Sorga Ka Toedjoe/Bagian Ketigabelas
BAGIAN KETIGABELAS
Berkoempoel Kembali
HADIDJAH sedang doedoek sendirian dipertengahan roemahnja jang loeas dan diperaboti serba bagoes.
Sedari pagi ia rasakan hatinja kekedoetan, sebagai djoega ada alamat bahwa diitoe hari bakal terdjadi apa-apa jang penting dalam penghidoepannja. Ia doedoek salah, djalanpoen salah, hingga ia tidak tahoe moesti berboeat apa.
Baroe sadja ia doedoek diitoe krosi gojang sembari lajangkan pikirannja pada peghidoepannja ketika masih bersama-sama Kasimin, koetika Hoesin datang masoek keitoe roeangan dengan diikoeti oleh Kasimin, jang kelihatannja djadi bingoeng, karena tidak taoe Hoesin henda bawa ia kemana.
Tempo melihat Kasimin berdiri bingoeng didekat pintoe melihatin pada Hadidjah jang sedang doedoek di krosi gojang, Hoesin laloe samperkan dan toentoen Kasimin adjak ia datang dekat pada Hadidjah.
Kasimin kenali pada sang isteri jang ia selaloe boeat kenangan bertahoen-tahoen lamanja. Dengan tidak merasa lagi Kasimin laloe djatoehkan dirinja didekatnja Hadidjah dan sembari pegang tangannja itoe perempoean jang tidak bisa melihat, ia laloe berkata :
„Hadidjah, oh, Hadidjah, apatah betoel akoe sedang berhadapan lagi sama kau, atawa akoe sekedar mengimpi sadja ?”
Mendengar soearanja Kasimin, Hadidjah djadi mengingat terharoe, hingga boeat seketika lamanja ia tidak bisa keloearkan sepatah sepatah perkataan djoega.
„Hadidjah,” berkata lagi Kasimin sembari gojang-gojang badannja sang isteri „Hadidjah, apatah kau soedah tidak kenalin lagi sama akoe ? Djawablah, Hadidjah, djawab pertanjaankoe !”
Masih djoega Hadidjah tinggal diam, karena terharoenja, hingga Kasimin djadi berkata lagi : „Hadidjah, ampoenkanlah padakoe jang soedah tinggalkan kau dengan setjara kedjam ! Bilanglah, Hadidjah, jang kau ampoenkan akoe !” sembari gojang-gojang lagi badannja Hadidjah.
Sebagai orang baroe mendoesin dari mengimpinja, achirnja bisa djoega Hadidjah berkata, sembari pegang tangannja Kasimin :
„Apa betoel kau Kasimin, soeamikoe ? Akoe toch lagi sedar, boekannja lagi mengimpi !”
„Ja, Hadidjah, akoe ini Kasimin jang selaloe kenangkan kau !” Mendapat itoe djawaban dari Kasimin, Hadidjah djadi menangis tersedoe-sedoe, begitoe djoega Kasimin, tapi ini kali mereka menangis boekan karena doeka, hanja karena kegirangan. Dengan tidak perdoelikan lagi pada Hoesin jang sedari tadi tinggal berdiri bingoeng mengawaskan kelakoean mereka, Hadidjah dan Kasimin saling rangkoel satoe sama lain sembari menangis.
Mendengar soeara tangisannja iapoenja bibi, Rasminah memboeroe keloear, tapi dibetoelan pintoe ia djadi berdiri diam sebagai orang kasima, ketika melihat Hadidjah sedang merangkoel seorang jang ia tidak kenal sembari menangis. Hoesin gojangkan tangannja, sebagai tanda soepaja Rasminah djangan ganggoe itoe doea orang, kemoedian ia samperkan itoe gadis dan toentoen Rasminah djalan keloar dari itoe roeangan.