Pola-Pola Kebudajaan/Bab 6

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

VI
PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA


Dahulu kala orang2 Indian jang bertempat tinggal didaerah pantai Lautan Teduh antara Alaska dan Puget Sound, merupakan bangsa jang kuat dan tjongkak. Kebudajaannja sangat menarik hati, dan lain sekali sifatnja dibandingkan dengan kebudajaan bangsa jang ada disekitarnja. Mereka memiliki tenaga jang djarang kedapatan pada bangsa2 lain. Kebudajaannja mengakui nilai2 lain jang lazim ada pada kebudajaan2 lain, dan merékapun mempunjai motif2 lain, tidak seperti jang lazim berlaku pada kebudajaan2 lain.


Untuk suatu bangsa primitif mereka mempunjai banjak kekajaan. Kebudajaannja dibangunkan diatas persediaan makanan jang tjukup, jang bahkan boléh dikata tiada habis2nja dan jang mudah mendapatnja. Ikan jang mendjadi bahan makanan utamanja, mudah sadja diambilnja dari laut dalam djumlah jang besar. Ikan salem, halibut, andjing laut dan ikan-lilin dikeringkan untuk didjadikan persediaan makanan, atau minjaknja diperas. Ikan2 paus jang terdampar selalu dipergunakan, dan bangsa2 jang berdiam didaérah sebelah Selatan bahkan menangkapi ikan2 paus. Tanpa Jaut mereka tak akan bisa hidup. Bukit2 mendjulang dibelakang daérah pantai: meréka mendirikan rumah2nja diatas pantai. Keadaan tanah mentjukupi sjarat2 jang mereka perlukan. Banjak sekali pulau2 bertébaran didepan pantai jang berliku2 itu dan dengan begitu tidak sadja melipat-tigakan pandjang garispantai, akan tetapi djuga melindung perairan2 besar, sehingga terlindung pula perkapalan dari pukulan2 ombak Lautan Teduh. Alam pikiran mereka samasekali dipengaruhi oleh laut. Daérah itu masih sadja sampai sekarang merupakan tempat terpenting dimana ikan2 melepaskan telor2nja. Suku2 pesisir Barat-Laut mengetahui baik sekali musim ikan, seperti halnja bangsa2 lain mengetahui tingkah-laku dan tabiat beruang atau musim untuk menebarkan bibit. Bahkan apabila meréka kadang2 tergantung djuga kepada beberapa hasil bumi, jakni apabila mereka menebang pohon" besar jang dipotong2nja mendjadi papan untuk dibuatnja rumah atau ditjekungnja dengan api dan ditatah untuk dibuat kano, mereka selalu dekat pada perairan. Mereka tak mengenal tjara pengangkutan, selainnja melalui laut atau sungai, dan

tiap2 pohon ditebang didekat sungai atau teluk sehingga mudah mengangkutnja kedésa.

154

POLA-POLA KEBUDAJAAN


Mereka memelihara lalulintas dan perhubungan dengan kano2 Jang mampu mengarungi laut. Mereka itu pemberani, suka akan pertualangan2, dan meréka mengembara djauh ke utara dan ke Selatan. Perkawinan2 untuk orang2 jang ternama diselenggarakan dengan orang2 bangsawan dari suku lain, dan undangan2 untuk mengundjungi pesta2 besar, potlach, dikirimkan beratus2 mil dari pantai dan didjawab dengan kiriman barang2 jang memenuhi kano2 dari suku2 jang djauh tempat-kediamannja. Bahasa2 mergka tergolong dalam berbagai rumpun-bahasa, dan oleh karena itu mereka terpaksa untuk bisa pula menggunakan bahasa2 jang ber-lain2an sifatnja, Namun begitu, upatjara2 sampai pada bagian2 se-ketjil'nja bisa merata dikalangan orang2 jang ber-lain2an bahasanja itu. Tidak bedanja dengan tjerita-rakjat jang tersebar merata pula, dan ini adalah unsur asasi jang mendjadi milik kolléktif.


