Sejarah Kota Banjarmasin/Bab 3
3.1 Pemekaran Kota Sesudah Tahun 1950—1979
Secara geografis, Kota Banjarmasin makin berkembang sesuai dengan keadaan zaman. Kota Banjarmasin, pada awalnya berpusat di Kuin Cerucuk, dengan hadirnya bangsa Belanda dalam bidang perdagangan, lambat laun pusat kota dan pemerintahan berpindah ke Pulau Tatas. Tentunya sejalan dengan politik kolonisasi pemerintah Belanda. Di pulau ini Belanda membangun sebuah benteng yang disebut Fort Tatas. Pulau Tatas terletak di sebuah delta Sungai Barito sekarang dibatasi oleh Sungai Barito, Sungai Martapura, Sungai Antasan Kecil dan Sungai Kuin.
Pulau Tatas mula-mula disewakan kepada Belanda pada tahun 1747. Di atas pulau ini didirikanlah perkantoran atau loji. Pada tahun 1756 didirikan benteng kayu. Benteng menjadi penting sekali sesudah tahun 1787. Benteng ini menjadi pusat pemerintahan dan kekuasaan Belanda di daerah yang diserahkan oleh Sultan yang memegang kekuasaan Kerajaan Banjar. Fort Tatas menjadi simbol kekuasaan dan berkembangnya penjajahan Belanda atas Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah sampai dengan 29 Desember 1942, dan NICA sampai tahun 1949. Sebagai bangunan bersejarah di daerah Kalimantan Selatan, benteng ini telah dihancurkan untuk: digantikan dengan Masjid Raya Sabilal Muhtadin, dan lenyap dari pengamatan generasi yang akan datang1)
Sebagai titik sentral Fort Tatas dikelilingi oleh bangunan-bangunan perumahan-perumahan, gedung-gedung, pusat-pusat perbelanjaan, pertokoan, kantor-kantor, museum, bar dan restaurant, hotel-hotel, bioskop, teater, dan balai kotapraja. Jaringan lalu lintas juga berpusat pada titik tersebut dan menyebar ke segala arah.
Sesudah tahun 1950-an, pemekaran kota Banjarmasin makin meningkat, seiring dengan padatnya pemukiman di pusat kota. Angka kelahiran meningkat, sedangkan angka kematian menurun sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan pegawai kesehatan dan pengertian masyarakat. Di samping itu gelombang urbanisasi mengalir terus masuk ke kota dari pedalaman, karena gangguan gerombolan Ibnu Hajar (1900—1961), sedang sebagian lagi untuk mencari nafkah dan melanjutkan studi.
Pertambahan penduduk dengan areal pemukiman yang tidak berimbang, mengakibatkan timbulnya distribusi wilayah ke luar titik sentral. Penyebaran penduduk, maka terjadi pada aktivitas-aktivitas khusus yang kemudian menempati wilayah-wilayah tertentu1).
Pemekaran kota Banjarmasin sebelum Repelita pertama tidak serasi, karena pemerintah belum menangani secara serius terhadap perumahan dan pembangunan kota. Kondisi politik dan keamanan di Kota Banjarmasin pada saat itu belum stabil.
Pada tahun 1950-1969 di pinggiran kota sebelah Utara terbentang jalan Belitung & 400 meter arah ke sungai Barito dan terhenti. Pada tikungan arah ke Utara lagi bertemu jalan Kuin. Pada tikungan ini dibangun Pertamina sebagai persediaan minyak untuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. 30
Jalan Kuin ini terbagi dua oleh Sungai Kuin sendiri, karena itu disebut Kuin Utara dan Kuin Selatan. Pada bagian lain terdapat pula Kampung Alalak yaitu Alalak Utara dan Alalak Selatan. Keduanya adalah perkampungan rakyat yang penempatan rumahnya tidak teratur.
Pada tahun 1970—1979 makin berkembang lagi pembangunan terutama pemukiman dan seiring dengan itu jalan-jalan diperlebar dan diperpanjang arah ke Barito Kuala. Di sini ditemukan jalan Kayu Tangi yang sekarang diganti namanya menjadi Jalan Brigjen H. Hassan Basri. Di kiri dan kanannya dibangun pemukiman Kayu tangi I dan II sebagai realisasi dari proyek perumahan rakyat. Gedung-gedung juga dibangun. pada jalan ini seperti gedung Universitas Lambung Mangkurat, Rumah Sakit Jiwa dan SPSA.
