Lompat ke isi

Puisi Afrizal Malna: Kajian Semiotika/Kata Pengantar

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT BAHASA



Sastra merupakan cermin kehidupan masyarakat pendukungnya, bahkan sastra menjadi ciri identitas suatu bangsa. Melalui sastra, orang dapat mengidentifikasi perilaku kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan kepribadian masyarakat pendukungnya serta dapat mengetahui kemajuan peradaban suatu bangsa. Sastra Indonesia merupakan cermin kehidupan masyarakat dan peradaban serta identitas bangsa Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan, baik sebagai akibat tatanan baru kehidupan dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, serta teknologi informasi maupun akibat peristiwa alam. Kondisi itu telah menempatkan budaya asing pada posisi strategis yang memungkinkan pengaruh budaya itu memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan mempengaruhi perkembangan sastra Indonesia. Gejala munculnya pengaruh budaya asing pada media elektronik (radio/televisi) dan di tempat-tempat umum menunjukkan perubahan perilaku masyarakat dalam kehidupan masa kini. Selain itu, gelombang reformasi yang bergulir sejak 1998 telah membawa perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik. Di sisi lain, reformasi yang bernapaskan kebebesan telah membawa dampak ketidakteraturan dalam berbagai tata cara kehidupan bermasyarakat. Penghayatan fenomena seperti itu yang dipadu estetika telah menghasilkan satu karya sastra.

Buku Puisi Afrizal Malna: Kajian Semiotika ini merupakan hasil penelitian Saudara Mulyadi. Untuk itu, Pusat Bahasa menyambut dengan gembira penerbitan ini dan saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada penulis buku ini karena buku ini akan memberi manfaat bagi masyarakat yang memahami semiotika dan memahami sastra pada umumnya.

Mudah-mudahan penerbitan buku ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas, khususnya generasi muda dalam melihat kehidupan dan berbagai simbol-simbol dalam tatanan kehidupan masyarakat modern ke depan.


Jakarta, 5 Desember 2005


Dendy Sugono