Mereka tak menambah persediaan bahan makannja dengan berusaha bertani. Memang mereka mempunjai kebun2 ketiil jang ditanami semanggi dan sebangsanja, akan tetapi selain ini tidak ada lagi. Pekerdjaan utama, ketjuali menangkap ikan dan berburu jalah membuat perkakas2 dari kaju, Mereka membuat rumah dari papan2 kaju, mereka mengukiri tiang2 totem jang besar dan tinggi, nrereka memberi bentuk2 mungil kepada segi2 kotak jang dibuatnja dari satu potong2 kaju dan mergka mengukiri dan mengbiasinja. Mer£ka membuat kano jang bisa mengarungi laut, mereka membuat topeng2 kaju, alat2 rumahtangga dan berbagai matjam alat2.pakai. Meskipun tiada badja untuk membuat kampak dan gergadji, mergka menebang pohon2 tjemara besar, membelahnja mendjadi papan2 dan mengangkutnja melalui laut tanpa menggunakan roda, ke-desa2. Disana mereka membuat rumah2 keluarga dari papan2 itu. Tekniknja pelik dan mengagumkan. Mereka setjara tjermat memasukkan papan2 dalam lobang2 batok, mengangkat batang2 pohon besar untuk dipergunakan sebagai tiang2 dan belandar, mereka tahu tjara menantjapkan kaju dalam lobang2 sedemikian rupa, sehingga sambungannnja tak terfihat. Mereka membuat kano dari satu batang pohon tjemara. Dengan kano2 ini mergka bisa mengarungi laut, satu kano memuat Jimapuluh sampai enamputuh anak-buah. Keseniannja berani dan eksétis, tak kalah dengan kesenian primitif manapun djuga.


Kebudajaan datrah Barat-Laut runtuh pada achir abad kesembilanbelas. Pengetahuan kita jang langsung mengenai kebudajaan ini sebagai peradaban jang hidup ol£h karena itu haija terbatas pada suku2 jang dilukiskan satu angkatan sebelumnja, sehingga kebudajaan suku2 Kwakiutl dari Pulau2 Vancouver sadja jang bisa kita ketahui se-teliti2nja.
PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

Oléh karena itulah lukisan jang berikut ini untuk sebagian terbesar mengenai kebudajaan suku² Kwakiutl, ditambah dengan detail² jang kita ketahui pada suku² lainnja, dan apa² jang masih diingat oléh orang² tua, jang pernah ikut serta dalam kebudajaan jang sudah lenjap itu.

Seperti halnja dengan kebanjakan bangsa Indian Amérika, ketjuali bangsa Pueblo di Barat-Daja, bangsa Indian dipesisir Barat-Laut adalah kaum Dionysia. Dalam upatjara² keagamaannja jang mendjadi tudjuan ialah ékstase. Penari terpenting, se-tidak²nja dipuntjak tarinja, harus kehilangan kekuasaannja terhadap diri sendiri dan harus mengalami keadaan lain. Ia harus menggigil se-hebat²nja dan setjara tak wadjar, dengan busa dimulutnja, dan melakukan hal² jang dalam keadaan biasa dianggap sangat mengerikan. Beberapa penari diikat dengan empat tali, jang dipegangi oléh penonton², supaja meréka tak mendatangkan malapetaka dalam keadaan ékstasenja itu. Njanjian²nja waktu meréka menari me-mudja² kekerandjingannja itu sebagai suatu mudjizat adikodrati :

Ruh jang menghantjurkan akal manusia,
Hai, kawan 1) adikodrati jang benar², mentjemaskan orang².
Ruh jang menghantjurkan akal manusia,
Hai, kawan adikodrati jang benar², mentjeraiberaikan orang² jang berada dalam rumah.²)

Sementara itu, penari menari dengan arang² membawa dalam tangannja Ia mempermainkannja setjara semberono sekali, ada jang dimasukkannja dalam mulut, ada jang dilontarkannja diantara orang² jang berkerumun, sehingga meréka ini mendapat luka²-bakar dan perhiasan²nja jang dibuat dari kulit pohon tjemara berkobar. Djika penari²-Beruang menari, paduan-suara menjanyi :

Sangat kerandjinganlah orang adikodrati jang besar ini,
Ia akan mendukung orang² dan akan menjiksanja,
Ia akan menelannja mentah², kulitnja dan tutang²nja,
menghantjurkan daging dan tulang²nja dengan giginja.

Semua penari, jang dalam menari membuat kesalahan, harus mendjatuhkan diri se-olah² ia mati dan pelaku² Beruang menerkamnja dan melukainja. Kadang² ini hanja sandiwara, akan tetapi menurut adjaran tradisionil untuk beberapa kesalahan jang tertentu tiada peringanan

______________

¹) Jakni kanibal pendjuru Utara dunia, dewa-pelindung jang adrikodrati para penari jang menari dalam tjekamannja.

²) Meréka lari ketakutan.

