjukkan baji-baji antara umur 3 s/d 6 bulan. Perlombaan olah raga bagi chusus wanita tidak dilupakan djuga, antara lain kasti, badminton dan lari tjepat. Malam harinja sebagai malam gembira diselenggarakan pertundjukkan sandiwara jang mendapat kundjungan meriah dan memuaskan. Sedangkan pameran hasil keradjinan tangan dan masakan ikut serta meriahkan suasana perajaan. Achirnja dalam kesosialan, kepada berapa isteri korban Revolusi 1945 disampaikan suatu hadiah tanda duka, dan memberikan hiburan kuwe-kuwe/makanan kepada para pasien dirumah sakit. Sebagai rentjana jang akan datang, dibentuk susunan Pengurus Jajasan Hari Ibu, dimana Pengurus ini merentjanakan pendirian suatu Pemondokan chusus bagi kaum wanita jang terlantar dan sebagainja jang memerlukan.

Sebagai kuntji patut diterangkan, bahwa kepada Panitya Pusat dari Panitia setempat tidak ketinggalan, memberikan berupa uang sebanjak Rp.500, - (lima ratus rupiah).

Demikian kesan singkat penindjauan penjelenggaraan peringatan seperempat abad Pergerakan Wanita Indonesia di Kotabaru.

83.PONTIANAK.

Perajaan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Pontianak telah dimulai dengan pertandingan-pertandingan sepak bola dari tanggal 17 s/d 22 Desember 1953, dan mendapatkan hasil seribu tudjuh ratus sembilan puluh lima setengah rupiah.

Tanggal 22 Desember 1953, Panitya beserta beberapa wakil-wakil organisasi dengan maksud sekedar memberikan hiburan.

Pada hari itu djuga diadakan resepsi, dengan dimeriahkan oleh Corps Muziek Res. Infanteri „ 20" . Kundjungan melimpah ruah, tampak wakil-wakil Pemerintah dari fihak militer dan sipil, organisasi-organisasi/partai dan lain-lainnja serta Ibu Kartowijono. Resepsi berdjalan lantjar dan diachiri pada djam 18.00 waktu setempat.

Pada malam harinja diselenggarakan sandiwara dengan memungut pembajaran jang menjadjikan tjeritera „Tak kusadari" dengan pendapatan/hasil tjukup memuaskan. Malam itu djuga diadakan pidato radio diutjapkan oleh Njonja Aminah.

Kemudian pada tanggal 15 Djanuari 1954 hasil tertjatat dalam Panitya pembubaran Rp.7.519,50 dikurangi biaja penjelenggaraan Rp.4.700,-. Panitya masih mempunjai sisa uang tunai dua ribu tudjuh ratus sembilan belas setengah rupiah jang diserahkan/ disumbangkan kepada Jajasan Kesedjahteraan Ibu dan Anak Pontianak.

Demikianlah sekedar kesan dan laporan singkat penjelenggaraan perajaan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia di Pontianak, dimana Panitianja mendapat dukungan dan kerdja-sama dengan organisasi-organisasi wanita setempat dibawah pimpinan Nj . S.T. Alkadari selaku Ketua Panitya.

84. NGABANG.

Ngabang adalah salah satu tempat didaerah Kalimantan Barat, pada Hari Peringatan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia djuga tidak mau ketinggalan dengan daerah lainnja. Perajaan pada tanggal 21 Desember 1953 dengan pameran kue serta keradjinan tangan dan pemasangan wipplank untuk anak-anak jang ditempatkan dihalaman S.R. Ngabang. Maksud pemasangan wipplank ini diharapkan merupakan permulaan pembuatan tempat hiburan dan permainan kanakkanak, jang hendaknja akan bertambah-tambah djenis dan djumlahnja dikelak kemudian hari.

Seterusnja pada tanggal 22 Desember 1953, diadakan resepsi pada malam hari. Dimana selain uraian-uraian sekitar hari Ibu dan peresmian Pandji Hari Ibu, sangat disesalkan oleh Panitya, karena dalam siaran Radio Pusat hanja menjiarkan reportage sadja.

Demikianlah resepsi jang mendapat kundjungan memuaskan merupakan kuntji dari perajaan jang diselenggarakan oleh Panitya di Ngabang dengan meriah dan selamat.

Dengan ini berachirlah pula laporan-laporan jang kami terima dari Kalimantan, ada dibeberapa tempat jang djuga memberikan gambarannja sadja, (Ketj. Laoh Kulu) atau laporan-laporan jang tidak/belum sampai kepada Pusat, tetapi kita pertjaja, bahwa baik jang tertulis maupun tidak dalam laporan ini, namun djiwa pergerakan wanita tetap dan akan merata kesegala pelosok Tanah Air, dengan mengenal batas tebing atau gunung serta lautan.

85. SANGGAU.

Atas initiatief Perwari Sanggau, maka pada tanggal 22 Desember 1953, Perajaan Seperempat Abad Pergerakan Wanita Indonesia diperingati dengan pertemuan umum jang mendapat kundjungan memuaskan. Selain uraian-uraian dan sambutan dalam peringatan jang diselenggarakan oleh Panitya jang diketuai Nj. R. Bustaman, diadakan pula atjara pemberian hiburan kepada ibu-ibu jang melahirkan anak tepat tanggal 22 Desember 1953 sebanjak 35 potong pakaian baji.

Demikianlah antara lain laporan dari Peg. Insp. Pendidikan Masjarakat Sanggau.

Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Penang.


3. PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA DI LUAR NEGERI.


Peringatan diadakan ditempat-tempat perwakilan kita di Luar Negeri dan mendapat sambutan jang hangat, baik dari masjarakat maupun dari pers setempat.

Dibawah ini akan dilukiskan beberapa peringatan jang telah diadakan pada waktu itu.

Berhubung dengan perajaan itu, maka dari Penang telah diterima laporan, jang menguraikan tentang djalannja peringatan disitu.

Antara lain diuraikan, bahwa Panitia Peringatan diketuai oleh Njonja Ali Moersid, isteri Kepala Perwakilan R. I. dan dikundjungi oleh masjarakat Indonesia dari Penang, wakil-wakil dari U.M.N.O. Penang dan Kuala Kangsar, kaum Ibu di Alor Star dan Kuala Kangsar, dan wakil-wakil Pemerintah R.I. di Penang.

Sebelum peringatan dibuka, oleh wakil ketua hadirin dipersilahkan berdiri untuk mendengarkan lagu Indonesia Raya dan mengheningkan tjipta untuk mengenangkan pahlawan-pahlawan kemerdekaan dan wanita-wanita jang telah berdjasa. Setelah selesai maka Ketua mengutjapkan kata pembukannja dan hadirin dipersilahkan mendengarkan pidato dari Presiden Republik Indonesia melalui radio; setelah selesai maka dimulailah upatjara pengibaran Pandji Hari Ibu jang disertai dengan njanjian Hari Ibu. Sesudahnja Ketua menguraikan tentang arti dari Pandji tadi dan riwajat dari Hari Ibu jang sedang diperingati serta tudjuan dan usaha Kongres Wanita.

Sambutan-sambutan diberikan oleh Wakil U.M.NO. Penang, wakil kaum Ibu Kuala Kangsar dan beberapa tamu terkemuka lainnja.

Setelah diadakan djamuan sekedarnja dan dipertundjukkan film newsreel Indonesia dan tentang Perajaan 17 Agustus di Penang maka peringatan

diachiri. Demikianlah keadaan peringatan di Penang pada waktu itu.

Tentang Peringatan di Mesir dilaporkan, bahwa tanggal 23 Desember 1953 oleh Njonja Abdulkadir isteri Duta Besar Indonesia di Mesir telah diadakan Tea-party di Hotel Semiramis Cairo dengan dihadiri oleh para pemimpin pergerakan Wanita Mesir, isteri para diplomat Asing, para Wartawan dan guru-guru besar wanita dari Universitas, kira kira ada 200 orang.

Pertemuan ini dimulai pada djam 4.30 sore dan setelah dibuka, maka Njonja Abdulkadir memberi uraian tentang pergerakan Wanita Indonesia dan maksud dari peringatan ini. Setelah uraian selesai maka banjak pertanjaan diadjukan antara lain tentang pergerakan wanita Indonesia, tjara penghidupannja, dan lain-lain hal.

Djuga diadjukan permintaan dari perhimpunan perhimpunan wanita agar seringkali diadakan tjeramah-tjeramah tentang penghidupan wanita di Indonesia.

Dengan demikian di achirilah peringatan ini dalam suasana gembira dan persaudaraan pada djam 6.30 sore jang mendapat sambutan jang meriah djuga dari surat-surat kabar dan madjallah-madjallah Mesir.

Di Manila Njonja Tjokroadisumarta memberi kan uraian djuga tentang lahirnja dan perkembangan dari Kesatuan Pergerakan Wanita.

Di London Njonja Dr. H. Soebandrio selain mengadakan peringatan djuga meresmikan berdirinja Persatuan Wanita Indonesia di London. Pula diadakan Pameran keradjinan tangan.

Di Paramaribo peringatan diadakan djuga dan disamping itu diadakan pameran, mode-show dan sebagainja.

Dengan demikian maka telah ada beberapa gambaran tentang djalannja peringatan ini jang dirajakan diseluruh perwakilan kita di Luar Negeri.

4. SAMBUTAN-SAMBUTAN KALANGAN WANITA TERKEMUKA.

Dari kalangan kaum Wanita sendiri terdengar pula suara-suara berhubung dengan peristiwa ini, jang merupakan andjuran dan dorongan untuk kerdja lebih keras dan teratur atas peringatan-peringatan akan kelemahan-kelemahan dalam waktu-waktu jang silam. Maka berikut ini disadjikan pikiran-pikiran beberapa wanita terkemuka jang berdasarkan pengalaman-pengalamannja masing menuturkan berbagai persoalan jang perlu lebih diperhatikan oleh masjarakat umumnja dan golongan wanita chususnja.

Ketua Panitya ¼ Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia di Penang sedang berpidato.

IBU KARTOWIJONO dalam tulisannja jang dimuat dalam Indonesia Raya tertanggal 22/ 12 1953 menjatakan:

Telah 25 tahun pergerakan wanita dalam bentuk kesatuan bekerdja dalam masjarakat. Menindjau usaha kesatuan itu, dapat kita merasa puas, bahwa selama 25 tahun itu semangat persatuan dapat melaksanakan usaha-usaha jang didukung oleh banjak organisasi wanita. Dalam hal ini dapat kita lihat 2 matjam usaha, jaitu:

I. Usaha-usaha jang bersifat tuntutan-tuntutan. Usaha dari Kesatuan pergerakan wanita ini berupa tuntutan-tuntutan mengenai perbaikan nasib wanita, misalnja: tambahan sekolah-sekolah perempuan, pemberantasan pelatjuran, hak memilih dan dipilih untuk Dewan Perwakilan Pusat dan Daerah, pengangkatan anggauta wanita dalam Kantor Pemilihan Pusat dan daerah segera terlaksananja Undang-undang Perkawinan, pengangkatan tenaga wanita dalam Pengadilan Agama.

II. Usaha-usaha jang bersifat pelaksanaan, putusan-putusan bersama, misalnja mengadakan studiefonds bagi wanita, mendirikan tempat pemondokan bagi wanita jang bekerdja, mengadakan usaha pemberantasan buta huruf, mendirikan rumah penitipan kanak-kanak, Jajasan Kedjahteraan Anak, Jajasan Seri Derma (studiefonds), Jajasan Hari Ibu.

Teamwork sangat dibutuhkan.

Dalam usaha-usaha itu barang tentu nampak beberapa kesukaran-kesukaran, terutama dalam usaha-usaha jang bersifat pelaksanaan, sebab untuk mengadakan kerdja sama jang baik antara orang-orang jang mewakili beberapa organisasi jang mempunjai dasar berlainan, sungguh tidak mudah untuk menjelenggarakan usaha-usaha itu jang bersifat tetap (continue), diperlukan suatu "team work" atau kerdja-sama jang erat dan teratur, dan ini sukar diadakan antara orang-orang jang tidak masuk dalam satu perkumpulan. Maka nampak kesukaran kesukaran jang kerap kali menimbulkan kesan, seakan-akan disebabkan oleh soal-soal perseorangan (Persoonlijk) tetapi sebenarnja menurut faham saja, djika ditindjau lebih dalam hal itu adalah akibat dari pada perbedaan dasar atau pandangan organisasi organisasi jang tergabung itu.

Pengurus Jajasan-jajasan jang didirikan oleh Badan Kongres Wanita Indonesia hendaknja dalam segala tindakan jang besar atau luas, melingkungi pula semua organisasi jang tergabung didalamnja, agar terdjamin saling pengertian dan penghargaan antara tenaga-tenaga dan organisasi-organisasi wanita itu. Maka suatu sjarat jang harus dipenuhi oleh Pengurus itu lebih-lebih oleh ketuanja ialah, bahwa mereka berdjiwa kesatuan dan dapat diterima (acceptabel ) untuk semua aliran. Inilah merupakan suatu-kesukaran pula dalam mentjari tenaga-tenaga itu, sebab dalam lingkungan sendirisendiri tenaga itu sangat baik, tetapi tidak selalu berarti bahwa mereka itu dapat diterima oleh organisasi-organisasi lain.

Dalam mempersatukan usaha ternjata pula, bahwa soal-soal jang politis mempengaruhi keadaan. Hal ini hingga kini dapat dihindarkan, karena Badan Kongres Wanita berhati hati sekali dalam tindakan-tindakannja dengan hanja mendjalankan hal-hal jang sudah mendjadi putusan bulat. Bahwa dalam hal ini tentu ada organisasi-organisasi jang merasa, Badan Kongres Wanita Indonesia kurang tegas dan tjepat memperdjoangkan perbaikan nasib wanita, dapat difahami, sedangkan fihak lain merasa, bahwa Badan Kongres Wanita Indo- nesia banjak mengadakan tindakan-tindakan jang sebenarnja tidak termasuk dalam kompetensinja. Pun pula ternjata bahwa masjarakat pada umum-nja dan Instansi Pemerintah, memandang Badan Kongres Wanita Indonesia sebagai suatu federasi jang meliputi seluruh organisasi wanita jang besar dan mengira, bahwa Badan ini dapat bertindak atas nama dan untuk kepentingan Organisasi-organisasi itu. Menghadapi tahun 1954, sesudah kita lihat segala usaha dan kemadjuan, disertai kesukaran-kesukaran jang tidak sedikit, maka menurut faham saja, pergerakan wanita dalam bentuk kesatuan hanja dapat berdjalan baik djikalau:

  1. dalam mendjalankan usaha-usaha jang inci-denteel, misalnja peringatan-peringatan hari-hari besar untuk wanita: Hari Kartini, Hari Ibu, Hari Kanak-kanak bentuk kesatuan ini terdjelma dalam kerdja sama jang seimbang, jaitu perkumpulan-perkumpulan mentjurahkan tenaganja sama besar-nja atau menurut keuatan jang setinggi-tingginja.
  2. dalam Jajasan-jajasan jang didukung oleh semua anggauta Badan Kongres Wanita Indonesia, wakil-wakil dari pada organisasi jang duduk dalam pengurus Jajasan-jajasan itu mengadakan hubung an jang erat dengan organisasi masing-masing, hingga benar-benar mendjadi wakil organisasi-organisasi jang bersangkutan.
  3. Pemimpin-pemimpin organisasi dalam usaha bersama dapat menjampingkan kepentingan partai (politik) masing-masing, hingga persoalan politik tetap ada diluar lingkungan usaha bersama itu.

Sebagai kesimpulan pandangan ini, maka kesatuan gerak hanja dapat dilaksanakan dengan semangat persatuan dan untuk mendapatkan persatuan itu hendaknja hanja dibataskan kepada usaha-usaha jang dari pada prinsip sampai kepenjelengaraannja dapat dilaksanakan dengan tidak menjinggung kedaulatan organisasi masing-masing.

Mudah-mudahan Badan Kongres Wanita Indonesia dapat mendjalankan tugasnja untuk mengemudikan bahtera persatuan ditengah-tengah masjarakat jang penuh dengan pertentangan.

Kemauan jang besar disertai perasaan persaudaraan hendaknja dimiliki Organisasi-organisasi Wanita dalam melaksanakan usaha-usaha kesatuan itu guna perbaikan kaum Wanita chususnja dan masjarakat seluruhnja.

Dalam pertjakapan sedjenak dengan Ibu SOENARJO kita dapat mengikuti segala perkembangan dalam wanita, sedjak dimulai dalam lingkungan kekeluargaan, hingga wanita mentjeburkan diri pula dalam politik. Kita dengar tjeritanja mengenai perdjuangan dalam lingkungan kongres wanita, ketika diminta kepada pemerintalı pada waktu itu agar perdjandjian dalam perkawinan jang memang telah ada menurut agama dituliskan hitam atas putih supaja lebih tegas dan lebih patuh dapat diturut Tahun tersebut tertjatat 1928. lbu Soenarjo pun mengisahkan tentang bagaimana asal mula maka achirnja pada tahun 1938 wanita mendapat hak dipilih. Dari segala tjerita itu dapat kita ikuti perkembangan dari tahun ketahun hingga sekarang telah tertjatat 1953, genap seperempat abad sedjak dimulainja dengan betul-betul pergerakan wanita.

Banjak telah dapat kita tjapai dalam waktu seperempat abad itu, demikian Ibu Soenarjo menjatakan sebagai kesannja. Kemadjuan itu tampak dimana-mana djika kita memalingkan pandangan kita sadja disekeliling. Lapangan apa jang sekarang tidak terbuka luas bagi wanita, dimulai dari kekeluargaan, sosial sampai keseluk beluk politikpun. Tetapi kita mesti masih terus melangkahkan kaki, disamping menginsjafi akan kemadjuan jang ditjapai, tetap mengusahakan untuk lebih madju lagi, bersungguh dalam usaha, semua-semuanja untuk kebaikan wanita pada umumnja.

Ibu Soenarjo mengachiri pembitjaraannja dengan kita dengan andjuran sebagai jang tertera diatas.

Oleh Nj. S. POEDJOBOENTORO dalam sambutan atas perajaan ¼ abad dalam tulisan beliau dalam S.K. Pemandangan tanggal 22/12-'53 dikatakan:

Dalam menjambut abad pergerakan wanita, maka sudah semestinja, kalau perhatian kita tidak hanja kita lajangkan kebelakang untuk menengok kembali apa jang telah terdjadi semasa 25 tahun jang selam. Tetapi perlu pula kita melihat kemuka, untuk menentukan apa jang akan kita lakukan dalam waktu jang pendek. Bagaimana memperdjoangkan soal-soal lama jang hingga kini belum terselesaikan, dan bagaimana dalam menghadapi soal-soal baru dimasa depan dengan tidak melepaskan djiwa dari maksud kita semula ialah apa sebab kita mengadakan pergerakan wanita.

Untuk pertama kali sedjak 25 tahun, pergerakan wanita dewasa ini sedang menghadapi suatu peristiwa nasional jang merupakan soal baru bagi rakjat sekalian, tetapi jang akan menentukan tidak hanja sedjarah bangsa, melainkan djuga kedudukan wanita Indonesia dihari jang akan datang.

Suatu peristiwa jang akan merupakan mijlpaal, sampai berapa djauh perdjalanan pergerakan wanita, dan berapa dalam maksud dan djiwa dari pergerakan wanita dirasa dan disedari oleh masja- rakat kita.

Soal pemilihan umum.

Jang dimaksud dengan itu ialah pemilihan umum jang untuk pertama kali akan diselenggarakan diseluruh Indonesia dan kini sudah ada diambang pintu. Ialah pemilihan umum untuk memilih anggauta-anggauta parlemen dan konstituante. Parlemen jang sebagai badan perundang-undangan akan menentukan apakah pemerintahan akan dilakukan untuk kepentingan dan kebahagiaan rakjat umumnja baik laki-laki maupun wanita, atau kebaliagiaan segolongan sadja. Sedangkan konstituante, sebagai sidang pembentuk undang- undang dasar, selain akan menentukan tjorak dari negara pun akan menentukan bagaimana hak dan kewajiban tiap-tiap warga-negara, termasuk wanita. Sedjak Undang-undang No. 7 tahun 1953 diterima oleh parlemen, jang akan mendjadi dasar dalam penjelenggaraan pemilihan anggauta parlemen dan konstituante, maka pemerintah makin mempergiat persiapan-persiapan guna pemilihan umum.

Dalam keterangannja dimuka parlemen, Pemerintah Ali telah memberikan djangka waktu bagi penjelengaraan pemilihan umum, mulai dari pendaftaran pemilih hingga pemungutan suara. Direntjanakan tanggal 1 Djanuari 1954 sudah akan mulai dengan pendaftaran pemilih; berikut penerimaan lambang dari partai, organisasi atau perseorangan jang akan dipergunakan bagi daftar pentjalonan. Sesudah itu menjusul pengemukaan tjalon, jang mungkin akan dilakukan dalam pertengahan bulan Mei.

Dalam pada itu dimana-mana sudah nampak kegiatan partai-partai dalam usahanja hendak merebut pengaruh rakjat pemilih. Siapa sadja jang dapat dipengaruhi hendak dipengaruhi, agar memberikan suaranja pada partainja dengan maksud untuk mendapat kemenangan dalam pemilihan umum. Maklum, setiap partai, dengan tidak terketjuali, berebut untuk menguasai pemerintahan. Dan untuk itu didalam negara demokrasi partai perlu mendapat dukungan suara sebanjak-banjaknja dari rakjat jang berhak memilih. Manakala di Indonesia baik laki-laki maupun wanita, asal memenuhi sjarat-sjarat jang telah ditetapkan dalam undang-undang berhak untuk ikut memilih dan dipilih, maka teranglah, bahwasanja djuga suara pemilih wanita tak kurang nilainja dari suara-suara pemilih laki-laki.

Selandjutnja mengingat bahwa sjarat-sjarat untuk dapat daftar sebagai pemilih seperti tertjantum dalam U.U. No. 7 tahun 1953 diantaranja asal sudah atau pernah kawin, sedangkan jang kawin sebelum umur 18 tahun kebanjakan adalah wanita, ditambah dengan kenjataan bahwa djumlah penduduk wanita lebih banjak dari djumlah penduduk laki-laki maka setjara mudah dapat dikira-kirakan, bahwa djumlah pemilih wanita akan lebih banjak dari pada djumlah pemilih laki-laki. Dalam hubungan itu dapat dimengerti, bahwasanja pemilih-pemilih wanita pasti akan mendjadi sasaran dari partai-partai atau tjalon-tjalon jang hendak berebut menang.

Apa jang akan diperbuat?

Apakah jang akan diperbuat oleh organisasi. organisasi wanita? Akan aktifkah atau pasifkah organisasi wanita dalam hal ini?

Aktif dalam arti kata hendak menentukan hasil pemilihan umum, selaras dengan djiwa dari tudjuan pergerakan wanita. Sedangkan pasif berarti, tak perduli apakah hasil pemilihan umum nanti akan menguntungkan atau merugikan perdjoangan wanita jang dilakukan djauh sebelum seperempat abad jang lalu.

Kita pertjaja, bahwa tidak ada satupun dari organisasi wanita jang ada di Indonesia akan mengatakan bahwa organisasinja akan tidak memperdjoangkan kepentingan wanita; pula, tidak satupun jang akan mengatakan hendak merugikan adanja kenjataan, bahwasanja sungguhpun dalam formuleringnja tudjuan sama karena adanja dasar-dasar jang berlainan jang memberikan tafsiran jang berlainan pula tentang isi dari tudjuan pergerakan wanita. Tidak usah djauh kita mentjari. Dalam menjimpulkan kehendak wanita mengenai undang-undang perkawinan sadja jang setjara logis dapat diharapkan adanja kesatuan, ternjata organisasi-organisasi wanita telah tak dapat menjatukan pendapat. Kalau perbedaan itu terdapat dalam kalangan jang memang berbeda keagamaannja adalah soal biasa. Tetapi perbedaannja djustru terdapat dalam kalangan para wanita jang menganut satu agama. Untuk tegasnja sadja antara wanita penganut agama Islam, dengan tidak mengurangi poligami kepada wanita. Karena sesuai dengan adjaran Islam jang menghendaki keselamatan lahir bahwa dengan adanja perkawinan jang demikian itu, kebahagiaan rumah tangga gampang terganggu.Hal mana sudah bertentangan dengan tudjuan pergerakan wanita jang mentjita-tjitakan kebahagiaan hidup wanita jang sebagai manusia barang tentu berhak untuk mengenjamnja. Lagi pula tidak adanja ketenteraman dalam rumah tangga, mudah menimbulkan pertjeraian jang akibatnja tidak hanja dipikul oleh orang tua tetapi djuga oleh anak-anak dari keluarga jang bersangkutan. Oleh karenanja, para wanita jang dalam tjara berpikir tidak hanja berpegangan kepada jang berlaku dalam djaman baheula", jang sukar untuk ditjeplak begitu sadja pada waktu ini, melaraskan djalan pikirannja pada pertumbuhan djaman; mereka jang berani menjesuaikan dengan adanja kenjataan, baliwa wanitapun mempunjai perasaan sebagai manusia tidak bedanja dengan laki-laki, sekali lagi dengan tidak menentang adjaran Islam, menghendaki supaja setiap wanita dapat menolak poligami, bila ia merasa tak dapat menjesuaikan diri, dan mengawin lebih dari seorang isteri hanja dapat dilakukan dengan persetudjuan isteri pertama.

Sebaliknja ada organisasi wanita, jang karena berdasarkan keagamaan Islam tak dapat menjetudjui pendapat golongan pertama dengan alasan baliwa jang demikian itu jang kita anggap tidak bertentangan dengan agama, dianggapnja sebagai menentang agama. Sungguhpun mereka setjara perseorangan (persoonlijk) tidak hendak sanggup mengalami penderitaan atau kesakitan hati jang disebabkan oleh dimadu itu, namun kata beberapa orang diantaranja mereka: ,,Sebagai organisasi jang berdasarkan keagamaan Islam kita wadjib menjetudjui atau setidak-tidaknja tidak menentang itu".

Apa jang diuraikan diatas adalah gambaran sebagian dari sebab-sebab mengapa tindakan-tindakan organisasi-organisasi wanita sering kandas ditengah djalan. Bagaimana untuk mengatasi itu hingga sekarang masih merupakan probleem bagi organisasi wanita. Dan probleem itu akan lebih terasa dikala menghadapi pemilihan umum ini. Karena disini wanita harus menentukan, akan berdiri dipihak manakah dia. Kepada tjalon mana dia harus memberikan suara?

Bagi organisasi-organisasi wanita jang merupakan bagian atau ada ikatan denganpartai, hal ini sudah tidak perlu dipersoalkan lagi. Karena pada hakekatnja sebagai sesuatu organisasi jang sudah meng

ikuti salah satu Ideologi, mereka akan berusaha untuk mempengaruhi wanita agar mengikuti ideologinja, dan memilih orang-orang jang ditjalonkan oleh organisasinja atau oleh partai-partai jang sefaham dengan organisasinja . Maka baiklah hal ini tidak kita bitjarakan disini, karena organisasi sematjam itu perdjoangannja pertama-tama dititik beratkan kepada ideologi partai jang diikuti.

Mengembalikan kepada proporsi.

Tetapi bagaimana halnja dengan organisasi wanita jang merupakan organisasi massa jang anggautanja terdiri dari orang-orang jang menganut berbagai agama dan mengikuti berbagai aliran aliran ?

Perlukan mereka mentjalonkan sendiri-sendiri ? Ataukah mungkin bersama-sama dengan organisasi-organisasi wanita lainnja untuk bersama-sama menjusun kekuatan, agar dengan begitu dapat di usahakan pasti ada wanita-wanita jang terpilih? Atau mungkinkah bekerdja bersama dengan sesuatu partai?

Dalam menentukan sikap inilah letak probleem organisasi-organisasi wanita jang sebagaimana halnja dengan organisasi-organisasi massa lainnja tidak begitu sadja dapat diatasi. Inilah jang menjebabkan mengapa banjak diantara organisasi-organisasi itu masih ragu - ragu.

Tetapi kalau kita dapat mendudukkan soalnja kepada tempat jang sebenarnja maka hal ini sebetulnja tidak begitu sukar. Bahwasanja pergerakan wanita harus aktif dalam pemilihan adalah suatu kewadjiban jang tak boleh tidak harus dipenuhi. Karena tertjapai atau tidaknja susunan masjarakat jang ditjita-tjitakan oleh pergerakan wanita banjak tergantung kepada bagaimana pendirian orang atau partai jang mempunjai pengaruh terbesar dalam parlemen dan konstituante. Sehingga mau tidak mau kita harus aktif dalam ikut menentukan hasil pemilihan . Andaikata jang duduk dalam parlemen dan lebih-lebih dalam konstituante sebagian besar adalah orang-orang jang anti perbaikan nasib wanita, anti perasaan kedudukan wanita dalam hukum dan pemerintahan dan sebagainja, maka pasti pergerakan wanita bukannja makin dekat, melainkan makin djauh dari tudjuannja. Oleh karenanja, tak boleh mereka bersikap atjuh tak atjuh, namun harus memainkan peranannja dalam mempengaruhi hasil pemilihan umum sesuai dengan azas dan tudjuan pergerakan wanita.

Selandjutnja djalan manakah jang sebaiknja ditempuh? Diatas telah kita kemukakan pertanjaan-pertanjaan jang djawabnja akan merupakan djawaban dari pertanjaan ini ; ialah, apakah organisasi-organisasi wanita akan mentjalonkan sendiri-sendiri, bersama-sama, ataukah melalui sesuatu partai. Sebelumnja ini didjawab, baiklah kita ketahui, bahwa dalam hati ketjil wanita pada umumnja hidup perasaan menginginkan adanja sebanjak mungkin wanita-wanita didewan- dewan perwakilan. Sebagai seseorang jang mendjundjung tinggi emansipasi wanita sebagai warganegara, sudah tentu perasaan jang demikian itu dapat dihargai. Tetapi dalam pada itu kita harus insjaf, bahwa dengan itu belum terdjamin bahwa tjita-tjita

wanita akan dapat terlaksana, dan bahwasanja soal-soal wanita akan dapat diselesaikan sebaikbaiknja sebagai diketahui wanita umumnja. Perlu kita sedari, bahwa kemenangan wanita tidak hanja terletak dalam banjaknja wanita jang terpilih , tetapi jang terpenting ialah siapa dan bagaimana sikap dan pandangan orang-orang jang terpilih itu terhadap soal-soal jang berkenaan dengan perbaikan nasib wanita. Sedjarah dewan-dewan perwakilan diluar negeri menundjukkan, bahwa anggauta-anggauta wanita didepan perwakilan tidak selalu memperhatikan nasib wanita. Sebabnja diantaranja, atau mereka sendiri memang masih mempunjai pendirian kolot, atau mereka terikat oleh pendirian partainja jang masih kolot, atau memang tidak dapat dan tidak mampu memperdjoangkan kepentingan-kepentingan wanita. Maka kalau kita mempunjai anggauta-anggauta wanita jang demikian diparlemen atau konstituante, biar beratus-ratus orang tidak ada artinja, malah suaranja mungkin sengadja atau tidak, hanja akan dipergunakan untuk memperkuat golongan jang hendak menghalangi kemadjuan wanita sadja .

Inilah jang perlu kita pertimbangkan semasak. masaknja. Pada hakekatnja jang mendjadi tudjuan kita adalah bukannja untuk mempunjai wakil dalam perwakilan sadja tetapi wakil itu hanja akan kita pakai sebagai alat untuk mentjapai tudjuan jang kita tjita-tjitakan.

Oleh karenanja, dengan tidak mengurangi keinginan, untuk mempunjai sebanjak mungkin anggauta wanita diparlemen dan konstituante jang pertama-tama harus diperhatikan ialah pendirian orang-orang jang kita pilih, bukan asal wanita. Lebih-lebih dengan keadaan seperti di Indonesia ini organisasi wanita jang satu beserta pemimpin-pemimpinnja mempunjai tafsiran jang lain terhadap perbaikan nasib wanita dari pada organisasi wanita lainnja. Lihat sadja mengenai P.P. 19. Demikian dengan keadaan partai-partai beserta pemimpin-pemimpinnja . Ada jang setjara statis masih berfikir dalam beberapa abad jang lampau, dan ada jang sudah madju. Oleh karenanja organi sasi-organisasi jang menghendaki kemadjuan wanita harus giat dalam memberikan penerangan penerangan, agar para wanita pandai memperguna kan sendjatanja jang berupa hak suara, dan djangan sampai mereka memberikan sendjata itu kepada orang atau partai jang akan memukul wanita.

Perlu kerdja-sama diantara organisasi-organisasi.

Demikianlah, maka kalau kita sudah dapat menempatkan soal wanita kepada proporsi jang sebenarnja sebagai dikemukakan diatas itu dengan mudah dapat dipetjahkan probleem dimana wanita akan berdiri ; ialah difihak jang berpendirian dan sanggup memperhatikan kepentingan wanita. Dalam pemilihan jang akan datang ini adalah kesempatan jang sebaik-baiknja untuk menundjukkan bahwa wanita sebagai warga-negara dapat menentukan hasil pemilihan. Dalam hubungan itulah hendaknja kita menindjau, apakah organisasi . organisasi wanita akan keluar dengan tjalon sendiri ataukah melalui partai. Dalam hal ini harus

96 ·

dipertimbangkan adanja kenjataan, bahwa sebagai organisasi massa jang anggautanja terdiri dari orang-orang jang mempunjai berbagai aliran, dan telah mendjadi anggauta-anggauta dari berbagai partai, sukar untuk mendapatkan hasil jang sebaik-baiknja, bila hal itu dilakukan. Lagi pula seumpama berhasil mendapatkan menempatkan beberapa orang diparlemen atau dikonstituante sebagai wakil dari organisasi wanita, apa artinja suara beberapa orang apabila tidak mendapat sokongan dari sebagian besar anggauta-anggauta jang ada disitu. Suaranja bagaimanapun baiknja akan hilang sebagai teriakan-teriakan orang dipadang pasir djika tidak ada kekuatan dibelakangnja.

Dari sebab itu, mengingat bahwa jang mendjadi tudjuan jang terutama adalah melaksanakannja kemadjuan dan perbaikan nasib wanita. Maka sebaiknjalah, organisasi-organisasi wanita mengadakan kerdja-sama jang sanggup memperdjoangkan itu ? Ini djalannja adalah mudah . Sebagai organisasi jang non-partisan (tidak memihak kepada ideologi partai tertentu ) maka dalam hal ini pertimbangan tidak didasarkan melulu kepada faham dari partai tetapi kepada kesanggupan jang ada pada suatu partai untuk memperdjoangkan kepentingan wanita. Untuk itu organisasi-organisasi wanita harus menawarkan programnja dan konsepsinja mengenai persoalan-persoalan wanita kepada partai-partai . Misalnja mereka menghendaki undang-undang perkawinan jang bagaimana, perbaikan jang bagaimana jang diinginkan oleh mereka dalam lapangan sosial, ekonomi, politik dan sebagainja. Pendeknja, organisasi-organisasi wanita harus mengadakan " deal" dengan partai partai, suatu perdjandjian jang moreel mengikat kedua belah fihak.

Sebagai konsekwensinja, partai jang sanggup harus benar-benar memperdjoangkan kelak sebab djika tidak, dala mpemilihan umum berikutnja, partai itu sudah tidak akan mendapat kepertjajaan lagi . Sebaliknja, organisasi-organisasi wanita wadjib setjara suka rela mengusahakan dengan sekuat tenaga agar partai jang sudahnjanggupi itu, mendapat kemenangan dalam konstituante parlemen.Sebab kemenangan partai tersebut berarti kemenangan pergerakan wanita.

