Tao Teh King/Bab 81

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Tao Teh King diterjemahkan oleh Kwee Tek Hoay
Bab 81

LXXXI.

BOEKTI-BOEKTI DARI KASADERHANA'AN.

(Penoetoep)


  1. Perkata'an jang mengandoeng kabeneran tida indah atawa agoeng.
  2. Perkata'an jang indah dan agoeng tida menggenggem kabeneran.
  3. Saorang jang hidoep menoeroet Tao tida soeka berbantahan.
  4. Orang jang soeka berbantah tida mengarti Tao.
  5. Orang jang kenal Tao tida terpeladjar.
  6. Jang terpeladjar tida mengenal pada Tao.
  7. Orang boediman tida mengoempoelin kakaja'an.
  8. Semingkin banjak ia memberi kaoentoengan pada laen-laen orang, semingkin besar kaoentoengan jang ia dapet bagi dirinja.
  9. Semingkin banjak ia mengasih pada laen-laen orang, kapoenja'annja semingkin bertambah.
  10. Inilah ada Tao (tjara bekerdja) dari Langit, jang masoek ka dalem segala apa aken menjiarken kabaekan tetapi tida menjilakain.
  11. Inilah ada Tao (tjara bekerdja) dari orang boediman, dalem siapa poenja segala perboeatan tida terdapet pergoeletan satoe apa.

Dalem ini fatsal pengabisan Lao Tze loekisken boekti-boekti dari sifatnja orang jang mengenal dan bisa mendjalanken Tao.

Tao poenja sifat ada saderhana, maka perkata'an dari orang jang mendjalanken Tao poen tida dirias dengen oedjar-oedjar bergoemilang jang sengadja diatoer begitoe indah soepaja siapa jang denger mendjadi kagoem. (Ajat 1-2).

Kabeneran beräda di mana-mana, boekan milik atawa monopolie dari satoe matjem peladjaran atawa agama sadja, seperti Sri Krishna bilang: „Dari segala djoeroesan orang bisa dateng padakoe.” Maka siapa mengenal Tao tida soeka bertengkar aken benerken pengartian sendiri dan tjelah pada orang jang toentoet laen peladjaran atawa agama. Siapa gemer berbantah dan maoe bawa betoelnja sendiri, tandanja ia tida mengenal itoe Kabeneran atawa Tao. (Ajat 3-4).

Djoega tida perloe terlaloe djedjel otak sama segala peladjaran dan atoeran jang roewet dan melilit-lilit, sebab itoe segala pengartian tiroean, jang dapet ditjangkok dari boeah pikiran laen orang, kasoedahannja tjoemah membikin boetek dan bingoeng pada ingetan sendiri, jang tida poenja tempat lagi boeat terima pada Tao, jang tjoemah bisa dimengarti sapenoehnja di dalem pikiran jang bersih, tenang dan terbebas dari segala matjem kapertjaja'an dan anggepan jang soedah karatan dan boeloekan, atawa bersifat kadoenia'an. Maka semingkin itoe orang anggep dan banggain dirinja mempoenjai banjak pengataoean dan peladjaran, semingkin soeker boeat ia mengenal dan mengarti Tao. (Ajat 5-6).

Itoe orang boediman, jang soedah bisa bersatoe dengen Tao, aken kailangan sifatnja iapoenja sang diri jang terpisah, hanja bersatoedengen segala apa, serta tida sedikit poen mempoenjai rasa kouwkati, hingga tida perloe ia koempoelin kakaja'an, baek beroepa harta doenia, maoe poen nama bagoes dan kapoedjian, hanja lebih soeka membikin oentoeng laen-laen orang dari-pada kedjer apa-apa oentoek dirinja sendiri, kerna semingkin banjak ia menoeloeng dan mengasih pada sasamanja, iapoenja kouwkati djadi semingkin linjap, dan berbareng dengen moesnanja iapoenja sang diri jang terpisah, semingkin rapet ia borsatoe pada samoea, hingga ia boleh bilang, segala apa jang ada dalem doenia mendjadi kapoenja'annja, sebab ia tida aken merasain karoegian dan kailangan apa-apa lagi. Harta besar — bisa moesna; kakoeasaan — bisa terdjoengkel; kamoelia'an — bisa goerem; segala apa jang orang bilang „akoe poenja”, aken mendjadi linjap, terkadang dengen satjara menjedihken. Maka saorang jang mengenal Tao, jang lepas dan lempar pergi itoe rasa kamilikan, aken terbebas dari segala gontjangan jang mendjadi soember dari manoesia poenja katjilaka'an dan kadoeka'an — ia mendjadi saorang jang paling hartawan, paling berkoeasa, paling moelia, paling kekel dalem kaberoentoengannja, sebab tida ada ganggoean atawa gontjangan doenia bisa pengaroehin pada dirinja. (Ajat 7-9).

Itoe Wet dari Kabeneran telah melipoeti segala apa dengen diam-diam, memberi kaoentoengan pada samoea jang mengarti dan bisa terima, dan tida perna mengganggoe atawa menjilakain pada siapa djoega. Kaloe toch banjak manoesia masih moesti tanggoeng sangsara teroes-meneroes, itoelah ada dari lantaran marika maoe tjoba hidoep terpisah dari Tao, bertentangan sama itoe Wet Kabeneran, jaitoe tjoba oetamain dirinja sendiri, dengen pegang, koempoel dan poenjaken segala apa jang sabenernja tida bisa dipoenjain oleh salah-satoe orang boeat selamanja, hingga kasoedahannja teroes-meneroes ia kena alamken kailangan, karoegian dan kagagalan jang menjilakaken. Maka saorang boediman tida soeka berdaja atawa bergoelet boeat dapetken ini atawa itoe. Dengen melepaskan samoea, tida pikir sama sekalih kapentingan bagi dirinja sendiri, ia djadi bersatoe sama jang terbesar, jang melahirken segala apa di seloeroeh alam, ka mana samoea machloek dan benda aken menoedjoe, jaitoe Tao jang melipoeti samoea! (Ajat 10-11).

Tamat.

Ini salinan dengen katerangannja selese dikerdjaken di Tjitjoeroeg pada hari Minggoe tanggal 12 December 1937 djam 10 malem. — K.T.H.