156

POLA-POLA KEBUDAJAAN

dalam hukuman. Dalam upatjara2 jang besar Beruang2 berpakaian seluruhnja dengan kulit2 beruang hitam dan bahkan dalam upatjara2 jang tak begitu besar mergka mengenakan kulit kaki-depan beruang, dilengannja, semua kuku2nja kelihatan. Beruang2 menari disekitar api men-tjukir2 tanah, dan kelakuannja betul2 mirip tingkahlaku beruang jang sedang marah. Sementara itu, orang2 jang berkerumun menjanjikan Njanjian Beruang :


Bagaimana kita harus menjembunjikan diri terhadap beruang, jang mendjeladjah seluruh dunia,


Marilah kita bersembunji didalam tanah ! Marilah kita menutupi punggung kita dengan lumpur, supaja beruang jang mengerikan dari Utara dunia ini tak bisa menemukan kita.


Tari2an Pesisir Barat-Laut dilakukan oleh sjarikat2 keagamaan, dimana perseorangan2 diwedjang olkh pemimpin2 adikodrati sjarikat. Pertemuan dengan ruh adikodrati adalah suatu pengalaman jang erat perhubungannja dengan pengalaman visiun jang terdjadi dibanjak daérah di Amerika jakni visiun Jang diberikan oleh ruh-pelindung kepada pemohonnja, jang untuk ini ia berpuasa dalam kesunjian dan sering menjiksa dirinja sendiri. Kemudian ruh itu akan melindungi dan membantunja seumur hidupnja, Didatrah Pesisir Barat-Laut pertemuan2 dengan ruh telah mendjadi suatu upatjara belaka, jang hanja se-mata dimaksudkan untuk menjatakan haknja untuk memasuki sjarikat rahasia jang diinginkan. Akan tetapi, djika visiun itu semangkin merupakan bentuk jang kosong dan hampa, maka jang dipentingkan ialah kekerandjingan kedewaan jang menghinggapi orang jang mempunjai hak atas kuasa adikodrati, Pemuda-kwakiutl, jang akan masuk mendjadi anggota salah suatu sjarikat2 keagamaan, ditjulik oleh ruh2 dan menetap di-hutan2, mengasingkan diri selama masa ia, menurut kata orang, ditangkap oleh kuasa2 adikodrati. Ia berpuasa supaja mendjadi kuruskering dan mempersiapkan diri untuk mempertundjukkan kekerandjingan jang akan terdjadi, apabila ia kembali. Seluruh upatjara musim dingin, serangkaian upatjara2 besar suku Kwakiutl, di maksudkan untuk mendjinakkan anggota-baru itu, apabila ia kembali, diliputi dengan ,,kekuasaan, jang menghantjurkan akal manusia”, dan jang harus dikembalikan dalam keadaan normal kedalam kehidupan dunia ini.


Peredjangan penari-Kanibal adalah sangat tjotjok untuk menjatakan isi Dionysis kebudajaan Pesisir Barat-Laut. Dikalangan suku Kwakiutl jang paling penting diantara sjarikat2 ialah Sjarikat-Kanibal. Ang

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

157


gota2nja mendapat tempat2 terhormat dalam pertundjukan tari2an musim dingin dan orang2 lain harus mendjauhkan diri hingga Kanibal2 itu mulai makan. Jang membuat Kanibal fain daripada anggota2 keagamaan lainnja, ialah hasratnja untuk makan daging orang. Ia menjerang penonton dan menggigit lengannja, sehingga segumpal daging masuk kedalam mulutnja. Tjaranja menari ialah seperti orang jang sudah .Menjandu” kepada sesuatu, jang sudah tak bisa menahan nafsunja untuk makan ,,makanan” jang dihidangkan : majat jang dibumbui jang didukung olkh seorang perempuan diatas lengannja jang diatjungkan kedepan. Pada kesempatan2 jang chusus Kanibal itu adalah memakan tubuh2 budak2, jang dibunuh untuk keperluan itu.


Kanibalisme orang2 Kwakiutl ini sangat berlainan dengan kanibalisme épikuristis daripada banjak sekali suku2 Oseania atau kebiasaan2 berbagai suku2 Afrika, untuk menganggap daging manusia sebagai makanan jang biasa sadja. Orang2 Kwakiutl menganggap daging manusia itu sangat mendjidjikkan. Sementara si Kanibal menari menggigil didepan daging jang hendak dimakannja. bernjanjilah paduansuara :

Segera aku akan makan,

Mukaku sangat putjat.

