Biografi Tokoh Kongres Perempuan Indonesia Pertama/Nyi Sunaryati Sukemi

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

NYONYA SITI SUNARYATI SUKEMI

Sunaryati adalah putri Kromosarjono, seorang penghulu di Tuban. Ia lahir pada 25 Desember 1907 di Tuban. Kromosar jono sendiri berasal dari Tegal, sedangkan isterinya berasal dari Tuban. Ny. Kromosarjono adalah puteri seorang khotib bernama Joyoatmojo dan cucu seorang penghulu landraad bernama Imam Raji.

Pada waktu lahir Sunaryati bernama Sudarawerti. Karena Sudarawerti ini sering sakit-sakitan, maka oleh orang tuanya namanya diganti menjadi Sunaryati. Ternyata setelah diganti dengan nama Sunaryati, anak tersebut tumbuh sehat. Sunaryati adalah putri kedua Kromosarjono, sedangkan putra pertamanya bernama Sugondo Joyopuspito, seorang tokoh pergerakan pemuda dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Sugondo Joyopuspito inilah yang menjadi ketua Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta yang berhasil menelorkan "Sumpah Pemuda”, sehingga tidak mengherankan kalau adiknya juga mengikuti jejak kakaknya. Kalau kakaknya sebagai ketua Kongres Pemuda Indonesia II, maka Sunaryati sebagai sekretaris Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta.

Sunaryati mempunyai adik tiga orang tetapi lain ibu. Ketiga adiknya itu bernama Umi Kaelani (Ny. Marjono), Umi Bandini(Ny. Mubari), dan Darmaji.

Sunaryati dan Sugondo Joyopuspito pada masa kecil ikut pamannya, seorang collecteur di Blora. Paman inilah yang membiayai sekolah mereka. Ketika pamannya meninggal dunia, mereka berdua terpaksa tidak dapat melanjutkan studi.

Setelah usia sekolah tiba, lebih-kurang berusia tujuh tahun, Sunaryati oleh pamannya dimasukkan ke Hollandsch Inlandsche School (HIS) Tuban. Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Sunaryati, karena ia dapat menikmati pendidikan di HIS. Hal ini disebabkan pada waktu itu sedikit sekali anak-anak Indonsia yang dapat menikmati seperti Sunaryati.

Di sekolah Sunaryati termasuk anak yang cerdas dan tidak pernah tinggal kelas. Berkat ketekunan belajarnya, ia berhasil menyelesaikan pendidikan rendahnya di HIS tepat pada waktunya. Pada tahun 1922 Sunaryati dinyatakan lulus dengan nilai baik.

Lulus dari HIS, Sunaryati melanjutkan studinya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Semarang. Seperti waktu belajar di HIS, Sunaryati di MULO pun menunjukkan prestasi yang baik, selalu memperoleh nilai yang baik, meskipun belum pernah menjadi juara. Pada tahun 1926 Sunaryati berhasil menyelesaikan studinya di MULO dengan nilai yang baik. Setelah lulus dari MULO ia mengikuti Cursus Hulp Acte di Yogyakarta.