Dalam pada itu selaras dengan keinginan organisasi-organisasi wanita supaja sebanjak mungkin wanita jang duduk didewan-dewan perwakilan dalam mengadakan deal dengan partai merekapun dapat mengadjukan usul nama-nama dari anggauta anggauta wanita partai itu jang tjakap, jang dianggap dapat mempermudah pelaksanaan kesanggupan partai dalam memperdjuangkan dan mengusahakan pemetjahan soal-soal wanita. Dengan begitu kedua-duanja dapat dipenuhi ialah keinginan untuk sebanjak mungkin ada anggauta-anggauta wanita diparlemen dan konstituante dan adanja orang-orang jang benar akan mampu dan sanggup wanita untuk memperdjuangkan kepentingan (I.N.P.).

427/B (7)

HERAWATI DIAH dalam karangan mengenai 14 abad pergerakan wanita jang termuat dalam S.K. Merdeka tanggal 24/12-1953 menjatakan :

Tanggal 22 Desember jang diperingati oleh segenap wanita Indonesia jang sadar akan kedudukan nja ditahun 1953 ini telah langsung dengan banjak kegembiraan dan ramai-ramai . Kegembiraan, karena sesuatu peringatan jang usianja 25 tahun tidak lain dari pada membawa perasaan senang, Peringatan perkawinan sepasang suami-isteri biasanja djuga diperingati dengan gembira djikalau telah sampai pada tahun jang ke-25. Suatu perusahaan jang telah melampaui seperempat abad dalam sedjarahnja djuga tidak akan mengurangi arti dari pada peringatan itu. Dan begitu pulalah pergerakan wanita di Indonesia ini.

Tidak perlu dipandjang-lebarkan sedjarah pergerakan wanita sedjak kongresnja jang pertama pada tahun 1928. Untuk sedjarah pergerakan wanita telah disiapkan sebuah buku peringatan oleh suatu panitia jang diberi tugas chusus mentjatat kedjadian-kedjadian jang penuh mengandung dokumentasi ini. Apa jang sebetulnja sudah lama harus ditjatat didalam buku supaja dapat dinikmati anak tjutju kita, barulah sekarang pada peringatan jang ke-25 dikeluarkan.

Kelemahan-kelemahan. Ja, walaupun pergerakan wanita di Indonesia tjukup mengenal dinamik (ingatlah demonstrasi Perwari pada tanggal 17 Desember menuntut penghapusan P.P. 19) , dalam beberapa hal ada keletasi mengenai pergerakannja sendiri.

Tetapi karangan ini tidak dimaksudkan mengeritik kelemahan-kelemahan pergerakan wanita selama 25 tahun . Ada suatu hal jang perlu dikemukakan sekitar peringatan seperempat abad karena sungguh menggembirakan. Hal ini ialah kesatuan jang dari dulu sampai sekarang terdapat dalam pergerakan wanita Indonesia. Tepat pula panitia jang menjelenggarakan ramai-ramai ini menamakannja suatu peringatan seperempat abad kesatuan pergerakan wanita. Memang demikianlah kesan jang didapat djikalau menjelidiki dokumentasi mengenai pergerakan wanita Indonesia.

Kongres Wanita Indonesia.

Banjaknja djumlah organisasi wanita jang ada sekarang ini (padaku dibisikkan sedjumlah 74 organisasi wanita jang mempunjai pengurus besar dan tjabang-tjabangnja) tidak dapat merusak kesatuan jang terdapat dalam badan jang dinamakan

97

Kongres Wanita Indonesia jang sekretariatnja pada hari ini dipegang Nj. Mr.M.U. Santoso, Nj. Kartowijono, Nj. Sjamsuddin dan Nj. Walandouw.

Semua organisasi wanita, besar/ketjil jang ada di Indonesia mendjadi anggota daripada badan ini, tetapi masing-masing merdeka dalam mengatur usaha-usahanja sendiri. Kemerdekaan bergerak sendirilah mungkin mendjadi daja penarik bagi organisasi-organisasi wanita untuk menggabungkan diri sonder merasa diikat. Dimana KOWANI 1945-1949 jang merupakan suatu badan federatif sering menghalangi perkembangan sesuatu organisasi, maka Kongres Wanita Indonesia djauh membawa perbaikan dalam pergerakan wanita.

Suatu tjontoh jang belum lama terdjadi ialah demonstrasi PERWARI jang diadakan serentak dikota-kota besar diseluruh Indonesia untuk menuntut ditjabutnja kembali P.P. 19. Perwari adalah anggota Kongres Wanita Indonesia dan merdeka mengatur siasatnja sendiri. Muslimat dan 10 organisasi Islam lainnja djuga anggota Kongres Wanita Indonesia tidak menjetudjui dihapuskan P.P. 19, dan mereka pun merdeka mendjalankan apa jang dianggapnja baik. Kepada anggotanja di tjabang-tjabang diberikanlah instruksi untuk djangan turut demonstrasi PERWARI dan tidak berhak pula Kongres Wanita Indonesia memaksa Muslimat supaja turut djuga. Demikianlah terang bahwa Kongres Wanita Indonesia tidak mengikat, dan hal inilah jang disukai oleh anggota-anggotanja.

Sama aliran.

Suatu hal jang tidak dapat dilihat dalam pergerakan laki-laki (partai-parti politik), djelas dan njata dalam dunia pergerakan wanita. Berpuluh-puluh organisasi wanita dari pelbagai matjam aliran dan tjorak mendjadi anggota dari Kongres Wanita Indonesia dan djarang benar bertjektjok. Antara organisasi wanita jang mendjadi anggota Kongres Wanita Indonesia ada djuga jang bertjorak politik seperti Muslimat atau Wanita Demokrat. Semua orang mengetahui bahwa pada hari ini Masjumi, dari mana Muslimat merupakan suatu bagian, dan P.N.I. darimana Wanita Demokrat merupakan suatu bagian tidak dapat kerdja sama dengan gembira. Tetapi mengapa kaum wanitanja kok dapat hidup bersama dalam satu kesatuan sonder menggigit satu sama lainnja? Ja, dan kenjataannja ialah bahwa Muslimat dan Wanita Demokrat sama-sama duduk dalam Kongres Wanita Indonesia.

Perbedaan dihindarkan.

Memang dari Kongres Perempuan Indonesia jang pertama jang diadakan di Jogjakarta pada tahun 1928 sampai hari ini didapat suatu kerdja sama antara organisasi wanita jang mengagumkan. Tidak pula dapat dikatakan bahwa mungkin ada organisasi wanita jang mengdiktir lain-lainnja. Tidak. Masing-masing organisasi mempunjai djago-djagonja sendiri jang dalam tiap kongres berani menundjukkan gigi. Tetapi mungkin disebabkan beleid pemimpin setiap kongres jang pernah diada


kan oleh organisasi wanita, maka kesulitan jang membawa perpetjahan selalu dapat dihindarkan. Hal ini terdjadi dalam tiap kongres, baik jang pertama di Jogja pada tahun 1928 sampai pada kongres-kongres jang pernah diadakan didjaman revolusi dan sampai achir ini. Dalam hubungan ini Nj . Mr. Maria Ullfah Santoso pernah menulis dalam madjalah KELUARGA Desember tahun 1952 : „ Dalam kongres Wanita Indonesia tergabung organisasi-organisasi wanita Indonesia dari berbagai aliran, sehingga selalu harus ditetapkan suatu rentjana pekerdjaan jang dapat diterima oleh semua anggota Kongres Wanita Indonesia jang tidak menjinggung dasar organisasi masing-masing. Kaum wanita Indonesia insjaf bahwa masih ada tjukup kesempatan dalam lapangan sosial ekonomi untuk bekerdja bersama menudju kepada kesedjahteraan sosial".

Begitu pula dalam sebuah interpiu Nj. Sunarjo Mangunpuspito mengakui bahwa dimana ada perbedaan paham antara organisasi wanita, maka kesulitan dihindarkan. Selalu diijoba untuk mentjari usaha penjelesaian jang memuaskan, dan kalau tidak ada, maka masalah itu dikesampingkan sadja. Dengan tjara demikianlah, maka sampai sekarang wanita di Indonesia masih tetap bergerak dalam suatu kesatuan jang mudah-mudahan selalu terpelihara adanja. Didalam negara Indonesia jang kini terpetjah belah ini, suara wanita jang bersatu itu merupakan suatu bunji jang sangat merdu kedengarannja!

JETTY RIZALI NOOR menulis tentang 14 abad pergerakan wanita sebagai berikut:

Tanggal 22 Desember 1952 ini adalah detik jang bersedjarah bagi pergerakan wanita di Indonesia. Bukan hanja kita memperingati Hari Ibu sebagai penghormatan pada kaum Ibu kita, akan tetapi pada tanggal 22 Desember itu pula kaum wanita Indonesia memperingati genap 25 tahun berumur nja pergerakan wanita Indonesia.

Pada kongres Wanita Indonesia jang ke-II jang baru dilangsungkan di Kota Bandung dalam bulan Nopember jang baru lalu telah ditugaskan pada seorang wanita ,,djago lama" Saudara Nj. Sri Mangunsarkoro, mengetuai panitia 4 Abad itu guna menggerakkan kaum wanita seluruh Indonesia dengan bertjermin pada tahun perdjoangan wanita selama 25 tahun ini.

Dalam menindjau pertumbuhan pergerakan wanita di Indonesia, maka njata bahwa langkah langkah kebangunan kaum wanita berdjalan selaras dengan pertumbuhan semangat perdjoangan dan kebangsaan dari pada partai-partai serta organisasi-organisasi lain, seperti organisasi pemuda dan sebagainja.

Pembangunan „ bewustzijn" kenasionalan wanita Indonesia boleh dikata sudah dimulai dengan usaha Kartini untuk memadjukan pendidikan di kalangan gadis-gadis Indonesia. Sekalipun pada zamannja Kartini belumlah sekali-kali ada apa jang dinamakan „ pergerakan ” atau „ aksi" dari wanita, namun kritik-kritik serta buah fikirannja sebagaimana njata dalam buku „ Door duisternistot licht", mendjadi dorongan jang tidak ketjil artinja bagi pergerakan wanita dikemudian hari.

Semangat kebangsaan jang mulai meluap sesudah berachir perang dunia ke-II dan nampak tjerminnja dalam partai-partai politik, djuga meluas pada kaum wanita Indonesia dengan adanja bagian bagian wanita dari partai-partai tadi seperti halnja dengan Pasundan Isteri. Disamping ini organisasi organisasi wanita lain terutama bergerak dilapangan pendidikan kerumah tanggaan sadja.

Tak lama kemudian datanglah saatnja wanita Indonesia merasa perlu mendjelmakan satu keku atan dari pada perkumpulan-perkumpulan wanita jang ada, seperti Wanita Utomo, Putri Indonesia, Taman Siswo dan sebagainja, maka diadakanlah Congres Perempuan Indonesia (1928).

Dengan meluapnja semangat nasional jang mendapat sambutan jang hangat terutama dalam kalangan kaum peladjar (P.P.P.I.) dan pemuda (Indonesia Muda), maka timbullah djuga organisasi wanita jang bertudjuan pertama-tama: kemerdekaan rakjat Indonesia, jaitu: „Istri Sedar" dengan pelopornja Saudara Suwarni. Selaras dengan pertumbuhan pergerakan wanita dinegeri negeri lain, maka djuga di Indonesia pada umumnja kaum wanita mula-mula bergerak disekitar lapangan pendidikan, sosial dan banjak sedikit berhaluan feministis jaitu : mengutamakan kewanitaan dalam usaha-usahanja. Hal ini djuga disebab kan oleh „ Kebutaan dan ketakutan akan politik” oleh karena alat-alat pendjadjahan menutupi segala djalan jang memberi saluran kearah kesadaran kebangsaan.

Tetapi lama kelamaan datang djugalah perobahan jang ternjata dari kemadjuan-kemadjuan dari Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia, Isteri Sedar, dan lain-lain sehingga pada kongres ke-II dalam tahun 1935 boleh dikata telah bangun semangat ,,bewustzijn" kesadaran akan perdjoangan bangsa menudju kemerdekaan tanah air.

Tidak sedikit sebab-sebab kemadjuan ini didorong oleh andjuran dan peladjaran-peladjaran jang diberikan oleh pemimpin Ir. Soekarno jang menjatakan bahwa pergerakan perempuan pada masa itu dibagi dalam tiga tingkatan:

  1. Kemadjuan perempuan, jang hanja memikirkan soal perempuan menurut chodrat alam.
  2. Meminta persamaan hak antara lelaki dan perempuan jang menimbulkan sematjam persaing an antara fihak lelaki dan perempuan didalam pergaulan hidup.
  3. Bekerdja bersama-sama dengan laki-laki untuk mentjapai tjita-tjita jang tinggi (jaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa).

Beliau mengatakan bahwa pada saat itu (1927-1928) , kaum wanita Indonesia umumnja baru dalam tingkatan ke-I sedangkan untuk mentjapai tjita-tjita kemerdekaan rakjat dan bangsa, wanita di Indonesia harus melontjat dari tingkatan ke-I ke-tingkatan ke-III.

Beliau tak djemu-djemunja mengemukakan tjontoh-tjontoh dari perdjoangan Madame Sun Yat Sen jang membuka djalan kepuntjak politik di Tiongkok dan Sarojini Naidu jang membawa tjita-tjita Mahatma Gandhi kedalam praktek guna

mengedjar kemerdekaan India! Sesuai dengansemangat ini wanita Indonesia pertamakali mengirimkan utusan keluar negeri ke konperensi Lahore tahun 1941.

Keinsjafan semangat kebangsaan ini ternjata sangat berharga, lebih-lebih ketika menghadapi pendjadjahan Djepang. Pada lahirnja tenggelam lah hasil-hasil perdjoangan P.P.I.I.., Istri Sedar dan lain-lainnja . Pemerintahan Balatentara Djepang telah mentjiptakan ,,Fuzinkai"-nja, jang pada dasarnja hendak mempergunakan tenaga wanita Indonesia sebagai alat penggerak masa menurut kehendak sipendjadjah.

Sekalipun demikian, pengalaman jang pahit dari pendjadjahan dan penghinaan itu membawa satu kebaikan dalam arti: wanita Indonesia dapat merupakan potensi jang berharga ketika petjahnja revolusi nasional dengan proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945!

Kaum wanita Indonesia ternjata dapat digerakkan „en masse” melawan pendjadjahan kembali dari Belanda dan mulai dari garis jang terdepan (lasjkar-lasjkar wanita, palang merah, dapur umum dan sebagainja), sampai ketempatnja digaris belakang, wanita Indonesia tidaklah ketinggalan mengambil bagiannja selama kedua aksi „ polisionil" jang meminta ribuan korban manusia itu.

Pemuda-pemuda pedjoang takkan mudah melupakan djasa-djasa Ibu-ibu digaris terdepan dan belakang jang selalu siap sedia pada tiap-tiap detik dimana dibutuhkan tenaganja selama pertempuran pertempuran mendahsjat itu!

Usaha kaum wanita pada saat-saat itu tidak sedikit menjumbangkan pada ketinggian ,,moril” perdjoangan pemuda-pemuda kita jang sedang berdjoang mati-matian!

Selama masa perdjoangan, kehidupan berorganisasi mulai tumbuh kembali dan mendjelma dalam pergerakan-pergerakan wanita seperti Perwari, P.P. I. (Pemuda Putri Indonesia), Muslimat, P.W.K.I. (Wanita Kristen) dan organisasi pedjoang-pedjo ang wanita sebagai Laswi (Lasjkar Wanita Indonesia) dan sebagainja. Untuk menghadapi kembalinja kolonialisme Belanda dalam segala bentuk nja, maka kaum wanita menghimpun tenaga dalam satu gabungan KOWANI. Selama masa perdjoangan, KOWANI memusatkan kegiatannja pada usaha-usaha membantu garis depan, tetapi sewaktu perselisihan dengan Belanda menghadapi penjelesaian politik, maka djuga pergerakan wanita tidak ketinggalan mengeluarkan suara sesuai dengan tuntutan bangsa dan tanah air.

Atas initiatif ketua KOWANI, Nj. S. Pudjobuntoro, dalam tahun 1949 diadakan satu „ Permusjawaratan Wanita seluruh Indonesia", dimana djuga kaum wanita dari daerah-daerah jang masih diduduki oleh tentara pendjadjah, hadir. Pada saat itu delegasi Indonesia di negeri Belanda sedang menghadapi keuletan sipendjadjah dimuka „Medja Bundar" dan dengan suara bulat dikota Jogjakarta jang masih penuh dengan sisa-sisa kekedjaman imperialis Belanda itu, kaum wanita Indonesia menuntut „ supaja kemerdekaan negara dalam politik dan jang penuh dengan tidak bersjarat harus

99

dilakukan tahun itu (1949) djuga" dan bahwa ,,pada saat penjerahan kedaulatan, tentara Belanda harus telah meninggalkan tanah Indonesia!”

Sekalipun suara Permusjawaratan itu hanja merupakan tuntutan dan tidak mempunjai kekuatan jang „konkrit" dibelakangnja namun tidak sedikit artinja sebagai „dorongan moril" pada mereka jang kembali kedaerah-derah „,federal" dan membawa semangat pertemuan tadi kepada rakjat dari daerah-daerah itu . Terutama Saudara Nj. Salawati Daud dari Sulawesi Selatan sekembalinja dari permusjawaratan wanita itu mengumandangkan suaranja ketengah-tengah rakjat dan pemuda pedjoang, sehingga beliau dianggap sangat berbahaja” oleh tentara Belanda!

Sajang, usahanja jang giat itu tak dapat djuga mentjegah hukuman mati jang didjatuhkan oleh Belanda atas dirinja pemuda Wolter Mongonsidi.

Pada tahun 1950 maka KOWANI, jang tadinja merupakan satu federasi semua pergerakan-pergerakan wanita Indonesia mendjelma mendjadi Kongres Wanita Indonesia jang bentuknja kurang mengikat tapi bersifat permusjawaratan dan „forum" pertukaran fikiran dan kerdja sama. Hal ini terdjadi berhubung organisasi-organisasi wanita masing-masing hendak mengkonsolidir dirinja kedalam guna benar-benar dapat menghadapi usahausaha pembangunan serta persoalan dan perkembangan politik didalam dan diluar negeri. Sebab, sesuai dengan pertumbuhan negara, djuga ideologi dan faham masing-masing organisasi mendjadi lebih tegas. Soal-soal disekitar politik negara dan pemilihan umum umpamanja telah mendjadi tudjuan jang penting dari kebanjakan organisasi wanita seperti Perwari, Muslimat, Partai Wanita. Rakjat dan sebagainja.

Sekalipun hasil perdjoangan dan pergerakan wanita masih djauh dari sempurna, sekalipun kita belum dapat menghasilkan" pemimpin-pemimpin wanita berkaliber Eleanor Roosevelt, Sarojini Naidu, Madame Sun Yat Sen dan sebagainja, namun ditindjau dari sudut statistik kemadjuan wanita Indonesia tidaklah mengetjewakan; apalagi dibandingkan dengan beberapa negara di Asia lainnja. Hampir dalam semua alat-alat pemerintahan, Parlemen, Dewan-dewan Perwakilan Daerah serta panitia-panitia negara, wanita Indonesia turut mengambil bagian jang penting dan aktif.

Djuga djawatan-djawatan jang chusus diadakan bagi kemajuan pendidikan wanita didesa-desa dan tempat-tempat ketjil seperti Bagian Wanita dari Kementerian P.P.K.. Kementerian Sosial dan Bagian Kesedjahteraan Ibu dan Anak dari Kementerian Kesehatan, boleh dikata sebahagian besar adalah hasil konkrit daripada kegiatan pergerakan wanita.

Perhubungan pergerakan wanita Indonesia dengan dunia internasional djuga telah mulai terasa. Wanita Indonesia telah pernah turut dalam kongres „Women's International Democratic Federation", "International Alliance of Women" dan pada konperensi-konperensi pergerakan wanita international di India, New- Sealand, Italia dan beberapa negeri lain, Indonesia pun turut mengambil bagian.

Sekalipun kita telah dua kali mempunjai menteri wanita dalam pemerintahan (Sdr. Mr. Maria Ullfah dalam kabinet Sjahrir dan Sdr. Trimurtí dalam kabinet Amir) serta undang-undang Dasar kita tjukup memberi djaminan pada kedudukan jang sama dari semua warga negara Indonesia, masih luas djuga lapangan perdjoangan bagi pergerakan wanita dalam hal politik, kedudukan hukum dan sosial-ekonomi. Terutama kedudukan wanita dalam hukum perkawinan senantiasa pada tiap-tiap kongres mendjadi persoalan jang terhangat, oleh karena belum ada satu Undang-undang Perkawinan jang berlaku bagi semua warga negara. Itulah djuga sebab persoalan disekitar Peraturan Pemerintah No. 19 jang terkenal itu mendjadi demikian hangat dan djuga disokong penuh protes kaum wanita oleh partai-partai politik jang progressif.

Satu lapangan lain jang sekarang mendjadi pusat perhatian pergerakan wanita ialah lapangan sosial-ekonomi. Oleh karena djustru kedudukan negara kita dalam hal ini pada saat ini adalah serba sulit, maka sangat pentinglah segala usaha wanita berdasar auto aktiviteit seperti Bank Wanita jang telah dibuka di Bandung, kooperasikooperasi jang mulai lantjar dibeberapa tempat dan sebagainja.

Djuga dalam menghadapi Pemilihan Umum jang akan datang wanita Indonesia turut mengambil bagian jang aktif. Saudara Nj. Pudjobuntoro jang duduk sebagai wakil wanita dalam panitia Pemilihan Umum itu telah mengadakan penindjauan ke India dan Amerika guna menambah pengalaman dalam soal ini. Mudah-mudahan wanita Indonesia dan djuga partai-partai politik telah tjukup „masak” sehingga dapat pula memilih tenaga-tenaga wanita jang tjakap dalam Perwakilan Rakjat jang akan datang!

Demikian, maka hendaklah pada tanggal 22 Desember jang akan datang itu, pada saat kita memperingati 25 tahun berdirinja pergerakan wanita di Indonesia, keadaan rakjat dan negara kita jang serba sulit dewasa ini, mendjadi tjambuk bagi langkah-langkah kita dikemudian hari guna benarbenar memberi isi pada kemerdekaan kita ini! (Dalam Mimbar Indonesia 20/12-253).

Karangan lain termuat dalam S. K. Merdeka tertanggal 24/12-1953 beliau mengupasKemadjuan wanita dalam berbagai lapangan sebagai berikut:

Sepandjang perdjalanan sedjarah pergerakan wanita, dari kongres ke kongres, dari zaman kolonial melalui zaman Fuzinkai Djepang ke zaman Laskar Wanita dan zaman dimana kita mengenal menteri-menteri wanita menduduki kursi-kursi dalam kabinet, sampai ke zaman wanita menuntut adanja Undang-undang perkawinan serta menghadapi pemilihan umum sekarang kita melihat dan mendengar nama-nama jang lama-kelamaan merupakan nama-nama jang „ klassik” dalam dunia pergerakan wanita.

Demikian maka diantara nama-nama jang tak dapat dipisah-pisahkan lagi dari sedjarah, kita lihat Sri Mangunsarkoro. Suwarni Pringgodigdo, Rasuna Said, Nj . Soenarjo Mangoenpoespito, Emma

100

Poeradiredja, Nj . Soekanto, Aisjah Hilal, Nj. Susanto Tirtoprodjo, Nj . Soedirman, Soesilowati, Nj. Poedjoboentoro, Maria Ullfah Santoso, Nj. Soetarman, Nj. Kartowijono, S. K. Trimurti, Nj. Hadiprabowo dan lain-lain.


Satu persatu mereka telah membuat sedjarah, sedikit-dikitnja menambah halaman dalam sedjarah. Tetapi sedjarah itu selalu objektif, sedjarah hanja mengenal perbuatan jang njata, usaha jang ada isinja. Oleh karena itu kita harus djuga menetapkan nilai-nilai jang konstruktif dalam menentukan kedudukan seseorang dalam sedjarah.


Pahlawan Wanita jang ta' dikenal.

Dalam pada itu, sedjarah tak akan sempurna, djikalau tidak disebut mereka „ si pekerdja ketjil” jang tak dikenal namanja itu, mereka jang selalu patuh, siap-sedia mengerdjakan instruksi dari atas. Siapakah mengenal namanja, nama sekian puluh, ratus, ja, ribuan wanita jang telah berdjuang matimatian, berkorban segala-galanja demi kepentingan perdjuangan? Siapa jang mengenal mereka jang dengan diam-diam dengan tak kenal djerih pajah telah mendirikan usaha-usaha jang langsung berfaedah bagi rakjat, taman-taman kanak-kanak, sekolah-sekolah, balai-balai kesehatan, biro-biro konsultasi, memberantas buta huruf, membuka tempat-tempat penampung wanita sesat dan sebagainja. Nama mereka tak kan tertjantum dalam buku sedjarah dengan tinta mas, sebagaimana halnja dengan nama-nama jang „ klassik” itu, namun segala pekerjaan jang sekarang dipetik buahnja itu tak kan tertjapai tanpa usaha si-pekerdja ketjil, si anggota biasa jang tak dikenal namanja itu!


Maka, pada saat jang penuh bersedjarah sekarang ini, perlulah kita menjatakan penghargaan kita pada „dia”, „pahlawan wanita jang tak dikenal" itu!


Ahli-ahli Wanita.

Diantara ahli-ahli hukum, kita lihat sekarang dalam dunia pergerakan wanita mentjurahkan tenaganja guna memperkuat kedudukan hukum wanita Indonesia, Nj. Mr. Nanny Suwondo, Nj. Mr. Toeti Harahap, Nj . Mr. Poppy Sjahrir, Nj . Mr. Soemiati Said, sedangkan Nj . Mr. Toeti Harahap didalam dunia Perguruan Tinggi djuga dikenal sebagai pemberi kuliah.

Dapatkah kiranja kita harapkan tak lama lagi adanja seorang professor wanita ? Sebagai pengatjara wanita kita lihat di Djakarta beraksi dalam proses terhadap madjallah Merah Putih" barubaru ini, Nj . Mr. Nany Razak.


Dunia sastera dan budaja melihat Emiria Soenarsa dari pulau Ternate sebagai pelukis jang utama, Nj, Tjokro sebagai satu-satunja pemahat wanita jang telah diserahi membuat satu pahatan jang simbolis untuk gedung baru Pusat Djawatan Kepolisian di Kebajoran . Nuraini Sani dan Nursjamsu adalah diantara wanita sasterawan muda, sedangkan antara pengarang kita lihat Nj . Hafni Abuhanifah dengan buku kanak-kanaknja, Ibu Sud dengan „Ketilang"-nja dan didaerah banjak tenaga pengarang jang sedang tumbuh.


Nama-nama jang ramai timbul ialah dalam dunia kewartawanan. Disamping nama Herawati Diah,

jang djuga boleh disebut ,,klassik" bagi dunia kewartawanan wanita, kita lihat sebagai pengasuhpengasuh madjalah dunia kewartaan wanita, kita lihat sebagai pengasuh-pengasuh madjalah-madjalah: Nj. Ani Idrus, di Medan, Nj. Pudji A. Pane, Nj. Pudjoboentoro, Nj. Nurdjana Sutardjo di Djakarta, Nj. Roebiatin di Malang, sedangkan diantara mereka jang memimpin harian-harian ialah Nj. Gadis Rondonuwu di Makassar dan Nj. Gusti Djohansah di Bandjarmasin. Sungguh kemadjuan jang menggembirakan.


Usaha jang njata dan membawa hasil jang langsung terasa dalam usaha dan rumah tangga wanita, ialah Bank-bank Wanita di Bandung, Tjiandjur dan lain-lain tempat serta Bank-bank Kooperasi wanita seperti di Djakarta. Disini pemimpin-pemimpinnja sebagai Nj. Halimah dari Bank Wanita di Bandung dan Nj. Said dari Bank Kooperasi di Djakarta dapat dianggap pelopor-pelopornja.


Satu-satunja walikota wanita jang sampai sekarang masih tetap memegang kedudukannja ialah Nj. Mutallib di Pontianak. Seorang Ibu berambut sudah mulai putih, beranak, bertjutju jang telah bertindak sebagai walikota kurang lebih 5 tahun. Dan tahukah saudara bahwa djuga dalam lapangan keilmuan wanita telah memilih tjabang pengetahuan sesuai dengan kemauan dan bakatnja sendiri? Dalam hubungan ini kita lihat sekarang sebagai satu-satunja ahli archeologi-sedjarah dan benda-benda purbakala Nj. Jati Sulaiman, sedangkan Nj. Dr. Hoeroestiati Soebandrio, disamping kesibukannja sebagai njonja duta besar masih pula berkesempatan mengambil satu „ graad” dalam ilmu anthropologi, ilmu dan sedjarah manusia.


Dikalangan kegiatan usaha Palang Merah Indonesia setjara nasional, maupun internasional kita lihat saudara-saudara Jo Abdurrachman dan Saudara Dalimah dengan Palang Merah Pemudanja. Kedua-duanja pernah mewakili badan-badan ini diluar negeri.


Diantara kaum dokter wanita jang telah berpuluh djumlahnja sekarang ini, kita lihat Dr. J. Sulianti dengan usahanja jang terkenal dalam lapangan kesedjahteraan Ibu dan Anak. Di Daerah-daerah nama-nama Nj. Dr. Jusuf, Dr. Moedinem , Dr. Srimoe, Dr. Sapartinah adalah diantara mereka jang bergerak dalam lapangan ini. Dan tahukah saudara bahwa Inspektur Kesehatan Propinsi Sulawesi adalah seorang dokter wanita?


Dilapangan pendidikan nama-nama wanita sudah ramai terserak. Disamping Nj. Kartowijono dengan Bagian wanitanja dari Djawatan Pendidikan Masjarakat, Kementerian P.P.K. serta Nj. Erna Sutoto dengan sekolah-sekolah gadis, Saudara Suitinah sebagai Insprektrice Taman Kanak-kanak, banjak initiatif sendiri berkembang dan dalam hubungan ini kita lihat usaha-usaha Nj. Sudarso, Nj. M. Effendi Saleh dengan sistemnja „Bersekolah pada Ibu" jang patut mendapat penghargaan dari masjarakat! Dan didalam hubungan ini adanja jajasan-jajasan seperti ,,Sri Dherma", Jajasan Pendidikan wanita dan sebagainja, jaitu jajasan jang bertudjuan memadjukan pendidikan kaum wanita, patut diketahui.

101

Didalam lapangan sosial demikian banjak wanita bergerak, sehingga sukar untuk meneropong satu usaha jang chusus. Jajasan Kesedjahteraan Kanak-kanak dibawah asuhan Nj. Samsuridzal, Nj. Arudji dan lain-lain sudah mulai dengan usaha jang njata membuka taman-taman kanak-kanak bermain dan sebagainja. Nj. Sutarman mulai dengan mentjari djalan memberantas prostitusi, sekalipun belum meningkat pada usaha jang konkrit, Nj . Milono, Nj. Gunawan, ah, terlalu banjak untuk disebut. Lapangan sosial ini memang sesuai dengan bakat kaum wanita. Karena itupun mendapat perhatian jang terbanjak. Diantara kaum mula maka saudara Hariatilah jang terkenal giatnja sebagai „social worker".

Kitapun mulai mengenal ,,business women" se bagai Saudara-saudara Nj. Moerdono, Nj. Bintang Soedibio, Nj. Lasmidjah dan lain-lain sekalipun usaha mereka dalam lingkungan jang terbatas. Dan Nj. Mandagi adalah anggota wanita didalam Dewan Ekonomi Pusat.

Sekian untuk sekedar diketahui.


5. SAMBUTAN-SAMBUTAN SURAT-SURAT KABAR.

Peristiwa penting dalam usaha wanita untuk memperbaiki baik kedudukannja sendiri maupun masjarakat umumnja mendapat sambutan pula dari berbagai surat kabar dan madjallah, jang pada umumnja menjokong penuh dan sangat menghargai perdjuangan kaum ibu itu.

Dalam tadjuk rentjana tertanggal 22 Desember 1953, S.k. „,Suluh Indonesia" menulis:

Tadjuk:

HARI IBU.

Djikalau dibandingkan kedudukan wanita Indo nesia dengan kedudukan wanita-wanita dilain negara, maka wanita-wanita kita tidak mempunjai alasan untuk berketjil hati . Hak-hak wanita baik jang tertulis, maupun jang tersirat dalam beberapa hukum adat dari berbagai-bagai suku bangsa di Indonesia ini, memberikan suatu kedudukan jang baik sekali kepada wanita-wanita. Hanja sepandjang masa segala ketentuan-ketentuan itu pudar dan tidak didjalankan dengan saksama, karena beberapa faktor jang berpengaruh atas hidup rochani dan djasmani dari pada wanita-wanita Indonesia.

Perlulah dimadjukan disini faktor ekonomi dan pendidikan jang memegang rol paling penting dalam mundurnja pelaksanaan dari hak-hak wanita itu.

Kepintjangan-kepintjangan dalam masjarakat wanita, timbulnja pelatjuran meningkatnja poligami, adanja tanda-tanda perdagangan perempuan, semuanja itu disebabkan karena perguletan untuk hidup dari sesuatu machluk jang dilahirkan diatas bumi ini, ditambah pula dengan kurangnja pendidikan jang bisa memberikan bekal hidup kepada mereka. Oleh sebab itu didalam menjambut peringatan seperempat abad pergerakan wanita ini, perkumpulan-perkumpulan wanita, tidak sadja harus be

kerdja memperbaiki kedudukan wanita diatas lapangan hukum, dengan djalan mengadakan demonstrasi dan rapat-rapat, tetapi sebagian dari keaktifan harus ditumpahkan atas lapangan perbaikan penghidupan dari wanita-wanita dan pendidikan jang lajak untuk gadis.

Gadis-gadis kita harus diberi bekal hidup rochani untuk dapat berdiri sendiri, dengan tidak usah menggantungkan nasib atas perkawinan, jang biasanja dalam hal ini bertjorak polygami. Selama seperempat abad ini memang sudah banjak djuga jang dikerdjakan pergerakan wanita diatas kedua lapangan ini dan kalau dibanding dengan kemadjuan perekonomian Indonesia pergerakan wanita bolehlah bangga.

Kita jakin, bahwa usaha pergerakan Indonesia dimasa depan tidak lagi akan seberat dengan di waktu-waktu jang lalu.

Masjarakat kita sendiri dalam suasana merdeka ini mengalami kemadjuan jang pesat. Dan didalam kemadjuan jang simultaan demikian itu pergerakan wanita lebih ringan lagi kewadjibannja untuk melaksanakan tugasnja.

Semoga wanita Indonesia dihari depan semakin tebal kepertjajaan atas dirinja sendiri untuk berdiri tegak diatas dunia ini dan bersama-sama dengan kaumnja mengangkat diri sendiri. Demikianlah sambutan kita atas „ Hari Ibu” jang dirajakan hari ini diseluruh pelosok tanah air.

,,Suluh Indonesia", 22 Des. 1953.

Tadjuk:

GERAKAN WANITA.

Tanggal 22 Desember ini, genap usia gerakan wanita Indonesia seperempat abad.

Bila kita menindjau perdjalanan gerakan wanita dalam waktu seperempat abad itu, terasalah pada kita, bahwa kemadjuan itu lebih banjak tertjapai dalam soal „vrouwen emancipatie".

Vrouwen emancipatie inilah jang membuka djalan bahwa dewasa ini telah banjak wanita wanita Indonesia jang mentjapai kedudukan sebagai prija, baik dalam masjarakat maupun pemerintahan.

Meskipun kemadjuan-kemadjuan jang ditjapai oleh golongan wanita ini belum dapat disamakan dengan kemadjuan wanita-wanita dari negara negara jang telah madju, akan tetapi bila dibandingkan dengan kemadjuan wanita dari negara negara sederadjat jang baru sadja merdeka, kiranja kemadjuan wanita Indonesia ini tidak perlu merasa kalah.