Ke sebelah selatan berkembang pembangunan rumah-rumah rakyat yang umumnya tidak teratur dan berdempet-dempet seperti daerah Kelayan, dan Pemurus. Arah ke Hilir Sungai Martapura ditemukan Kampung Mantuil di pertemuan. Sungai Barito dan Martapura. Antara Mantuil dan Banjarmasin ada dibangun beberapa industri kayu lapis, industri kapal layar dan dok-dok kapal terutama di tepian Sungai Martapuranya3).
Di sebelah timur, daerah ini termasuk padat penduduknya. Bagian ini termasuk pusat kota pada masa Kerajaan Banjar, dan berseberangan dengan pusat pemerintahan Kalimantan Selatan. Pembangunan tidak banyak, tetapi pertambahan perumahan penduduk makin padat. Tetapi bangunan pemerintah
bertambah dengan perumahan ABRI di Kompleks A. Yani dan bertambahnya pasar di kompleks ini. Demikian pula adanya jalan tembus antara Jalan Veteran dan Jalan A. Yani sebagai jalan protokol yaitu Jalan Gatot Subroto. Pembangunan pada jalan Gatot Subroto berhubung dengan pusat, karena di tepi jalan dibangun rumah-rumah gedung dan gedung-gedung kantor. Arah ke dalamnya baik kiri dan kanan perumahan elite baru pada masyarakat Banjar. 31
Di sebelah barat banyak berkembang perumahan rakyat dan buruh-buruh yang tidak teratur. Di samping itu dibangun beberapa gedung dan tower, pelabuhan Tri Sakti dan industri-ndustri kayu.
Pemekaran kota berbarengan dengan pengkaplingan dan pembagian pemilikan tanah. Tanah-tanah pinggiran kota di desa berproses ke tanah kota, terdapat pemisahan hak, dan sekali tercapai, pola-pola pemisahan tanah di wilayah kota timbul secara menyolok.⁴) Dalam proses ini pemilikan tanah yang besar di Banjarmasin menjadi merosot dan pemilik tanah kecil menjadi meningkat. Ketika pemekaran kota ke arah pinggiran, mulanya terjadi pengkaplingan tanah. Karena itu pembagian tanah selalu mendahului pemekaran kota.⁵)
Pemekaran Kota Banjarmasin jika kita tinjau dari sudut sosial, politik, dan ekonomi maka sangat erat kaitannya dengan unsur-unsur keperluan hidup masyarakatnya sehari-hari dan juga dengan mata pencaharian penduduknya.
Dari segi sosial, dapat kita hubungkan dengan kegiatan kota yang merupakan tempat yang serba majemuk, seperti: Tempat hiburan, bioskop, pasar, pertokoan, pabrik, industri, jalanan yang penuh dengan mobil, pendidikan dan lain-lain sebagainya.
Dengan adanya pemekaran kota, maka jadilah kota sebagai tempat untuk mencari usaha-usaha bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini tentunya meningkatkan tarap hidup masyarakatnya. Kota menyediakan sarana hiburan seperti Arjuna Plaza, bioskop dan lain-lain.⁶) Kotamadya Banjarmasin yang semakin mekar, membawa akibat yang sudah tentu mempunyai dampak, baik positif maupun negatif.
Adapun pengaruh yang positif jika ditinjau dari sudut sosial, yaitu:
1) Kota semakin semarak oleh kemegahan gedung-gedung dan semakin ramai. 32
2) Pendidikan masyarakat semakin tinggi tarafnya, dengan adanya Universitas Lambung Mangkurat, sebagai satu-satunya perguruan tinggi negeri di daerah ini.
3) Dengan mekarnya Kota Banjarmasin, maka taraf hidup rakyat semakin tinggi, sebab mudah mencari usaha sebagai hasil dari pembangunan yang kian meningkat.
4) Sarana jalan atau perhubungan semakin banyak untuk keperluan distribusi, dan lain-lain.