Pada tahun 1928 ia berhasil lulus. Selama di Yogyakarta Sunaryati tinggal di rumah keluarga Ki Hajar Dewantoro bersama kakaknya Sugondo yang pada waktu itu belajar di AMS. Keadaan rumah Ki Hajar Dewantoro inilah rupanya mempengaruhi jiwa Sunaryati yang masih muda. Pergaulannya dengan Ki Hajar Dewantoro dan· Nyi Hajar merupakan dasar yang baik bagi jiwa Sunaryati yang sedang berkembang. Di situlah rupanya ia menemukan dasar kebangsaan yang kuat. Bimbingan dan asuhan Ki Hajar Dewantoro dan Nyi Hajar sangat menentukan bagi perkembangan jiwa Sunaryati kelak di kemudian hari. Pada waktu bekerja sebagai guru di Taman Siswa Yogyakarta, ia berkenalan dengan seorang pemuda bernama Ki Imam Sukemi yang juga pamong Taman Siswa. Kemudian pertemuan berlanjut hingga hubungan mereka semakin erat. Keduanya sepakat untuk menempuh hidup baru. Akhirnya setelah mendapat restu dari kedua orang tuanya Sunaryati menikah dengan Ki Imam Sukemi. Sejak itu namanya terkenal dengan sebutan Nyi Sunaryati Sukemi atau Nyi Sukemi saja. Pemikahan Sunaryati dengan Ki Imam Sukemi dikaruniai lima orang anak, dua orang wanita dan tiga orang laki-laki. Anak-anaknya adalah: (1) Sukosarogo, meninggal pada waktu masih kecil (berusia satu tahun), (2) Siti Budiarti, sekarang tinggal di New York, AS, (3) Budiarto, sekarang tinggal di Jakarta, (4) Budi Raharjo, sekarang tinggal di Jakarta dan (5) Siti Budi Murni, sekarang tinggal di Jakarta.

Nyi Sunaryati Sukemi memulai kariemya sebagai guru di Taman Siswa Yogyakarta pada tahun 1927. Tugas· sebagai guru di Taman Siswa Yogyakarta ini dilaksanakan sampai tahun 1942. Sebagai pamong Taman Siswa, dengan sendirinya masuk menjadi anggota Wanita Taman Siswa. Organisasi Wanita Taman Siswa ini didirikan pada 3 Juli 1922 oleh Nyi Hajar Dewantoro dan sekaligus sebagai ketuanya dibantu Nyi Rumsiah, Nyi Siti Massidah, Nyi Jumilah, dan Nyi Sutatmo. Keanggotaannya mula-mula hanya terbatas pada ibu pamong dalam lingkungan Taman Siswa saja. Organisasi Wanita Taman Siswa ini bertugas:

  1. Membantu Taman Siswa dalam segala usahanya, terutama dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan kewanitaan dan kesucian dalam masyarakat Taman Siswa, memelihara hubungan kekeluargaan dalam lingkungan Taman Siswa.
  2. Mengadakan hubungan dengan dunia pergerakan wanita di luar Taman Siswa, yang tidak bertentangan dengan azas dan tujuan Wanita Taman Siswa.

Pada tahun 1927 di Bandung berdiri organisasi pemuda yang bersifat nasional yaitu Pemuda Indonesia. Tujuan Pemuda Indonesia adalah menyebarkan dan memperkuat cita-'cita kebangsaan Indonesia. Sebagai organisasi yang bersifat nasional Pemuda Indonesia cepat berkembang. Beberapa cabangnya termasuk Yogyakarta mempunyai bagian putri yang bernama Putri Indonesia. Nyi Sunaryati Sukemi pada waktu itu menjadi anggota bahkan menjadi pengurusnya. Dalam Putri Indonesia inilah ia mulai aktif berorganisasi dan mengantarkannya untuk duduk sebagai pengurus Kongres Perempuan Indonesia I.

Berlangsungnya Kongres Perempuan Indonesia I pada 28 Oktober 1928 atas prakarsa Ny. Sukanto dari Wanito Utomo, Nyi Hajar Dewantoro dari Wanita Taman Siswa, dan R.A. Sujatin (R. Ay. S. Kartowiyono) dari Putri Indonesia. Mereka mengadakan pendekatan dengan beberapa organisasi wanita di Yogyakarta untuk menyelenggarakan Kongres Perempuan Indonesia. Ternyata prakarsa tiga tokoh tersebut mendapat dukungan penuh dari tujuh organisasi perempuan. Ketujuh organisasi tersebut yaitu Wanito Utomo, Wanita Taman Siswa, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond Bagian Wanita, Wanita Katholik dan Jong Java Bagian Wanita.

Berdasarkan pemufakatan bersama Kongres Perempuan Indonesia I diselenggarakan pada 22 sampai 25 Desember 1928 di Dalem Joyodipuran Yogyakarta. Adapun maksud Kongres Perempuan Indonesia I yaitu:

  1. Supaya menjadi pertalian antara perkumpulan-perkumpulan wanita Indonesia.
  2. Supaya dapat bersama-sama membicarakan soal-soal kewajiban kebutuhan dan kemajuan wanita.