Sekalipun demikian, kita berpendapat, bahwa harus ada batas-batas kemadjuan wanita itu, sesuai dengan kodratnja dan lapangan pekerdjaannja. Maklum, kita orang Timur, tjara berpikir dan alam pikiran kita sukar bisa lepas dari alam ketimuran itu. Oleh karenanja kita berpikir, bahwa mengenai kemadjuan wanita itu diinginkan tidak akan terlepas dari pada sifat-sifat ketimuran itu. Tentunja sadja sukar untuk memberi gambaran, mana-mana sifat barat dan mana-mana sifat ketimuran.

102  Jang memberikan batas-batas itu, adalah terletak kepada perasaan, manakala tidak sesuai dengan sifat kodrat alam pikiran kita, itu sudah melintasi batas.
 Kemadjuan setjara individueel, sudah banjak ditjapai oleh kaum wanita kita. Akan tetapi kemadjuan dalam rangka organisasi , sekiranja belum ada sesuatu jang dapat dibanggakan, baik dalam lapangan sosial maupun pendidikan. Sengadja kita tidak berbitjara soal politik, oleh karena kita berpendapat, bahwa gerakan wanita untuk turut mendjundjung deradjat bangsa dan nusa itu lebih sesuai dalam lapangan sosial dan pendidikan.
 Sekalipun demikian, sudah ada rasa sjukur dan gembira atas hasil-hasil jang ditjapai oleh kaum wanita kita dalam seperempat abad itu, jang sekarang terus berusaha madju dengan sedikit bersuara.
 Mudah-mudahan dalam gerakan selandjutnja, akan banjak membuat djasa sehingga sungguh akan dapat dirasakan oleh kaum wanita chususnja dan masjarakat Indonesia pada umumnja.

,,Tanah Air", 22 Des. 1953. Semarang.

WANITA

 Hari ini kita memperingati seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Perdjuangan wanita kita tidaklah bisa dipisahkan dari pada perdjuangan untuk mentjapai kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan serta mengisinja.
 Kaum wanita kita pada zaman kolonial dulu tidaklah bebas dalam geraknja, seperti halnja dengan pergerakan-pergerakan lainnja. Selalu mendapat tekanan, lanngsung atau tidak, dari peraturan-peraturan dan tindakan pemerintah kolonial itu.
 Tidak sedikit kaum wanita Indonesia jang masuk pendjara karena aktip dalam pergerakan. Ingat sadja akan S.K. Trimurti dan wanita lainnja jang telah mengalami tutupan dalam bui beberapa kali. Memang tiap-tiap gerakan, apalagi dalam dunia politik, mempunjai konsekwensi jang besar. Sabansaban bisa ditahan dan dituntut, dan kemudian dihukum.
 Dinegeri manapun djuga demikian halnja. Kita ingat misalnja perdjuangan kaum wanita di Inggeris dalam abad jang lalu, jang menuntut perbaikan nasib dan persamaan hak. Tidak sedikit dari mereka jang mendapat siksaan. Tetapi mereka berdjuang terus, sebab kalau tidak, tjita-tjita untuk perbaikan nasib dan tuntutan hak sama itu tidak akan bisa berwudjud, seperti jang dialami sekarang.
 Banjaklah jang bisa dilakukan oleh kaum wanita. Mereka merupakan tiang dalam pembangunan negara kita pada waktu ini dan dimasa jang akan datang.
 Pendidikan anak-anak sebagian terbesar adalah ditangan mereka. Djika ini dilakukan dengan baik, maka kemerosotan moral jang timbul pada waktu ini dinegeri kita, dengan pelan-pelan akan bisa habis.
 Djuga dalam lapangan perkawinan, kaum wanita dapat menjumbangkan tenaga dan pikirannja, agar nasib wanita seumumnja terdjamin. Itu adalah sekedar tjontoh-tjontoh sadja. Masih banjak lagi masalah wanita.
 Semua itu sesungguhnja merupakan objek-objek politik. Hingga dengan demikian perdjuangan dalam perbaikan nasib kaum wanita itu adalah perdjuangan politik. Karena itu dengan sendirinja kaum wanita mau tidak mau seberapa dapat harus menerdjunkan diri dalam lapangan politik. Hingga dengan demikian dapatlah mereka setjara demokratis berusaha dalam mentjapai tudjuan dan tjita-tjitanja.
 Sadar akan hal itu, kaum wanita Indonesia dimasa jang akan datang akan lebih memperkuat kesatuannja. Sebab dengan itulah dapat lebih gampang ditjapai hasil-hasil jang lebih baik untuk kemadjuan wanita kita, untuk perbaikan nasibnja dan perbaikan masjarakat Indonesia seluruhnja.
 Kita mengutjapkan: Selamat berdjuang.

„Kedaulatan Rakjat", 22 Des. 1953.

 Surat kabar „Pembina" jang terbit di Samarinda menulis:
 Dapat digambarkan betapa berat pekerdjaan gerakan wanita didalam memberi bimbingan kepada kaum wanita, jang masih berhadapan pula dengan kaum kolot. Sesudah kemerdekaan Indonesia, wanita djuga sanggup bekerdja disegala lapangan, baik dikalangan sosial, maupun dikalangan politik. Beberapa wanita telah menundjukkan kesanggupannja duduk sebagai menteri. Wakil-wakil wanita di D.P.R. pun banjak djuga. Surat kabar ini mengandjurkan, agar wanita berusaha sekuat tenaganja untuk mengokohkan pergerakan wanita, meskipun terpisah dalam pelbagai organisasi.
 Pergerakan wanita Indonesia, belum dapat dibanggakan, berhubung dengan adanja beberapa perpetjahan, jang berarti, bahwa wanita tak akan sampai ketepian jang ditudju. Pemilihan Umum akan menentukan kedudukan wanita djuga, tulis „Pembina".

(Induk karangan).

WANITA KITA.

 Seperempat abad sudah pergerakan wanita kita patut sedjenak kita renungkan, untuk menjadari apa jang sudah dan apa jang belum tertjapai, satu dan lain untuk dasar kita bergerak terus! Hendaknja ditindjau kembali, hingga mendjadi terang dan pasti, apa jang hendak kita tjapai. Sebab fase seperempat abad jang lalu boleh dianggap permulaan dengan belum lagi tjukup terudji sendiri langkah-langkah kita, hingga terasa kuranglah sekali efficiency pergerakan selama ini. Lagi pula seperempat abad pertama itu masih erat, terdjalin kalau tidak dikuasai oleh kebangsaan hingga segisegi kewanitaan chususnja belumlah digerakkan sepenuhnja.
 Karena itu pula fase kedua sesudah seperempat abad itu disamping tugas umum terhadap kemerdekaan negara dan isinja, sewadjarnja lebih bergerak pula dilapangan segi-segi kewanitaan-kewanitaan kita. Dan pertama harus terang ditentukan:


103

kemana kita menudju. Soal-soal rol wanita di djaman modern ini misalnja sudah begitu sulit, hingga sudah mendjadi persoalan akademis jang belum terpetjahkan seperti kita tampak misalnja dinegara-negara jang lebih madju dari pada kita. Akan lebih-lebih sulit bagi kita di Indonesia, karena ada soal-soal sifat ketimuran dan sebagainja, jang djuga perlu dipetjahkan dalam hubungan gerakan kemadjuan wanita umumnja. Semoga dalam melangkah fase baru ini, pergerakan wanita kita menudju kebahagiaan, tidak kekatjauan.

,,Surabaja Post", 22/12-1953.

Surabaja.

¼ ABAD GERAKAN WANITA.

Kesatuan gerakan wanita Indonesia telah seperempat abad usianja. Tetapi ini tidak berarti bahwa sedjak semulanja gerakan kebangsaan kita bergelora kaum wanita sebagai ibu dan putri Indonesia tidak turut menjumbangkan tenaga pikiran dan waktunja. Besar, sangat besar pengorbanan dan pengabdian wanita kita sedjak dahulu hingga sekarang bagi tertjapai kemerdekaan kita.

Sedjak kebangunan mulai bangkit djauh sebelum setengah abad jang lalu maka kaum ibu kita setjara perseorangan merupakan bantuan dan dorongan jang tidak terhingga bagi kegiatan kaum bapak dalam menudju kesatuan dan kemerdekaan kita bersama. Hingga sekarangpun begitu djuga. Kaum ibu kita senantiasa memainkan peranan disamping kaum bapak sebagai pendorong dan pemberi djiwa kepada usaha-usaha mulia dilapangan pembangunan tanah air disegala lapangan. Sedjak tertjapainja kemerdekaan kita, disamping perdjuangan umum untuk mempertinggi deradjat sosial tanah air, kaum wanita kita harus pula ingat kepada dirinja

sendiri sebagai wanita, jang mana haknja jang chusus tidak boleh pula lupa ia memperdjoangkan dengan kekuatan organisasi dan ketabahan hati.

Disamping memperkuat keadaan rumah tangga dan menjumbangkan tenaga bagai usaha-usaha umum bagi kepentingan seluruh lapisan masjarakat kita, keadaan dan zaman telah mendesak pula kaum wanita kita diabad modern ini untuk tambah mempergiat memperdjuangkan hak-haknja chusus Gerakan wanita dalam negara modern sebagai Indonesia sekarang ini meminta tjara berpikir dan bergerak sesuai dengan zaman, menurut hukum hukum organisasi dan pengetahuan modern dengan tidak melupakan pula sifat ke-Indonesiaannja dalam gerakan wanita keseluruhannja untuk mempertinggi deradjad dan menuntut pengakuan hak-hak wanita.

Ketinggian budi, ketabahan hati dan kesadaranjang tambah meningkat bisa merupakan obor jang tak kundjung padam bagi para wanita kita dalam menudju tjita-tjitanja jang mulia. Disamping kewadjiban-kewadjibannja jang diletakkan oleh sedjarah dan masjarakat atas bahunja sebagai wanita puteri Indonesia, wanita kita dengan tidak kenal putus asa mesti dan senantiasa harus memperdjuangkan tjita-tjitanja disamping perdjuangan turut membentuk masjarakat baru Indonesia jang adil dan makmur . Suatu masjarakat baru, dimana wanita terdjamin hak-haknja sepenuhnja sebagai ibu, wanita dan isteri ataupun sebagai pekerdja dalam masjarakat. Suatu masjarakat, dimana kaum wanita kita karena kesatuan gerak dan kekuatan kesatuan organisasinja dapat memaksakan penghargaan dan kehormatan dari pada masjarakat bangsanja.

„M. Indonesia" 22 Des. 1953.

BAB II.

Bagian B.: Buku Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.

  1. Sambutan dari tokoh-tokoh terkemuka.
  2. Sambutan dari Organisasi & Partai.
  3. Sambutan dari Organisasi Wanita.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kenikmatan suatu masjarakat jang adil dan makmur, diketjap tidak terutama sekali oleh kaum laki-laki, tetapi oleh kaum wanita dan anak-anak. Sebab masjarakat jang adil dan makmur itu terutama sekali mengandung keadilan dan kemakmuran sosial-ekonomi.

Karena itu, maka wanita harus menjumbangkan tenaganja sepenuh-penuhnja untuk mentjapai masjarakat jang demikian itu.

Sampai sekarang, sesudah dua puluh lima tahun pergerakan wanita, penjumbangan-tenaga itu belum sepenuh-penuhnja, meskipun pemimpin-pemimpin pergerakan-wanita sudah membanting-tulang.

Keinsjafan akan perlu-mutlaknja penjumbangan-tenaga itu, - penjumbangan tenaga wanita -, belum hidup setjukupnja dalam kalangan masanja wanita, dan belum hidup setjukupnya pula dalam kalangan kaum laki-laki. Tetapi: „nasib wanita didalam tangan wanita sendiri“! Karena itu, perlipat-gandakanlah aktivitet wanita dalam masa-datang!

Soekarno.-


108

 Bagian B.

SAMBUTAN-SAMBUTAN TERHADAP BUKU

PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD PER-

GERAKAN WANITA DI INDONESIA.

Bersama-sama dengan berbagai usaha untuk mengadakan peringatan jang semeriah-meriahnja pada tanggal 22 Desember 1953 dimaksudkan pula untuk menerbitkan sebuah buku peringatan jang akan memuat bahan-bahan penting tentang kemadjuan dan hasil-hasil perdjuangan kaum wanita selama 25 tahun.

Untuk buku itu, jang karena kesulitan-kesulitan tidak djadi terbit telah didapatkan pula sambutan sambutan dari para pembesar pemerintahan R.I. dan orang-orang terkemuka lainnja dari berbagai kalangan, jang kami muat dalam halaman-halaman jang berikut ini, karena sambutan-sambutan itu mengandung sumbangan-sumbangan pikiran jang tetap berharga.

SAMBUTAN DARI TOKOH-TOKOH PEMERINTAHAN DAN MASJARAKAT.

Sambutan-sambutan ini adalah diberikan oleh:

  1. Presiden Republik Indonesia, Dr. Ir. Soekarno ;
  2. Dr. Moh. Hatta;
  3. Mr. Ali Sastroamidjojo;
  4. Mr. Sartono;
  5. Ibu Soekonto;
  6. K. H. Dewantoro;
  7. R. H. Muhammad Adnan;
  8. Mgr. Soegijapranata;
  9. Dr. Soekiman;
  10. Alimin;
  11. Prof. Dr. Sardjito;
  12. Prof. Mr. Dr. Soepomo;
  13. Ds. S. Marantika;
  14. Muljadi Djojomartono;
  15. Sri Sultan Hamengku Buwono IX;
  16. Nj. Sutijah Surya-Hadi.

SAMBUTAN J. M. WAKIL PRESIDEN,

Drs. MOHAMMAD HATTA.

GERAKAN WANITA SEPEREMPAT ABAD.

Pada tanggal 22 Desember jang akan datang ini genaplah usia kesatuan pergerakan Wanita Indonesia seperempat abad. Orang tak salah duga, apabila dikatakan bahwa kesatuan gerakan itu disebabkan oleh persatuan gerakan pemuda Indonesia jang tertjapai pada 28 Oktober 1928, jang diikrarkan dengan sumpahnja: satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.

Disini ibu didorong oleh anak! Itu bukan suatu kegandjilan, karena memang pemudalah jang semangatnja lebih besar dan tjita-tjitanja lebih tinggi jang merintis djalan lebih dulu dalam pergerakan kebangsaan kita. Kesatuan pergerakan Wanita Indonesia dinjatakan dengan mengadakan Kongres bersama sekali dua tahun. Itu tidak berarti, bahwa pada tiap-tiap Kongres itu segala perkumpulan Wanita memperoleh persatuan pendirian dalam berbagai soal masjarakat jang penting-penting. Ada perbedaan paham jang sukar mengatasinja, jang

sampai sekarang masih mendjadi perbedaan jang prinsipiil. Akan tetapi kesanggupan kaum Wanita bekerdja-sama dan mengadakan kongres bersama sekali dua tahun adalah suatu alamat jang baik. Tanda mau harga-menghargai pendapat jang berlain-lain dalam Indonesia jang ,,bhinneka tuggal ika".

Bahwa Kongres itu tak dapat diadakan saban dua. tahun sebagaimana dirantjang, tidak dapat disalahkan kepada kaum wanita jang punja kemauan, melainkan tersebab oleh suasana politik, keadaan perang, revolusi dan lain-lain.

Masalah-masalah jang hangat dibitjarakan banjak sekali ragam dan tjoraknja, sesuai dengan perkembangan masjarakat Indonesia dari masa djadjahan sampai kesuasana merdeka. Disini bukan tempatnja untuk mengupas soal-soal jang mendjadi perhatian kaum Wanita selama ini. Tjukuplah kalau disebut bahwa perhatian itu mengenai: kedudukan wanita dalam masjarakat, hak-hak politik bagi kaum wanita, soal pengadjaran, kooperasi, pemberantasan pelatjuran, pemberantasan buta huruf, pemeliharaan baji dan konsultasi, perlindungan ibu jang bekerdja dan pemeliharaan anaknja jang lagi ketjil diwaktu ia bekerdja (crêche), taman kanak-kanak, usaha wanita jang bersangkutan dengan palang merah dan lain-lain.

Sebagian dari pada tuntutan gerakan wanita dahulu, istimewa jang mengenai kedudukan dan hak politik, dengan sendirinja terselenggara setelah Indonesia merdeka dan berdaulat. Tuntutan lainnja bukan lagi tuntutan, melainkan djadi kewadjiban untuk menjelenggarakannja. Undang-undang Dasar Negara kita memuat peraturan-peraturan jang lebih djauh tudjuannja dari pada tuntutan-tuntutan gerakan wanita dimasa dulu. Tentang penjelenggara annja itu sebagian tergantung kepada sikap kaum wanita sendiri.

Dalam hal ini kaum wanita ikut bertanggungdjawab. Dalam tugas bangsa kita jang terpenting dimasa sekarang, untuk membangun Indonesia jang adil dan makmur, kaum wanita mempunjai bagian jang tidak ringan timbangannja. Kalau benar-benar kita mengakui, bahwa negara kita berdasarkan Ketuhanan Jang Maha-Esa, peri-kemanusiaan, kerakjatan dan keadilan sosial, maka kita menerima dengan itu suatu kewadjiban moril untuk menjelenggarakan apa jang dituntut oleh Pantjasila itu. Dengan berpedoman kepada Tuhan Jang Maha Esa, orang tak dapat mempermain-mainkan kewadjibannja. Apalagi pergerakan jang mengakui punja tugas dan bertjita-tjita. Seperti tertulis dalam Mukaddimah Undang-undang Dasar, Pantjasila maksudnja „,untuk mewudjudkan kebahagiaan, kesedjahteraan, perdamaian dan kemerdekaan dalam masjarakat dan Negara-hukum Indonesia Merdeka jang berdaulat sempurna".

Dalam negara-hukum jang demokratis, sebagian besar dari pada tugas itu terletak dalam lingkungan politik tatanegara. Dewan Perwakilan Rakjat dipusat dan didaerah, jang tersusun semestinja menurut kemauan dan pilihan rakjat, membitjarakan dan mempertimbangkan segala muslihat dan kebidjaksanaan untuk melaksanakan tjita-tjita itu

109

berangsur-angsur, sesuai dengan kesanggupan rakjat memikul biajanja. Apakah karena itu kaum wanita harus merupakan suatu blok politik untuk memperdjuangkan tudjuan itu dengan tanggung djawab sendiri?

Menurut pendapatku blok sematjam itu tidak akan tertjapai oleh kaum wanita, dan pula tak ada gunanja. Antara gerakan wanita terdapat perbedaan paham jang tak dapat disatukan. Dan wanita jang berminat politik, hendaklah masuk kedalam partai politik jang sudah ada, jang sesuai dengan kejakinan masing-masing. Bukan didalam politik kaum wanita mempunjai tugas jang tersendiri. Dalam hal ini tugasnja serupa dengan kaum laki-laki.

Gerakan kaum wanita, disebelah partai-partai politik jang ada, hendaklah membulatkan pandangannja kepada perbaikan masjarakat, kepada segala masalah jang mengenai pendidikan moril dan materiil. Masalah ini tidak akan diabaikan oleh Pemerintah dan partai-partai politik jang ada, akan tetapi ia mempunjai segi jang tertentu, jang istimewa meminta perhatian kaum wanita.

Masjarakat dan negara hanja dapat dibangun oleh manusia jang berbudi, jang dapat merasai tanggung djawabnja dalam penghidupan bersama.Manusia jang sanggup berkorban dan berbakti kepada Tanah Air, jang bersedia mendahulukan kepentingan bersama dari kepentingan dirinja sendiri. Dari anak jang salah asuhan tak akan dapat diharap jang ia kelak muntjul sebagai manusia jang berbudi, jang berperasaan tanggung djawab. Sekarang djuga sudah sering-sering didengar dan dilihat bukti-bukti jang merupakan krisis achlak, krisis moril, sebagai pembawaan dari pada pergolakan jang hebat dimasa jang lalu. Mendidik manusia baru itu jang berbudi dan berperasaan tanggung djawab itu adalah satu tugas jang terpenting di masa sekarang .

Disebelah guru disekolah, ibu dirumahlah jang harus meletakkan dasar pertama untuk membentuk

budi-pekerti si-anak. Malahan si-ibu-lah jang mendjadi pendidik pertama. Sebelum anak diserahkan kesekolah, ibunjalah jang mengasuhnja lebih dulu. Asuhan jang pertama itu adalah sendi bagi pendidikan seterusnja. Salah asuhan sukar memperbaikinja dikemudian hari. Oleh karena itu pendidikan dan peladjaran anak-anak, istimewa anak perempuan jang kebanjakannja bakal djadi ibu, hendaklah diusahakan sehebat-hebatnja oleh gerakan kaum ibu. Dan, oleh karena didikan dan peladjaran hanja mudah hinggap pada otak anak jang berbadan sehat, maka soal kesehatan anak dan rakjat hendaklah mendjadi usaha kedua jang terpenting bagi gerakan kaum ibu.

Kedua masalah ini memang sudah dari dulu mendjadi perhatian dan tuntutan gerakan wanita. Tetapi, seperti dikatakan tadi, soalnja sekarang bukan lagi menuntut, melainkan ikut serta menjelenggarakannja dengan usaha jang benar-benar. Usaha jang diperbuat oleh Pemerintah hingga batas kemungkinan dalam perbelandjaan negara, harus dibantu sekuat-kuatnja dengan usaha masjarakat sendiri. Menggerakkan inisiatif rakjat ini dimana-mana hendaklah mendjadi tugas jang penting bagi gerakan wanita.

Masalah sosial dalam pembangunan negara dan masjarakat bukan main hebatnja, lebih hebat barangkali dari pada berbagai soal politik. Sebab itu perlu sekali gerakan wanita memusatkan perhatiannja kesitu, dengan maksud ikut serta menjelesaikannja dengan inisiatif dan usaha sendiri disebelah usaha Pemerintah. Pendek kata, meng gerakkan masjarakat ikut berusaha! Dapatkah masjarakat mengharapkan usaha jang lebih hebat dari gerakan Wanita kedjurusan itu sesudah peringatan 25 tahun kesatuan gerakan Wanita?

MOHAMMAD HATTA.

Djakarta, 10 Nopember 1953.

SAMBUTAN J. M. PERDANA MENTERI

Mr. ALI SASTROAMIDJOJO.

Untuk memenuhi permintaan PANITYA PUSAT HARIAN SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA kepada saja untuk sekedar memberikan sambutan berhubung dengan akan diterbitkannja buku peringatan guna menjongsong HARI IBU pada tanggal 22 Desember 1953, dengan senang hati saja menjumbangkan beberapa kalimat dibawah ini.


Siapapun djuga jang dengan saksama mengikuti garis perdjoangan kaum wanita di Indonesia, tidak dapat memungkiri akan kenjataan, bahwa pergerakan perdjoangan mereka itu sangat pesat djalannja. Perobahan kedua zaman jang telah dilalui oleh gerakan wanita Indonesia, ialah zaman Belanda dan zaman Djepang, telah mendorong dan memperlekas proces-penjempurnaan gerakan wanita di Indonesia. Bukan sadja penjempurnaan dalam arti bentuk organisasinja jang diadakan, tetapi serta djuga penjempurnaan dalam tjita-tjita program-usahanja guna mentjapai tjita-tjita itu.


Diwaktu-waktu jang telah lampau, lapangan perdjoangan organisasi wanita Indonesia sangat terbatas sekali. Peraturan-peraturan Pemerintah pada waktu itu tidak memungkinkan organisasi wanita untuk menunaikan tugas-kewadjibannja seluas seperti jang ditjita-tjitakan. Dengan perobahan zaman serta susunan Pemerintahan dan masjarakat Indonesia, berobah pula tugas-kewadjiban jang dihadapi oleh organisasi wanita Indonesia

dalam arti lebih memperluas dan lebih memperdalam.


Didalam alam Indonesia jang merdeka, dimana tingkat pendidikan kaum wanitanja masih belum dapat dikatakan sempurna dan dimana perundang undangan Negara belum dapat dikatakan telah meliputi serta mendjamin seluruh segi-hidup kaum wanitanja, maka tugas-kewadjiban organisasi wanita Indonesia tampak sangat luas dan berat. Kebawah harus diselenggarakan satu usaha pendidikan jang dapat memberikan kemungkinan mempertinggi nilai kaum wanita dalam segala segi penghidupan dan keatas membantu Pemerintahan dalam usahanja mengisi kekurangan-kekurangan dalam perundang-undangan, jang berarti pula ikut mendudukkan kaum wanita Indonesia pada tempat jang semestinja.


Kedudukan wanita dalam masjarakat kita makin hari makin mendjadi penting. Baik dilapangan sosial, ekonomi maupun politik, kaum wanita lambat-laun akan memegang peranan pula. Pun dilapangan ilmu pengetahuan mereka akan sedjadjar dengan kaum laki-laki.


Mudah-mudahan keadaan jang demikian itu akan lekas tertjapai.


Kalau kemadjuan kaum wanita Indonesia dibandingkan dengan keadaan kaum wanita diluar negeri, kita tidak perlu merasa malu, karena pada umumnja tidak terkebelakang, bahkan boleh dikatakan lebih baik adanja.


Maka dari itu peringatan seperempat abad pergerakan wanita ini hendaknja tidak sadja merupakan suatu detik dimana kita akan merenungkan apa jang telah terdjadi selama dua puluh lima tahun jang telah lampau, tetapi terutama akan merupakan djuga suatu detik permulaan bekerdja dihari-hari jang akan datang untuk menjempurnakan organisasi dan ideologi pergerakan kaum wanita Indonesia.


Saja memberi salam dan hormat kepada kaum wanita jang dalam perdjoangan kemerdekaan nasional mentjurahkan dharma-baktinja dengan keteguhan hati jang begitu!


Perdana Menteri Republik Indonesia,

t.t.d.

Mr. ALI SASTROAMIDJOJO.

Djakarta, 23 Oktober 1958.


———

111

SAMBUTAN Mr. SARTONO KETUA PARLEMEN.

ARAH GERAKAN WANITA INDONESIA

Pada waktu memperingati SEPEREMPAT ABAD PERGERAKAN WANITA INDONESIA ini saja dengan ini menjampaikan utjapan selamat kepada sekian banjak pemimpin wanita kita jang telah mengambil initiatif menjertai peringatan ini dengan perajaan, jang, melihat programnja, mengandung tjita-tjita jang bersifat konstruktif, jakni akan mewudjudkan bukti-bukti jang abadi dari pada buah perkembangan pergerakan Wanita Indonesia selama ini, diantaranja berupa pengumpulan dokumentasi gerakan wanita didalam lingkungan sedjarah Kebudajaan Indonesia dan akan membentuk Jajasan Hari Ibu" dimulai dengan pendirian suatu gedung sebagai pusat-djala-pupunan-ikan bagi pergerakan wanita dan sebagai pusat dari mana akan dipantjarkan kader untuk merapikan organisasi serta ichtisar-ichtisar untuk pendidikan gadis dan wanita.


Saja berhadap dengan sepenuh hati moga-moga tjita-tjita jang mulia ini dapat tertjapai. Dan saja pertjaja kiranja seruan akan bantuan jang ditjanangkan oleh Panitya Penjelenggara Perajaan memperoleh sambutan baik dari segenap bangsa kita. Kedjadian jang berlangsung disekeliling 22 Desember 1953 ini bukanlah suatu kedjadian hanja istimewa dalam alam wanita sadja, melainkan menurut hemat saja mestilah kita lihat sebagai suatu tindakan didalam perkembangan Kebudajaan Indonesia, jaitu tindakan dari suatu bagian dari pada masjarakat Kebudajaan Indonesia jang differensiasi didalamnja sudah agak landjut djuga.


Bila kita perhatikan pergerakan wanita itu disebelah pergerakan umum dan pergerakan pemuda didalam keseluruhannja, maka djelas sekali tampak kesatuannja dan sifat perkembangannja jang sama, sedjalan dan selaras, sedjak lahir ,,Budi Utomo" dengan disampingnja ,,Putri Mardika" dan Kautamaan Istri", diikuti oleh Sarekat Islam, Muham madijah, kemudian Tri Koro Darmo, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon dan Jong Selebes, lantas melalui perkembangan pergerakan segala golongan jang amat pesat sekali diantara 1920 dan 1930, sampai kepada pemusatan segala tindakan dan perhatian kepada tjita-tjita

,,suatu natie, merdeka, lepas dari Holland" sedjak 1930 sampai 1943. untuk sesudah bertapa selama 3½ tahun dibawah kekuasaan Djepang bagi mentjari herorientasi, kemudian memuntjak pada 17 Agustus 1945 dengan menghasilkan revolusi berdasarkan Proklamasi Kemerdekaan.


Dari pada perkembangan pergerakan bangsa Indonesia seluruhnja itu kita memperoleh kesan, bahwa banjak dari pada segala apa jang selama ini terbajang sebagai perbedaan dan pertentangan, jang kadangkala djuga melahirkan suasana seperti permusuhan, tidak lain kiranja hanjalah tindakan tindakan berbagai bagian didalam suatu masjarakat jang differensiasi didalamnja sudah agak landjut, sedang masjarakat itu sendiri mendjalani perkembangan sendiri, jang sedjarahnja berpangkal pada masa gelap didalam zaman purba beberapa ribu tahun jang lalu.


Bila kita tarik kesimpulan dari pada berbagai karangan ahli-ahli sedjarah dan kebudajaan jang baru-baru, kita beroleh kesan, bahwa dibetulkan daerah Indonesia sekarang sebagai pusar-pusarnja ada hidup perkembangan suatu masjarakat manusia dari masjarakat sederhana di ,,Zaman Batu" sampai mendjadi masjarakat kebudajaan (civilised society). Pantjaran kebudajaan masjarakat ini melampaui batas-batas daerah Indonesia kita sekarang.


Walaupun kebudajaan ini, jang kita namai Ke budajaan Indonesia, dikenal orang dipermulaan perhitungan Masehi mengandung pokok-pokok Kebudajaan Hindu dan karena itu ada jang menamainja Kebudajaan Hindu, tetapi semua ahli sedjarah kebudajaan sekarang berpendapat, bahwa kebudajaan itu bukan Kebudajaan Hindu, melainkan Kebudajaan Indonesia asli setelah menerima dan mentjernakan beberapa pokok dari pada Kebudajaan Hindu. Dan Kebudajaan Indonesia ini masih bulat hingga kepada waktu ini, walaupun sesudah zaman Madjapait sedikit-banjaknja telah mentjernakan bahan-bahan baru dari Kebudajaan Islam dan Kebudajaan Barat, serta bersinggungan pula dengan Kebudajaan Tionghoa dan Kebudajaan Djepang.


Maka proses perkembangan kebudajaan jang kita djalani sekarang adalah proses penerimaan dan pentjernaan bahan-bahan dari berbagai kebudajaan itu untuk menjesuaikannja kepada keperluan perkembangan kebudajaan sendiri. Inilah pokok isi tuntutan perkembangan Kebudajaan Indonesia jang kita hadapi sekarang. Dan kita harus memberi djawaban jang sesuai dengan sifat tuntutan itu, agar kita dapat tetap didjalan perkembangan jang normal.


Apabila kita telah dapat mengikuti djalan pikiran tentang Kebudajaan Indonesia seperti kita simpulkan dari buah pikiran ahli-ahli sedjarah zaman baru itu, kelihatanlah bahwa gerakan" berbagai golongan didalam masjarakat kita, jang seperti bergerak terpisah dan tersendiri itu, pada pokoknja adalah menudju kepada maksud jang satu dan sama, masing-masing berichtiar menurut sifat dan bakatnja: dan seperti telah kita lihat tjontoh-tjontohnja berkala-kala dalam masa jang baru silam segala gerakan itu menjesuaikan diri antara

112 sesamanja dan antara seluruhnja, baikpun didalam kongres atau ikatan bersama, maupun didalam parlemen seperti kita hadapi sekarang.


Perhatikanlah sifat dari pada : Kongres al Islam, Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (P.P.P.K.I.), Kongres Perempuan Indonesia, Kongres Pemuda-pemuda Indonesia, Kongres Persatuan Politik Indonesia, Federasi Perkumpulan Kristen Indonesia, Kongres Rakjat Indonesia, Persatuan Vakbond Negeri, Kongres Kaum Buruh Indonesia, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia dan lain-lain.


Seperti telah kita singgung tadi, adapun betul tidaknja djawab jang diberi atas tuntutan perkembangan Kebudajaan Indonesia dimasa ini, jang akan mengakibatkan normal atau tidaknja djalan perkembangan itu, terutama sekali terletak pada kesanggupan tiap golongan didalam masjarakat kita memberi djawab jang betul atas bagian tuntutan jang dihadapi masing-masing.


Maka bila kita didalam djalan pikiran seperti diatas itu sudah dapat merangka-rangkakan arah pergerakan Wanita Indonesia, kiranja dapatlah kita mengerti, bahwa pertama sekali jang harus kita tindjau adalah kesanggupan segolongan masjarakat ini, sebagai suatu bagian dari jang besar, untuk mengetahui dan mengichtiarkan tugasnja.


Melajangkan pandangan sebentar keluar lingkungan alam kita, kita lihat, bahwa didalam kehidupan negeri-negeri Barat umumnja kedudukan hukum Wanita Barat didalam undang-undang dan peraturan negeri-negerinja adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan kedudukan hukum Wanita Indonesia didalam adat maupun undang-undang dasar kita sendiri pada waktu ini. Akan tetapi, walaupun begitu umumnja kedudukan sosial Wanita Barat njata lebih baik dari pada kedudukan Wanita Indonesia. Sebabnja ialah karena kedudukan sosial Wanita Barat oleh kesanggupannja berdasarkan pendidikan dan keahlian didalam usaha usaha didalam masjarakat agak lebih besar, lebih baik dari pada kedudukan sosial Wanita Indonesia.


Oleh karena kedudukan sosial Wanita Barat itu pada umumnja sudah agak kuat dan tinggi, maka peraturan hukum jang merendahkan itu tidak banjak pengaruhnja lagi.


Didalam masjarakat kita, -— dengan tidak usah menjelidiki sebab-sebabnja njata benar kelihatan, bahwa kesanggupan Wanita Indonesia didalam kehidupan sosial agak kurang sekali, sehingga biarpun didalam hukum adat dan undang-undang negeri kedudukan wanita kita sudah agak tinggi, tetapi apabila didalam kedudukan sosialnja wanita itu tidak kuat, maka hukum adat dan undang-undang jang indah-indah itu tidaklah akan banjak menolongnja.


Walaupun kita semua barang tentu sadja membantu dan menjokong gerakan wanita kita untuk mengangkat diri mentjapai kedudukan sosial jang lebih tinggi dan selaras didalam perkembangan Kebudajaan Indonesia, bantuan dan sokongan itu tidak akan begitu besar pengaruhnja apabila wanita kita sendiri tidak bekerdja keras membesarkan kesanggupan diri dengan djalan memperbanjak sekolah dan meluaskan pendidikan.


Maka saja disini ingin melakukan pengharapan mudah-mudahan pergerakan Wanita Indonesia dipergiat sekali kedjurusan membesarkan kesanggupan diri didalam beraneka warna usaha didalam masjarakat untuk mentjapai kedudukan sosial jang lebih tinggi, agar selaras dengan kedudukan di dalam hukum dan adat jang telah teratur itu. Dan untuk itu haruslah diutamakan pendidikan gadis sebanjak-banjaknja dan seluas-luasnja. Malah saja lebih ingin lagi apabila sekolah- sekolah istimewa untuk gadis, sekolah umum, dan Sekolah Keradjinan (vak) dapat diperbanjak selekas-lekasnja untuk mengedjar ketjetjeran selama ini.