Aku akan makan (daging) jang diberikan kepadaku oléh Kabinal Pendjuru Dunia sebelah Utara.


Gumpalan2 jang digigitnja dari lengan2 penonton2nja, dihitung dan ia minum obat tjutji-perut, supaja semuanja keluar dari perutnja. Bahkan sering ia tidak menelannja.

Keadaan kotor jang disebabkan oleh makan daging lengan manusia tak begitu penting dibandingkan dengan keadaan kotor jang disebabkan oleh makan majat jang dibumbui atau majat2 budak2 jang dibunuh untuk upatjara2-kanibal ini. Empat bulan setelah mengalami keadaan kotor ini, Kanibal itupun tabu. Ia tinggal seorang diri dalam kamar-tidurnja jang ketjil dalam rumah, sedangkan seorang penari-Beruang mendjaga didepan pintu. Ia menggunakan alat2-makan jang chusus, dan alat2 itu dihantjurkan sehabis masa tabu ini. Ja selalu minum dengan memakai upatjara, tidak pernah lebih dari empat teguk berturut2 dan tak boleh menjentuh mangkuknja dengan bibir. Ia minum dengan menghisapnja “dengan pipa, dan menggunakan alat penggaruk kepala 1). Selama waktu jang pendek ia tak boleh menelan makanan panas. Apabila masa-tabu sudah habis, dan ia menundjukkan dirinja lagi diantara orang banjak, ia se-olah2 lupa akan semua ke-


————

1) Supaja kepalanja tak tersentuh oleh tangannja jang dalam keadaan kotor.

158

POLA-POLA KEBUDAJAAN


biasaan2 dalam hidupnja. Ja harus beladjar lagi bagaimana tjaranja berdjalan, berbitjara dan makan, Ia begitu djauhnja dari kehidupan ini, sehingga semuanja itu mendjadi asing baginja. Bahkan setelah pengasingannja selama empat bulan sudah habis waktunja, ia masih dalam keadaan keramat sekali, Ya tak boléh mendekati isterinja, tak boleh pula berdjudi dan bekerdja. Menurut tradisi selama empat tahun ia harus tetap hidup agak mendjauhi dari keramaian dunia ini, Djusteru karena orang2 Kwakiutl merasa djidjik terhadap daging manusia, maka dengan memakannja menjatakan kebadjikan Dionysisnja, karena kebadjikan Dionysis ini terletak dalam kengerian dan larangannja.


Dalam masa, dimana anggota-baru Sjarikat-Kanibal hidup mengasingkan diri dalam hutan, orang menghidangkan kepadanja tubuh majat jang diletakkan dipohon. Kulitnja sudah kering. Ia mengolahnja supaja kelak didjadikan ,,makanan”nja dalam menari. Sementara itu habislah waktu ia mengasingkan diri dan suku mempersiapkan dirj untuk merajakan Tarian Musim Dingin, jang chususnja berarti merajakan inisiasinja dalam Sjarikat-Kanibal, Orang? dalam suku, jang menurut hak2-istimewa keupatjaraan berhak untuk menari, memasuki keadaan keramat. Mereka memanggil ruh2 Tari2an Musim Dingin, supaja datang diantara mereka dan sesuai dengan hak2nja ,mereka mempertundjukkan kemabukan adikodratinja. Sekarang penari2 harus ber-sungguh2 dan menari se-tjermat2nja, karena kekuasaan mereka harus tjukup besar untuk memanggil Kanibal supaja ia meninggalkan tempat-kediamannja diantara ruh2 adikodrati. Mereka memanggilnja dengan tari2an jang perkasa dan dengan melaksanakan kekuasaan jang diwarisinja, akan tetapi mula2 pertjobaan2nja tak ada jang berhasil.


Achirnja seluruh anggota2 Sjatikat-Kanibal menggerakkan anggota-baru itu dengan djalan mabuk ber-sama2: se-konjong2 terdengar suaranja diatas atap rumah .Ia tak sadar akan dirinja sendiri. Ia buka papan2 atap dan terdjun kebawah di-tengah2 orang banjak. Sia2 mereka mentjoba meringkusnja. Ja tari melkwati api dan keluar lagi mejalui pintu rahasia sambil meninggalkan bahan2 Anthriscus, jang dibawanja. Semua Sjarikat2 mengikuti dia dihutan dan se-konjong2ia terlihat lagi. Untuk ketiga kalinja ia lenjap, dan pada kali ke-empat seorang tua menghampirinja. Orang tua ini dinamakan plinpan”nja. Kanibal menjambarnja, menerkam lengannja dan digigitnja. Maka kanibal itupun ditangkap oleh orang2 dan dibawanja kerumah tempat diadakanja upatjara. Ja sudah tak sadar akan dirinja sendiri dan menggigit setiap orang jang bisa diterkamnja. Djikalau sudah sampai dirumah-upatjara, mereka tak berhasil membawanja kedalam. Achirnja datanglah wanita jang sakaligus diwedjang dan jang kewadjibannja ialah mendukung majat

