Rimba-Rimba/Bab 12

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas


AIE DINGIN LULUH LANTAK

Betapa hancur luluhnya hati mereka melihat kampung halaman sudah morat marit. Rumah guru mereka juga sudah rata dengan tnah. Lima orang penduduk terkapar meregang nyawa.

“Kita harus menuntut balas. Ini tidak bisa dibiarkan,” kata Johan.

Tidak ada yang mau bertanggung jawab atas peristiwa yang dikenal dengan Aie Dingin Badarah itu. Mayat-mayat mesti ditanam sore itu juga di kaki Bukit Batabuah.

Setelah mayat-mayat dikubur, dendam pun dituntut balas. Siapapun yang bertanggung jawab, yang pasti setelah peristiwa Aie Dingin Badarah semangat Perjuangan rakyat muncul. Orang-orang yang semula ragu dan bimbang, kini muncul dengan gagahnya berteriak dan menyatakan diri bagian dari PRRI. Kini, baik itu rakyat biasa atau pun tentara PRRI sudah bersatu untuk menghadang pasukan pusat “dan antek-antek PKI, Di Simpang Aie Dingin, ntereka mmengganas dengan menyergap pasukan mobil patrol tentara pusat. Dua orang tentara pusat tewas dalam penyergapan itu. Sisanya melarikan diri. Mobil patrol dibakar.

Semenjak kejadian itu, nama Harimau Campo yang ikut serta dalam penyergapan ikut menjadi harum dan menjadi bahan perbincangan di kedai-kedai, bahkan sampai ke telinga komandan tentara PRRI.


★★★