Achirnja saja mengharapkan hasil sebesar-besarnja manfaatnja dari pada Perajaan Seperempat Abad Pergerakan Wanita 22 Desember 1953 ini.

Mr. SARTONO.

SAMBUTAN IBU SUKONTO (KETUA PERTAMA DARI PERGERAKAN WANITA INDONESIA).


Disini kami melahirkan kegembiraan hati kami, jang pada hari ini sampailah saatnja Seperempat Abad pergerakan kita, wanita Indonesia seluruhnja.


Walaupun dewasa ini masih banjak jang belum tertjapai apa-apa jang kita idam-idamkan akan tetapi dalam hal ini kita tidak akan berputus asa akan tertjapainja, terlaksananja tjita-tjita kita jang sempurna dan djaja.


Akan memberikan keputusan dalam tudjuan kita jang utama untuk kebutuhan Ibu Indonesia seluruhnja dan ini akan kita tjapai bila kita wanita Indonesia meneruskan perdjoangan- perdjoangan jang telah kita mulai.


Maka disini kami menjerukan kepada Saudara-saudara, Ibu-ibu, pemudi-pemudi kita diseluruh Nusantara-Indonesia Raya, teruskanlah pergerakan wanita kita ini. Dan djikalau Saudara-saudara menginsjafi akan kewadjiban kita sebagai ibu memang berat sekali Wanita sebagai ibu harus membantu pergerakan kaum lelaki jang dewasa ini sedang membangun negara kita jang masih muda dalam serba sulit ini. Kita harus mendidik putra-putri kita jang kemudian, agar mendjadi orang jang utama.


Disini kami ta ' usah banjak tjeritera.


Mari kami silahkan Saudara menjaksikan buku peringatan ini.


Mula-mula betapa susahnja perdjuangan pergerakan wanita kita dizaman pendjadjahan tak dapat kita gambarkan lagi. Akan tetapi didorong oleh sangat besarnja kemauan kita bersama wanita Indonesia seluruhnja, tertjapailah tjita-tjita kita hingga pada saat Seperempat Abad ini.


Disini kita menjerukan sekali lagi kepada Saudara-saudara kita wanita Indonesia seluruhnja. Teruskanlah pergerakan, perdjoangan kita ini, hingga tertjapai apa-apa jang kita udjudkan ; tjita-tjita jang murni dan mulia.

Salam Kebangsaan

SUKONTO.

WANITA LAMBANG KEABADIAN HIDUP

Sumbangan fikiran dari K.H. DEWANTORO.

Didalam zaman kita sekarang ini pergerakan wanita terdapat diseluruh dunia, baik didunia jang biasa disebut dunia Barat maupun didunia Timur. Semuanja bermaksud menuntut hapusnja diskriminasi terhadap kaum perempuan jang tampak didalam masjarakat diseluruh dunia.

Memang anggapan rendah terhadap hidupnja kaum wanita tadi ada dimana-mana, dalam berbagai bentuk peraturan-peraturan negeri dan adatistiadat, jang biasanja memberi tempat atau kedudukan pada wanita, jang tidak atau kurang lajak bagi hidup perikemanusiaan.

Tjaranja melaksanakan pergerakan wanita tadi berupa usaha-usaha jang beraneka-warna, karena disesuaikan dengan keadaan-keadaan jang chusus didalam negerinja masing-masing. Sekalipun berbeda-beda bentuk usahanja, namun dalam pokokpokok dan pangkalnja semua tadi bersamaan maksud dan tudjuan. Dinegeri-negeri Eropa misalnja pergerakan wanita dulu kebanjakan ditudjukan kearah terdapatnja ,,hak memilih" atau ,,vrouwenkiesrecht", karena disana kaum wanita belum disamakan ,,kedudukan-hukumnja" dengan kaum laki-laki. Kaum wanita diwaktu itu tidak boleh memilih dan tidak boleh dipilih untuk perwakilan-perwakilan rakjat, sehingga dewan-dewan perwakilan-perwakilan mulai jang terendah sampai jang tertinggi, jaitu Parlemen, tertutup sama sekali bagi para warga negara perempuan. Artinja ialah: segala peraturan dan undang-undang jang mengenai hidup dan penghidupan orang-orang perempuan dibitjarakan dan ditetapkan tanpa kaum perempuan. Dapat mengerti apa sebabnja dulu di Nederland kaum wanita tidak dibolehkan memasuki sekolah-sekolah tinggi, tidak dibolehkan mendjadi saksi dimuka pengadilan dan sebagainja. Hingga kini kedudukan ekonomi kaum perempuan masih dibedakan dengan kaum laki-laki. Misalnja dalam soal harta benda dalam perkawinannja, mereka menurut ,,hukum" sama sekali dikuasai oleh suaminja. Demikian seterusnja.


Anehnja ............... didalam hidup bersama, lebih tegas didalam hidup pergaulannja didalam masjarakat, kaum perempuan disana sudah sedjak dulu dapat penghormatan jang agak tjukup. Djadi menurut adat-istiadat, mereka mempunjai keduduk-

an jang agak tinggi, namun ,,kedudukan-hukum "nja masih sangat terbelakang.

Dalam hubungan ini kita lihat kebalikannja didalam hidup wanita dinegeri kita Indonesia. Menurut ,,hukum" wanita Indonesia didalam sementara hal berkedudukan lebih baik didalam masjarakat dari pada kaum perempuan dinegeri-negeri asing jang kita sebut tadi. Hukum nikah (bagi mereka jang beragama atau dianggap beragama Islam) sungguhpun masih mengandung berbagai hal jang mengetjewakan, namun masih lebih baik dari pada hukum nikah jang diperuntukan bagi para wanita bangsa Eropa . Sebaliknja didalam masjarakat kita di Indonesia ada bermatjam-matjam adat-istiadat, jang merendahkan dan menjukarkan hidup kaum perempuan pada umumnja. Bahkan ada peraturan-peraturan hukum nikah jang sebetulnja baik, namun tidak dilakukan karena kekuatan atau kekuasaan adat-istiadat, jang rupa-rupanja lebih ditaati atau ditakuti di Jogjakarta dan Surakarta; sampai zaman jang achirachir masih terdapat lurah-lurah desa perempuan sedangkan djabatan-djabatan pegawai tinggi masih ada jang diduduki kaum wanita. Soal ini pernah diuraikan oleh Mr. Dr. R. Supomo didalam tjeramahnja dimuka Kongres Taman- Siswa di Jogjakarta.

Mengingatkan hal-hal tersebut ada perlu, agar pergerakan wanita kita dapat orientasi jang luas, hingga dapat mengadakan usaha-usaha jang tepat. Disini ingatlah kami antara lain adanja Saudarasaudara kita kaum wanita, jang dulu ikut serta dalam aksi untuk ,,vrouwenkiesrecht" jang diusahakan oleh kaum perempuan Eropa di Indonesia. Ini boleh disebut kurang tepat.

Tudjuan jang tepat bagi pergerakan perempuan kita ialah pada umumnja; menuntut hapusnja segala peraturan negeri dan istiadat jang mengandung diskriminasi terhadap kaum wanita dalam perkawinan misalnja. Selain itu djuga diadakannja peraturan-peraturan, jang mendjamin kedudukan jang sama dengan kaum laki-laki dalam segala halhal jang bertali dengan ,,hak-hak azasi manusia". Bukan ,,persamaan" dalam hal-hal jang tidak perlu, atau jang tidak mungkin (berhubung antara lain dengan sifat-sifat kodrat jang chusus dalam hidup manusia wanita).

Untuk kelengkapan orientasi, pula sebagai perbandingan, perlulah menurut pendapat kami, apabila kita mengetahui akan dasar-dasar hidup kewanitaan, seperti jang termaktub dalam adjaranadjaran agama dan filsafat diseluruh dunia universil umumnja, chususnja didalam hidup kebudajaannja. Disini inginlah kami mengemukakan suatu adjaran jang terdapat dalam hidup kebudajaan bangsa kita sendiri. Adjaran itu ialah jang terus hidup didalam suatu peri-bahasa dalam bahasa Djawa, jang berbunji: ,,Senjari bumi sedumuk batuk, den lakoni taker pati" dalam peribahasa mana wanita dianggap sebagai lambang keabadian hidup. Keterangan dan pendjelasannja sebagai jang berikut.

Arti sewadjarnja dari pada kalimat itu ialah, bahwa didalam perebutan tanah (sekalipun hanja

114

mengenai bumi sedjari) dan dalam perebutan wanita (sekalipun hanja disebabkan satu singgungan dahinja) manusia sanggup menjambung njawanja. Tanah disitu dipakai sebagai lambang penghidupan djasmani, karena segala makan manusia jang diperlukan untuk pertahanan hidupnja, berasal dari bumi. Kenjataan tentang utjapan itu dapat kita saksikan, sendiri. Bukankah perang didunia ini pokoknja disebabkan karena perebutan ekuasaan atas tanah? Bukankah itu sebetulnja merupakan salah satu ,,oerinstinct" atau ,,nafsu-kodrat" manusia jang pokok, nafsu kodrati untuk mempertahankan dirinja, terkenal dalam bahasa asing dengan perkataan „ instinct” untuk ,, self-preservation" atau ,,Zelfbehoud"?!

Adapun perempuan dimasukan kedalam periba-hasa itu ialah karena wanita disitu dianggap sebagai lambang kelanggengan hidup manusia. Salah satu ,,tjita-tjita chajali", (jang sebenarnja manusia tahu akan mokalnja namun tetap terkandung didalam djiwa „fantasi"-nja, sekalipun tidak disadari) ialah keinginannja untuk terus hidup. Manusia segan meninggalkan dunia, ia segan mati, ia ingin terus hidup tanpa mati. Dalam pada itu manusia mengerti dan insjaf, bahwa ia pasti akan mati. Agama mengandjurkan kepadanja, bahwa akan hidup langgeng ialah djiwanja, sedangkan badan djasmaninja akan antjur lebur kembali mendjadi tanah. Disitulah seolah-olah manusia tawar-menawar: „Djika badan djasmaniku pasti mati, hendaknja djenisku terus hidup; djanganlah aku keputusan turunan". Akibat dari pada tjita-tjita tadi sekalipun tidak disadari maka manusia selalu mementingkan segala apa jang berhubungan dengan soal „turunan”. Ia menaruh perhatian jang sebesar-besarnja terhadap perkawinan anak-anaknja. Dengan teliti ia memilih bakal menantunja dengan maksud memperbaiki turunannja (eugetik). Manusia memelihara anak-anaknja dengan penuh tjita-tjita jang sutji murni. Soal turunan adalah soal jang maha penting didalam hidup manusia. Perkawinan adalah peristiwa bahagia, sedang hidup turun-temurun oleh manusia dianggap sebagai „kelanggengan hidup". Dengan begitu maka wanita, jang ditakdirkan mendjadi pemangku turunan, mempunjai kedudukan didunia ini jang luhur, sutji dan indah. Wanita adalah lambang keabadian hidup, meskipun „abadi" hanja didunia jang „fana" ini!

Dalam hubungan ini dapatlah dimengerti adanja tradisi diseluruh dunia, jang bermaksud memelihara kesutjian dan keluhuran, kehalusan dan keindahan hidup wanita. Djangan sampai ada halangan atau hambatan, kesukaran atau bahaja terhadap

idam-idaman tentang „kelanggengan turunan” itu. Hanja sadja dalam pada itu patut disajangkan, bahwa pemeliharaan hidup kewanitaan tadi diusahakan dengan tjara-tjara jang biasanja melebihi keperluannja. Orang menggunakan tjara-tjara jang berasal dari zaman-zaman jang lampau, hingga kadang-kadang berbau sifat-sifat ,,djahilliah". Orang lupa, bahwa zaman jang modern dan progressif seperti sekarang ini, tidak selajaknja lagi orang wanita diperlukan sebagai barang pertama jang harus disimpan didalam almari, agar tak dapat ditjuri. Orang lupa bahwa masjarakat sekarang sangat berlainan strukturnja dengan dahulu. Orang lupa bahwa wanita kini ikut berlomba-lomba didalam hidup bersama dan telah membuktikan kesanggupan dan kemampuannja untuk mengurus dan mengatur hidup dirinja sendiri. Perlakuan setjara kolot terhadap kaum wanita, dizaman jang serba baru itu, sungguhpun bermaksud baik, namun kini nampak sebagai anggapan rendah, jang terkenal dengan nama ,,diskriminasi" semata-mata.

Dalam pada itu djanganlah pula dilupakan, bahwa didalam djiwa orang-orang laki-laki jang berdjiwa kolot itu, biasanja memang masih terus hidup semangat jang berupa nafsu kodrati kelakilakiannja, jang membahajakan tertib-damainja hidup keperempuan. Hingga masih perlu djuga dizaman sekarang ini kaum wanita memiliki kekuatan batin, untuk dapat melindungi dirinja. Untuk keperluan itu sungguh sangat perlu pendidikan budipekerti bagi kaum wanita dilakukan setjara effektif. Kekuatan batin didalam djiwa wanita, itulah „pagar-keselamatan" hidupnja, dimanapun orang wanita itu berada. Keteguhan budi bagi tiap-tiap wanita akan merupakan „tabir besi" jang kokoh sentausa hingga dapat menggagalkan setiap agresi dari luar. Pendidikan perempuan itu sebenarnja tidak merupakan kesukaran jang tidak dapat diatasi, karena didalam djiwa wanita ada benihbenih kesusilaan, karena kodratnja wanita sendiri, jang didalam ilmu djiwa disebut ,,kuisheids-instinct", jaitu nafsu kesutjian". Tidak usaha disini didjelaskan, bahwa djuga kaum laki-laki perlu dapat pendidikan budipekerti pada umumnja, chususnja jang bertalian dengan hidup sexualiteitnja. Asal kita dapat mengganti sistim pendidikan, jang hingga kini terlampau „,intelectualistis" itu, dengan systim jang mengutamakan perkembangan budi manusia, jang luhur, halus dan indah, hingga lajak bagi sifat keadabannja itu maka pastilah tertib-damainja masjarakat pada umumnja dan chususnja hidup kewanitaan akan tertolong karenanja.

Selamatlah wanita bergerak untuk kesusilaan hidupnja!


–––––––––

115

SAMBUTAN R.H. MUHAMMAD ADNAN.

PERGERAKAN WANITA DAN PRIJA


Dengan sjukur ke Hadlirat Tuhan Jang Maha Esa S.W.T. dan mengutjapkan diperbanjak terima kasih jang kami ditakdirkan masih dapat mengalami peringatan seperempat abad — Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Lebih-lebih kami diharap memberikan sepatah dua patah tulisan guna menjambutnja.


Alhamdulillah wa sjukuri'llah kami utjapkan karena mengingati sesungguhnja Kesatuan Per gerakan Wanita untuk mentjapai keutamaan dhohir batin dan mengisi kemerdekaan dengan melaksana kan darma itulah sangat penting bagi kemaslakatan dunia. Oleh karenanja wanita disebut ,,ummut dunia” artinja „ ibu ' alam". Menurut Hadits sabda Nabi Muhammad s.a.w. barang-siapa memuliakan wanita maka menundjukkan luhur budinja, sebaliknja barang-siapa merendahkan deradjat wanita maka menundjukkan kerendahan budinja.


Kemadjuan prija tidak dengan wanitanja disebut masih pintjang. Perbaikan masjarakat apalagi tidak dimulai dari rumah tangga dan terutama dari para wanitanja itu disebut akan gabug (tidak berbuah) dan para wanitalah pula jang mendjadi pendidik pertama bagi putera dan puterinja jang kelak akan membabarkan kedjajaan nusa dan

bangsa serta akan dapat menjumbangkan perdamaian dan kebahagiaan kita bersama.


Sebagaimana para prija diwajibkan harus mentjari 'ilmu pengetahuan dan mendjalankan 'amal laku keutamaan jang mendjadi pokok tiang nja hidup dan penghidupan, demikian pula para wanita jang menghendaki bahagia lahir dan keselamatan dunia achirat.


Para kaum ibu dan rama jang menghendaki bahagia harus berdjalan bersama-sama. Para kaum ibu djangan hanja merasa tjukup membontjeng kepada suaminja sadja dan para rama djangan hanja membontjeng kepada isterinja semata-mata, karena satu persatunja manusia harus bertanggung djawab sendiri-sendiri.


Menurut Firman Allah dalam Qur'an sutji, Surat Tachrim ajat 10 dan 11 memberikan tjontoh (maksud) sebagai berikut:


ajat 10: „Allah membuat misal bagi orang orang jang masih dalam kegelapan dengan isteri nabi Nuh dan isteri Lut. Keduanja itu ada dibawah kekuasaan dua hamba dari hamba-hamba-Ku jang salih. Kemudian chianatlah kedua perempuan itu kepada dua nabi tadi. Maka tiadalah keduanja akan memberi faedah padanja dan siksa Allah sedikit djuapun. Dan dikatakan masuklah kamu berdua disiksaan neraka, beserta orang-orang jang masuk ketjilakaan”.


ajat 11: „Dan Allah membuat misal pula bagi orang-orang mukmin akan isteri Fir'aun. Tatkala ia berdo'a: Ja Tuhanku, dirikanlah bagi hamba pada hadlirat Paduka, rumah jang bahagia disjorga, dan selamatkanlah pula hamba ini dari kaum jang dholim, kemudian ia diberi selamat bahagia sedang Fir'aun akibatnja hantjur lebur".


Sekianlah, saja rasa telah tjukup. Semogalah dapat bermanfaat, Amien!

Wassalam w.w.

R. H. MUHD. ADNAN

Djl. Widara 18 Jogjakarta

29-11-1953.


———

SAMBUTAN Mgr. A. SOEGIJAPRANATA S.J.,

VIKARIS APOSTOLIK , SEMARANG.

Pengurus jang terhormat,

Diberi hati oleh pemerintahan Pengurus Panitya Pusat Harian, jang kami terima dengan sjukur, maka kami dengan rendah hati memberanikan diri untuk mempersembahkan sekadar buah pikiran, sebagai pernjataan penghargaan, penghormatan dan perhatian kami terhadap Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, dalam memperingati hari ulangnja 25 tahun.

Adapun harapan kami ialah untuk menambah tjadangan lauk-pauk, djikalau persediaan kurang tjukuplah adanja.

I. Inilah pelengkap jang kami sadjikan dengan ichlas hati:

a) Hendaknja Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia disamping berdjoang untuk memperoleh hak-hak peri kemanusiaan bagi dirinja dalam masjarakat, pun pula berusaha memperbaiki dan memperkuat rumah tangga sebagai dasar Negara jang kokoh, sebagai tempat pendidikan jang terpenting, sebagai sumber kemakmuran jang amat perlu.

b) Hendaknja para Wanita dan Ibu sungguh sungguh menghargai dan mendjundjung tinggi pangkat deradjat dan tugas-kewadjiban isteri dan Ibu dalam rumah-tangga.

c) Hendaknja para Wanita dan Ibu meluluskan kewadjibannja dengan ketjintaan jang murni. Segala sesuatu, jang harus dan patut diseleng garakannja untuk kepentingan rumah-tangga, hendaknja dipandang sebagai kebaktian sehari hari terhadap Tuhan, kepada Negara dan bangsa.

d) Hendaknja mereka berani mempertahan peraturan Tuhan, Pentjipta bangsa-manusia, dalam membentuk rumah-tangga, berdasarkan perdjandjian perkawinan, jang adil dan bilateral, jang sentosa dan leluasa.

e) Hendaknja para Isteri dan Ibu berusaha, masing-masing menurut kurnia lahir dan batin, jang dianugerahkan oleh Tuhan kepadanja,

supaja mereka semua boleh disebut ketjintaan illahi, jang nampak mendjelma mendjadi manusia. Artinja semoga tiap-tiap Isteri dan Ibu mewudjudkan ketjintaan, jang dapat lupa diri sendiri, jang mampu menjangkal diri sendiri, jang menghambakan diri kepada Tuhan, dengan menghambakan diri kepada rumah-tangganja. Demi kepentingan rumah-tangganja Isteri dan Ibu sedjati haruslah berani berpuasa dan berpantang, pun pula berani menderita kesukaran dan menahan kesusahan, apalagi berani berkorban dalam segala-galanja.

II. Iseng-iseng untuk mengisi waktu, jang agak reda, sudi apalah kiranja para Ibu merenungkan beberapa perkara, jang mengenai azas-azas pendidikan:

  1. Jang berhak dan berwadjib mendidik anak anak ialah terutama orang tuanja. Sebab hak menjerahkan atau menurunkan hidup manusia itu mengandung hak dan kewadjiban memeli hara dan mendidik hidup itu, supaja mampu berkembang sepatutnja, selaras dengan bakat-bakat dan untung-malangnja.
  2. Bapak Ibu haruslah sebudi dan sehati, sedjiwa dan seraga, supaja dan dapat melajani Tuhan dalam menjerahkan hidup kepada keturunan nja; pun Bapak-Ibu haruslah bersatu padu pula dalam menjelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknja. Seperti keduanja itu merupakan satu sumber hidup anak-anaknja, demikian djuga keduanja haruslah mewudjud kan satu sumber pendidikan.
  3. Bapak-Ibu menerima kuasa dari Tuhan, jang berdasarkan tjinta-kasih, untuk mengurus rumah-tangganja. Dari pada itu segala isi rumah tangga patutlah menghormati dan mempertinggi kuasa itu lahir batin, supaja dapat dipergunakan dengan mudah, dalam menuntut kesedjahteraan dan kemakmuran rumah-tangga. Barang siapa mengutuskan kuasa itu, nistjaja menentang peraturan Tuhan, jang harus berlaku untuk keselamatan rumah-tangga.
  4. Orang-tua itu ditjiptakan untuk kepentingan anak-anaknja. Sebab anak-anak itu adalah terutama hak-milik Tuhan, jang diserahkannja kepada orang-tua, supaja dipelihara dan dididiknja. Dari pada itu kuasa orang-tua atas rumah-tangganja dan anak-anaknja itu adalah terbatas dan tak boleh dikerdjakan sewenang-wenang.

Bapak-Ibu tiada diperbolehkan mempergunakan kuasa atas rumah tangganja semata-mata melulu untuk meluluskan kehendak hati sendiri. Sebab kuasa tersebut dianugerahkan kepada orang-tua demi keselamatan anak-anaknja. Memang beratlah tanggungan orang-tua tentang anak-anaknja. Dari pada itu hanja Tuhan sendirilah jang mampu mengurniakan hadiah sepatutnja kepada Bapak-Ibu atas djasa-djasanja kepada anak-anaknja.

Sekianlah sambutan kami untuk menambah santapan rohani dalam perajaan pesta perak Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.

117

Semoga Tuhan, Awal, Pertengahan dan Achir segala pergerakan umat manusia, jang sutji danmurni, berkenan melimpahkan kurnianja dengan mewah kepada segenap anggauta Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, agar supaja dapat giat bergerak ladju kearah kemadjuan dan kehormatan Wanita Indonesia untuk kesedjahteraan dan kemakmuran Negara dan Bangsa.

Hormat kami,

A. SOEGIJAPRANATA S. J.

Vikaris Apost. Semarang.

Semarang, 6 Nopember 1953.

SAMBUTAN Dr. SUKIMAN

PERKEMBANGAN SEHAT

,,Sorga adalah terletak dibawah telapak Ibu-ibu".

(sabda Nabi Muhammad s.a.w. )

Pergerakan kaum wanita Indonesia sudah berbahagia memperingati seperempat abad sedjarah kesatuannja.

Walaupun tudjuan dan tjita-tjitanja belum se muanja dapat diwudjudkan, pada pendapat saja banjaklah jang telah tertjapai, jang patut disjukuri dan diperingati.

Terutama dalam membangkitkan rasa kesolideran dan persatuan dan menggalang kesatuan aksi sebagai sjarat dan siasat untuk menjampaikan daja upaja kepada maksud tudjuannja, pergerakan kaum ibu sepatutnjalah mendjadi tauladan bagi kaum prija. Belum pernah masjarakat Indonesia menjaksikan pertentangan dan perpetjahan dalam lingkungan organisi-organisi kaum wanita seperti sering terdjadi dikalangan partai-partai dan pergerakan kaum laki-laki.

Baik diwaktu pendjadjahan, maupun dimasa revolusi nasional tidak sedikit sumbangan moril dan korban harta benda djiwa jang telah diberikan oleh kaum ibu untuk mentjapai tjita-tjita kemerdekaan tanah air dan kedaulatan Republik Indonesia.

Sesungguhnja sukarlah untuk menilai bagian peranan jang dipegang oleh kaum ibu dalam proses pertumbuhan dan berkembangnja tenaga djiwa Indonesia hingga atas berkat Tuhan Jang Kuasa telah dapat melaksanakan pekerdjaan maha berat, jang sebelumnja dikatakan oleh orang tidak mungkin itu, jakni: merebut kembali peromahan ,,Indonesia Merdeka".

Pengakuan terhadap peranan kaum ibu dalam perdjoangan kemerdekaan nasional sekarang telah diwudjudkan terutama dalam undang-undang pemilihan Umum No. 7 tahun 1953 jang menjamakan deradjat kaum wanita dengan baik dalam hak memilih maupun hak dipilih.

Dengan melalui tingkatan kesadaran atas diri sendiri, kesadaran sosial dan politik maka semangat dan djiwa kaum ibu Indonesia telah memasuki alam dunia internasional, mulai memiliki kesadaran, bahwa peri kemanusiaan itu satu ,,unity of man kind”.

Suatu perkembangan djiwa jang sehat.

SAMBUTAN ALIMIN

SEPEREMPAT ABAD BERDIRINJA GERAKAN

WANITA INDONESIA.

Saja menerima permintaan dari Panitya Pusat Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, supaja saja menulis beberapa patah-kata guna menjambut peringatan dari pada perdjuangan wanita di Indonesia jang telah genap berdirinja seperempat abad lamanja.

Sebagai permulaan saja ingin sedikit meriwajat kan pengalaman diwaktu saja diluar negeri buat beberapa waktu. Dinegeri Barat saja pernah mengundjungi beberapa pertemuan dan rapat-rapat, dimana turut hadlir almarhum KLARA ZETKIN, seorang wanita bangsa Djerman, madam Sun Yat Sen, ibu daripada gerakan wanita di Tiongkok dan achirnja saja telah mendengar beberapa pidato dari Njonja DOLORES IBARURI, seorang wanita bangsa Sepanjol jang telah terkenal sedjak tahun tahun 1933 dan 1934. Mereka itu semua telah melakukan perdjuangan dan mentjurahkan seluruh tenaganja untuk kepentingan golongan wanita guna emansipasi dan pembelaan golongan wanita dari segala bangsa diseluruh dunia. Tudjuan jang mulia ini mendapat sambutan jang hangat dari seluruh lapisan dalam masjarakat diseluruh dunia. Gerakan wanita bebas itu telah mentjapai hasil-hasil jang baik. Seperti hak sama dengan kaum lelaki dan lain-lain.

Gerakan wanita bebas telah mengambil bagian actief dalam segala pekerdjaan jang timbul dalam masjarakat. Inilah tjontoh jang baik bagi gerakan wanita di Indonesia.

Dalam keadaan sekarang menurut pendapat saja, pekerdjaan dan tugas jang penting, daripada wanita ialah mengambil bagian actief dalam menjelesaikan revolusi-nasional kita. Disamping itu wanita harus mendjalankan pekerdjaan actief tidak sadja dikota kota akan tetapi didesa-desa dan plosok-plosok, jang sangat membutuhkan penerangan dan pendidikan guna menginsjafkan mereka bagi tugas jang penting-penting. Wanita kita jang tinggal didesa desa dan diplosok-plosok masih sangat membutuhkan penerangan dan propaganda guna mempertinggi keinsjafan dan aktiviteitnja. Saja berpendapat, bahwa gerakan wanita harus mengonsolidir semua hatsil-hatsil pekerdjaan jang telah tertjapai dalam tahun-tahun jang lampau. Tradisi-baik dari pada gerakan wanita Indonesia harus didjundjung tinggi sebagai lambang perdjuangan dan keinsjafan.

Disamping membantu menjelesaikan tugas revolusi nasional kita, golongan wanita harus menuntut terlaksananja djaminan sosial dan ekonomi bagi para ibu-ibu dan anak-anaknja.

Inilah tugas jang langsung daripada wanita berdjuang di Indonesia diwaktu sekarang.

Sebagai penutup sambutan singkat ini, saja berseru:

,,Bersatulah seluruh wanita"

,,Hiduplah Gerakan Wanita Indonesia”.

Djakarta, Desember 1953.

118

SAMBUTAN DARI PROF. DR. SARDJITO.


Pergerakan Wanita jang berarti seluas-luasnja akan mempertinggi deradjat wanita sebagai :
a. Ibu jang bertugas antara lain memelihara dan mendidik anaknja, memegang ekonomi, memelihara rumahnja, mentjutji, memasak.
b. Istri jang bertugas antara lain mendjadi pendorong dan stimulans-suami.
c. Putri Indonesia antara lain turut memikirkan, memetjahkan soal-soal kemasjarakatan.
Sungguh sangat besar dan berat beban dariwanita.
Sebelumnja ada pergerakan, para wanita mengerdjakan kewadjiban diatas setjara individueel.
Tetapi karena kemadjuan djaman maka djugapara wanita mendjadi insjaf dan turut bergerak.
Karena tjepatnja perkembangan dunia jang di sebabkan oleh pesatnja pelbagai perhubungan modern, jang mendekatkan benua satu sama jang lain, dan jang mempengaruhi dan merobah keadaan dan tjara hidup dari penduduknja, maka semua ini tidak mempermudah tugas dari kaum wanita Indonesia.
Didalam perobahan djaman ini beban dari wanita sebagai Ibu, Istri dan Putri Indonesia tinggal tetap ada, tetapi pengupasan soal dan probleemnja jang berbelit-belit (gecompliceerd) itu mendjadi sangat sulit.
Dari itu sungguh menggembirakan adanja gerak an wanita jang sekarang sudah Seperempat Abad, dimana kesulitan-kesulitan tadi dapat dibitjarakan bersama, jang akan mempermudah dapatnja pengu pasannja.
Saja sebagai orang laki-laki tentu tidak akan dapat memberi andjuran bagaimana seharusnja djedjak dan langkah para wanita didalam mempertinggi deradjatnja dan menunaikan tugasnja jang banjak, jang berat dan jang tinggi itu.
Lebih-lebih malahan saja minta tolong kepada para wanita karena saja sebagai pemimpin dari perguruan tinggi mempunjai tugas meneruskan sebagian dari bebannja para wanita umumnja, ialah mendidik putra-putranja jang masuk diperguruan tinggi. Meskipun banjaknja mahasiswa hanja ribuan dan dikemudian hari puluhan ribu sadja, tetapi diharap dikelak kemudian hari mereka akan mendjadi pemimpin dilapangan dan dikalangan mana pun. Sebagai sudah diketahui, Universitit Negeri Gadjah Mada bertugas atas dasar tjita-tjita Bangsa Indonesia jang termaktub dalam Pantjasila, kebu dajaan kebangsaan Indonesia seluruhnja dan kenjataan untuk antara lain membentuk manusia susila, jang tjakap dan mempunjai keinsjafan bertanggung djawab tentang kesedjahteraan masjarakat Indonesia chususnja dan dunia umumnja untuk berdiri peribadi, dalam mengusahakan ilmu pengetahuan dan memangku djabatan Negara atau pekerdjaan masjarakat jang membutuhkan didikan dan pengadjaran berilmu pengetahuan.
Djadi bila pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi itu sudah dapat dasar pendidikan dari ibunja menurut pantjasila, beban kami akan mendjadi ringan, tetapi achirnja pekerdjaan para ibu tentu tidak sadja menjinari Universitit Negeri Gadjah Mada, tetapi menjinari djuga seluruh tanah air kita Negara Republik Indonesia.

SAMBUTAN Prof. Mr. Dr. R. SUPOMO.


Pada hari ulang tahun jang ke-25 dari Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia kami mengutjapkan selamat kepada segenap kaum wanita Indonesia dan kami ikut merasa bangga dan gembira, bahwa gerakan wanita kita mempunjai riwajat jang gilang gemilang didalam perdjoangan kemerdekaan tanah air kita, dan didalam perdjoangan untuk mempertinggi deradjat kaum wanita dilapangan sosial, politik dan hukum didalam kehidupan masjarakat Indonesia.
Sedjak kemerdekaan nasional kita telah tertjapai, maka gerakan wanita mempunjai tugas baru, ialah ikut memberi isi kepada kemerdekaan tersebut, jang berarti bagi kaum ibu memperhatikan terutama soal pendidikan anak-anak kita, baik lelaki maupun perempuan untuk mendjadi putera-puteri Indonesia jang sedjati, mendjadi seorang budiman dan gunawan jang bersemangat nasional dan jang insjaf akan kedudukan dan tugas Indonesia didalam Dunia Internasional.
Didalam masjarakat Indonesia merdeka, kaum wanita bertugas penting untuk ikut mendjundjung tinggi dan mempermudah kebudajaan nasional kita, sehingga warisan nenek mojang kita dapat di sesuaikan dengan zaman modern.
Tempat kaum wanita adalah sedjadjar disamping kaum lelaki untuk bersama-sama membina Negara dan Masjarakat Indonesia baru !
Mudah-mudahan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dapat langsung hidup subur dan dapat berkembang seterusnja dengan semestinja, sebagai bunga bangsa jang dapat dibanggakan keseluruh Dunia !
Djakarta, Desember 1953.

KATA SAMBUTAN.
Ds. S. MARANTIKA
SEKRETARIS-UMUM DEWAN GEREDJA INDONESIA.

Dibanjak Negara didunia sekarang orang selalu merajakan tiap tahun HARI IBU dengan suatu maksud-tudjuan tertentu.
Hari itu diperingati dan dirajakan oleh tiap-tiap rumah tangga dengan rasa sjukur dan gembira. Pada hari itu, dibanjak tempat, Ibu rumah tangga diladeni dan dilajani oleh lain-lain anggota rumah selaku seorang „Ratu Hari". IBU tak usah beker

dja; sehari ia bersenang-senang, berhenti kelelahan dari pagi sampai malam hari.


HARI IBU. Suatu hari dimana anak-anak dan bapak-bapak menjatakan terima kasihnja bagi Ibunda, karena mereka jakin akan peranan dan tempat penting jang diduduki seorang ibu rumah tangga. Suatu pesta keluarga jang besar djuga nilainja untuk pergaulan hidup bersama didalam masjarakat besar.


Djuga Indonesia sedjak 1938 merajakan tiap tahun pada tanggal 22 Desember HARI IBU-nja. Tanggal tersebut dipilih selaku HARI IBU Indonesia berhubung terlaksananja suatu gabungan (federasi) pergerakan-pergerakan Wanita seluruh Indonesia, dua puluh lima tahun lalu.


Orang dapat mengerti alasan dan wudjud ketentuan dan pilihan hari ini. Sedjarah jang tengah dibuat selaku bangsa sangat menilai tinggi tiap usaha persatuan dan keesaan hidup diantara banjak suku & golongan jang merupakan bangsa Indonesia sekarang, dan seterusnja. HARI IBU Indonesia lahir dari ribuan usaha kaum wanita Indonesia untuk bersatu-padu. Agaknja sedjarah sudah menuntut supaja bangsa Indonesia setjara keseluruhan, wanita dan prija, tua dan muda, bersama-sama madju menuntut suatu hidup jang sewadjarnja bagidiri dan turunan. Dan dalam perdjuangan ini kaum wanita redla mengusahakan sesuatu bersama, redla djuga untuk berkurban sesuatu bersama.


Sedjarah Indonesia hendaknja ditjiptakan oleh segenap bangsa Indonesia! Djangan ada satu pihak jang ketinggalan.


Oleh sebab itu lahirlah HARI IBU Indonesia, dan lahirlah djuga Negara Indonesia jang merdeka dan berdaulat.