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

159


jang sudah diolah dan dibumbui diatas lengannja. Wanita itu telandjang. Ia menari sambil me-langkah2 kebelakang, memandang mata Kanibal. Setjara itu ia adjak Kanibal itu supaja masuk kedalam rumah. Akan tetapi inipun tak berhasil. Namun, achirnja ia naik lagi diatas atap dan terdjun kebawah melalui lobang jang sudah ada disitu. Ia menari liarkasar, tidak mampu mengendalikan diri, seluruh badannja menggigil menurut suatu irama, jang oléh orang2 Kwakiutl dihubungkan dengan keadaan kerandjingan.


Tari majat diulangi lagi selama masa Ekstase Kanibal. Barangkali jang paling menarik hati ialah teknik Dionysis Upatjara Musim Dingin, dimana achirnja Kanibal didjinakkan dan dimulai pula tabunja selama empat bulan. Menurut paham2 jang berlaku dasam kebudajaan mereka dalam teknik Upatjara Musim Dingin ini terdjelma se-hebat2nja kekuasaan adikodrati, jang terletak dalam jang mengerikan dan jang dilarang.


Upatjara ini dipimpin oleh empat orang padri jang memiliki kekuasaan adikodrati warisan untuk mendjinakkan Kanibal. Anggota baru tak sadar akan dirinja sendiri. Ia ber-lari2 ber-putar2antak keruan, sedangkan pembantu2nja mentjoba mengendalikannja. Ia kemudian tak bisa menari lagi, karena terlalu djauk dalam kemabukannja. Dengan menggunakan berbagai tjara pengusiran ruh, mereka berusaha ,,mentjapar” Kanibal dalam Ekstasenja. Mula2 mertka mentjoba dengan pendjinakan dengan api. Mereka me-mutar2kan kulit tjemara jang dibakar, sehingga ia djatuh ditanah, Kemudian mereka mentjoba dengan air. Setjara chidmat batu2 dipanaskan dalarn api, kemudian dengan batu2 ini dipanaskanlah air dalam kotak. Airini di-pertjik2an diatas kepala anggota baru. Kemudian dipahatlah gambar orang dari kulit tjemara, melukiskan Kanibal dalam &kstasenja. Kemudian dibakarlah gambar ini.


Akan tetapi pendjinakan jang terachir dilakukan dengan darahhaid. Di Pesisir Barat-Laut darah-haid dianggap sangat kotor, jang tiada taranja didunia ini. Wanita2 selama masa ini diasingkan, sama sekali tak boleh berhubungan dengan dunia Juar, Kehadirannja metenjapkan tiap2 daja dan tenaga dalam semua perbuatan2 jang dilakukan oleh sjaman, Untuk tidak menghina ikan2 salem, wanita2 itu dilarang melangkahi sungai2 atau berada dekat2 dengan laut. Apabila ada peristiwa2 kematian, mesktpun telah diobati oleh sjaman, maka menurut anggapan mereka didalam rumah tentu ada kulit tjemara' diluar pengetahuan mereka, jang ternoda ol£h tetesan darah-haid. Olkh karena itu sebagai djalan jang terachir untuk menjadarkan kembali si Kanibal, padri mengambil kulit tjemara jang ternoda dengan darah-haid empat wanita dari golongan tertinggi. Kulit tjemara ini dibakar dan asapnja dikepulkan

160

POLA-POLA KEBUDAJAAN


didepan mukanja. Apabila pendjinakan mulai berhasil, tarilan Kanibat itu mendjadi semangkin tenang, dan pada tarian keempat ia mendjadi benar2 djinak dan tenang, dan hilanglah kekerandjingannja.


Watak Dionysis suku2 Pesisir Barat-Laut sama sadja dahsjatnja, baik dilapangan &konomi, peperangan, dalam masa berkabung, maupun waktu dilakukan inisiasi atau tari2an upatjara. Dalam halini mereka tegas berlawanan dengan bangsa Pueblo jang bersifat Apollonis, dan mereka lebih mirip2 dengan peribumi2 lainnja di Amgrika Utara, Akan tetapi kebudajaannja dibangun dari pengertian2nja tentang milik jang chas dan tjara mereka mempergunakan kekajaannja.