Kongres Perempuan Indonesia I berhasil memutuskan:

  1. Mendirikan badan federasi bersama ”Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia” (PPPI).
  2. Menerbitkan surat kabar, yang redaksinya dipercayakan kepada pengurus PPPI, anggota-anggota redaksi terdiri: Nyi Hajar Dewantoro, Nn. Hajinah,, Ny. Ali Sastroamojoyo,
  1. Nh. Ismudiyati, Nn. Budiah dan Nn. Sunaryati (Nyi Sunaryati Sukemi).
  1. Mendirikan studifonds yang akan menolong gadis-gadis yang tidak mampu.
  2. Memperkuat pendidikan kepanduan putri.
  3. Mencegah perkawinan anak-anak.
  4. Mengirimkan mosi kepada pemerintah agar:
    1. Secepatnya diadakan fonds bagi janda dan anak-anak.
    2. Tunjangan bersifat pensiun jangan dicabut.
    3. Sekolah-sekolah putri diperbanyak.
  5. Mengirimkan mosi kepada Raad Agama agar tiap talak dikuatkan secara tertulis sesuai dengan peraturan agama.

Nyi Sunaryati Sukemi sebagai utusan Putri Indonesia dipercaya menjadi penulis II panitia Kongres Perempuan Indonesia I. Adapun susunan Panitia Kongres Perempuan Indonesia I adalah sebagai berikut:

Ketua 1 : R. Ay. Sukanto dari Wanito Utomo
Wakil Ketua : Nn. Siti Munjiah dari Aisyiah
Penulis I : Nn. Sukaptinah (Ny. Sunaryo Mangunpuspito) dari JIBDA.
Penulis II : Nn. Sunaryati (Nyi Sunaryati Sukemi) dari Putri Indonesia
Bendahara I : R. Ay. Catharina Harjodiningrat, dari Wanita Katolik
Bendahara II : R.A. Suyatin (R. Ay. S. Kartowiyono), dari Putri Indonesia
Anggota : Nyi Hajar Dewantoro, dari Wanita Taman Siswa

Nyi. Driyowongso, dari Wanita PSII

Nyi. Muridan Noto, dari Wanita PSII

Nyi. Umi Salamah dari Wanita PSII

Ny. Johanah dari Aisyiah

Nn. Badiah Muryati dari Jong Java Domes Afdeeling

Nn. Hayinah, (Ny. Mawardi) dari Aisyiah

Nn. Ismudiyati (Ny. Abdul Rahman Saleh) dari Wanio Utomo

R. Ay. Mursandi dari Wanita Katholik

Pada 28--31 Desember 1929 di Jakarta diadakan Kongres Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI). Kongres PPPI ini dipimpin oleh R. Ay. Sukanto dan dihadiri wakil-wakil organisasi anggota PPPI. Kongres PPPI berhasil mengambil keputusan , yaitu:

  1. Nama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) diganti menjadi Perikatan Perkumpulan lsteri Indonesia (PPII)
  2. Mengirim mosi kepada pemerintah agar ada undang-undang yang melarang pergundikan
  3. Pengurus PPII yang baru tetap berkedudukan di Mataram dan diketuai R. Ay. Sukanto
  4. Studi Fonds PPII dinamakan "Seri Derma"
  5. Surat Kabar "Isteri" diterbitkan di Jakarta

Teryata Nyi Sunaryati Sukemi dipercaya lagi sebagai penulis I pada pengurus Kongres PPII tahun 1929 -- 1930. Adapun susunan pengurus secara lengkap sebagai berikut:

Ketua : R. Ay. Sukanto
Wakil Ketua : RA. Suyatin (R. Ay. Karotiyono)
Penulis I : Nn. Sunaryati (Nyi Sunaryati Sukemi)
Penulis II : Nn. Salmiyati
Bendahara : R.Ay. Catharina Harjodiningrat
Komisaris : Nyi Hajar Dewantoro dan Nn. Siti Munjiah

Nyi Sunaryati Sukemi kecuali sebagai penulis I pengurus Kongres PPII tahun 1929--1930 juga ditunjuk sebagai anggota redaksi surat kabar Isteri.