Dan tanggal itu ada alasan sebab kita, chususnja djuga bagi pimpinan Pergerakan Wanita Indonesia untuk menoleh balik sepandjang 25 tahun berusaha dan berdjuang dengan rasa sjukur dan terima kasih.


Dan kamipun turut serta dalam menjatakan perasaan jang sedemikian. Karena kami mengetahui bahwa wanita Keristen Indonesia pun sudah turut meletakkan bahagian batunja atas bangunan jang kita bersama-sama sudah memperdirikan, mendjadi rumah kita sendiri. Kami mengetahui oleh pengalaman pribadi, bahwa sampai ke podjok-podjok jang terpentjil di Indonesia ini terdapat pergerakan-pergerakan wanita dan kaum jang bergerak membangun bukan sadja didalam rumah tangga, tetapi didalam masjraakat besar.


Dengan adanja Dewan Geredja-geredja di Indonesia, selaku tempat permusjawaratan dan usaha bersama Geredja-geredja di Indonesia, maka tergabunglah djuga segala djenis pergerakan kaum Ibu jang tergolong masuk salah satu geredja setempat dari Timur ke Barat, Selatan ke Utara Indonesia.

Dengan adanja Partai Keristen Indonesia (Parkindo) terbentuklah djuga suatu pergerakan wanita Keristen dengan nama Perkumpulan Wanita Keristen Indonesia (P.W.K.I.).


Kaum wanita turut serta membangun, melajani, mendidik, memberita dan sebagainja. Dimana-mana ia berusaha masuk, dan disitu ia berdjumpa dengan kawannja jang seroh dengan dia.


Dengan tidak usah melalui djalan jang dikenal selaku emansipasi ala Barat wanita Indonesia dapat mentjapai sendiri tempatnja ditengah-tengah masjarakat Indonesia baru.


Ia dapat menjumbang bahagianja tanpa menghilangkan kedudukannja selaku seorang wanita dan ibu.


Tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu Indonesia. Perkataan Ibu pada hakekatnja menundjuk arah tempat jang berhubungan mutlak dengan kehidupan seorang manusia-ibu: Rumah Tangga.


Ada kebenaran dalam utjapan hari-hari jang berbunji: rumah tangga adalah masjarakat ketjil. Dan betapa baiknja djikalau untuk waktu sekarang kita mengutamakan sesuatu arah perbaikan kehidupan rumah tangga. Dan djuga betapa baiknja djikalau pada Hari Ibu itu kaum wanita Indonesia mengutarakan perhatian dan usaha untuk mentjiptakan hidup keluarga jang baik dan teratur.


Berapa banjak rumah tanggal jang sudah hantjur dan terbongkar karena tekanan waktu jang menderas hebat. Berapa banjak anak-anak kita jang mendjadi ,,liar" dari suasana jang dihina baik oleh seorang ibu. Berapa banjak ibu jang takut dan chuwatir akan hari keakanan anaknja wanita dan prija. Berapa banjak anak-anak jang benar-benar tidak mengenal artinja „rumah tangga".


Akibatnja ialah suatu kehidupan sebentar jang tidak teratur, tidak djudjur dan setia. Anak-anak jang tidak lagi menghormati ibu-bapaknja. Dan djangan lupa: berapa banjak ibu atau bapak jang tidak memunjai tjukup waktu untuk mendidik anak-anaknja sendiri. Tidak mempunjai waktu untuk berdo'a bersama-sama dengan anak-anaknja. Terantjamnja kehidupan beragama disebabkan djuga oleh kealpaan ibu dan bapak sendiri. Kita tak boleh membiarkan semuanja itu kepada desakan ,,nasib". Kita harus mempunjai tjukup waktu dan tjinta-kasih untuk membina dan melajani sendiri. Dan kami jakin, bahwa disini terletak djuga suatu tugas penting bagi kaum Ibu. HARI IBU dan perajaannja dapat memperingati kita kepada tugas ini.


Dengan mengetahui itu Geredja-geredja di Indonesia kini mulai berusaha, bersama-sama denganlain-lain Geredja dan Perkumpulan untuk membentuk dimana-mana Badan-badan jang berusaha dilapangan perbaikan „Home and Family Life” (Kehidupan Kekeluargaan).


Suatu usaha jang sekarang ini sangat diperlukan, mengingat tanda kemunduran dan pengabaian hidup kekeluargaan.

Hari Ibu harus djuga mendjadi „Hari Keluarga”. Itupun dapat dibuat dengan tidak usah mengabaikan tugas bersama di tengah-tengah masjarakat. Achirnja kami mendo'akan pimpinan Roch Tuhan atas usaha Pergerakan Wanita Indonesia mendjelang tahun-tahun jang akan dialaminja lagi. Semoga jang di-idam-idamkan itu kelak mendjadi kenjataan untuk kesedjahteraan kita bersama.

SAMBUTAN KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT PROP. DJAWA-TENGAH

MULJADI DJOJOMARTONO.

FUNGSI WANITA SEBAGAI MANUSIA

Mula-mula saja merasa agak ragu-ragu untuk ikut mengisi sebuah karangan dalam buku kenang-kenangan jang seelok dan berharga ini, tetapi kemudian mengingat akan keperluan dan pepatah: Tempora mutantur et nos mutamur in il❜lis (de tijden veranderen en wij veranderen daarin), pula ingat akan azas-azas demokrasi, jang mendjadi sendi Negara kita ini, serta penjongsong hari peringatan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia seperempat abad, jang berarti, bahwa kesatuan pergerakan Wanita Indonesia pada hari tangggal 22 Desember 1953 genap berusia 25 tahun, pergerakan mana sudah barang tentu didukung oleh banjak organisasi wanita, timbullah keberanian saja untuk menjumbangkan sekedar tjoretan, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kaum wanita sekalian, serta mendjadi dorongan, supaja gerakan-gerakan wanita mengindjak fase realiteit.

Sebagaimana Saudara-saudara telah mengetahui, pada dewasa ini Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dalam kongresnja, telah memutuskan beberapa langkah jang tertentu dalam perdjuangannjadalam masjarakat, membangun Negara, dalam lapangan pendidikan, Sosial dan Kesehatan, semoga langkah-langkah ini tak menamui kesukaran-kesukaran atau halangan-halangan suatu apa: hendaknja dari fihak suami ada keichlasan dan sympati terhadap tjita-tjita wanita, serta mendapat perlindungan dan pendorong dalam perdjalanan kaum wanita kearah emansipasi, jang mengandung makna, bahwa setiap wanita sewadjarnja melepaskan diri dari setiap tekanan djiwa (bevrijding van de slavernij) agar supaja kaum wanita, sebagai mahluk jang bersama-sama hidup diatas dunia, dapat hidup jang bebas, menjusun kehidupan adil sedjahtera.

Bahkan dalam menghadapi pemilihan umum, jang sudah ramai dibitjarakan sekarang, para wanita seluruhnja, ketjuali jang telah mengadakan differentia, jang ingin berpolitik dan actief didalam lapangan ini, hendaknja lebih baik memilih suatu aliran jang tjotjok dengan diri pribadinja, agar dapat ikut serta melaksanakan azas-azas democrasi, jang mendjadi sendi Negara kita.

Perhatian penuh dari kaum wanita terhadap pemilihan umum jang telah mulai disiapkan, ini diharapkan dengan sangat.

Sebagaimana telah diketahui di Dewan-dewan Perwakilan Rakjat maupun di Pusat, baikpun di Daerah-daerah, jang mendjadi anggauta adalah orang laki-laki . Anggota-anggota wanita dapat dihitung dengan djari sebelah tangan. Di Dewan Pemerintah Daerah Propinsi seluruh Indonesia mitsalnja tak ada wanita jang mendjadi anggautanja, baru di Propinsi Djawa Tengah jang ada, ialah Nj. Surya Hadi.

Dalam Dewan Perwakilan Rakjat (Parlemen) duduk sebagai anggauta, ialah: Nj. Rasuna Said, Nj. Mudikdo, Nj. Sunarjati-Sukemi, Nj. Sunario Mangunpuspito, Nn. Susilowati, Nn. Suwarti, dan Nj. A. Waroh; sedangkan banjak hal-hal jang harus diperdjoangkan sendiri oleh kaum wanita dengan mengindjak lapangan politik, umpama sadja soal undang-undang perkawinan, soal isteri beker dja dan lain-lain.

Djanganlah kaum wanita bersikap passief mennganrkan dan melihat kesibukan disekitar Pemilihan Umum. Kaum wanita djuga mempunjai hak untuk dipilih dan memilih wakilnja jang akan memperdjuangkan kepentingan-kepentingan jang chusus baginja dalam Dewan Perwakilan Rakjat; hendaknja ini mendjadi pedoman dan andjuran, supaja kaum wanita dapat mewudjudkan dan mempergunakan hak wanita dengan adanja wakil-wakil wanita sebanjak-banjaknja di D.P.R. baikpun di Pusat maupun di Daerah-daerah.

Nasib wanita dalam hukum perkawinan.

Selandjutnja dalam soal nasib wanita dalam hukum perkawinan atau soal wanita bekerdja teringatlah saja akan pepatah bahasa Djawa dari orang-orang tua: Swargo nunut neroko katut; karena nasibnja kaum wanita tergantung sekali kepada suaminja, maka pepatah ini sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan djaman.

Hal ini mendjadi tjanggung dalam masjarakat jang ingin bergerak atas azas-azas Democrasi: djiwa tak lagi bergerak, melainkan bersifat mesin jang hidup, karena seluruh hidupnja hanja dikemudikan oleh suami belaka.

Karena kenjataan inilah, maka tak pada tempatnja lagi, djika kaum suami merasa terlanggar haknja bila isteninja berniat mengerdjakan sesuatu untuk pegangan hidup, atau tenaganja disumbangkan untuk pembangunan Negara kita.

Mudah-mudahan pihak suami tidak hanja melindungi akan tetapi djuga memberi dorongan dalam perdjalanan kaum wanita kearah tjita-tjitanja jang baik, sebaliknja diperingatkan kepada kaum wanita hendaknja djanganlah mengabaikan kewadjibannja sebagai isteri dari suami dengan djalan damai dan adil.

Selain dari itu hendaknja pula kaum wanita sebagai isteri dari suami, jang hidupnja dibangga-banggakan karena kekajaannja, kepandaiannja suami, atau karena djabatannja tinggi, djangan bersikap sombong; ingatlah akan peri bahasa jang aseli dan murni dari orang-orang tua-tua kita: „Odjo Dumèh".

121

Odjo Dumèh Slirane dadi garwane wong ngaluhur, sugih utowo pinter. Ingatlah bahwa manusia hidup itu achirnja djuga pasti akan meninggal dunia. Ada siang pasti ada malam, ada terang pasti ada hudjan, ada hidup pasti ada mati.

Bagaimanakah kemudian kaum wanita djika di tinggalkan oleh suaminja, apabila kaum wanita tidak ada pegangan hidup jang lajak sendiri ? Sudah barang tentu akan terdjerumus dalam penderitaan jang tak terhingga.

Maka seruan saja kepada kaum wanita, berusa halah kearah hidup jang bebas, kedjarlah pengetahunan (kennis is macht) , agar supaja bukan sadja dapat hidup tenteram dan teguh imannja, hidup sempurna dan sehat, pula dapat bekerdja bersama sama dengan sang suami, tetapi djuga agar berguna sekali bagi masjarakat serta dapat mengisi kemerdekaan Negara jang djaja dan santosa.


Sekian.


———

SAMBUTAN SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX.

Oleh: Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Kami selaku Ketua dari pada Jajasan Guna Dharma Jogjakarta, Jajasan mana mempunjai maksud dan tudjuan menjelenggarakan usaha membangun, memelihara dan mengembangkan hidup kemasjarakatan didalam arti kata seluas-luasnja, sangat menghargai usaha dari sebagian masjarakat kita, ialah kaum Ibu di Indonesia, untuk memperingati seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.


Tanggal 22 Desember telah ditetapkan sebagai tanggal jang psychologis baik dan tepat buat didjadikan hari Ibu. Dipilihnja hari tersebut oleh karena pada tanggal 22 Desember 1928 Wanita Indonesia buta pertama kalinja mengadakan Kongresnja sehingga hari itu dianggapnja sebagai suatu hari jang bersedjarah, hari jang selandjutnja dinamakan Hari Ibu.


Mendengar perkataan Hari Ibu, maka kita semua mengerti bahwa hari itu kita istimewakan untuk memperingati djasa Kaum Ibu.


Kami kira tidak ada jang menjangkal, bahwa sudah selajaknja kita memberi penghargaan sepenuhnja kepada kaum Ibu itu. Kita semua mempunjai Ibu dan mulai kita dilahirkan, maka Ibulah jang mendjadi lambang kesetiaan bagi seluruh keluarga.


Tanggal 22 Desember 1953 sudah buat ke 25 kalinja kita memperingati hari Ibu. Hari itu tidak hanjadiperingati seperti biasa sadja. Akan tetapi kaum Ibu akan mentjiptakan barang sesuatu jang selandjutnja dapat manfaat buat kaum wanita pada umumnja.


Barang sesuatu itu adalah suatu gedung jang besar jang dapat memenuhi sjarat-sjarat seperti jang ditjita-tjitakan oleh kaum wanita pada umumnja dan kaum ibu pada chususnja. Mudah-mudahan dapat tertjapainja apa jang ditjita-tjitakan itu.


Kami pertjaja bahwa tjita-tjita itu akan dapat tertjapai, oleh karena saja pertjaja, bahwa usaha kaum Ibu ini akan disambut dan mendapat bantuan dari pada chalajak ramai, sebab chalajak ramai mengerti bahwa ini untuk keperluan Ibu, sebagai lambang kesetiaan keluarga dan lambang kesetiaan masjarakat.


Hingga sekarang, sudah 25 tahun lamanja, boleh dikatakan, bahwa inisiatip memperingati hari Ibu Indonesia senantiasa datang dari Kaum Ibu sendiri.


Mudah-mudahan sesudah hari peringatan seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ini, kaum Bapak dan Anak-anak akan lebih memperhatikan, agar supaja Hari Ibu Indonesia ini betul mendjadi Hari Ibu jang lebih sempurna, dimana senantiasa dapat ; dilahirkan segala sesuatu jang manfaat buat Kaum Ibu Indonesia dengan keluarganja, ialah masjarakat Indonesia.


Achirul Kalam, kami serukan kepada kaum wanita pada umumnja dan kaum Ibu pada chususnja. ,,Djadilah Ibu jang sedjati dan jang patut buat dimuliakan oleh anak-anaknja. Madjulah selangkah lagi, bawahlah keluargamu kearah kebahagiaan. Kebahagiaan keluargamu akan membawa bangsa Indonesia semua ke Negara jang bahagia, ialah Negara Indonesia Bahagia".


SAMBUTAN Nj . SUTIJAH SURYA-HADI

SEKAPUR SIRIH.

Saja merasa bangga ikut didalam barisan wanita jang sekarang aktief memperingati 25 tahun usianja pergerakan wanita di Indonesia.


Sudah banjak jang kita tjapai didalam 25 tahun itu.

Dapatnja kaum wanita sekarang,

  1. boleh menuntut ilmu dengan bebas,
  2. diperbolehkan memasuki lapangan pertij politik,
  3. diberi kesempatan mentjapai semua tempat dalam tampuk piminan pemerintahan.


Dan lain-lain ialah hasil dari perdjuangan ibu-ibu jang dengan tidak takut-takut menghilangkan segala palang pintu, dengan tidak segan-segan menerobos segala kesukaran. Tidak sedikit korban jang diberikan dengan diam-diam oleh sekian banjak wanita untuk kemadjuan kita: korban jang tidak dapat diberi nilai dan diberi harga bagaimana besarnjapun djuga. Berapa djumlah wanita jang;

  1. amat mengurangi keperluan untuk diri sendiri dan rumah-tangganja,
  2. tidak sempat mengurangi rumah-tangganja seperti jang diidam-idamkan,
  3. sering menghadapi kemarahan dari dan pertengkaran dengan suami,
  4. mendjadi korban kepertjajaannja, meninggalkan suami untuk tugas pergerakan, tetapi sekonjong-konjong melihat suami berdampingan dengan isteri lain dan melihat diri sendiri mendjadi korban dari Peraturan Pemerintah jang terkenal buruknja dikalangan kaum wanita, ialah Peraturan Pemerintah No. 19.


Ini hanja beberapa tjontoh sadja dari pengorbanan ibu-ibu oleh karena beliau-beliau aktief dalam pergerakan, ingin menjumbangkan tenaga untuk kemadjuan kita. Pengorbanan jang tidak diketahui dan memang tidak diperlihatkan, dengan

123

diam-diam dipikul dan dianggap sebagai bea untuk mendapat sesuatu jang baik.

Harapan saja supaja angkatan wanita muda mengetahui dan menginsjafi, bahwa apa jang dengan mudah, dengan tidak ada rintangan sedikitpun sekarang dikerdjakan, oleh ibu-ibu kita ditjapai dengan bekerdja giat, dengan tidak melihat kesukaran, dan tidak memperhitungkan korban, selama 25 tahun.

Angkatan wanita muda berwadjib meneruskan perdjuangan ibu-ibu itu, mentjapai apa jang masih belum didapat.

Pemerintahan kita masih belum mempunjai Undang-undang Perkawinan!

Pemerintahan kita masih belum merubah atau

menghapuskan peraturannja jang dianggap sebagai suatu tamparan bagi wanita!

Saja kira masih banjak jang diingini kaum wanita untuk kemadjuan kaumnja, jang berarti kemadjuan bangsa dan negara.

Apa jang belum ditjapai diperdjuangkan terus.

Marilah angkatan wanita muda membantu dengan segala kekuatan!

Marilah angkatan wanita muda meniadakan tindakan-tindakan jang bertentangan dengan perdjuangan wanita!

Hidup Wanita Indonesia!!


Semarang, Desember 1953.

———

124

2. SAMBUTAN ORGANISASI-ORGANISASI DAN PARTAI-PARTAI

  1. Acoma (Angkatan Comunis Indonesia).
  2. Masjumi.
  3. Parindra (Partai Indonesia Raya).
  4. Parki (Partai Kebangsaan Indonesia).
  5. Parkindo (Partai Keristen Indonesia).
  6. P.I.R. (Persatuan Indonesia Raya).
  7. P.K.I. (Partai Komunis Indonesia).
  8. P.N.I. (Partai Nasional Indonesia).
  9. P.S.I.I. (Partai Serikat Islam Indonesia) .
  10. Dewan Pertimbangan Urusan Pemuda.


{{c|HARAPAN KITA:

KALAU MASJARAKAT KITA DEWASA INI DALAM KENJATAANNJA MASIH TERBAGI DALAM BEBERAPA GOLONGAN EKONOMI JANG SATU SAMA LAIN BERTENTANGAN DALAM KEBUTUHANNJA, MAKA ALAM MENUNDJUKKAN KEPADA KITA ADANJA DUA DJENIS MANUSIA JANG SALING MEMBUTUHKAN IALAH WANITA DAN PRIJA (LELAKI), PRIJA DAN WANITA. WALAUPUN RAJUAN TJINTA MESRA DAN KASIH SAJANG SEPANDJANG HUKUM ALAM MENJALURKAN WANITA DAN PRIJA, PRIJA DAN WANITA ITU KEDALAM HUBUNGAN JANG LARAS, NAMUN HUKUM MASJARAKAT JANG MENGANDUNG PERTENTANGAN EKONOMI INI, DALAM KENJATAANNJA BANJAK MENIMBULKAN KEGANDJILAN JANG MENJEDIHKAN DALAM PERHUBUNGAN ANTARA WANITA DAN PRIJA, ANTARA PRIJA DAN WANITA.


BAHAGIALAH MEREKA WANITA DAN PRIJA JANG SUDAH SEPAKAT DAN DENGAN PENUH KEBULATAN MEMILIH PIHAK MASA RAKJAT DALAM PERTENTANGAN EKONOMI ANTARA:


  1. MODAL ASING JANG PEMERAS DAN PENINDAS.
  2. MASSA RAKJAT INDONESIA JANG DITINDAS DAN DIPERAS.


SUNGGUH BAHAGIALAH MEREKA, KARENA SIKAP DAN LURUS ITU MEMBUKTIKAN LAKU JANG PRAKTIS JANG MENTJIPTAKAN TITIK DIMANA PANGGILAN ALAM DAN MASJARAKAT DAPAT BERTEMU JANG BENAR-BENAR MEMUNGKINKAN HUBUNGAN JANG LARAS ANTARA SUAMI ISTERI, ANTARA WANITA DAN PRIJA.


MEMANG BILA SUAMI ISTERI, WANITA PRIJA, DISAMPING PANGGILAN ALAMNJA PUN MENJADARI AKAN PANGGILAN MASJARAKAT, DISANALAH SUAMI ISTERI, WANITA DAN PRIJA BENAR-BENAR HIDUP BERDAM

PINGAN, SALING MENGISI DAN BAHU MEMBAHU DENGAN PENUH TJITA DAN HARAPAN MENEMPUH HARI KEMUDIAN. DISANALAH TJINTA DISAMPING BIRAHI DJUGA MENGANDUNG HAL-HAL JANG LAIN, MENGANDUNG TJITA BERSAMA JANG TIDAK PULA KURANG DAJA PENGIKATNJA.


Panggilan alam dan panggilan masjarakat menempatkan berahi dan tjita sebagai dwitunggal dalam kandungan tjinta. Dalam masa kemadjuan seperti sekarang ini sudahlah selajaknja, bila manusia dewasa menginsafi akan keharusan dwitunggal dalam kandungan tjinta itu. Dengan menghargakan tjinta sebagai sebagai tambahan isi dari tjinta, maka duka dan suka dalam rumah-tangga dapatlah lebih mudah dihadapi dan diatasi dengan penuh tanggung-djawab terhadap pribadi, keluarga dan masjarakat. Disanalah tjinta tidaklah akan gojang karena semata-mata nafsu birahi lambat laun mendjadi berkurang. Disanalah tjinta tidak akan lapuk karena kepahitan hidup dalam penderitaan bersama. Sesungguhnja disanalah tjinta tidaklah akan mungkin binasa karena sementara berpisah, karena tempat berdjauhan ; disanalah njala tjinta terus terpelihara, karena kesurutan berahi jang mengurangi tjinta itu dapatlah ditambah selalu dengan kesibukan dalam rangkaian tjinta jang pasti menambah isi dan meriahnja tjinta.


Pengertian diatas belumlah tjukup merata dikalangan wanita kita. Dengan penuh semangat wanita kita melajani panggilan alamnja, tetapi sebaliknja masih banjaklah dipertontonkan sikap jang masa bodoh terhadap panggilan masjarakat. Wanita kita tampak djauh lebih banjak terbelakang dari pada kaum prija dalam menempuh djalan tjita-tjita tanah air dan masjarakat. Dalam hal ini adalah kesan seolah-olah wanita kita bukanlah wanita pedjoang. Kekuatan wanita Indonesia dalam kehalusan lahir dan batinnja jang amat dibutuhkan dalam perdjoangan dalam tingkat sekarang djustru banjak berbalik mendjadi penghambat jang mentjairkan dan menghalangi perdjoangan.


Pada hal tanpa wanita, menurut alamnja sang prija dewasa pada suatu tingkat pasti terdesak dalam sudut manusia separo tenaga sepandjang pelaksanaan tugas tanah air dan masjarakatnja. Dalam keadaan jang pajah itu sang prija lambat laun bimbang dan kurang mengerti djasa wanita. Berangsur-angsur hubungan jang laras antara suami-isteri, prija dan wanita dalam suasana jang memberatkan itu achirnja bertukar mendjadi abnormal, pintjang, tegang, tidak lagi laras.


Dan pedihnja sepandjang kisah perdjoangan kita membuktikan, bahwa dalam ketegangan tersebut isteri jang terbelakang itu djustru berhatsil memaksa kehendaknja . Suami jang madju dipaksa mundur tiap hari setapak dan tanpa rame-rame pahlawan kita sudah meninggalkan perdjoangan. Kedjadian sematjam ini jang masih banjak meradjalela itu sudah barang tentu merugikan tanah air dan masjarakat kita.

125

 Suami jang madju harus beserta isteri jang madju pula. Sajap prija jang madju harus beserta istri jang madju pula.
 Untuk kemadjuan tanah-air dan masjarakat kita wanita kita harus menambah kesadarannja jang dapat menjampingi, setidak-tidaknja memberi kekuatan hati kepada suami atau tjalon suami, kepada anak dan kaum prija umumnja jang memang benar-benar berdjoang untuk kemadjuan masjarakat kita bersama.
 Patut ditjamkan, bahwa tuntutan kaum wanita akan penghargaan dirinja, akan hak jang sedradjat dengan kaum prija itu tidaklah boleh merupakan bunji-bunjian kaleng kosong belaka, tetapi benar benar harus beserta kegiatan kaum wanita itu sendiri untuk membuktikan dalam praktek sikap dan haluan jang memang pembawa faedah bagi kemadjuan masjarakat.
 Marilah wahai kaum wanita Indonesia, beramai-ramailah memperkuat perdjoangan rakjat jang menudju masjarakat modern jang bebas daripada penindasan terhadap massa rakjat. Disanalah ......... ja, disana kaum wanita benar-benar akan berkesempatan hidup sebagai manusia jang lajak dan bersama-sama bertanggung-djawab dalam tingkat sederadjt dengan kaum prija terhadap semua persoalan dilapangan politik, ekonomi dan sosial. Bukanlah suamimu jang berdjoang jang patut mendjadi sasaran amarahmu. Derita hidup bersama suami dalam tingkat sekarang patut diterima sebagai tanda seru untuk bangkit mengepalkan tindju dan melatih diri serta menambah kesadaran dan keichlasan dikalangan kaum wanita untuk beserta kaum prija berdjoang melawan penindasan dan pemerasan terhadap massa rakjat.
 Kesibukan partai dan sarekat dan kegiatan-kegiatan lain jang membawa kemadjuan masjarakat patut dipandang sebagai kesibukan dan kegiatan keluarga jang lajak jang perlu disalurkan dan di dukung sepenuhnja.
 Sebaliknja adalah mendjadi hak wanita bila wanita berseru awas terhadap kaum prija umumnja, suami atau bakal suami chususnja jang besikap merintangi kemadjuan rakjat dan merusak kepertjajaan wanita dengan kebiasaan jang menjeleweng dengan kedok dan alasan kesibukan partai dan sarekat.
 Marilah kita bersama sebagai wanita dan prija menambah pengetahuan dan ketjakapan serta menambah kesanggupan jang mempersiapkan pribadi serta keluarga seisi rumah sebagai benteng atau setidak-tidaknja sebagai pos jang berguna bagi perdjoangan rakjat.

 Suka dan duka dalam keluarga patut dihadapi sebagai tanggungan bersama antara suami dan isteri, wanita dan prija. Patutlah disesalkan sifat wanita jang hanja tahu beres dan memberatkan kaum prija belaka. Sebaliknja patut dihormati sikap wanita jang madju dan mau bekerdja dan beserta ichtiar dengan kaum prija. Memang kegem biraan dalam keluarga patut dimuljakan dan dipe lihara, sedang tjinta dan kasih sajang kepada anak dan suami perlu dipupuk hanja dengan djalan mengisi tjinta dengan tjita jang mulia jang mengandung pembelaan terhadap rakjat.

 Dengan pengertian diatas, dengan sambutan jang sederhana ini, Comite Pusat Partai ACOMA menjampaikan salam setiakawannja kepada Panitya Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Dengan pengertian diatas, mendjelang hari peringatan pergerakan Wanita jang bersedjarah itu Comita Pusat Partai ACOMA berseru kepada segenap kaum wanita Indonesia untuk memberi sokongan lahir dan batin kepada anak, suami atau bakal suami jang sudah berada dalam lingkaran perdjoangan rakjat. Diharapkan bahwa kaum wanita benar-benar dapat mempergunakan pengaruhnja sebagai IBU, ISTERI dan WANITA terhadap anak, suami atau baka suamai agar supaja mereka jang tjinta itu tidaklah diperalat oleh kaum penindas dan pemeras untuk mengchia nati perdjoangan rakjat.

KAMI PERTJAJA KALAU WANITA INDONESIA BENAR SUDAH SETJARA AKTIF MENENTUKAN ARAH MASJARAKAT KITA, PASTI DAN TENTU TIDAKLAH AKAN ADA DJARI LELAKI JANG BERGERAK DAN DIGERAKKAN UNTUK MENANDA-TANGANI MAKLUMAT NOPEMBER LINGGARDJATI RENVILLE K.M.B.

HIDUPLAH PERGERAKAN WANITA INDONESIA!
HIDUPLAH KETUA PANITYA!
HIDUPLAH IBU SRI MANGUNSARKORO!

Malang, 19 Oktober 1953.
Untuk Kemerdekaan Rakjat
Comite Pusat
Angkatan Comunis Indonesa
(ACOMA).



SAMBUTAN PIMPINAN PARTAI MASJUMI.

1. Bagaimana pandangan Masjumi terhadap wanita dapat diketahui dari kedudukan wanita se bagai anggauta partai Masjumi, baik jang setjara formeel ada djaminan- djaminannja dalam Anggar an Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai, maupun jang dapat dilihat dari kenjataan kedu dukan para Muslimaat dalam susunan organisasi partai. Dipusat, didaerah, didewan-dewan perwa kilan dan sebagainja .

2. Hal ini adalah mendjadi salah satu tjermin, bahwa kemadjuan dalam segala lapangan jang di tuntut oleh wanita telah terdjamin dalam Islam , azas dari Masjumi, dalam batas-batas sesuai dengan kodrat djenis wanita dan tugasnja jang sebenarnja disisi djenis prija.

3. Dalam hal Indonesia Merdeka, wanita dapat menempatkan kesanggupan serta melaksanakan tanggung djawabnja, untuk menggalang persatuan Nasional dalam bentuk ,,Kongres Wanita Indone sia" dan kini pada tanggal 22 Desember 1953 sudah dapat memperingati ulang tahunnja jang ke 25 atau seperempat abadnja, keadaan ini sungguh harus mendapat penghargaan jang sebesar-besarnja dari seluruh lapisan masjarakat . Memang wanita adalah lambang kesutjian dan dari Ibulah bangsa dibelakang hari akan ditentu kan. Tegak dan rebahnja sesuatu Negara terutama adalah dari bentukan kaum Ibunja, sesuai dengan

Kenjataan, bahwa dalam Konperensi Wanita Sedunia di Kopenhagen dalam bulan Djuni jang baru lalu turut hadlir 10 orang wanita Indonesia , adalah suatu bukti tentang hatsil jang gilang-gemi lang dari perdjuangan wanita Indonesia membawa bangsa ketingkatan internasional seperti dikatakan diatas itu. Pun dalam tertjapainja konvensi oleh P.B.B. baru-baru ini , jang memberikan wanita hak -hak untuk memilih dan bekerdja dikantor diatas dasar persamaan dengan kaum lelaki , Wanita Indonesia, jang de facto telah terlebih dahulu menikmati hak hak itu, rasanja dengan langsung maupun tidak, telah memberikan sumbangannja jang berharga. Sedjarah pergerakan Wanita Indonesia sangat erat hubungannja dengan sedjarah pergerakan kaum prija dan rakjat Indonesia pada umumnja.

Parindra sebagai salah satu pergerakan kaum prija jang tertua di Indonesia, dapat mengetahui dan merasakan betapa besar arti sokongan dari kaum wanita itu, terutama semasa perdjuangan mengusir pendjadjah. Maka pada waktu diperingatinja genap 25 tahun pergerakan wanita ini, Parindra mengutjapkan penghargaan atas djasa-djasanja serta menjampai kan utjapan selamat-bahagia dan mudah-mudahan tertjapailah apa jang ditjita-tjitakan untuk kepen tingan bangsa dan negara seterusnja . Djakarta, 10 Nopember 1953 . perkataan seorang pudjangga Islam , jang artinja :

„Wanita adalah tiang Negara. Kalau wanita nja baik Negarapun akan tegak. Kalau wa nitanja rusak, Negaranja akan runtuh pula".

Mudah-mudahan Kongres Wanita Indonesia dapat hidup langsung, menunaikan tugas kewa djibannja, menudju kearah tjita-tjitanja jang sutji murni.

Djakarta, tgl. 1-12-1953 . DEWAN PIMPINAN PARTAI MASJUMI . SAMBUTAN PARINDRA. Bagaimana pentingnja kedudukan peranan kaum wanita dalam masa perdjuangan melawan pendja djah dimasa jang lampau dan dalam masa pem bangunan jang kita hadapi sekarang ini, rasanja sukar digambarkan dengan kata-kata. Terutama mereka jang tergabung dalam suatu organisasi ada lah merupakan kekuatan jang tidak ketjil artinja. Meskipun pergerakan wanita Indonesia sepan djang masa tidak bebas pula dari berbagai-bagai rintangan jang kadang-kadang menimbulkan per petjahan dikalangan mereka sendiri, namun seba gai keseluruhan ia telah merupakan suatu faktor jang sangat penting, tidak sadja untuk membantu membimbing wanita Indonesia kearah emancipatie jang sebenar-benarnja, tetapi djuga untuk men djundjung deradjat bangsa dan negara Indonesia ke tingkatan jang sedjadjar dengan bangsa-bangsa dan negara-negara jang telah madju lain-lainnja.

DP. PARINDRA, Ketua,

SAMBUTAN DARI P.B. PARTAI KEBANGSAAN INDONESIA.

Dengan gembira hati kami terima permintaan dari Panitya Peringatan seperempat abad „,Kesa tuan Pergerakan Wanita" untuk memberikan sambutan atas usaha akan dikeluarkannja buku Peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia pada tanggal 22 Desember 1953 . Tanggal 22 Desember 1953 adalah hari jang penting bukan hanja untuk golongan Wanita Indo nesia sadja, akan tetapi djuga untuk Masjarakat Indonesia seluruhnja. Bukankah pada hari ini dua puluh lima tahun jang lampau para wanita Indonesia mulai memper satukan tenaga untuk mendjundjung tinggi harkat deradjat golongannja chususnja, Nusa dan Bangsa pada umumnja? Keinginan mereka untuk bersatu, mulai terbit karena kejakinan bahwa para wanita hanja dapat mentjurahkan tenaganja untuk ikut serta dalam memerdekakan tanah air dan memuljakan bangsa djika pada mereka diadakan persatuan. Riwajat telah membetulkan kejakinan ini. Ter bukti para wanita Indonesia dari tahun 28 hingga sekarang tahun 1953, terus menerus berdjoang dalam segala lapangan. Dimulai dengan ikatan Per satuan Perempuan Indonesia (P.P.I. ) hingga sekarang mendjelma Kongres Wanita Indonesia.

 Parki (Partai Kebangsaan Indonesia) jakin akan besar faedahnja persatuan para wanita jang insjaf. Kami senantiasa dapat bantuan lahir dan bathin dari Organissi Wanita jang berdiri disamping kami, jaitu Parkiwa ( Partai Kebangsaan Indonesia bg. Wanita) jang berideologi sama dengan kami dan bersatu dengan kami.
 Berkat bekerdja sama jang erat antara Parki dan Parkiwa, kami dapat menginsjafi betul-betul betapa pentingnja tenaga Wanita didalam bekerdja untuk kepartaian dan kepentingan Masjarakat. Moga mogag kesatuan pergerakan wanita jang telah se perempat abad usianja akan selandjutnja mengerahkan tenaga Wanita ini untuk kemuliaan Nusa dan Bangsa. Persatuan tenaga Wanita jang menurut kejakinan kami akan membawa hasil baik bagi Negara kita jang sekarang sedang mengalami serba kekurangan dan kesulitan.
 Marilah kita, Wanita dan Prija, bersama-sama bekerdja, bahu-membahu untuk menghindarkan segala rintangan jang menghalang-halangi kesedjahteraan dan kebahagiaan Bangsa kita!