Semua kebaikan dari sudut sosial di atas, akan berlawanan sekali jika diungkapkan segi negatifnya, yaitu:
1) Dengan majunya Kota Banjarmasin yang dimekarkan, maka tingkat kebutuhan masyarakat semakin bertambah, sehingga memerlukan biaya hidup yang tinggi, sedangkan pemekaran kota tidak menjamin bahwa usaha dan kesempatan kerja selalu ada, sehingga akibatnya timbul berbagai penyimpangan hukum dan moral seperti: penodongan, perampokan, Wanita Tuna Susila, dan lain-lain sebagainya.
2) Dengan banyaknya hiburan di Kota Banjarmasin, maka sedikit banyaknya menggeser nilai-nilai budaya yang hidup di masyarakat. Jika dulu sebelum tahun 1950, sifat kegoongroyongan masih banyak dijumpai, namun sesudah itu ada gejala kian menipis.
Kota Banjarmasin semakin padat, dan rumah-rumah penduduk semakin sesak. Ditinjau dari sudut sosial, hal ini sangat rawan jika terjadi kebakaran yang memang sering melanda kota ini. Tidak terlepas dari padatnya penduduk adalah masalah sampah dan bekas barang-barang keperluan penduduk. Tapi yang sangat meresahkan adalah banyaknya WTS, baik yang nyata ataupun terselubung. Padahal penduduk kota Banjarmasin dikenal sebagai orang yang taat beragama Islam. Masalah yang lebih rumit lagi adalah banyaknya angkatan kerja yang menganggur, sebab lowongan kerja yang tadinya kosong telah terisi oleh pencari kerja lainnya.
Jelaslah bahwa jika dilaksanakan pemekaran kota, di samping ada kebaikannya berarti pula ada keburukannya. Sedangkan yang menerima akibatnya adalah masyarakat juga.
Jika kita tinjau dari sudut politik, pemekaran kota Banjarmasin ada juga dampaknya. Dengan adanya berbagai golongan masyarakat dan suku bangsa menjadi warga kota ini, maka secara tidak langsung akan memudahkan terjadinya pembauran, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa yang kita kehendaki akan lebih kokoh. Di samping itu pula, dengan adanya pembauran sedikit banyaknya menimbulkan akulturasi kebudayaan daerah masing-masing.
Aspek lainnya dari pemekaran kota Banjarmasin dapat diartikan sebagai usaha pemerintah untuk meningkatkan kemajuan yang merata di seluruh wilayah Indonesia, yang mempunyai 27 propinsi, yang berarti juga 27 ibu kota propinsi, dan salah satunya ialah propinsi Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin.7)
Kota Banjarmasin merupakan tempat pusat kegiatan administrasi pemerintahan, sehingga dengan adanya pemekaran akan dapat menyusun struktur kota, sebagaimana dalam tahun 1961-1962, maka pembangunan diarahkan pada pertokoan.8) Dengan adanya usaha ini, maka secara politik suasana kota yang dulunya semraut dan tidak teratur, akan mudah ditata baik bentuk maupun letaknya, sehingga kota akan kelihatan teratur, bersih dan nyaman.
Dari segi ekonomi letak yang strategis menjadikan kota Banjarmasin memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian dan kelancaran roda pemerintahan dari daerah-daerah hinterlandnya.
Adanya dua pelabuhan dalam daerah Tingkat Jl Banjarmasin yakni pelabuhan pantai yang terletak di sungai Marta34 pura dan pelabuhan Samudera/pelabuhan ekspor yang terletak di Sungai Barito, menjadikan kota Banjarmasin sebagai pusat perdagangan dan kota pelabuhan utama bagi daerah-daerah Kalimantan Selatan dan sekaligus pula sebagai pelabuhan tran- sito untuk daerah Tingkat I Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Prospek pembangunan ekonomi Kalimatan Selatan akan menjadikan kota Banjarmasin sebagai sentral ekonomi yang utama.
Daerah-daerah produsen yang menunjang kota Banjarmasin dalam kedudukannya sebagai sentral ekonomi utama adalah Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala dan kabupaten- kabupaten di Hulu Sungai. Hubungan kota Banjarmasin sebagai daerah sentral ekonomi utama dengan daerah penunjangnya dapat dilakukan baik melalui darat maupun melalui sungai yang kondisinya memadai.
Adanya kota Banjarmasin sebagai pusat perdagangan se- perti disebutkan di atas adalah pengaruh dari pemekaran kota, sehingga perekonomian di kota ini semakin berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun.9)
Mata pencaharian penduduk umumnya adalah berdagang, jadi pegawai, memburuh, sebagian petani dan nelayan. Karena itu pemekaran kota Banjarmasin jika ditinjau dari sudut eko- nomi sangat tepat sekali, karena akan menambah sarana bagi kepentingan masyarakat.