Kemudian pada 13 -- 18 Desember 1930 diselenggarakan Kongres PPlI di Surabaya. Keputusan Kongres PPII di Surabaya ini antara lain mengirim Nyi Sunaryati Sukemi dan R. Ay. Rukmini Santoso untuk menghadiri All Asian Women Conference di Lahore pada bulan Januari 1931.

Pada tahun 1930 Nyi Sunaryati Sukemi bersama Ny. Suwami Pringgodigdo, dan Nn. Sudinah mendirikan organisasi wanita di Bandung yang bercorak politik "Isteri Sedar". Adapun tujuan Isteri Sedar adalah menyadarkan kaum wanita akan harga dirinya. Mereka harus sadar bahwa seluruh rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman imperialisme Belanda. Karena itu kaum wanita harus menyadari untuk bekerja sama dengan kaum laki-laki dalam memperjuangkan terujudnya kemerdekaan. Pada tahun 1931 ia ditunjuk menjadi ketua pengurus Isteri Sedar Ca bang Yogyakarta.

Pada tahun 1931 Nyi Sunaryati Sukemi diangkat menjadi anggota Badan Wanita Taman Siswa. Pada waktu itu Badan Wanita Taman Siswa ini belum ada, yang ada baru Wanita Taman Siswa seperti yang sudah dijelaskan diatas. Berdasarkan pertimbangan bahwa tugas Wanita Taman Siswa cukup berat, maka atas usaha Nyi Sri Mangunsarkoro pada 31 Maret 1931 di Gedung "Wisma Rini" Yogyakarta didirikan Badan Wanita Taman Siswa. Pada pembentukan Badan Wanita Taman Siswa tersebut, Ny. Sunaryati Sukemi dan Nyi. Sri Mangunsarkoro, Ni Surip dan Sujarwo mengemukakan pidato. Adapun susunan pengurus Badan Wanita Taman Siswa itu sebagai berikut:

Ketua : Ny. Hajar Dewantoro
Wakil Ketua : Ni Surip
Anggota : Nyi Sudarminto dan Nyi. Sunaryati Sukemi

Pada tahun 1932 Nyi Sunaryati Sukemi diangkat sebagai ketua Pengurus Besar Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan Dan Anak-Anak (P4A) yang berkedudukan di Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1937 ia mengikuti Kongres Intemasional Pemberantasan Perdagangan Perempuan di Bandung. Penyelenggara Kongres Internasional Pemberantasan Perdagangan Perempuan adalah Volkenbond.

Pada 23 -- 27 Juli 1938 di Bandung diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia III yang dipimpin Ny. Emma Puradireja. Keputusan kongres antara lain mendirikan suatu badan tetap untuk menyelidiki keadaan kaum buruh wanita. Badan ini berkedudukan di Yogyakarta dan yang ditunjuk sebagai ketuanya Nyi Sunaryati Sukemi. Kecuali itu Nyi Sunaryati Sukemi juga diberi wewenang untuk mengadakan hubungan dengan organisasi yang ada di Yogyakarta. Tugas ini cukup berat bagi Nyi Sunaryati Sukemi. Meskipun berat tugas tersebut dilaksanakan dengan senang hati dan ternyata berhasil. Ia dapat mengadakan kerja sama dengan organisasi yang ada di Yogyakarta.

Nyi Sunaryati Sukemi termasuk orang yang lincah dan suka bekerja. Pada Rapat Besar Umum III Majelis Luhur Taman Siswa 16 -- 22 November 1938, Nyi Sunaryati Sukemi ditunjuk sebagai sekretaris Badan Pemangku Azas Majelis Luhur. Adapun ketua Badan Pemangku Azas adalah Nyi Hajar Dewantoro, sedangkan anggotanya Ki Pronowidigdo.