Bandung, 9-11-1953.

SEPATAH KATA SAMBUTAN BERKENAAN DENGAN PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA.

 Djika benar pendapat orang bahwa perdjuangan wanita itu pada umumnja melalui tiga tingkatan masa, jaitu masa perdjuangan untuk laki-laki, ter hadap laki-laki dan dengan laki-laki , maka selama seperempat abad pergerakan wanita Indonesia ini tidaklah begitu nampak tingkatan perdjuangan jang pertama dan jang kedua. Jang nampak benar selama ini ialah perdjuangan tingkatan ketiga, jaitu perdjuangan wanita bersama-sama dengan kaum laki-laki. Hampir disegala lapangan kaum wanita Indonesia bekerdja bersama-sama dengan kaum laki-laki untuk membangun bangsa dan menegakkan negara jang merdeka. Sampai-sampai dalam lapangan perdjuangan bersendjata kaum wanita tidak ketinggalan dengan kaum laki-laki dalam mempertahankan kemerdekaan negaranja. Dan sebagai hasil perdjuangan bersama laki-laki ini maka wanita Indonesia sekarang politis memperoleh kedudukan jang tidak kalah dengan kedudukan wanita dinegeri modern jang manapun djuga, bahkan mungkin mendjadikan iri-hati bagi wanita dibanjak negeri. Wanita Indonesia mempunjai hak pilih aktif dan pasif jang sama dengan kaum laki-laki. Tidak ada suatu kedudukan jang penting dalam pemerintahan Indonesia jang tidak djuga terbuka bagi kaum wanita, sehingga dari sedjak kemerdekaan Indonesia kaum wanitanjapun dapat ikut mengemudikan negara dengan menduduki djabatan-djabatan jang penting sebagai menteri, anggauta Parlemen atau Dewan Pertimbangan Agung.
 Akan tetapi dengan semua ini belumlah berarti bahwa kedudukan wanita Indonesia sekarang ini telah begitu sempurna. Kedudukan wanita Indonesia dalam politik jang telah begitu sempurna itu

djauh belum seimbang dengan kedudukan sosial. Terutama dalam lapangan hukum perkawinan masih perlu diperdjuangkan hak-hak wanita jang sangat mutlak bagi kedudukan wanita jang lajak, padahal disini banjaklah tersangkut soal- soal nasional jang penting jang pasti tidak kurang pentingnja dari pada kedudukan wanita jang sama dengan kedudukan kaum laki-laki dalam politik. Dan memang dalam masa seperempat abad jang telah lalu ini rupanja belum banjaklah usaha ke arah ini. Maka mudah-mudahan dalam masa jang akan datang ini usaha wanita dalam hal ini akan memperoleh hasil-hasil jang baik.

Djakarta, 15 Desember 1953.

Ketua PARKINDO.

PERSOALAN DISEKITAR WANITA INDONESIA.

 Sebetulnja ditanah-air kita ini tidak terdapat persoalan jang chusus mengenai hak-hak kewanitaan sebagaimana terdapat dinegara-negara lain. Selain perbedaan jang disebabkan kodrat keadaan memang membawa agak perbedaan itu, mitsalnja physiek lelaki lebih kuat dari pada wanita, sebaliknja wanita lebih „handig" dari pada prija dan lain-lain sebagainja, maka pada hakekatnja orang tidak memandang wanita itu „minderwaardig”, sehingga dalam beberapa hal harus diberikan tempat terbelakang. Kita mengenal dizaman purbakala di Indonesia banjak radja wanita dan beberapa pahlawan wanita terkenal dimedan peperangan. Apabila Srikandi dan lain-lainnja tidak bersandar kan penjelidikan sedjarah jang sebenarnja, maka Sang Pudjangga mentjiptakan sesuatu itu tidak terlepas dari alam kedjiwaan dan pandangan bangsa Indonesia sendiri. Pendek perbedaan jang principieel tidak pernah terkenal, oleh karena itu persoalan jang principieel djuga tidak pernah terdapat.
 Suatu soal jang mungkin diperdebatkan oleh saudara-saudara kaum wanita ialah masaalah hak wajuh (polygamie) dalam agama Islam. Mengenai ini saja pernah mendengar tafsiran dari almarhum Kjahi Penghulu Tapsiranom bahwa hak wajuh itu sebetulnja ada sjarat-sjarat mutlak jang hampir tak dapat terpenuhi. Ialah ketjuali soal harta benda pun djuga ketjintaannja harus terbagi adil itu memang diharuskan oleh agama Islam, tetapi hanja mengenai harta-benda, sedang masaalah ketjintaan seorang lelaki merdeka membagikan setjara lain. Mana dari dua tafsiran ini jang benar, tersilah.
 Lebih penting dari pada diatas saja rasa pandangan masjarakat pada umumnja terhadap positie saudara-saudara wanita; tentang ini kiranja tidak perlu diragu-ragukan lagi. Masaalah kewanitaan seperti dilain-lain negara di Indonesia tidak terdapat. Mulai Negara kita merdeka dan berdaulat kembali, dalam segala perundang-undangan tidak pernah diperbeda-bedakan antara prija dan wanita. Apabila dinegara lain kaum wanita amat menunggu lama, bahka berabad-abad, sebelum mendapat hak

128


memilih dan dipilih dalam parlemen, Negara kita tak pernah mempertimbangkan adanja perbedaan itu. Beberapa orang wanita pernah mendjabat Menteri, pun didunia kepegawaian beberapa orang wanita mendjabat Walikota dan Tjamat. Mungkin dalam waktu jang tidak lama akan mempunjai Residen ataupun Gubernur wanita. Apabila waktu jang achir-achir ini ada suatu Peraturan Pemerintah jang hangat dibitjarakan dikalangan saudara saudara wanita, tidaklah berarti bahwa Peraturan itu sebagai „uitzondering" hendak dengan sengadja merendahkan deradjat wanita. Saja kira bahkan sebaliknja bermaksud menjelamatkan kepentingan saudara-saudara wanita, tetapi kami akui bahwa kemungkinan ada maksud jang baik itu dalam penglaksanaannja djatuh sebaliknja. Kalau ini benar memang sejogyanja Peraturan itu segera ditindjau kembali.


Uraian diatas sama sekali tidak bermaksud memperketjil arti gerakan wanita. Bahkan sebaliknja. Kita mengetahui ditiap negara didunia ini djumlah kaum wanita lebih besar dari pada laki-laki. Oleh karena itu apabila gerakan menudju kearah perbaikan dan penjempurnaan hanja dilakukan oleh para prija sadja, mempunjai sifat berat sebelah atau setidak-tidaknja berarti tidak dipergunakan suatu potentie jang lebih kurang 50 persen djumlah

besar kekuatannja itu. Lagi pula setiap usaha harus dibentuk dan disalurkan pada titik jang se-efficient efficientnja, tegasnja sesuai dengan bakat serta keistimewaan masing-masing. Setelah kita mengetahui persamaan dan perbedaan diantara lelaki dan wanita, kita lalu mengetahui pula kemana djurusan gerakan wanita harus menempuh maksud dan tudjuannja. Dengan mengingat disitu fihak bekerdja bersama jang erat dengan gerakan kaum laki laki, dilain fihak pembagian pekerdjaan jang effectief, gerakan wanita pada umumnja dapat memberikan sumbangan jang besar sekali bagi kemadjuan tanah-air dan bangsa kita. Sesudah dirajakan 25 tahun gerakan wanita berlangsung dengan selamat, mudah-mudahan menjongsong phase perdjoangan seperempat abad jang kedua gerakan kaum wanita Indonesia dapat menundjukkan kegiatan serta hatsil jang luar biasa sehingga puteri Indonesia lebih terkenal diseluruh dunia sebagai pendorong serta pendukung kemadjuan diseluruh dunia sebagai pendorong serta pendukung kemadjuan Nusa dan Bangsa jang arti dan harganja paling sedikit sama dengan buah hatsil gerakan kaum laki-laki Indonesia.

Djakarta, 26 Nopember 1953.

KETUA DEWAN PARTAI P.I.R. ,


————

C.C. PARTAI KOMUNIS INDONESIA.

Mendjelang seperempat abad kesatuan organisasi organisasi wanita Indonesia:

HIDUP GERAKAN WANITA INDONESIA!

Kongres Perempuan Indonesia janga pertama, jang berlangsung di Jogjakarta dari tanggal 22 sampai 25 Desember tahun 1928, adalah salah satu puntjak kesedaran berorganisasi daripada kaum wanita Indonesia. Sudah selajaknja diadakan peringatan untuk hari bersedjarah ini, apalagi pada ulang tahunnja jang ke-25, tidak hanja oleh kaum wanita Indonesia, tetapi oleh seluruh rakjat Indonesia. Kebangunan kaum wanita adalah djuga tjermin daripada kebangunan seluruh bangsa.


Oleh karena itulah, pertama-tama, saja dan seluruh kaum Komunis Indonesia menjampaikan penghargaan dan hormat jang setulus-tulusnja kepada pengambil-pengambil inisiatif untuk memperingati seperempat abad kesatuan organisasi-organisasi wanita Indonesia.


Kongres Perempuan jang pertama berhasil merumuskan berapa tuntutan jang urgen bagi kaum wanita dan anak-anak Indonesia, seperti misalnja: menentang perkawinan anak-anak, menentang kawin paksa, sjarat-sjarat pertjeraian jang menguntungkan fihak wanita, sokongan untuk djanda dan anak-anak piatu pegawai negeri, rumah sekolah untuk anak-anak, dan sebagainja. Kongres ini bertudjuan mempersatukan tjita-tjita dan usaha memadjukan wanita Indonesia dan bertudjuan menggabungkan organisasi-organisasi wanita Indonesia dalam suatu badan federasi jang demokratis dengan tiada pandang kejakinan agama, politik, kekajaan dan kedudukan dalam masjarakat.

Sifat jang luas dan demokratis dari Kongres Perempuan Indonesia jang pertama dibuktikan oleh ikutnja organisasi-organisasi Puteri Indonesia, Wanita Taman Siswa, Muhammadijah, Wanita Katholik, Serikat Islam bagian wanita, Wanito Utomo, Wanito Muljo, Jong Islammiten Bond bagian wanita, Jong Java bagian wanita dan lain-lainnja.


Tuntutan dan tudjuan Kongres Perempuan Indonesia, jang pertama, walaupun sudah dirumuskan seperempat abad jang lalu, sebagian besar belum terlaksana. Kaum wanita Indonesia sampai sekarang belum mendapatkan hak-haknja dan persatuan organisasi -organisasi kaum wanita jang dibutuhkan untuk mentjapai hak-haknja, belum sebagai jang dinginkan oleh gerakan wanita dan gerakan kemerdekaan Indonesia umumnja.


Oleh karena itu, adalah kewadjiban jang urgen dari gerakan wanita dan gerakan kemerdekaan nasional sekarang untuk meneruskan tradisi persatuan gerakan wanita jang sudah dimulai seperempat abad jang lalu, meneruskan perdjuangan untuk- hak-hak kaum ibu dan anak-anak.


Sudah mendjadi kenjataan selama berpuluh-puluh tahun bahwa gerakan wanita Indonesia adalah mendjadi bagian jang tidak dapat dipisahkan daripada keseluruhan perdjoangan nasional untuk ke merdekaan Rakjat Indonesia.

Adalah kewadjiban gerakan wanita Indonesia dan gerakan kemerdekaan nasional Rakjat Indonesia untuk melandjutkan tradisi jang baik dari gerakan wanita kita, dan bersama dengan itu membawa perdjuangan kaum wanita Indonesia ketingkat jang lebih tinggi.


Hidup gerakan wanita Indonesia!

Untuk kesedjahteraan ibu dan anak-anak!

MENGHADAPI PERINGATAN KESATUAN PERGERAKAN WANITA SEPEREMPAT ABAD.

––––––––

Tahun 1928 adalam dalam sedjarah Indonesia, karena pada tahun itulah tergalangnja kesatuan Indonesia. Dimulai dengan pernjataan Kongres Pemuda Indonesia jang menegaskan dengan satu putusan kongres, bahwa ,,Kita adalah bertanah air satu, ialah Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; berbahasa satu, bahasa Indonesia". Kemudian ternjatalah, bahwa putusan itu memang merupakan manifestasi kehendak rakjat Indonesia seluruhnja.


Dalam suasana itu berdirilah badan kesatuan „Peringatan Perempuan Indonesia" di Jogjakarta pada tgl. 22 Desember 1928. Dan dengan itu maka terdjalinlah seluruh perempuan Indonesia 1928 maka terdjalinlah seluruh perempuan Indonesia dalam satu kesatuan. Satu Kesatuan jang kemudian terus terpelihara dengan baik dalam beberapa kongres hingga pada detik akan menggeloranja semangat peringatan seperempat abad jang kita hadapi sekarang, diseluruh Indonesia.


Semangat kesatuan rakjat Indonesia pada tahun 1928 itu ternjata mendjadi djiwa perdjoangan kemerdekaan nasional kita, djiwa perdjuangan jang mengisi gerakan masa Indonesia kearah kemerdekaan.


Mudah-mudahan peringatan kesatuan wanita Indonesia seperempat abad jang berlaku diseluruh Indonesia sekarang ini dapat menggelorakan kembali semangat persatuan dikalangan seluruh rakjat Indonesia Gelora semangat persatuan jang kita perlukan sekali untuk mengatasi kesukaran jang kita hadapi pada waktu ini. Tudjuan kita sekarang ialah kesedjahteraan, untuk negara dan rakjat. Djika dahulu segala perasaan dan pikiran serta perbuatan ditudjukan kepada tertjapainja kemerdekaan, sekarang haruslah segala perasaan, pikiran dan perbuatan ditudjukan kepada kesedjahteraan negara dan rakjat. Dan disamping itu mudah-mudahan dapatlah pula perajaan seperempat abad kesatuan pergerakan wanita ini menjedarkan seluruh wanita Indonesia akan kedudukannja dalam usaha pembangunan negara sebagai „Ibu Bangsa" dan ,,Ibu Rakjat".


Djakarta, 24 Nopember 1953.

Dewan Pimpinan

Partai Nasional Indonesia (P.N.I.).

MENJAMBUT PERINGATAN SEPEREMPAT
ABAD PERGERAKAN WANITA INDONESIA.

Al-Qur-an:
„Barang siapa berbuat kebadjikan, baik laki-laki maupun perempuan, padahal ia beriman, maka sesungguh-sungguhnjalah kami akan membikin dia mendapat suatu kehidupan jang berbahagia".

Orang-orang mu'min laki-laki dan orang-orang mu'min perempuan, sebahagian dari pada mereka memimpin pada perbuatan-perbuatan jang baik dan melarang daripada perbuatan-perbuatan jang mungkar”.

„............. dan mereka itu (isteri) mempunjai hak-hak jang setimbang dengan hak-hak (fihak lelaki) jang terhadap kepada mereka (isteri) harus diperlukan dalam suatu tjara jang sebagus-bagusnja".

Joseph de Maistre:
„De mannen maken wel de wetten, maar de vrouwen maken de mannen, die de wetten zullen maken".
(Aengenent Leerboek Sociologie, hal. 233).

Bismillahirrahmanirrahiem.

Assalaamu 'Alaikum w.w.

Alhamdulillah, sjukur dan pudji kami pandjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bahwasanja kini tanggal 22 Dessmber 1953, Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia telah mentjapai usia Seperempat-abad dalam perdjuangan.

Suatu peristiwa penting dalam sedjarah pembangunan dan perkembangan bangsa dan negara, jang dengan penuh hormat dan rasa bangga patut dan harus dapat diambil manfa'atnja setjara merata antara seluruh lapisan masjarakat bangsa Indonesia!

Penting, oleh karena dalam rangkaian waktu 25 tahun telah silam itu, pun pula kaum wanita Indonesia sesuai dengan sifat dan bakat jang ada padanja, telah menundjukkan kesanggupan dan kemampuannja setjara berdampingan dan bahu membahu dengan kaum prija, menduduki posnja dan melaksanakan tugasnja dalam berbagai sektor pergerakan kemerdekaan tanah air Indonesia.

Peristiwa peringatan inipun mudah-mudahan akan mendjadikan semangkin mendalam dan meluasnja keinsjafan dan kesedaran masjarakat akan arti dan functie pergerakan wanita sebagai potentie nasional jang turut menentukan pertumbuhannja sesuatu bangsa dan negara, dan didjadikan djuga dasar untuk „herziening" dan zelf-correctie" bagi mereka jang karena pengaruh tradisi-lama, senantiasa menilai arti dan deradjat wanita itu dengan memakai ukuran jang sempit dan rendah, terbatas pada lingkungan kepentingan sendiri semata-mata. Ini sekali-kali tidak berarti, bahwa djuga kaum wanita dari fihaknja sendiri tidak memerlukan zelf-correctie dan herziening itu sebelum melandjutkan langkah pergerakannja kedepan, merealisir setjara prinsipiil dan struktuil perkembangan keadaan dalam berbagai bentuk dan djenis pada segala lapangan masjarakat.

Kini pada saatnja kaum wanita memperingati seperempat abad pergerakannja, antjaman bahaja proces „aflijding” dan „des-intregasi” jang sedang dihadapi oleh negara, belum dapat dibendung dan dihindarkan, krisis achlak, krisis budi-pekerti, krisis gezag, tidak hanja terlihat explosie-nja pada niveau djabatan atau perusahaan, pun pula tingkat kehidupan bersuami-isteri, kekeluargaan, dan lingkungan pendidikan dan anak-anak peladjar!

Bukan maksud kami dalam sesingkat kata sambutan ini, membentangkan satu-demi-satu segala soal-soal jang sulit pelik jang pada saat ini sebagai tekanan berat sedang menimpa seluruh tubuhnja masjarakat kita; kami hanja ingin menegaskan, tidak sedikit diantara soal-soal itu setjara langsung atau tidak langsung, bahkan specifiek dan chusus termasuk kedalam lingkungan kompetensinja pergerakan wanita Indonesia, untuk dipetjahkan!

Mendjelang masa jang akan datang, baik berdasarkan rentjana djangka pandjang maupun djangka pendek kiranja kaum Pergeraka Wanita Indonesia suka dan sedia menempatkan post dan tenaganja dalam sektor-sektor kesulitan masjarakat sebagai termaksud diatas tadi.

Adalah senantiasa mendjadi asas dan kejakinan bagi kami, bahwa timbulnja rupa-rupa soal-soal dan kesukaran serta kesulitan jang berkenaan dengan pergaulan dan pri-kehidupan manusia itu, ialah dan terutama sekali oleh karena salah memahamkan dan salah pengertian terhadap asas-asas dan adjaran Agama Allah. Selama asas-asas Agama, perkara kebatinan dan keadilan tidak tertanam benar-benar didalam kehidupan dan hati-sanubari masjarakat, selama itulah akan timbul perbuatan, kelakuan dan pengaruh jang buruk-busuk atas penghidupan manusia.

Lain daripada itu, kesedjahteraan manusia jang tidak mengindahkan agama Allah, budi-pekerti dan kebatinan, tidaklah bisa memperbaiki manusia dan pergaulan hidupnja, tetapi malahan menjebabkan manusia djatuh lebih djauh didalam lumpur ketjemaran.

Dalam menempuh djalan selandjutnja, mudah-mudahan asas-asas sebagai kami maksudkan tadi, akan mendapat perhatian pula dari Pergerakan Wanita Indonesia sebagai sendi-sandaran pergerakannja.

Para wanita anggota Partai Sjarikat Islam Indonesia dibawah pimpinan Madjelis Departemen Wanita P.S.I.I., senantiasa siap sedia mentjurahkan tenaga dan kerdja-sama dengan fihak manapun djuga, chususnja dengan Pergerakan Wanita Indonesia, dalam hal-hal jang dapat dilaksanakan bersama.

Achirul'kalam, kami utjapkan salam dan hormat kepada pada pemimpin dan pemuka Pergerakan Wanita Indonesia beserta do'a kepada Allah s.w. Ta'ala, mudah-mudahan dengan berkat pertolongan dan Tuntunan-Nja, berhasillah mentjapai segala tjita-tjitanja.

Amien.

Djakarta, 15 Nopember 1953.
Pimpinan Harian
Ladjnah-Tanfidzijah P.S.I.I.

SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA.

Didalam memperingati hari seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, ada satu hal jang perlu ditjatat jaitu, bahwa sedjarah pertumbuhan pergerakan itu selama 25 tahun, tidak dapat dilepaskan dari tjita-tjita dan kebangunan bangsa. Oleh karena itu hidup tumbuhnja pergerakan wanita di Indonesia sedikit banjak merupakan perudjudan bentuk hasrat dan kemauan bangsa, untuk memperdjuangkan kehidupan jang lebih baik.

Tuntutan emansipasi dari pergerakan wanita tidak dapat berdiri sendiri. Ia adalah sebagian dari tjita-tjita nasional, tjita-tjita kemerdekaan bangsa.

Kenjataan-kenjataan telah membuktikan bahwa tidak ada suatu bangsa jang terdjadjah dapat hidup sebagai lajaknja manusia. Perbaikan hidup dari padanja hanja dapat ditjapai dengan perdjuangan rakjat. Perdjuangan untuk mengadakan perlawanan terhadap pendjadjah, untuk mewudjudkan kemerdekaan negara dan rakjat. Djadi dapatlah dimengerti bahwa hasil-hasil pergerakan wanita dalam masa pendjadjahan belum dapat terasakan oleh kaum wanita chususnja, dan seluruh rakjat pada umumnja. Tetapi kalau dilihat dari sudut lain, dari sudut kesedaran dan kebangunan bangsa, maka pergerakan wanita Indonesia telah pula mendapat kan hasil-hasilnja jang besar, karena ia telah memberikan andilnja dalam perdjuangan rakjat seluruhnja, jang telah mentjapai klimaksnja pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada saat ini dimana perdjoangan kemerdekaan baru mentjapai kemerdekaan politis, pergerakan wanita Indonesia masih mempunjai tugas jang berat. Tugas itu meliputi beberapa soal pokok.

  1. Pergerakan Wanita Indonesia harus ikut setjara aktip memperdjoangkan diperluasnja dan berlakunja hak-hak demokrasi dan hak asasi. Berlakunja hak-hak demokrasi dan hak-hak asasi jang sebenarnja akan mendjamin adanja persamaan hak bagi laki-laki dan perempuan karena ia mengandung pengertian bahwa hak-hak itu tidak mengenal diskriminasi politik, kepertjajaan agama, perbedaan umur djenis kelamin dan lain-lain. Kita tahu bahwa dinegara kita hak-hak asasi belum dilaksanakan dengan sewadjarnja.
  2. Memperdjoangkan perbaikan kehidupan sosial dan ekonomis. Dalam hal ini ada dua segi jang perlu diperhatikan:
    1. Menjelenggarakan usaha-usaha sendiri jang memungkinkan adanja perbaikan sosial dan ekonomis bagi anggauta-anggautanja.
    2. memperdjoangkan adanja perundang-undangan dan peraturan-peraturan jang melindungi usaha-usaha tersebut.

    Perdjoangan tersebut dalam a dan b sebenarnja amat sulit. Sebab perdjoangan itu belum mengenai pokoknja . Usaha-usaha diatas baru mungkin ditjapai dengan sebaik-baiknja, kalau sumber-sumber ekonomi dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan rakjat kita.

    Hanja dengan itu, Pemerintah jang mewakili rakjat dapat mengeksploitasi semua kekajaan sumber alam untuk kesedjahteraan dan kebahagiaan rakjat seluruhnja.

  3. Kedudukan wanita sebagai pendidik masjarakat, terutama bagi pemuda-pemudanja, mempunjai peranan jang besar terhadap madju-mundurnja generasi-generasi. Oleh karena itu pergerakan wanita erat sekali hubungannja dengan pergerakan pemuda. Demikian pergerakan wanita ikut bertanggung djawab dalam lapangan pendidikan pemuda agar mendjadi anggauta masjarakat jang berguna.

Demikian pokok-pokok tugas jang kita hadapi bersama. Pergerakan wanita di Indonesia mempunjai bermatjam-matjam bentuk dan tjorak. Ada jang bertjorak partai, ada jang berbentuk organisasi sosial dan/atau pendidikan. Tapi meskipun demikian ada persoalan jang sama, jaitu bahwa mereka semua hendak memperdjuangkan perbaikan hidup, chususnja bagi kaum wanita sendiri dan bagi seluruh rakjat pada umumnja.

Adalah sangat menggembirakan djika peringatan seperempat abad ini dapat mendjadi pangkal langkah untuk memperkokoh persatuan diantara para wanita sendiri, dan antara golongan wanita dengan golongan rakjat lainnja.

Tiap usaha untuk memperdjuangkan hak-hak demokrasi dan hak-hak asasi (termasuk hak-hak wanitanja) pasti akan mendapat dukungan dari pemuda dan organisasi pemuda.

Achirnja kami berharap, hendaknja pergerakan Wanita Indonesia akan selalu mendapat kemadjuan-kemadjuan dalam usaha dan perdjuangannja.

Hidup persatuan dan Pergerakan Wanita Indonesia.

Dewan Pertimbangan Urusan Pemuda.
Ketua,
Djakarta, 30 Nopember 1953.


———

3. SAMBUTAN ORGANISASI-ORGANISASI WANITA.

  1. Aisjiah.
  2. Bhayangkari.
  3. Gerwis.
  4. G.P.I.I. Puteri.
  5. Ikatan Bidan Indonesia.
  6. Muslimaat Masjumi.
  7. Parkiwa.
  8. Pergerakan Wanita P.S.I.I.
  9. Partai Wanita Rakjat.
  10. Pemuda Putri Indonesia (P.P.I.).
  11. Putri Narpowandowo.
  12. Persit.
  13. P.W.K.I.
  14. P.I.K.A.T.
  15. Perwari.
  16. Putri Budi Sedjati ( P.B.S.).
  17. Wanita Demokrat Indonesia.
  18. Wanita Katolik.
  19. Wanita Taman Siswa.

SAMBUTAN PUSAT PIMPINAN AISJIAH INDONESIA

kepada

PERINGATAN SEPEREMPAT ABAD KONGRES WANITA INDONESIA.

Assalamu'alaikum w.w.

Sjukur alhamdulillah kami utjapkan kehadlirat Tuhan jang maha belas kasihan, maha Adil dan Maha Bidjaksana jang telah memberi perlindungan kepada persatuan Wanita seluruh Indonesia selama dua puluh lima tahun, karena berdasarkan kesutjian dan keichlasan hati sehingga dapat melaksanakan usaha-usaha jang sangat berfaedah bagi wanita Indonesia chususnja dan rakjat Indonesia umumnja. Semoga kesatuan kita dapat terpelihara sebaik-baiknja . Sungguh sangat bidjaksana Kongres Wanita mentjantumkan didalam anggaran dasarnja : Tidak akan menjinggung kedaulatan satusatunja organisasi jang tergabung didalamnja. Selama kita bekerdja nampaklah bahwa semua organisasi memang menghendaki persatuan jang sebulat-bulatnja untuk membawa seluruh wanita Indonesia kepada hidup bahagia. Dan dapat menegakkan rumah tangga dengan menginsjafi hak dan kewadjibannja sebagai isteri, sebagai ibu dan sebagai perseorangan. Sungguh sangat terpudji usaha-usaha jang akan merobah nasib wanita Indonesia dari kepasipan kepada keaktipan dari kebekuan kepada kedinamisan. Seluruh rakjat Indonesia akan dapat mengenjam buah usaha kita bersama. Umum dapat menjaksikan usaha-usaha untuk membangun bangsa dimulai dengan memberantas buta huruf jang sehebat-hebatnja. Memperdanbaiki perekonomian, memberi tuntunan peladjaran didalam melaksanakan pendidikan dan keberesan rumah tangga, menanam kesadaran bernegara dan berpemerintahan, menghidupkan djiwa kemasjarakatan. Alangkah baiknja kalau disamping semua usaha-usaha itu diadakan pendidikan kerochanian atau budi pekerti, karena semua amalan dan pekerdjaan kandas ditengah djalan kalau tidak didasarkan kepada keseluruhan budi perangai. Baikpun tentang perkawinan, perdagangan maupun didalam pergaulan kalau tidak didasarkan kepada keichlasan dan kesutjian hati boleh dipastikan akan retak sampai mengalami kehantjurannja; jang demikian ini sudah kita insjafi bersama-sama.

Kami berseru kepada segenap pimpinan-pimpinan organisasi wanita, supaja terus mendjaga persatuan kita, sehingga kita dapat berbimbingan tangan, bantu membantu dan tolong menolong melaksanakan tjita-tjita kita bersama mentjapai keluhuran dan kemuljaan tanah air dan bangsa.

Semoga peringatan seperempat abad Kongres Wanita Indonesia ini akan menambah kegiatan bekerdja bagi seluruh wanita Indonesia sehingga menambah pesatnja kemadjuan kita didalam segala lapangan.

Jogjakarta, 11 Nopember 1953.

Wassalam.

Pusat Pimpinan 'Aisjijah.

Ketua,

Penulis

ttd,

ttd,

SITI BADILAH ZUBER

OEMI-DJAROH.


SAMBUTAN P.B. PERSATUAN ISTERI POLISI „BHAYANGKARI".

Djakarta, tgl. 9 Nopember 1953.
Merdeka,

Sebagai wakil dari sebuah organisasi wanita jang mempunjai tjabang-tjabang terbesar diseluruh Indonesia , jakni „Persatuan Isteri Polisi „Bhayangkari", kami menjatakan sangat gembira serta mengutjapkan banjak terima kasih telah diberi kesempatan untuk turut memberi sumbangan dalam peringatan 14 abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.

Sebagai perkenalan maka terlebih dahulu akan kami uraikan sedikit tentang organisasi kami ini. „Bhayangkari" adalah sebuah organisasi wanita jang didirikan dikalangan keluarga Kepolisian Negara pada tanggal 17 Agustus 1949 di Jogjakarta. Semula „Bhayangkari" hanja bergerak didalam kota Jogjakarta sadja, akan tetapi sekarang sesudah 4 tahun lamanja, maka „Bhayangkari" kini telah mempunjai lebih kurang 120 tjabang dengan lebih kurang 40.000 anggauta diseluruh Indonesia.

Program pekerdjaan jang terpenting ialah melaksanakan pekerdjaan sosial jang terutama didjalankan dikalangan Kepolisian Negara misalnja:

  1. memberi bantuan moreel dan materieel kepada anggauta-anggauta Kepolisian Negara serta keluarganja, dimasa mereka mendapat kesusahan, misalnja karena akibat serangan-serangan gerombolan, bentjana alam dan sebagainja;
  1. membantu djanda-djanda dan anak jatim piatunja didalam mengusahakan keluarnja pensiun atau tundjangan dan dimana perlu memberi sekedar hiburan.

Disamping itu „Bhayangkari" pun turut membantu melaksanakan program pekerdjaan organisasi-organisasi wanita lainnja, jang mempunjai tudjuan meninggikan deradjat wanita, chusus dikalangan anggauta-anggautanja sendiri, seperti mengadakan kursus-kursus pemberantasan buta tangan, keradjinan potong-memotong, huruf, kesehatan, bahasa Indonesia, Agama dan lain-lain. Pendidikan kanak-kanak pun tidak dilupakan; dipelbagai tempat „Bhayangkari" telah berhasil mendirikan Taman Kanak-kanak.

Setelah „Bhayangkari" diterima mendjadi anggauta Kongres Wanita Indonesia pada tanggal 1 Nopember 1952, maka perhatian organisasi tidak lagi hanja ditudjukan kedalam. Pada masa sekarang „Bhayangkari" sebagai organisasi wanita jang tidak mau ketinggalan dari organisasi-organisasi wanita lainnja dalam perdjoangan telah turut serta memperhatikan masalah-masalah jang pada dewasa ini mendjadi persoalan-persoalan hangat bagi kaum wanita Indonesia umumnja. Misalnja sadja kedu dukan wanita Indonesia didalam perkawinan jang oleh sebagian besar dari kaum wanita kita masih dirasakan sebagai belum memuaskan.

Selain dari pada itu, tentu masih banjak lagi hal hal jang harus diperdjoangkan untuk mentjapai kedudukan jang sebaik-baiknja bagi kaum wanita Indonesia. Hal ini nistjaja akan tertjapai dengan terpeliharanja persatuan dan kebulatan tekad di dalam menghadapi masalah-masalah jang mengenai kepentingan kaum wanita bersama.

Demikian sekedar kata sambutan kami jang kami achiri dengan harapan semoga perdjoangan wanita selama 14 abad ini dapatlah diteruskan dengan semangat jang berkobar-kobar, demi kepentingan nusa dan bangsa umumnja, kaum wanita chususnja.

Wassalam,
A.n. PENGURUS BESAR
PERSATUAN ISTERI POLISI „BHAYANGKARI":
Ketua II,
ttd.,
Nj . SOEDARTO.

Sambutan P.B. GERWIS:

Terhadap buku peringatan:

SEPEREMPAT ABAD KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA.

Dengan terbitnja buku ini, sekalipun belum dapat lengkap sebagai mana mestinja, akan tetapi tjukup lah sudah, untuk didjadikan titik permulaan bagi wanita-wanita Indonesia, guna membuka sedjarah lama, sedjarah perdjoangan wanita dalam menuntut tjita-tjita kesedjahteraan dan kebahagiaan wanita.

Sedjarah berulang kembali, dan kenang-kenangan lama, kerap kali dapat mendjadi sumber inspirasi baru, guna memulai usaha-usaha baru jang lebih hebat, jang lebih mendatangkan hasil-hasil perdjoangan, dari pada waktu sebelumnja. Sering kita bertanja, djika Kartini, pada waktunja dan dengan rintangan-rintangan adat jang demikian tebalnja sudah dapat mewudjudkan sebahagian dari pada tjita-tjitanja, apalagi kami, wanita jang hidup sekarang, didjaman merdeka ini ! Djika kita sekarang, tak dapat mentjapai hasil-hasil sebagai waktunja Kartini, sebagai waktunja njonja Mugarumah, sebagai waktunja njonja Santoso dan sebagainja, maka dapatlah dikatakan, bahwa wanita sekarang mundur seribu langkah ! Djika dulu, pada tahun 1928, organisasi-organisasi wanita telah dapat bersatu dalam gabungan federasi dan telah dapat mewudjudkan hasil-hasil kerdja samanja, maka apakah jang telah dihasilkan oleh organisasi-organisasi wanita didjaman ini?

Karena membuka sedjarah lama, karena mengingat djasa-djasa pedjoang wanita jang lebih dahulu dari kita, maka bangkitlah semangat wanita-wanita pedjoang sekarang, untuk melandjutkan dan menjempurnakan mereka jang sudah-sudah. Segala pengalaman jang lalu, baik jang pahit, maupun jang manis, akan dapat mendjadi ramuan bahan peladjaran bagi kita, diwaktu ini.

Gerwis, sebagai organisasi wanita jang masih muda umurnja (berdiri tanggal 4 Djuli 1950 di Semarang) , dapat menghargai dan memetik nilai buku peringatan ini . Gerwis akan dapat bertjermin kepada langkah-langkah pedjoang-pedjoang wanita jang lama, untuk diambil sebagai tjontoh-tjontoh dimana perlu, sesuai dengan keadaan dan keharusan djaman sekarang. Djuga, Gerwis pertjaja, bahwa organisasi-organisasi wanita lainnja, dan wanita pada umumnja, akan menghargai buku ini sebagai warisan sedjarah dari saudara tua kita.

„Tak ada gading jang tak retak" demikianlah bunji peribahasa. Tak ada barang sesuatu jang tak bertjatjat. Demikian djuga tak ada manusia jang tak pernah tjatjat (salah ) dan tak ada satu organisasipun jang sama sekali tak ada kekurangannja.