Jika kita tinjau dari sudut ekonomi pemekaran kota Ban- jarmasin sangat erat kaitannya dengan segi sosial dan politik. Dampak negatif dari segi sosial sebenarnya merupakan akibat dari faktor ekonomi.10) Segi-segi yang berhubungan antara pemekaran kota Banjarmasin dengan ekonomi adalah: 1) Pertokoan Toko-toko yang teratur mempermudah para pembeli un- tuk mencari barang keperluannya, dengan demikian akan meng- untungkan bagi pedagang. 2) Pasar
Dengan semakin bertambahnya lokasi pasar, akan membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin berusaha atau bekerja dengan berdagang. Hal ini merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya.
3) Distribusi
Dengan adanya ketertiban hasil pemekaran kota di Banjarmasin ini, maka hal itu mempermudah pemerintah untuk mengawasi barang-barang yang akan disalurkan oleh produsen, sehingga tidak terjadi apa yang dikenal istilah ”Barang Selundupan”. Adapun kaitannya dengan perhubungan ialah agar saluran lalu lintas penyampaian barang dari produsen ke konsumen dapat sampai dengan lancar. Hal ini erat kaitannya dengan sarana transportasi.
4) Tempat hiburan dan bioskop
Tempat hiburan dan bioskop juga berkaitan erat dengan lajunya pembangunan di daerah Kotamadya Banjarmasin, khususnya di bidang ekonomi, karena keduanya dapat dijadikan usaha.
5) Perumahan
Karena tingkat ekonomi masyarakat terlalu rendah, sehingga banyak rumah-rumah penduduk yang layak disebut gubuk, tidak teratur dan berlapis-lapis, sehingga mempersulit tujuan pemekaran kota yang diharapkan, yakni kota bersih, indah, teratur dan nyaman.
6) Terminal taksi kota dan parkir sepeda motor
Taksi kota sangat diperlukan oleh masyarakat, sehingga merupakan usaha yang baik bagi para sopir, maka agar ada keteraturan sepantasnyalah terminal taksi kota tersebut dibangun. Sedangkan parkir sepeda motor juga tidak kalah pentingnya untuk kepentingan pengendara sepeda motor.
Kesemua segi di atas dapat menambah pendapatan masyarakat yang dengan sendirinya juga menguntungkan Pemerintah Daerah, melalui pajak atau iuran yang diedarkan, baik yang sifatnya bulanan ataupun juga mingguan dan harian.
Pemekaran kota Banjarmasin ini sangat erat kaitannya dengan kepentingan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat merupakan dua komponen yang tak terpisahkan dalam melaksanakan pemekaran kota Banjarmasin ini. Sudah sewajarnya pemerintah menetapkan peraturan sebaikbaiknya untuk kepentingan masyarakat, sehingga tidak menggelisahkan ataupun meresahkan masyarakat tersebut. Berkaitan dengan itu pula masyarakat sudah sepantasnya menaati dengan penuh kesadaran atas peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintahnya. Dengan bekerjasamanya dua komponen tersebut, maka pemekaran kota Banjarmasin dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga gedung-gedung, baik untuk pemerintahan ataupun hiburan serta pertokoan dapat dibangun, dan juga sarana jalan untuk kepentingan perhubungan semakin teratur.
32 Pertumbuhan Pemukiman-pemukiman dan Perbaikan Perkampungan
Sampai tahun 1979 penduduk Banjarmasin berjumlah: 381.286. Luas per Km2 72. Kepadatan penduduk Banjarmasin per Km2 5.296. Dari kenyataan-kenyataan jumlah penduduk di Banjarmasin yang banyak itu, maka setelah rumah penduduk disusun, mereka menempati rumah yang terdiri dari:
Rumah tunggal :
Sebuah tabel seharusnya muncul pada posisi ini dalam teks. Lihat Bantuan:Tabel untuk instruksi format. |
Rumah Kopel :
Sebuah tabel seharusnya muncul pada posisi ini dalam teks. Lihat Bantuan:Tabel untuk instruksi format. |
Pertumbuhan pemukiman penduduk di Kotamadya Banjarmasin antara tahun 1965 sampai 1979 sudah sangat pesat dan menimbulkan permasalahan yang rumit yang dihadapi oleh pihak Pemerintah Daerah dan bagi kita semua yang menyadari akan pentingnya lingkungan yang sehat, indah dan teratur.