Pada 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang. Sejak itu Indonesia dikuasai oleh Jepang. Pada masa pendudukan tentara Jepang ini semua organisasi pergerakan Indonesia dibubarkan. Oleh Jepang dibentuk organisasi-organisasi yang menjalankan kegiatannya untuk kepentingan Jepang dalam rangka mencapai kemenangan terhadap Sekutu. Pada waktu itu umumnya pemimpin-pemimpin Indonesia bekerjasama dengan Jepang. Adapun tujuannya memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan yang ada untuk persiapan mencapai Indonesia merdeka. Sejalan dengan strategi tersebut para pemimpin pergerakan wanita Indonesia juga berusaha mempergunakan kesempatan itu termasuk Nyi Sunaryati Sukemi. Pada masa Jepang ini Nyi Sunaryati Sukemi sekeluarga pindah ke Jakarta.

Setelah gerakan Tiga A dibubarkan, Jepang membentuk organisasi baru bernama Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) pada bulan Maret 1943. PUTERA ini dipimpin oleh empat serangkai yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan K.H. Mas Mansyur. Organisasi PUTERA di pusat maupun di daerah mempunyai bagian wanita bernama "Barisan Pekerja Perempuan Putera”. Organisasi ini di tingkat pusat dipimpin oleh Ny. Sunaryo Mangunpuspito dibantu oleh Nyi Sunaryati Sukemi, Ny. Sukanti Suryocondro, Ny. Burdah Yusupadi dan Ny. S.K. Trimurti. Hampir semua kota di Pulau Jawa didirikan Barisan Pekerja Perempuan Putera, yang kegiatannya antara lain menyelenggarakan kursus-kursus pemberantasan buta huruf, memintal benang dan macam-macam kerajinan tangan lainnya.

Pada 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Sejak itu bangsa Indonesia bukan lagi sebagai bangsa yang dijajah tetapi sudah menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat baik ke dalam maupun ke luar. Kemudian pada 23 Agustus 1945 Komite Nasianal Indonesia dibentuk oleh Presiden bersama dengan Badan Keamanan Rakyat dan Partai Nasional Indonesia. Komite Nasional Indonesia ini disusun dari tingkat pusat sampai ke daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Daerah. Pada 29 Agustus 1945, Komite Nasional Indonesia Pusat dilantik oleh Presiden Soekarno di Gedung Komidi Jakarta. Nyi Sunaryati Sukemi merupakan salah seorang anggota Komite Nasional Indonesia Pusat yang ikut dilantik oleh presiden. Adapun yang diangkat sebagai ketua Komite Nasional Indonesia Pusat adalah Mr. Kasman Singodimejo.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia perjuangan bangsa Indonesia memasuki tahap baru. Membela dan mempertahankan kemerdekaan menjadi tugas dan kewajiban seluruh rakyat Indonesia. Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) di Indonesia tidak membuat keadaan Indonesia menjadi aman malah sebaliknya. Hal ini disebabkan pasukan Sekutu membantu Belanda (NICA) untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya di mana-mana terjadi pertempuran antara para pemuda dengan pasukan Sekutu dan Belanda.

Dalam keadaan demikian ini, para wanita Indonesia merasa terpanggil untuk ikut berjuang membela dan mempertahankan kemerdekaan. Nyi Sunaryati Sukemi juga tidak ketinggalan ikut berjuang di Jakarta. Perjuangan wanita Jakarta yang sangat terkenal adalah pada waktu memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia I. Alasan yang dikemukakan pasukan Sekutu yaitu bahwa peringatan tersebut akan mengganggu keamanan. Akan tetapi larangan itu tidak dihirauka oleh para pejuang wanita Jakarta. Mereka mengadakan demontrasi berupa pawai. Tugu peringatan Proklamasi Kemerdekaan yang didirikan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta adalah berkat perjuangan mereka. Nama-nama seperti Nyi Sunaryati Sukemi, Ny. Yos Masdani, Ny. Setiati Surasto, Ny. Maria Ulfah Santoso, SH tidak dapat dipisahkan dari peristiwa tersebut. Dengan melihat kejadian tersebut jelas bahwa kaum wanita mempunyai kesadaran yang tinggi dalam mempertahankan kemerdekaan. Mereka tidak mau ketinggalan dari kaum laki-laki dalam mempertahankan kemerdekaan.