Oleh karena itu, besar atau ketjil, dulu atau sekarang, dalam organisasi gabungan, dalam persatuan, dalam kerdja sama, dapatlah atau sama lain beladjar, melihat mana-mana jang kurang baik, dan mana-mana jang baik untuk ditjontoh dan diteruskan. Melihat kepada diri sendiri dan melihat kepada orang lain, itu satu-satunja tjara beladjar untuk menjempurnakan diri dan organisasi.

Oleh karena itu , P.B. Gerwis menjatakan terima kasihnja kepada Saudara-saudara jang duduk dalam panitya seperempat abad kesatuan pergerakan wanita Indonesia ini, jang telah bersusah pajah, membanting tulang, menjumbangkan pikiran dan harta benda, guna terselenggaranja hari peringatan jang bersedjarah, dan guna terbitnja buku peringatan ini.

Djakarta, 1 Nopember 1953
A.n. P.B. Gerwis,

Ketua

Sekretaris Umum II,

ttd.

ttd.

SUWARTI

SARTINI

SAMBUTAN P.P. GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESI PUTERI.

Dalam buku peringatan Kongres Perempuan Indonesia jang ke-III tahun 1938 disebutkan dalam kata pendahuluannja: „Buku peringatan ini diterbitkan bukan untuk anggota-anggota tapi djuga untuk seluruh bangsa kita gunanja supaja bangsa kita dapat mengetahui bagaimana pesatnja kemadjuan perempuan bangsa kita ini dalam pergerakan".

Demikianlah menggemanja hasrat wanita kita pada 15 tahun jang lampau, sewaktu masih dibawah tekanan kolonial. Maka didalam penerbitan buku kenang-kenangan seperempat abad Pergerakan Wanita jang kita hadapi sekarang ini, tentu hasrat itu semakin meluap dan menggelora.

Terbitnja buku peringatan ini akan merupakan satu sumbangan untuk perdjoangan Wanita Indonesia dalam seperempat abad jang tidak pula kurang artinja untuk membina dan mendirikan sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia seluruhnja.

Didalam buku peringatan seperempat abad ini dimuat sedjarah pendek dari gerakan wanita seluruh Indonesia jang mendjadi anggota, mulai dari Gerakan-gerakan jang sifatnja Agama, nasional dan lain-lain.

Memang sudah sepatutnja kita harus memperingati dengan mendjadikan satu buku sedjarah atas terwudjudnja tjiptaan dalam satu masjarakat Wanita Indonesia jang telah dapat melaksanakan kesanggupan-kesanggupannja untuk memberikan baktinja kepada Ibu Pertiwi. Kesanggupan-kesanggupan itu haruslah kita djadikan sedjarah karena dialah jang mendjadi latar belakang untuk meng hasilkan kebangunan bangsa Indonesia.

Kesatuan Nasional bagi Gerakan Wanita Indonesia, buat sementara telah dapat dilukiskan dalam buku ini. Dapatlah buku ini didjadikan peringatan jang akan menambah gilang-gemilangnja sedjarah kebangunan bangsa Indonesia jang telah merdeka. Hal ini sangat dirasakan perlu sekali, sehingga masjarakat dapat memahami, bahwa Kongres Wanita Indonesia sungguh-sungguh djadi pelopor untuk mempertahankan kesatuan nasional Wanita Indonesia, bersatu padu dalam ikatan djiwa dan organisasi setjara federatief untuk kepentingan Negara dan kemadjuan Wanita umumnja.

Kemadjuan Wanita Indonesia akan lebih dapat terlaksana dengan pesatnja, djika usaha dari seluruh golongan masjarakat wanita dapat dirangkaikan dengan kerdja-sama, dan dengan menghormati dasar-dasar pendirian masing-masing organisasi.

Hal ini harus mendjadi pegangan didalam me melihara persatuan jang telah terdjalin itu, dan harus mendjadi pokok perhatian bersama, ialah kebidjaksanaan secretariaat sangat diharapkan.

Karena itu P.P. G.P.I.I. Puteri sangat menghargai sekali usaha Kongres Wanita Indonesia jang telah dapat mengeluarkan buku peringatan ini dan mudah-mudahan akan mendjadikan suatu pandangan jang hidup dan dapat menambah keinsjafan Wanita Indonesia untuk mempertjepat kemadjuannja dibelakang hari.

Kami pertjaja bahwa isi buku ini benar-benar dapat menambah baiknja djalan sedjarah Gerakan Wanita dan dapat didjadikan pedoman untuk seterusnja.

Pada achirnja P.P. G.P.I.I. Puteri menjerukan bahwa didalam usaha pembangunan Wanita Indonesia, terutama angkatan mudanja akan tetap berpegang teguh kepada tata susila dan sifat kewanitaannja jang luhur dengan didukung oleh kebatinan jang murni dan pekerti jang sedjati. Sekianlah kata sambutan jang diminta oleh Panitya seperempat abad kepada P.P. G.P.I.I. Puteri tentang terbitnja buku peringatan seperempat abad ini.

Wassalam

P.P. G.P.I.I. Puteri

Penerangan,

ttd.

DJAMARI AMIN.

SAMBUTAN 25 TAHUN GERAKAN ORGANISASI WANITA INDONESIA.

Oleh:

Nj. F. M. MOE’IN, Ketua Ikatan Bidan Indonesia.

Tanggal 22 Desember ini kita memperingati seperempat abad Kesatuan Gerakan Wanita Indonesia. Hari inilah hari jang bersedjarah bagi semua organisasi wanita. 25 tahun jang lalu jaitu tanggal 22 Desember 1928, wanita kita mulai mengadjukan langkahnja kearah kemadjuan wanita. Pada tanggal itulah wanita Indonesia mengadakan Kongresnja jang pertama di Jogjakarta. Mereka mulai mengatur langkah-langkahnja merentjanakan sesuatu untuk memperbaiki kedudukan wanita. Mereka telah menginsjafi bahwa tidak masanja lagi wanita hanja tinggal diam dirumah sadja, mendjadi ratu rumah tangganja, tidak diizinkan serta dalam memperbintjangkan soal-soal politik dan masjarakat. Wanita Indonesia mulai insjaf bahwa wanita harus djuga bertanggung djawab terhadap nusa dan bangsanja, dan telah timbul keinginan mereka untuk ikut memperdjuangkan kemerdekaan tanah airnja bersama-sama dengan kaum prijanja, dengan tidak akan melupakan sifat-sifat kewanitaannja.

Sekalipun ketika itu wanita Indonesia telah berdjuang dengan hebatnja, dalam perdjuangan revolusi kemanusiaan, akan tetapi hasil-hasil jang diperdapatnja sangat ketjil sekali djika dibandingkan dengan hasil-perdjuangan wanita-wanita di negara-negara Barat. Tekanan dari pendjadjahan Belanda ditambah pula dengan adanja adat isti'adat jang mengungkung, sangat menghalang-halangi perdjuangan wanita pada masa itu, sehingga hasil-hasil jang diperdapat ketjil sekali. Akan tetapi sungguh pun demikian mereka adalah seakan-akan penjedar atau perintis djalan bagi wanita dimasa sekarang.

Sekarang kita telah dapat merajakan hari ulang tahun jang ke 25 dari pergerakan wanita itu, dalam alam jang merdeka. Wanita Indonesia seka rang bergerak dengan bebas dan merdeka, tentulah hasil-hasil jang diperdapatnja akan lebih basar dari jang sudah-sudah.

135

Wanita sekarang tidak lagi hanja sebagai boneka dalam rumah tangganja, akan tetapi mereka telah memikirkan kewadjiban-kewadjibannja. Sebagai seorang isteri, mereka telah mengetahui akan tanggung djawab terhadap keselamatan dan kesedjahteraan suaminja, mereka tak akan membiarkan suaminja mendjalankan pekerdjaan jang salah. Semua buruk baik pekerdjaan suaminja selalu diawasinja.


Pun djuga sebagai ibu mereka memikirkan keselamatan anaknja, bagaimana mendjaga agar anaknja tetap tinggal sehat, dan bagaimana ia harus mendidik anak-anaknja agar mereka nanti mendjadi warga negara jang dapat dibanggakan oleh negaranja. Wanita Indonesia telah dapat mentjapai hak-hak persamaan, telah ada jang duduk dalam parlemen untuk memperdjuangkan hak-hak wanita, ada jang sudah pernah duduk sebagai menteri, sebagai kuasa usaha, pun djuga dalam delegasi Indonesia pada perserikatan bangsa-bangsa, wanita Indonesia tak ketinggalan pula. Mereka telah sama-sama menundjukkan ketjakapannja, jang kenjataan memang tak kalah dari laki-laki. Sekaliannja ini adalah hasil jang gilang-gemilang jang diperoleh sedjak seperempat abad jang lalu.


Sekalipun demikian besarnja hasil-hasil jang diperoleh dalam perdjuangan kita, akan tetapi kami merasa belum puas. Jang mendjadi perhatian Ikatan Bidan Indonesia sekarang ialah soal kesehatan wanita. Sampai sekarang masih terdapat 1.2% dari wanita jang melahirkan meninggal. Bukankah ini soal jang amat menjedihkan sekali? Sedangkan dinegara-negara jang telah lebih madju dan kesehatan rakjat telah terdjaga dengan sempurna hal ini tak terdapat lagi. Tidaklah kita dapat mengambil tjontoh kepada mereka? Rumah-rumah bersalin dinegeri kita ini masih djauh dari mentjukupi, dan tenaga bidan sangat kurang sekali. Kebanjakan Ibu-ibu kita masih segan memasukkan anaknja kesekolah bidan, karena mereka menganggap bahwa pekerdjaan bidan itu adalah pekerdjaan jang berbahaja dan tak pula mendapat penghargaan masjarakat.


Hal ini dapat kita mengerti, apa sebabnja mereka berpendapat demikian, sebagai perempuan marilah disini saja kemukakan keluh kesah dari bidan-bidan dari berbagai daerah. Bidan itu adalah seorang jang mempunjai tanggung djawab jang besar terhadap kewadjibannja. Bagitulah dengan tak memikirkan soal-soal jang akan berbahaja buat dirinja. Ia selalu bersedia pergi, djika diminta pertolongannja, sekalipun ditengah malam jang sunji, ataupun sedang hudjan jang lebat, bagi mereka jang penting ialah patientnja, seorang wanita membutuhkan pertolongannja. Mereka amat senang djika orang jang ditolongnja itu telah dapat selamat dari keadaan sakit jang berbahaja itu. Sekarang bidan itu harus pulang pekerdjaannja telah selesai, keluarga sisakit jang tengah diliputi kegembiraan itu tak memikirkan jang menolongnja lagi, mereka membiarkan sadja bidan itu pulang sendiri, atau berdua dengan tukang betja. Tidaklah mereka mempunjai penghargaan terhadap sesama bangsanja, sehingga sampai hati membiarkan seorang


wanita jang kadang-kadang masih gadis remadja pula berdjalan dengan sendiri sadja ditengah malam jang sunji itu.


Djika kita pikirkan soal ini kita dapat mengerti, mengapa ibu-ibu kita masih ragu-ragu memasukkan anaknja kesekolah bidan.


Selama keadaan ini, jaitu selama penghargaan masjarakat terhadap wanita belum kita perbaiki, amat susah untuk mengurangi angka-angka kematian wanita jang melahirkan itu. Kearah perbaikan inilah sekarang Ikatan Bidan Indonesia mengarahkan tudjuannja, memperbaiki kesehatan wanita chususnja dan rakjat umumnja, serta berusaha mempertinggi kedudukan wanita dalam masjarakat. Dalam soal ini I.B.I. sangat mengharapkan kerdja sama jang erat dari organisasi-organisasi wanita lainnja, dan selandjutnja menjerukan agar mereka sama-sama menghadapkan perhatiannja terhadap soal ini. Karena soal ini adalah soal wanita.

Mudah-mudahan tertjapailah tudjuan kita.


SAMBUTAN P.B. MUSLIMAT.

,,Bersatu kita teguh,
Bertjerai kita runtuh”.

Assalamu'alaikum w.w.

Untuk menjambut hari peringatan ,,Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia", maka Pengurus Besar Muslimat, menundjukkan pandangannja terutama waktu seperempat abad jang telah lalu.


Berkat rasa kesatuan jang timbul, karena kepentingan bersama, untuk menghadapi pendjadjah, maka hasil perdjuangan selama zaman pendjadjah tadi, bagi pergerakan wanita boleh dikatakan memuaskan.


Muslimat jang lahir pada saat kemerdekaan, sebagai tempat saluran pada kebaktian dan perdjoangan wanita Islam, jang pada saat pendjadjahan telah turut serta dalam perdjoangan bangsa dan bergerak disegala lapangan, dapat menghargakan hasil pekerjaan organisasi-organisasi wanita, jang waktu itu mendjadi pelopor untuk berusaha memperlindungi deradjat bangsa dan kedudukan wanita didalam masjarakat, baik di Djawa, maupun dibagian dari Indonesia lainnja.


Melihat nama perkumpulan jang mengambil inisiatif untuk mengadakan kongres Perempuan Indonesia jang pertama pada tahun 1928 di Djokjakarta, diantaranja: Wanita Utomo, Wanita Taman Siswa, Aisjiah, Wanita Katholik, Jong Islamieten Bond Dames Afdeling dan lain-lain nampak benar, bahasa perbedaan ideologie, tidak membawa persoalan tetapi jang mendjadi dasar usaha selandjutnja, ialah: memperdalam rasa kebangsaan Indonesia, memperkekal tali persaudaraan untuk mentjapai kepentingan bersama. Setelah kami sekedar mempeladjari perdjalanan Kongres Perempuan Indonesia jang ke-I sampai jang ke-IV dan Perikatan Perkumpulan Perempuan (Isteri) Indonesia, jang selandjutnja disebut P.P.I.I., maka nampak pada kami, bahasa dengan pergantian masa, usaha-usaha kelihatan selalu mendapat kemadjuan.  Berkat kebidjaksanaan pengurus dari pada Kongres Perempuan Indonesia jang ke-I, jang di pimpin oleh ibu Sukonto, maka kongres dapat menarik perhatian seluruh lapisan bangsa Indonesia dan dibuktikan dengan bantuan dan utjapan simpati jang diterima oleh K.P.I. itu.
 Penghargaan kami itu, kami tudjukan, terutama atas hasil „Pembukaan Pintu Gerbang", dimana wanita Indonesia mendapat saluran dan tempat perdjoangan seterusnja, ialah dengan berdirinja:

  1. Badan Permufakatan Perikatan Perkumpulan Perempuan (Isteri) Indonesia, jang selandjutnja disebut P.P.I.I. dengan dasar kebangsaan.
  2. Kesadaran jang diperoleh ialah atas usaha perbaikan hidup wanita dalam keluarga sebagai Ibu dan Isteri dengan mosinja tentang minta perbaikan dalam perkawinan, serta usaha mengurangi perkawinan kanak-kanak.
  3. Sebagai anggota masjarakat jang harus di hargai sama antara lelaki dan perempuan dengan mosinja tentang permintaan memperbanjak sekolah-sekolah wanita didaerah.
  4. Kesadaran, bahwa wanita harus djuga mempertinggi pengetahuannja, usaha dengan supaja adanja studiefonds bagi anak wanita.

 Dalam usaha ini kami minta perhatian untuk memperingati djasa Saudara Mugarumah, jang telah memberikan testamen, untuk pada wafatnja menjerahkan perhiasan dirinja sebagai bekal dari berdirinja „Sri Darma".

 Semoga amal Sdr. tersebut dapat diterima oleh Tuhan Jang Maha Esa dan dapat gandjaran sepadan dengan djasanja tersebut.
 Pada setiap saat usaha-usaha nampak bertambah. Oleh P.P.I.I. selandjutnja diusahakan tentang pembelaan nasib Buruh Wanita dan pemberantasan perdagangan perempuan dan anak.
 Djika kita melihat pada pembitjaraan-pembitjaraan di Kongres selandjutnja maka usaha pergerakan wanita selalu meluas.
 Pada K.P.I. jang ke-II pada tahun 1934, maka orang mulai merasa pentingnja perbaikan hidup wanita dalam kekeluargaan dengan djalan U.U. perkawinan.
 Pemberantasan buta huruf mulai mendjadi usaha besar-besaran dan mempergunakan „Sri Darma" sebagai dasar perongkosannja. Pendek kata setiap tahun terdapat tanda bukti kemadjuannja.
 Pada K.P.I. jang ke III pada tahun 1938 soal wanita dalam politik, mulai mendjadi bahan perbintjangan. Gerakan peringatan „Hari Ibu" jang diusulkan oleh Isteri Indonesia, diterima baik oleh Kongres, jang hingga sekarang bisa diambil manfaatnja, sesuai dengan panggilan masa dan keadaan djaman.
 Atas kegiatan usaha wanita pada umumnja, maka setelah Pemerintah Belanda pada tahun 1938, mengeluarkan U.U. dimana wanita diberi hak untuk „dipilih” bagi Dewan Perwakilan Rakjat Kota, maka didalam pemilihan umum bagi Dewan tersebut pada tahun itu , di Bandung, di Semarang dan Surabaja, wanita dapat merebut korsi.
 Kemudian pada achir saat pendjadjahan Belanda pada tahun 1941 K.P.I. jang ke-IV sifatnja sudah politik. Keputusan-keputusan diantaranja:

  1. Mendesak kepada Pemerintah supaja segera mengeluarkan U.U., dimana wanita dapat hak „dipilih” dan „memilih”.
  2. Bahasa Indonesia, supaja mendjadi mata peladjaran disekolah-sekolah menengah.
  3. Setudju adanja Indonesia berparlemen.

 Achirnja pada saat sidang Dewan Perwakilan Rakjat Pusat (Volksraad) memperbintjangkan U.U. hak „dipilih" dan „Memilih" bagi wanita, maka K.P.I. ke-IV mendesakkan, supaja sidang Volksraad menerimanja. Dengan kemadjuan jang tertjapai kemudian dengan adanja persamaan hak antara lelaki dan perempuan, pendjadjahan Belanda berachir.
 Pendjadjahan Djepang mulai. Pemerintah itu memaksa, agar semua tenaga dipergunakan, baik muda maupun tua, lelaki dan perempuan.
 Atas pengaruh tersebut maka usaha gerakan perdjoangan wanita dapat menghasilkan berkembangnja hidup berorganisasi diplosok-plosok dan disegala sudut.
 Rasa harga menghargai dari lapisan masjarakat timbul dan dipaksa oleh keadaan.
 Demikianlah segala usaha jang tertulis diatas, selandjutnja mendjadi dasar dari pergerakan wanita pada zaman kemerdekaan.
 Achirulkalam Pengurus Besar Muslimat memohon kepada Tuhan Jang Maha Esa, mudah-mudahan, Tuhan memberi djalan persatuan jang abadi kepada wanita Indonesia dan selalu mengembangkan rasa harga menghargai antara satu sama lain.

Wass. 'Alaikum W.W.
a/n. P.B. Muslimat!

Ketua:

Penulis Umum:

ttd.

ttd.

Nj. Sunarjo Mangunpuspito.

S. Fatimah Usulu.

Sambutan P.B. Parkiwa

KEKUATAN PERSATUAN.

 25 tahun lamanja Pergerakan Wanita Indonesia bersatu untuk mentjapai kedudukan jang lajak untuk Wanita, sesuai dengan sifat dan chodratnja didalam masjarakat.
 25 tahun jang lalu para pelopor Wanita insjaf akan arti gunanja mempersatukan tekad dan mempersatukan tenaga seluruh wanita Indonesia di dalam bergerak menudju ke kemerdekaan dan kebahagiaan Negara.
 Mereka menghendaki persatuan actie, persatuan tjara bekerdja persatuan tenaga wanita, oleh karena mereka insjaf akan kekuatan jang hebat dari per satuan jang kekal itu.
 Riwajat telah menjatakan bahwa kemerdekaan bangsa kita hanja dapat tertjapai dengan persatuan seluruh bangsa.
 Kemerdekaan kita tertjapainja dengan persatuan! Setekad, seniat, dan setudjuan! Inilah jang membawa kita ke kemerdekaan. Apa sebabnja Diponegoro sampai djatuh ketangan musuh? Oleh karena kesatuan kita dapat dipatahkan oleh musuh, dapat diadu-dombakan kita dengan kita.

Maka pahlawan kita kalah.

Apa sebabnja Negara Indonesia sampai djatuh ditangan pendjadjah?

Oleh karena „Divide et impera" systeem dari Belanda. Sekarang kita memperingatkan 14 Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.

Oleh seluruh kaum wanita Indonesia telah terasa, bahwa setingkat demi setingkat, kesatuan ini membawa kita ke kemadjuan wanita Indonesia didalam segala hal dan dengan madjunja Kaum Wanita, kemadjuan bangsa terbawa pula.

Tjontoh-tjontoh kemadjuan ini telah diuraikan pada lain karangan jang mengenai riwajat Pergerakan Wanita Indonesia.

Persatuan jang memperkuat tenaga kita bangsa Indonesia sekarang sedang diganggu oleh rupa rupa aliran jang ada dikalangan masjarakat kita.

Satu sama lain sedang tengkar-bertengkar

Satu golongan merasa lebih berdjasa dari lain golongan.

Satu aliran menuduh aliran lain sebagai pengchianat Negara.

Kita sekalian lupa pada pangkal permulaan waktu kita bersatu padu setekad dan setudjuan menudju ke kemerdekaan seluruh bangsa!

Waktu kita bekerdja, menderita, berdjuang bersama-sama untuk kemerdekaan bangsa!

Suasana menuntut penghargaan djasa meliputi Negara kita. Sifat inilah jang dapat mendjadi pengchianat persatuan kita. Sifat inilah jang dapat mendjadi benih perpetjahan dan memudahkan kenanja oleh budjukan suatu aliran jang ingin memetjahkan kita.

Tak dapat kita seluruhnja beridiologi sama, berpendirian sama didalam tjara bekerdja.

Tapi satu hal jang dapat mempersatukan kita ialah:

Tjinta kita kepada Negara dan Bangsa.

Bertengkarlah di Parlemen, didalam dewan dewan dengan tertib, tetapi djauhkanlah segala pertengkaran jang merugikan Nusa dan Bangsa.

Djauhkan tjara bertengkar jang merugikan rakjat.

Kami dari Parkiwa pada peringatan ¼ Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ini, berseru kepada kaum wanita Indonesia:

  1. Hendaknja ditjantumkan dihati kita, seluruh Wanita Indonesia bahwa kita hidup, berdjuang dan bekerdja untuk kemuljaan dan kebahagiaan Nusa dan Bangsa.
  2. Inilah jang dapat mempersatukan tekad dan tenaga kita.
  3. Dari itu peliharalah persatuan bangsamu dengan dasar tadi.
  4. Peloporilah kaum bapak didalam persatuan.
  5. Tanamlah didalam sanubari anakmu bakti dan mengabdi kepada Negara dan

Dengan djalan ini Wanita Indonesia dapat mendjadi djembatan kearah persatuan seluruh Bangsa Indonesia, persatuan jang masih perlu sekali di dalam menjusun Negara kita jang masih muda ini.

Menjusun kekuatan economie nasional menghendaki rasa persatuan jang kekal seperti dengan djalan bercooperasi.

Pendek kata menjusun kekuatan nasional di dalam segala lapangan memerlukan rasa persatuan (solidariteitsgevoel) antara kita dengan kita jang hendaknja tak dapat diombang-ambingkan oleh negara manapun djuga atau aliran manapun djuga.

Hendaknja segala sentimen aliran, sentimen idiologi, sentimen kepartaian didjauhkan dari kita, agar persatuan dapat dipelihara.

Idiologi partai bukan untuk partai, akan tetapi harus ditudjukan ke kebahagiaan dan kemuljaan negara.

Bekerdja didalam suatu partai bukan untuk partai, akan tetapi hendaknja berdasarkan, kemuljaan dan kebahagiaan negara.

Kaum wanita dapat mempengaruhi hal-hal ini, asal kita tetap pada pendirian jang diserukan tersebut diatas, ialah :

Hidup, berdjuang, bekerdja untuk kemuljaan dan kebahagiaan Nusa dan Bangsa.

Sekian sambutan kami.

Pengurus Besar Partai Kebangsaan Wanita

(Parkiwa)

Nj . E. Poeradiredja  Ketua
Nj. Rolinah Wiriaatmadja  Penulis I

Sambutan Departemen Pergerakan Wanita

Partai Serikat Islam Indonesia

Djakarta, 20 Oktober 1953.
Dengan nama Allah maha Pengasih lagi Penjajang.
Segala pudji bagi Allah jang menguasai seluruh alam.
Selawat dan salam untuk djun djungan kita Nabi Muhamad s.a.w.

Assalamu'alaikum w.w.

Merdeka.

Terlebih dahulu kami pandjatkan sebanjak-banjaknja sjukur kehadlirat Allah jang Maha Esa, bahwasanja dengan kurniaNja dapatlah kiranja terbit sebuah buku nan berharga lagi permai ini.

Tak lupa pula kami utjapkan terima kasih kepada Saudara-saudara pengemudi bahtera Panitya Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, jang telah dengan djerih pajah berusaha dengan tjara bagaimana peringatan seperempat abad ini hendak dilaksanakan. Demi sebuah buku peringatan inilah jang akan membawa kita sekalian selalu ingat dan insjaf, bahwasanja Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia telah diridhoi Allah mentjapai usia seperempat abad atau 25 tahun. Tak perlu rasanja disini kami meriwajatkan tentang hidup serta perdjuangan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, jang mana sudah tentu hal ini telah diuraikan oleh Saudara-saudara lainnja jang memegang bahtera selama ini.


Kami hanja bersjukur dan merasa bangga, bahwa selama kami mendjadi anggota Kesatuan tersebut tampak oleh kami persatuan jang kokoh, sehingga dapat merupakan kerdja sama untuk mentjapaikan hak-hak wanita dalam hidup dan penghidupan jang sempurna sebagai ummat Allah.


Sesungguhnja didalamnja bertjorak bermatjam-matjam ideologie, namun satu competence jang mendjadi kewadjiban kita dan jang harus kita peroleh bersama adalah: „Persamaan hak sebagai manusia.


Maka oleh sebab itu, didalam kita memperdjuangkan tjita-tjita kita bersama itu, djanganlah hendaknja sebagai seorang opportunist sadja, mengikuti angin baik belaka, pun djangan pula hendaknja sampai dikatakan karakterloos, melain kan kita harus memakai dasar jang luas, tegas dan njata.


Semoga tjita-tjita sambutan kami sekedar untuk didjadikan kenang-kenangan mudah-mudahan dapat pula turut meriahkan buku peringatan seperempat abad ini.


Achirnja hanja kepada Allah kita mohon taufiq dan hidajah serta magrifahnja. Amin, amin, ja Rabbal'alamin.


Pimpinan Mdj . Dep.Perg. Wanita P.S.I.I.

Wassalam.

Ketua,

Nj . K. SUTEDJO).

Kata Sambutan Pimpinan Pusat Partai Wanita Rakjat.


25 tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia melangkahkan Kakinja dimuka bumi Indonesia untuk mendjalankan kewadjibannja jaitu mulai tanggal 22 Desember 1928 hingga tanggal 22 Desember 1953.


25 tahun itu bagi seluruh pergerakan wanita berarti suatu latihan jang penuh dangan pasang surutnja didalam menjesuaikan dirinja kepada perdjuangan Tanah-air dan Bangsa.


Memang, Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia tidak dapat dipisah-pisahkan dengan perdjuangan Tanah-air dan Bangsa kearah „Indonesia Merdeka“, karena timbulnja adalah pada waktu sumpah sumpah Pemuda mendorong perdjuangan Bangsa nja kearah kesatuan ke-Indonesiaan, jaitu:

Satu Tanah-air, Tanah-air Indonesia.
Satu Bangsa, Bangsa Indonesia.
Satu Bahasa, Bahasa Indonesia.


Tiga Sumpah Pemuda ini mengakibatkan diterimanja Lagu „Indonesia-Raya" dari W.R. Supratman sebagai Lagu kebangsaan dan sekarang mendjadi lagu Negara Republik Indonesia.


Tetapi sajang, seribu sajang, bahwa kenjataan jang pada waktu ini kita lihat didalam Negara dan Bangsa kita, adalah persis kebalikannja, bukannja kesatuan, malahan perpetjahan jang tidak dapat kita pertanggungdjawabkan lagi.


Rupa-rupanja sedjarah perpetjahan didalam negara kita jang selalu melemahkan kita mulai dahulu hingga sekarang belum djuga mau berhenti.


Bukankah ini menundjukkan kepada kita, bahwa Bangsa Indonesia harus bekerdja sekuat tenaga kearah „Zelfkoreksi dan Zelfdiciplin"? „Zelfko reksi dan Zelfdiciplin" itu akan menimbulkan pandangan, langkah dan gerak jang positief, luas dan tinggi kearah pembangunan djiwa dan masjarakat Indonesia.


Djustru dalam kenjataan-kenjataan Tanah-air jang sangat menjedihkan inilah, Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia mendjalankan perajaan peringatan seperempat abadnja diseluruh Indonesia.


Panggilan apakah jang dibawa oleh peringatan seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, jang dahulu timbulnja karena terbakar oleh „Tiga Sumpah Pemuda❞ jang bersedjarah itu? Tidak lain, ialah untuk memperingatkan seluruh masjarakat Indonesia, supaja dengan hati jang sedjudjur-djudjurnja dan selapang-lapangnja suka kembali lagi kepada „ Tiga Sumpah Pemuda❞ jang diutjapkan dalam Kongres Pemuda Indonesia tahun 1928 di Djakarta dahulu itu.


Demi kepentingan dan keagungan Kesatuan Republik „Indonesia Merdeka" dengan seluruh rakjatnja!!


Kita pertjaja dengan sepenuh-penuhnja, bahwa Tuhan Jang Esa selalu melindungi dan membimbing Negara dan Bangsa kita kearah kemuliaan dan Kedjajaannja.


Marilah kita ikuti bimbingan Tuhan Jang Maha Esa itu, tentu alam kebahagian akan terbuka dengan luasnja untuk kita Rakjat Indonesia sekalian!

Mudah-mudahan peringatan seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dapatlah mendjadi pendorongannja!!!

SRI MANGUNSARKORO.
Jogjakarta, 22 Desember 1953 .

Sambutan dari:

Pengurus Besar PEMUDA PUTRI INDONESIA.

Dalam memperingati dua puluh lima tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia pada tanggal 22 Desember 1953 maka dengan sendirinja kami menengok kebelakang kepada sedjarah pergerakan wanita jang telah dilakukan oleh para ibu-ibu selama dua puluh lima tahun itu.


Pada saat memperingati itu baiklah kita berhenti sebentar untuk mengenangkan arwah-arwah ibu-ibu jang telah mendahului kita dan telah berdjasa mendjadi pelopor-pelopor gerakan wanita. Djuga kepada ibu-ibu jang hingga kini masih menerus kan memegang peranan dalam berbagai pergerakan wanita kita utjapkan hormat dan terima kasih.

Didalam hal ini PEMUDA PUTRI INDONESIA selaku golongan pergerakan wanita jang masih muda tentu tiada dapat mengenangkan apa jang telah disumbangkan selama itu, hanja dari buku buku sedjarah pergerakan dan dari tjerita-tjerita jang kami peroleh dari para ibu-ibu dapat kami gambarkan betapa kegiatan-kegiatan ibu-ibu itu. Organisasi Pemuda Putri Indonesia dilahirkan dalam zaman revolusi tahun 1945 dan hingga sekarang belum ada sepuluh tahun usianja.


Sudah seharusnja jang mendjadi dasar untuk menjusun langkah-langkah baru ialah hasil-hasil jang telah tertjapai diwaktu-waktu jang lalu, karena itu baik sekali apabila generasi sekarang dan generasi jang akan datang mengetahui apa jang telah tertjapai dahulu. Dengan demikian ada continuiteit, tidak akan tersia-sia pengalaman-pengalaman dahulu dan tidak akan terbuang-buang waktu dan tenaga didalam memperdjuangkan sesuatu jang sebenarnja telah tertjapai sebelumnja, dan buku peringatan inilah salah satu alat untuk memelihara continuiteit jang dikehendaki.


Pergerakan wanita adalah sebagian dari pergerakan bangsa hal ini lebih-lebih ternjata dalam sedjarah jang terbaharu dari achir abad kesembilan belas dan abad kedua puluh akan tetapi meskipun demikian karena keadaan wanita pada waktu itu masih belum madju dan djauh terbelakang dari kaum prija, memaksa wanita mentjari djalannja sendiri dengan tjara sendiri dan timbullah pergerakan wanita jang seakan-akan menjendiri, akan tetapi pada hakekatnja mempunjai tudjuan jang satu : memadjukan nusa dan bangsa. Ketjuali dipaksa oleh keadaan maka kemudian ternjata bahwa dalam perdjuangan bersama, senantiasa ada soal -oal jang chusus mengenai dunia kewanitaan, sehingga sampai sekarang tetap berdiri gerakangerakan wanita jang bukan lagi berada, karena belum dapat bersama-sama dengan gerakan-gerakan lainnja, akan tetapi djustru ada karena dirasakan kebutuhan mempersoalkan masalah wanita chususnja.


Demikianlah dewasa ini kita bersatu dalam KONGRES WANITA INDONESIA, jang terdiri dari organisasi wanita-wanita jang mempunjai berbeda-beda faham dan kepertjajaan jang berlainan : ,,Se-iring bertukar djalan, Se-ia berbeda kata".


Inilah lukisan organisasi-organisasi wanita jang tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia, jang bersatu tudjuan, akan tetapi berlainan tjara, seia tetapi berlainan tjara formuleringnja. Kini hari tanggal 22 Desember 1953 oleh Kongres Wanita Indonesia didjadikan HARI IBU. Diluar negeri Hari Ibu itu dipergunakan untuk memuliakan ibu masing-masing, pada hari sematjam itu para ibu-ibu dibebaskan dari pekerdjaan kewadjiban-kewadjiban mereka oleh anggauta-anggauta keluarganja. Hal ini agak berlainan sifat HARI IBU ditanah air kita dimana hari itu adalah hari jang akan memberi semangat kepada wanita di dalam perdjuangannja. Djustru pada hari itu wanita-wanita giat bekerdja memperkenalkan kepada chalajak ramai apa jang telah mereka tjapai sebelumnja.

Kepada para pembatja buku peringatan ini, terutama kepada wanita-wanita pemuda putri buku inilah sumber untuk mengetahui apa jang telah dikerdjakan oleh para ibu-ibu kita dan apa jang mendjadi tjita-tjita mereka . Dengan demikian atas hasil-hasil itu sebagai dasar jang telah mereka letakkan Saudara-saudara dapat melandjutkan apa jang telah mereka mulai.

Djakarta, 25 Oktober 1953.
Pengurus Besar
PEMUDA PUTRI INDONESIA.


Sekedar sambutan dari Perkumpulan Putri Narpowandowo Surakarta oleh Nj . G. Joedonagoro..

Saudara-saudara Pembatja Jth.

Pada tanggal 22 bulan Desember, telah mendjadi tradisi kita Kaum Wanita memperingatinja. Apakah arti tanggal 22 Desember diperingatinja?

Tanggal 22 Desember 1953 kita Kaum Wanita memperingati dengan tjara besar-besaran, karena pada saat itulah Hari Ibu telah berusia SEPEREMPAT ABAD. Apakah arti Hari Ibu, Saudara-saudara tentu telah maklum. Namun begitu, perlulah kiranja kami uraikan dengan singkat, untuk sekedar meresapkannja .


Hari Ibu lahir pada tanggal 22 Desember 1928 sampai tanggal 22 Desember 1953 telah berusia 25 tahun (SEPEREMPAT ABAD).