Pemukiman penduduk di Kotamadya Banjarmasin kalau kita amati dalam peta pemukiman sekitar tahun 1965 masih sangat jarang sekali dan belum menjadi masalah yang serius bagi Pemerintah yang mengaturnya dan bagi keindahan kota ini.
Penduduk Kotamadya Banjarmasin sekitar tahun 1965 masih sangat sedikit dan hal ini tidak menjadi masalah dalam memukimkan penduduknya. Di Banjarmasin wilayah-wilayah yang dijadikan penduduk sebagai tempat tinggal sekitar tahun 1960-an terutama daerah-daerah yang dekat dengan jalan raya dan masih banyak sawah-sawah pasang surut di luar kotamadya Banjarmasin.1 3) .
Kita lihat saja misalnya, di sekitar jalan Sutoyo dan Pembangunan, sekitar tahun 60-an masih jarang sekali rumah-rumah penduduk dan di sana-sini masih leluasa untuk melepaskan pandangan baik ke kiri maupun ke kanan. Tetapi sekarang keadaannya sudah sangat jauh berbeda. Rumah-rumah yang satu saling berhimpitan dengan yang lain, dan ini karena jumlah penduduk yang meningkat dengan drastis tanpa diimbangi dengan pemukiman yang layak dan memadai.
Mereka yang datang ke Banjarmasin tidak hanya orang dari Hulu Sungai dan Kalimantan Tengah, tetapi juga orang-orang dari Jawa yang bermigrasi ke sini dengan membawa keluarganya. Hal inilah yang menimbulkan problem kependudukan, terutama masalah rumah sebagai tempat tinggal.
Kalau dahulu satu rumah hanya ditempati satu keluarga, tetapi sekarang satu rumah kemungkinan bisa ditempati dua atau bahkan tiga kepala keluarga. Mereka tidak memperhitungkan apakah rumah mereka mememuhi syarat untuk didiami oleh sekian banyak orang atau faktor lain yang menjadi masalahnya, misalnya orang Banjar kebanyakan tinggal di rumah yang besar yang didiami oleh beberapa kepala keluarga dan ini karena menuruti adat orang Banjar yaitu bubuhan yang menjadi ciri khas dari mereka.1 4)
Kita ambil contoh lagi, misalnya di sekitar Banjar Raya yang dulunya belum banyak didiami oleh penduduk, sekarang penuh dengan bangunan-bangunan liar dan semrawut yang saling berhimpitan satu sama lainnya. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah penduduk akibat migrasi atau urbanisasi.
Di daerah sekitar Plimer atau Tri Sakti pun sekarang juga penuh dengan berjejal-jejalnya rumah. Secara tidak sengaja mereka mendirikan rumah-rumah karena mengikuti kawan-kawannya, karena ingin rumah yang mempunyai tetangga, padahal daerah itu daerah yang kurang sehat bila dipandang dari segi kesehatan.
Daerah lain yang menjadi tempat pemukiman penduduk yang berjubel adalah daerah Kelayan. Dahulu tidak begitu banyak perumahan yang didirikan di situ, tapi tahun 70-an ke atas rumah-rumah di sekitar Kelayan sudah mulai agak rapat antara yang satu dengan yang lain.1 5)
Penduduk mendirikan rumah-rumah di sini memilih daerah mudah transportasinya, yaitu di pinggir sungai Martapura dan anak cabangnya. Penduduk Kotamadya Banjarmasin kian tahun kian bertambah banyak dan sejalan dengan itu maka kebutuhan akan perumahan bertambah meningkat. Mereka yang tidak memiliki tanah untuk mendirikan rumah terpaksa mendirikan rumah di daerah-daerah yang seharusnya tidak boleh didirikan bangunan apa pun karena daerah itu dijadikan alur lalu lintas air, yaitu untuk jukung dan klotok. Setelah sebagian daerah sungai tadi dijadikan perumahan oleh penduduk, maka alur lalu lintas air otomatis terganggu. Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/49 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/50 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/51 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/52 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/53 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/54 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/55 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/56 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/57 Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/58