Atas prakarsa Ny. Suwarni Pringgodigdo, R. Ay. S. Kartowijono yang disokong Nyi Sri Mangunsarkoro dari PERWARI, pada 24 -- 26 Pebruari 1946 diselenggarakan Konferensi Organisasi Wanita Indonesia di Solo. Adapun tujuan konferensi adalah mendirikan badan penghubung untuk organisasi-organisasi wanita. Konferensi di Solo ini berhasil mendirikan badan gabungan yang diberi nama "Badan Kongres Wanita Indonesia”

Kecuali itu konferensi juga berhasil membentuk susunan pengurus KOWANI. Ternyata dalam susunan pengurus KOWANI ini nama Nyi Sunaryati Sukemi tercantum sebagai wakil ketua III. Adapun susunan pengurus KOWANI secara lengkap sebagai berikut:

Ketua : Ny. Suparjo
Wk. Ketua I : R. Ay. S. Kartowijono
Wk.Ketua II : Ny . Sutarman
Wk. Ketua III : Nyi Sunaryati Sukemi
Penulis : Ny. Sukarso
Bendahara : Ny. Purwoatmojo

Pada tahun 1947 Nyi Sunaryati Sukemi diangkat menjadi anggota Komisariat Negara Republik Indonesia di Bukittinggi. Kemudian setelah Indonesia berbentuk Republik Indonesia Serikat tahun 1949 Nyi Sunaryati Sukemi diangkat menjadi anggota parlemen Republik Indonesia Serikat. Demikian pula setelah negara kita kembali ke negara kesatuan Republik Indonesia pada 17 agustus 1950. Nyi Sunaryati Sukemi diangkat lagi menjadi anggota parlemen sebagai wakil dari Partai Sosial Indonesia. Kemudian pada Kongres Wanita Indonesia VIII yang diselenggarakan di Jakarta pada 24--28 November 1950, Nyi Sunaryati Sukemi dipilih sebagai wakil ketua panitia kongres. Adapun susunan lengkap panitia kongres yaitu:

Ketua : Ny. S. Kumpul
Wakil Ketua : Nyi Sunaryati Sukemi
Penulis I : Ny. Ruslan Abdulagni
Penulis II : Ny. Suyud
Bendahari : Ny. Kodiman
Pembantu : Ny. Sri Mangunsarkoro

Ny. Lukman

Ny. Theodora Walandouw

Ny. Memet Tanuwijaya.

Pada tahun 1952 di Bandung diselenggarakan konferensi World Health Organization (WHO). Dalam konferensi ini Nyi Sunaryati Sukemi ikut hadir sebagai utusan dari KOWANI.

Sampai akhir hayatnya Nyi Sunaryati Sukemi tetap mengabdikan dirinya apda Taman Siswa. Ia merupakan salah seorang tokoh pergerakan wanita yang ingin memajukan kaumnya. Ia tidak kenal lelah, berusaha meningkatkan kemajuan kaumnya dengan bergerak melalui organisasi kewanitaan dan pendidikan.

Pada 15 Mei 1968 Nyi Sunaryati Sukemi meninggal dunia di RSUP "Dr. Cipto Mangunkusumo" pada pukul 04.45. Kemudian pada 17 Mei 1968 jenazah Nyi Sunaryati Sukemi dimakamkan di pemakaman "Taman Wijayabrata" Yogyakarta. Nyi Sunaryati Sukemi selama hayatnya mengabdikan diri untuk nusa dan bangsa terutama kaum wanita. Meskipun Nyi Sunaryati sudah meninggalkan kita, tetapi tetap meninggalkan nama baik dan harum bagi bangsa Indonesia.