Lahirnja hari Ibu berarti kesadaran Kaum Ibu ! Sedar ! Sedar akan hak-haknja sebagai manusia, pun sebagai warga Negara. Setelah sedar akan hak-haknja, maka menuntutlah mereka dengan djalan apa djuga dan bagaimanapun. Jang lazim pula kita katakan mereka lalu berdjuang.


Berdjuang dengan penuh penderitaan, dengan rela berkorban. Tanggal 22 Desember 1928, kita masih didalam belenggu pendjadjahan.


Kita menuntut hak, masih dengan tjara-tjara jang tepat pada waktu itu. Dalam pendjadjahan Djepang selama 31½ ( tiga setengah) tahun kita mentjari djalan lain, meskipun dengan Fujinkai, tetapi principe tudjuan kita tak akan kita lupakan. Karena tuntutan kita belum tertjapai. Pendek kata perdjuangan kita dengan djalan seribu satu matjam dengan berpedoman: ANUT DJAMAN KELAKONNE.


Perdjuangan kita Kaum Wanita/Ibu, untuk menuntut hak-haknja sebagai manusiapun pula untuk Bangsa dan Nusa . Maka sebetulnja beratlah per djuangan kita kaum wanita ini. Sekarang kita sudah didalam Negara Merdeka. Hak-hak kita telah sama dengan Kaum Prija, sama sama mendjadi Warga Negara, jang wadjib pula mengatur, mendjaga, mengusahakan, agar supaja negara kita baik, teratur, selamat sedjahtera dan makmur.


Kesadaran Kaum Wanita, jang lalu dapat dipersatukan dan dapat melahirkan Hari Ibu jang telah berusia SEPEREMPAT ABAD, diikuti djuga oleh Wanita-wanita Bangsawan jang berdiam didalam tembok Baluwarti Surakarta. Maka lahirlah Perkumpulan PUTRI NARPO WANDOWO di Surakarta pada tanggal 5 Juni 1931.

Jang sifat Perkumpulan itu berdasarkan sosial.

Pada saat itulah Wanita Bangsawan sedar, bahwa namun mereka hidup dialam tembok jang tebal dan tinggi, pun pula tjukup dengan hiasan-hiasan jang indah permai, dan Perhiasan-perhiasan jang gemerlapan untuk bersolek, toh mereka sedar, sedar sebagai manusia biasa, berhak pula menuntut hak-haknja, berhak pula mendjadi Warga Negara. Oleh sebab itu, wadjib pulalah mereka : mengatur, mendjaga, mengusahakan akan kebaikan kesedjahteraan, kemakmuran negaranja, Bangsanja, Negara Indonesia Bangsa Indonesia.


Maka tepat pada hari SEPEREMPAT ABAD hari Ibu ini, kami dari Perkumpulan PUTRI NARPO WANDOWO Surakarta : menjambut dengan Organisasi-organisasi Wanita lainnja tak mengingat Bangsawan maupun Djelata, tetapi sama-sama Warga Negara jang berwadjib tanggung djawab atas keselamatan dan kesedjahteraan Nusa dan Bangsanja, bersama-sama seluruh Warga Negara, terutama Kaum Wanita mempergunakan hak-hak kita jang telah kita tjapai dengan perdjuangan jang penuh penderitaan dan pengorbanan.

Sekian tjukuplah sambutan kami.

A/n Pengurus besar PUTRI NARPO WANDOWO
Surakarta.

Ketua,

Nj. G. Joedonagoro.
Sambutan Persatuan Isteri Tentara ( Persit).

SAMBUTAN SEPEREMPAT ABAD.

Seperempat abad bukan waktu jang singkat, bahkan didalam waktu seperempat abad itu, telah banjak sekali jang kita alami dan kita hadapi. Kami semua sebagai wanita perseorangan maupun sebagai anggota sesuatu organisasi ikut gembira-ria, dapat ikut-serta merajakan peringatan perdjuangan wa nita kita selama 25 tahun itu. Sebab meskipun dahulu kita belum tergabung dalam sesuatu organisasi seperti organisasi kita sekarang tetapi sedikit atau banjak kita semuanja telah berusaha untuk menjusun perdjuangan kita setjara organisasi. Jang sekarang muntjul sebagai pemimpin-pemimpin da lam berbagai badan wanita itu adalah dahulu pedjuang dan perintis djalan dalam organisasi-organisasi jang sederhana dan belum banjak anggauta anggautanja itu. Dari hasil pendidikan dan perdjuangan mereka itulah sekarang berkembanglah berbagai-bagai badan dan organisasi wanita.


Banjaknja organisasi wanita tidak mendjadi halangan dari perdjuangan kita, bahkan mengukuh. kannja. Sebab tiap-tiap organisasi jang berdiri mempunjai kepentingan-kepentingan chusus jang tersendiri sebagai golongan tetapi dalam menghadapi kepentingan umum organisasi -organisasi itu tidak ada jang bersifat konkurensi, bahkan bekerdja-sama dengan rasa persatuan dan persaudaraan jang kuat dan saling mengerti.


Kami dari Persit tidak ketinggalan pula menjatakan kegembiraan kami, dan meskipun umur organisasi kami belum setua badan-badan lain, tetapi kami telah ikut-serta merasakan bagaimana kerdjsama dengan saudara-saudara kami dari bermatjam-matjam organisasi.


Dan ini adalah jang penting sekali. kami isteri tentara menjusun organisasi bukanlah sekali -kali untuk menjendini dan tidak mau terdjun dalam masjarakat umum. Bahkan karena kami sebagai isteri tentara mempunjai kepentingan-kepentingan kami dan nasib kami jang lain dari pada isteri isteri pada umumnja. Tetapi mengenai hal-hal diluar kepentingan chusus itu kamipun tak segan-segan ikut-serta selangkah dengan organisasi wanita lainnja, bahkan kamipun mempersilakan anggauta-anggauta kami sebagai wanita dan sebagai warga negara jang bebas memasuki perkumpulan-perkumpulan jang mereka sukai atau sesuai dengan tjita-tjita mereka. Demikianlah maka banjak anggauta kami jang mendjadi anggauta perkumpulan-perkumpulan agama, Perwari, vakbon (mereka jang bekerdja) , kesenian, dan lain sebagainja. Bahkan kami jakin, bahwasanja sebelum kami mendjadi isteri tentara, kamipun tak ketinggalan dalam perdjuangan wanita sedjak masa pendjadjahan hing ga sekarang. Karena itu tak boleh tidak kami bergembira pula dapat beramai-ramai ikut merajakan peringatan ini.


Menurut pandangan kami, maka kita sekarang baru dalam pertengahan djalan dari pada tjita-tjita wanita jang dinjatakan oleh kaum pergerakan wanita seperempat abad jang lampau. Dalam hal politik dapat kita katakan telah tertjapai tjita-tjita kita, ialah kita wanita sekarang telah mendapat hak dan kedudukan jang sama dengan kaum laki-laki, dan ini bukan hanja dalam pertjakapan sadja, bahkan terbukti dalam susunan masjarakat kita.


Bukankah kaum wanita sekarang telah menduduki segala tempat didalam masjarakat, dan mengambil bagian-bagian jang tak kurang pentingnja dari kaum laki-laki, baik dalam susunan Pemerintahan maupun dalam lapangan sosial.

Tetapi masih harus kita akui bahwa tjita-tjita emansipasi kita belum seluruhnja tertjapai. Sebab masih sebahagian besar dari pada kaum kami masih djauh ketinggalan dari pada kemadjuan seperti jang telah kita tjapai sekarang ini. Dan sebahagian besar jang belum madju itu jang masih harus kita perhatikan betul-betul dan harus kita perd'juangkan selandjutnja dengan segala usaha.


Tidaklah boleh kita lupakan kaum wanita adalah pendukung achlak masjarakat. Ditangan wanitalah tergantung tjorak masjarakat itu, dan karena kaum wanita harus mendjadi Ibu Sedjati dalam arti kata jang setulus-tulusnja. Meskipun telah tinggi terbang kita, tidaklah boleh kita mengabaikan kewadjiban kita jang terutama ialah mendjadi Ibu Sedjati jang sewadjarnja. Dan disamping kita sekarang memperdjuangkan kepentingan-kepentingan kita sebagai wanita dalam masjarakat, tentang undang-undang perkawinan, hak waris, dan sebagainja, terutama kita harus bertindak untuk menginsjafkan sebagian besar dari kaum wanita kita jang belum sadar, agar mereka dan kita djuga dapat mendjadi Ibu.jang dapat membentuk masjarakat baru dengan sifat-sifat baru, jang tidak lagi berbekas karat-karat kolonialisme.

141

Kita tahu, bahwa tjita-tjita Bangsa kita adalah Pantjasila.

Karena itu benih-benih Pantja Sila ini hendaknja didjadikan pedoman bagi Ibu dalam menunaikan kewadjibannja. Agar tjita-tjita Pantjasila dapat terlaksana dalam penghidupan anak-anak kita nanti jang akan membentuk masjarakat jang baru itu. Ketuhanan, Perikemanusiaan, kebangsaan, kerakjatan, kesosialan, adalah norma-norma jang utama untuk mendjadi dasar budi-pekerti bangsa kita jang telah mendjadi anggauta bangsa-bangsa sedunia, dan akan mengambil bagian jang sangat penting djuga dalam pergaulan dunia.

Karena itu seruan kami, bertindaklah, usahakan dengan segenap kekuatan kita agar tjita-tjita kita wanita kearah 99Ibu Sedjati" dan anggauta masjarakat" terlaksana seluruhnja.

Sebagai penutup, marilah kita serukan: Selamat dan bahagia dan terima kasih kami serukan kepada pemimpin-pemimpin pedjuang wanita kita jang telah menghasilkan perdjuangan jang semadju sekarang ini, dan tidak djemu-djemunja dalam perdjuangan seperempat abad itu.

SAMBUTAN PENGURUS BESAR PERSATUAN WANITA KRISTEN INDONESIA.

PERGERAKAN WANITA INDONESIA SEPEREMPAT ABAD.

Djika buku peringatan Pergerakan Wanita Seperempat Abad ini dikeluarkan, maka genaplah 25 tahun umur Pergerakan Wanita Indonesia dalam bentuk kesatuan.

Hari ulang tahun ke-25 dari kebangkitan dan kesedaran wanita Indonesia memang patut diperingati; merupakan suatu mijlpaal dalam kehidupan pergerakan wanita Indonesia.

Peringatan ulang tahun memang saat jang lazim dipergunakan untuk merenungkan sebentar, menengok kebelakang, melihat apa jang telah dikerdjakan dalam waktu jang lampau ini dan menjadari apakah telah tertjapai tudjuan, tjita-tjita Pergerakan Wanita itu?

Peringatan ulang tahun djuga saat baik untuk memikirkan djalan mana dan tjara apa jang kini harus kita tempuh?

Tjita-tjita R.A. Kartini untuk melepaskan diri dan wanita-wanita sebangsa dari ikatan adat istiadat, untuk mendapat pendidikan dan penghargaan sama dengan kaum laki-laki, dalam seperempat abad ini sudah banjak jang tertjapai.

Akan tetapi tidak berarti, bahwa semua tjita-tjita pergerakan wanita Indonesia telah terdapat. Meskipun dalam undang-undang, dalam teori per samaan hak telah ada, dalam prakteknja masih banjak soal-soal kewanitaan dalam segala lapangan jang masih harus diperdjuangkan. Menghilangkan rasa kurang harga diri, mendidik dan memperkuat segala watak perempuan jang utama, memadjukan kehidupan dan penghidupan wanita chususnja, seluruh bangsa umumnja, sudahkah ini tertjapai?

Djika didalam pendjadjahan wanita-wanita Indonesia mempersatukan diri untuk bersama-sama dengan kaum lelaki memperdjuangkan nasib negara dan bangsa dari maksud-maksud pendjadjah jang berusaha untuk menghambat kemadjuan Indonesia, maka dalam djaman kemerdekaan seluruh pertanggungan-djawab atas nasib bangsa dan negara adalah pada kita, bangsa Indonesia sendiri.

Wanita kristen Indonesia insjaf akan hal ini.

Kita bersjukur dan berterima kasih kepada Tuhan, karena kita telah diberi tanah air jang merdeka. Akan tetapi kita diwadjibkan pula memelihara negara kita itu. Madju mundurnja bangsa dan negara adalah mendjadi pertanggungan-djawab seluruh bangsa Indonesia, djadi djuga mendjadi pertanggungan-djawab wanita Kristen.

Tugas seorang kristen ialah mendjadi garam dan terang pada tempat dan untuk masjarakat sekeli lingnja. Garam supaja mendjadi lezat rasanja dan dihindarkannja dari kebusukan. Terang supaja menjinari semua jang ada dalam kegelapan.

Mengingat akan tugas jang mulia itu, maka sudahlah sewadjarnja djika wanita Kristen tidak berdiam diri, akan tetapi ikut-serta dalam pemeliha raan tanah air itu.

Buku peringatan Seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ini dikeluarkan sebagai tanda terima kasih dan penghargaan atas djasa-djasa wanita jang 25 tahun jang lalu telah memulai pergerakan kesatuan itu.

Persatuan Wanita Kristen Indonesia mengutjapkan penghargaan itu dengan menjerukan kepada seluruh wanita Indonesia.

Marilah kita menjingsingkan lengan badju, bekerdja sama, mengikuti djedjak ibu-ibu pada tahun 1928.

Meskipun berlainan dalam kepertjajaan, dalam adat-istiadat suku bangsa, ini tidak perlu merupakan halangan untuk bersatu dalam usaha-usaha mempertinggi deradjat wanita, bersatu dalam usaha-usaha meringankan penderitaan masjarakat, bersatu dalam usaha-usaha melaksanakan peri ke manusiaan.

Kiranja Tuhan Jang Maha Kuasa memberkati pergerakan wanita di Indonesia chususnja, diseluruh dunia umumnja jang bertjita-tjita tinggi dan sutji.

SAMBUTAN B.P.B. P.I.K.A.T.

Merdeka!

P.I.K.A.T. (Pertjintaan Ibu Kepada Anak Tumurunnja) bersuka-ria dengan hari peringatan ini, sesungguhnja hari jang bersedjarah dalam alam Wanita di Indonesia, djika kita menoleh dan menindjau apa dan betapa jang telah tertjapai dalam kemadjuan untuk mempertinggi deradjatnja Wanita di Nusantara ini, sesudah melampaui djangka waktu 25 tahun itu.

Kami ketahui dan sadar, bahwa perdjuangan Wanita djauh belum selesai; „It is a long way to go", tetapi djika kita Wanita di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, bersatu lahir batin, mengedjar dan memperdjuangkan hak azasi kita, se-

142 bagai manusia dan warga Indonesia, sesuai dengan status kita, maka pastilah tjita-tjita kita akan ter tjapai dalam waktu jang pendek. Akan tetapi, djanganlah kita hanja hidup dalam sembojan-sembojan dan pidato-pidato sadja, karena jang mendjadi sjarat mutlak, ialah bagaimana kita djalankan itu dalam praktek. Hendaknja adalah keseimbangan, satu harmonie jang permanent antara kewadjiban kita dalam rumah-tangga dan perdjuangan kita dalam masjarakat untuk mempertinggi deradjat kita sesuai dengan program kita bersama.


Itulah P.I.K.A.T. amatlah menjetudjui keputusan dari kongres organisasi-organisasi wanita pada tanggal 22 Desember 1928 di Mataram Jogjakarta. Untuk maksud ini, ialah, marilah kita persatukan usaha-usaha kita kearah mempertinggi deradjatnja sebagai wanita, sebagai Ibu dan sebagai Bangsa.

P.I.K.A.T. jang ditjiptakan pada tahun 1917 di Menado oleh Ibu M.C. WALANDA-MARAMIS, melulu untuk membawa wanita Minahasa kearah kemadjuan sesuai dengan hukum-hukum progressip, jang dahulu tertjatat sebagai pergerakan Lokaal-Minahasa", kini sudah lama melebarkan sajapnja keseluruh tanah air kita agar mendapat contact dengan rekan-rekan diluar Minahasa, karena bukankah bersatu kita teguh, bertjerai kita djatuh?


Mudah-mudahan hari jang bersedjarah itu, jakni 22 Desember 1953 akan memberikan inspirasi jang baru bagi kita semua untuk melangsungkan per djuangan Wanita Indonesia.

SAMBUTAN PERWARI TERHADAP SEPER EMPAT ABAD KESATUAN GERAKAN WANITA INDONESIA.


Saudara-saudara pendengar telah maklum, bahwa tanggal 22 Desember 1953 nanti kaum pergerakan wanita memperingati peristiwa jang dipandang sebagai suatu „ mijlpaal” atau saat menentukan dalam pergerakan wanita Indonesia.


Pada hari itu genaplah 25 tahun usianja pergerakan wanita jang berbentuk kesatuan. Maka pada tempatnja bilamana Pimpinan Perwari turut mengadakan sambutan atas peristiwa jang sangat penting ini. Sedikit banjak semua perkumpulan-perkumpulan wanita mengutjap manfaatnja adanja suatu kesatuan dalam gerak dan tindakan dari pada perkumpulan-perkumpulan wanita, Perwari sebagaisuatu perkumpulan wanita jang berdjiwa kesatuan sangat merasakan faedahnja Kongres Wanita pertama tanggal 22 Desember 1928 itu jang menghasilkan suatu Badan Kesatuan. Meskipun Perwari tahun ini baru berumur 8 tahun, tetapi djika kita menengok kepada waktu jang lampau,- ternjata, bahwa sesungguhnja Perwari melandjutkan usaha perkumpulan-perkumpulan wanita jang berdasarkan kebangsaan dan keadilan-sosial. Kongres Wanita Indonesia jang pertama itu mendorong para pemimpin wanita jang berdjiwa kesatuan untuk

membentuk suatu perkumpulan wanita pada tahun 1932, jang bernama Isteri Indonesia dan berdasarkan:  Satu Bangsa
 Satu Bahasa
 Satu Tanah Air.


Sedjak Kongres Wanita jang pertama itu nampak keinginan kaum wanita untuk melepaskan diri dari pada ikatan-ikatan jang dirasakan oleh kaum wanita dalam segala lapangan. Dengan demikian djelas, bahwa „emansipatie wanita" sesungguhnja mendapat demikian bentuk jang njata sedjak saat itu dan ini diteruskan oleh Isteri Indonesia pada djaman kolonial Hindia-Belanda dan sekarang dalam djaman kemerdekaan. Mengingat sedjarah itu, maka mudahlah difahami, bahwa semangat kebangsaan dengan tjorak feministis tetap nampak dalam Perwari.


Saudara-saudara sekalian, tjita-tjita kaum wanita untuk mentjapai kedudukan jang sesuai dengan kedudukan sebagai warga negara, telah terdjamin dalam Undang-undang Dasar Sementara. Pelaksanaannja itu masih merupakan suatu pertanjaan besar. Ditilik dari pada tudjuan „ emansipatie wanita" sesungguhnja tidak ada perbedaan lagi antara hak-hak wanita dan prija, tetapi dengan persamaan hak itu belum lagi dipenuhi kehendak kaum wanita, ialah : persamaan tanggung-djawab.


Persamaan hak sadja, tidak disertai persamaan dalam tanggung-djawab belum dapat mendjamin, bahwa kaum wanita harus turut serta memikul tanggung-djawab akan segala urusan dalam masjarakat.


Maka Perwari dalam fase ini ingin mentjapai,agar supaja kaum wanita dapat ikut bertanggung djawab. Ini berarti, bahwa Perwari harus menginsjafkan anggota-anggotanja, agar mereka insjafakan kewadjibannja sebagai :

  1. warga negara terhadap negara.
  2. Isteri terhadap keluarga.
  3. anggota masjarakat terhadap masjarakat, terutama kaum wanita.


Untuk mendjalankan kewadjibannja itu, perlu kepada kaum wanita diberikan kesempatan untuk turut memikul tanggung-djawab suatu pekerdjaan. Turut tanggung-djawab ini mengenai segala segi kehidupan orang ; dalam lapangan politik, ekonomi pendidikan dan sosial. Sebagai warga-negara, para wanita harus turut serta mempunjai tanggung-djawab dalam pelaksanaan pemilihan umum maka perlu adanja wanita dalam badan-badan, baik berupa kantor maupun panitia jang akan mendjalankan pemilihan umum. Sebagai isteri penanggung rumah tangga, para wanita harus mempunjai tanggung

djawab atas kesedjahteraan keluarga dan ketertiban rumah-tangganja. Tanggung-djawab ini menempatkan wanita pada suatu kedudukan pemimpin. (leider functie's), maka perlu kepada wanita diberikan pendidikan seluas-luasnja, agar dapat mendjalankan kewadjibannja dengan penuh tanggung djawab.

Saudarasaudara sekalian, dalam 25 tahun jang Jalu ini, kaum wanita telah memundjukkan kesungguhan dan kegiatannja untuk menfjapai suatu tingkatan jang sama dengam prijas marilah dalam masa jang akan datang, kita kerahkan segala kekuatan
kita untuk menjusun suatu gerakan jang akan mendjalankan dan melaksanakan segala tjita-tjita wanita dengan penuh tanggung-djawab. Sedjarah menuntut kepada kita, kaum wanita, untuk memberikan pendjelmaan jang njata dan tegas tentang keinginan atau ,,claim” wanita.


Saudara-saudara sekalian, mudah-mudahan Perwari dengan bantuan seluruh kaum wanita dan prija, dapat melaksanakan apakah jang diinginkan,
jaitu:


Suatu masjarakat, dimana golongan wanitanja merupakan tenaga jang dengan penuh tanggungdjawab, dapat melakukan darma-baktinja terhadap Nusa dan Bangsa!!!

Sambutan Putri Budi Sedjati P-B.S.

PUTRI BUDI SEDJATI
— PBS, —
SURABAJA Telf. S, 724.

Surabaja, Desember 1953.


Kepada


Jih. Panitya Pusat 1/4 Abad Pergerakan Wanita Indonesia.



Salam bahagia.

Dengan perasaan bangga dan gembira, kami atas nama Putri Budi Sedjati (P.B.S.) Surabaja, mengutjapkan sjukur Alhamdulillah bahwa Saudara-saudara Panitya Pusat dengan Bagian-bagiarnja
telah dapat membuktikan pada saatnja tanggal 22 Desember 1953, hari Ulang Tahun ke-25 kalinja jang diperingati dan dirajakan oleh kita kaum Wanita Indonesia bersama-sama dari tahun ke
tahun kita semua dengan penuh berupa-rupa fikiran dan rintangan, dapat pula mentjapai keinginan kita Wanita umumnja. Inilah terdjadi karena
dorongan dan pimpinan dari Saudara-saudara Kaum Wanita jang membuka djalan mulai permulaan kita bergerak sehingga adanja konferensi
Perempuan ke-1 di Jogjakarta pada tanggal 22 Desember 1928 sehingga ini hari tanggal 22 Desember 1953 Ulang tahun ke 25 kalinja.


Dorongan inilah membawa kita kaum wanita kearah kemadjuan, kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bersama, Kepada Pendorong dan Pemimpin ini kami mengutjapkan beribu-beribu terima kasih, pula kepada Panitya Pusat dengan seksi-seksinja di Bandung dan Djakarta jang dengan kegiataa menjumbangkan tenaga fikiran dan
sebagainja untuk mempersiapkan Hari Peringatan ke-25 kalinja ini.


Selamat bahagia kami utjapkan kepada Saudara-saudara Anggota Panitya atas Hari Ulang Tahun ke-25 kalinja ini, djuga kepada Saudara-saudara seluruh Kaum Wanita Indonesia, semoga kita dapat bebas dari segala kegandjilan Wanita Indonesia seluruh dunia.


Selamat berhagia atas Peringatan Hari sebesar

An. Pengurus P-B.S. Surabaja.


Sambutan Wanita Demokrat Indonesia

MENJONGSONG TANGGAL 22 DESEMBER 1953 HARI PERINGATAN PERGERAKAN WANITA SEPEREMPAT ABAD


Oleh: Nj. S. M. Sudarman Hadikusumo


Ketua Umum Wanita Demokrat Indonesia




Meskipun boleh dikata, bahwa tiap-tiap tahun ,,Hari Ibu” itu diperingati atas usaha organisasi-organisasi Wanita, akan tetapi dikalangan masjarakat belum nampak suatu kebutuhan atau suatu keharusan bagi diri mereka sendiri untuk merajakan ,,Hari Ibu” dilingkungan rumah tangga mereka masing-masing.


Bila kita mengingat penderitaan, pengorbanan dan ketjintaan seorang ibu terhadap anaknja, jang tak mungkin terbajar oleh sang anak, maka sudah
sepatutnja tiap-tiap putera ibu pada hari menundjukkan baktinja kepada sang ibu. Saja berpendapat tiap-tiap orang tentu suka memperingati hari itu, hanja karena hal ini masih merupakan soal baru bagi masjarakat Indonesia, maka masih harus kita biasakan terlebih dahulu. ,,Hari Ibu” hari
jang mulja ini, hendaknja djanganlah hanja mendjadi milik organisasi-organisasi wanita sadja, akan tetapi mendjadi milik tiap-tiap putra ibu dari seluruh masjarakat. Sedjak zaman pendjadjahan, sudah terasa oleh sebagian kaum wanita bahwa mereka masih sangat menjedihkan. Oleh karena
itu mereka menjatukan tenaga untuk dengan bermatjam-matjam djalan berusaha meninggikan deradjat mereka,


Ada sementara orang jang menanjakan apa sebabnja tanggal 22 Desember ditetapkan mendjadi Hari Ibu.


Pada Kongres jang diadakan oleh organisasi-organisasi wanita di Jogjakarta pada tanggal 22-24 Desember 1928, terbentuklah Perikatan Perempuan Indonesia (P.P.L).


Dengan berdirinja P.P.L terbuktilah, bahwa wanita-wanita insjaf akan perlunja persatuan untuk memperdjuangkan perbaikan nasib bersama-sama. Oleh karena itu, hari jang bersedjarah itu disahkan sebagai ,,Hari Ibu” hari kebangunan wanita. Dan kebangunan wanita ini besar sekali artinja bagi kebangunan Nusa dan Bangsa.


Pengesahan ini diambil oper oleh Badan Kangres Wanita.


Para pembatja jang budiman.


Sebagaimana sudah mendjadi kodrat alam, bahwa tiap-tiap sebab itu menimbulkan sesuatu akibat, maka tidak mengherankan bila didalam sedjarah Umat manusia ini timbul beberapa keadaan jang bila kita lihat sepintas Jalu sangat gandjil nampaknja, akan tetapi bila kita selidiki dengan
seksama, maka keadaan itu, hanja akibat dari sesuatu sebab belaka.

Begitu pula, apakah sebabnja wanita bergerak?

Tak lain dan tak bukan untuk melepaskan diri dari sesuatu akibat. Kedjadian ini merupakan satu perdjuangan menggambarkan dengan djelas suatu kenjataan, bahwa didalam masjarakat ini belum ada keadilan. Bahwa tidak sadja masih ada tindas menindas oleh satu bangsa atas bangsa lain, akan tetapi djuga oleh sekse atas sekse jang lainnja. Djadi terang bagi kita bahwa susunan masjarakat pada waktu itulah jang mengakibatkan timbulnja pergerakan wanita untuk memperbaiki nasibnja. Pada waktu itu machluk wanita dianggap sebagai sebutir mutiara jang harus mereka beli dengan harga jang mahal, jang harus mereka djaga dengan sangat hati-hati jang harus mereka perebutkan dengan mati-matian untuk dapat memilikinja, akan tetapi disamping itu semua, kepada wanita tidak diberikan kelonggaran sedikitpun meskipun hanja sekedar untuk membela diri. Sjukur alhamdulillah, dengan lahirnja Indonesia Merdeka, maka lahirlah U.U.D.S. jang mendjamin hak-hak wanita.

Oleh karenanja maka phase perdjuangan wanita di Negara Indonesia Merdeka, mentjapai satu taraf jang lebih meningkat dari masa jang lampau. Kalau dulu baru sampai kepada phase menuntut tetapi sekarang berada dalam phase menjusun masjarakat baru. Dan hal ini hendaknja diinsjafi benar-benar oleh kaum wanita. Tepat pada tanggal 22 Desember 1953, Pergerakan Wanita berusia genap 25 tahun. Maka oleh Badan Kongres Wanita, didalam mana tergabung Pusat-pusat dari berbagai-bagai organisasi -organisasi wanita dibentuklah Panitya Pergerakan Wanita Seperempat Abad. Dengan maksud merajakan Hari Ibu jang ke 25, ini lain dari pada jang lain. Harapan dari Wanita Demokrat Indonesia mudah-mudahan, kebangunan wanita didalam Negara Indonesia Merdeka ini hendaknja melekaskan selesainja pembangunan nasional, guna mewudjudkan satu masjarakat jang adil makmur dan abadi. SAMBUTAN PENGURUS PUSAT WANITA KATHOLIK. SEPEREMPAT ABAD Tak terduga, bahwa kami akan dapat turut menjumbangkan beberapa patah kata dalam memperingati „ Pergerakan Wanita Seperempat Abad”. Seperempat abad sudah, wanita bergerak - berturut serta membina negara, jang sekadjoang rang telah njata merdeka ! Seperempat abad sudah, wanita sebagai Ibu masjarakat memberi djasa, tetapi djuga rela berkorban ! Gerak - berdjoang ― berkorban masih harus

dilandjutkan, karena kemerdekaan belum sempurna karena pembangunan dan perkembangan segala sesuatu masih dalam pertumbuhan . Jang telah tertjapai sekarang ialah , bahwa hampir tiap wanita sudah tergabung dalam matjammatjam organisasi menurut kejakinannja sendiri. Seluruh Organisasi menggabung dalam Kongres

Wanita Indonesia. Maka, kuatlah Wanita Indonesia dalam persatuan dan gerak bersama ! Hanja ada bahajanja, djika kepribadian tidak dipupuk dengan teliti, karena seluruh organisasi, lebih djauh, seluruh wanita lalu tak mempunjai kesempatan untuk menjadari kepribadiannja sendiri. Marilah - dalam kita memenuhi kewadjiban

terhadap keluarga negara dan masjarakat, selalu memperhatikan - memperkembangkan dan memperdalam bakat dan kepribadian untuk mentjapai negara jang merdeka dengan sempurna. Marilah Wanita merupakan : kekuatan dan Ibu bangsa, lebih dari pada perdjoangan, matahari nan memberi panas dan terang, awan nan sunji dan tenang. Marilah mendorong perkembangan negara dan bangsa, karena : kesabaran, -

kebahagiaan, kesetiaan air mata, tjinta kasih dan senjuman muka. Marilah selalu bersedia untuk nusa dan bangsa wanita. mendjadi ― ibu

Setia dan karena tjinta kasih, memberi kesempurnaan ! SAMBUTAN BADAN PUSAT WANITA TAMAN SISWA.

Sepatah kata sebagai sambutan keluarnja buku peringatan genap umur Kesatuan Pergerakan Wanita seperempat abad. Tepat pada tanggal 22 Desember 1953 Kesatuan Pergerakan Wanita tjukup berumur seperempat abad atau 25 tahun. Untuk memperingatinja , maka panitya Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia akan mengeluarkan buku peringatannja. Isi buku itu sudah tentu akan bermanfaat bagi seluruh pergerakan wanita chususnja, dan wanita Indonesia umumnja. Kalau dihitung, seperempat abad atau 25 tahun itu tak sedikit djumlahnja. Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia telah tjukup umur akan mengajuhkan biduknja. Dalam masa sebanjak itu, Permengalami telah Indonesia gerakan Wanita beberapa kesukaran, kesulitan, kesenangan, bahkan kesatuan tekad. Pada waktu ini, kita dapat menoleh kebelakang, dapat kita mengukur kemadjuan atau kemunduran Pergerakan Wanita Indonesia. Kita semua tentu akan bertanja : Dapatkah hari peringatan jang ke-25 ini, kita djadikan ukuran atau mijlpaal bagi kemadjuan bangsa kita, terutama kaum wanitanja ?" Seperempat abad jang lalu , perkumpulan wanita tumbuh dimana-mana seperti tjendawan dimusim hudjan. Diantaranja barulah satu dua jang dapat dikatakan pergerakan wanita sesungguhnja, artinja mempunjai azas tudjuan jang tertentu, mempunjai induk organisasi. Kebanjakan perkumpulan wanita pada waktu itu hanja bertudjuan mengumpulkan wanita-wanita dikotanja atau golongannja dan mempererat persaudaraan, dengan tjara djahit-

145 mendjahit, masak-memasak dan mengadakan tabungan atau lain sebagainja. Mereka tak mentjampuri keadaan negaranja sama sekali. Sebaliknja, sebagai telah saja katakan diatas, pergerakan wanita jang sungguh-sungguh bekerdja memperdjoangkan nasib wanita, bergeraknja tak takut dan tak mengingati siapakah jang berada dihadapannja, sedangkan jang berwadjib pada waktu itu, memakai matanja dengan benar-benar. Buktinja dapat dilihat dan kita rasakan. Meskipun Kesatuan Pergerakan Wanita telah lahir, dipupuk, dipelihara dengan baik, berdjoang untuk kepentingan wanita, disamping masih ada djuga perkumpulan-perkumpulan wanita jang memang tak berinduk organisasi.

Republik kita telah diproklamirkan. Kita berpengharapan, semua pergerakan dan perkumpulan wanita dapatlah bersatu, dan bekerdja untuk ke pentingan negara dan wanita pada umumnja. Tjita-tjita atau maksud ini dapat dilihat dengan njata, tetapi wudjud ini rupanja tak dapat lama djuga hidupnja.

Perkumpulan-perkumpulan jang sudah berfusi petjah, timbul pergerakan dan perkumpulan lain. Djaman beredar, roda berputar. Rupanja titik roda pada waktu ini sama dengan titik roda pada lebih kurang tahun 1930. Perkumpulan wanita matjam-matjam timbul lagi, bertudjuan mempererat per saudaraan antara saudara sedjawatan, segolongan atau sekampung. Proses ini, rupanja tak timbul diantara pergerakan wanita sadja, tetapi segala lapisan masjarakat djuga mengalami seperti diatas.

„Onhoorbaar groeit de padi” Kata Multatuli. Apakah memang tumbuh pergerakan wanita kita sebagai kata-kata itu? Kadang-kadang muntjul, kadang tak ada suaranja sama sekali. Atjap kali kita bertanja-tanja sendiri : „Adakah pergerakan wanita itu"? Kita mendjawab : „Ada". Masjarakat bertanja pula: „Apakah hasil atau bukti jang telah ditjapai oleh pergerakan wanita bagi masjarakat kita?" Dengan sekonkrit-konkritnja kita tak dapat mendjawab pertanjaan itu, tetapi kita telah merasa bekerdja sekuat tenaga, mengorbankan waktu, kadang-kadang mengorbankan harta. Terasa bagi kita, bahwa pekerdjaan Pergerakan Wanita dapat dikatakan, baik seorang ibu memegang rumah tang ganja. Mulai bangun, pagi-pagi benar sampai petang dengan tulus ichlas bekerdja, kadang-kadang lantaipun tak djuga kelihatan bersih. Bukti senjata-njatanja dapat dikatakan tak kelihatan. Diwaktutidur malam hari jang ada, hanjalah kepuasan hati si ibu, sehari telah bekerdja untuk kepentingan keluarganja.

Ia berterima kasih kepada Tuhan. Kekatjauan rumah tangga, atau rumah tangga akan kelihatan tak teratur barulah kelihatan, apabila si ibu sakit atau pergi.

Sebagai penutup kata sambutan kami ini, kami hanja berharap pada waktu kita memperingati genap umur Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia 25 tahun, kita sekali ingat kepada tjita-tjita kita semula, mudah-mudahan dalam mengindjak tahun-tahun jang akan datang kita mendapat kemadjuan jang lebih memuaskan.
Sekian dan terima kasih.