Suku2 Pesisir Barat-Laut memiliki kekajzan2 jang tak sedikit djumlahnja, dan kekajaan2 ini merupakan milik-sachsi. Jakni kekajaan2 dalam arti hartapusaka, akan tetapi hartapusaka? itu djusteru merupakan asas masjarakatnja. Ada dua matjam kekajaan. Bumi dan laut adalah milik bersama dari suatu kelompok kerabat dan senantiasa tetap mendjadi milik anggota2 kelompok demikian itu. Tak ada tanah jang ditanami, akan tetapi kelompok2-kerabat mempunjai dakrah2 perburuhan bahkan djuga tanah2 jang ditanami dengan sebangsa terong dan ubi hutan. Tidak ada seorangpun boleh melanggar hak2 milik keluarga itu. Keluarga2 itupun mempunjai pula perairan2-ikan sebagai miliknja jang tak bisa diganggu-gugat. Suatu kelompok dari suatu tempat jang tertentu kadang2 harus menempuh djarak2 djauh untuk, mendatangi daérah-pantai, dimana mereka bisa mengumpulkan kerang, karena pantai didesanja sendiri dimiliki oleh kelompok lain. Hak milik tanah2 ini sudah sedemikian lama berada dalam tangan kelompok2 itu djuga, sehingga datrah jang ditempati oleh desa sementara itu sudah pindah, akan tetapi empang“kerang itu masih selalu dimiliki olkh kelompok itu djuga. Tidak sadja pantainja, akan tetapi djuga tagian? lautan lepas jang tertentu merupakan milik jang tak boleh diganggugugat. Untuk menangkap ikan halibut, daerah jang dimiliki oleh keluarga jang tertentu, dibatasi oi€h tanda2, Sungai2pun di-bagi2 dalam bagian2 dimana orang dibolehkan menangkap ikan2-ilir. Dan keluarga2 datang dari tempat2 jang djauh untuk menangkap ikan dalam bagian2nja sendiri masing2.


Akan tetapi ada pula kekajaan jang dinilai lebih tinggi oleh mereka, dan jang bentuk-miliknja sangat berlainan sifatnja. Pengertian-milik dikalangan suku Kwakiut! per-tama2 bukanlah mengenai milik alat pantjaran hidup betapapun besar perhatian mereka dalam hal ini. Hal2 jang paling dihargai, meliputi hak2-istimewa jang djauh mengatasi dunia kesedjahteraan kebendaan. Banjak diantararja berupa barang2-benda seperti balok2-rumah dan sendok2 dengan tanda2 jang berarti diberi nama, akan tetapi sebagian besar terdiri dari milik rohani, seperti

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

161

nama2, thos2, njanjian2 atau hak2-istimewa, jang sangat dibanggakan oleh orang2 kaja. Meskipun semua hak2-istimewa ini diwariskan menurut kekerabatan, ramun tak merupakan milik bersama, akan tetapi pada suatu saat jang tertentu merupakan milik orang jang tertentu pula, jang memiliki segala2 hak2 jang terkandung didalamnja,


Hak2 istimewa jang terutama, dan oleh karena itu merupakan asas daripada hak2lainnja, jalah gelar2 kebarngsawanan. Tiap2 keluarga tiap2 sjarikat keagamaan, memiliki beberapa gelar, jang dipakai oléh anggota2 kelompok2 itu, sesuat dengan hak2 kewarisannja dan kekajaanrja. Gelar2 Isi memberi kepada mergka kedudukan kelangsawanan dalam suku Gelar2 ini dipakai sebagai sama2 orang, akan tetapi nama2 itu menurut tradisi tidak berubah2 semendjak dunia ini ada. Apabila ada orang jang mendapat nama demikian itu, maka dengan demikian fa mengumpulkan kebesaran nenekmojangnya dalam dirinja, jakni nenekmojangnya2 jang sewaktu hidupnja memakai nama itu. Apabila kemudian nama ini diserahkan kepada ahli warisnja, maka dengan sendirinja pemakai gelar jang Tama menanggaikan semua hak2 untuk memakai pama ini.


Penjerahan gelar demikian itu tak se-mata2 tergantung kepada hubungan kekerabatan. Pertama, hak pemakaian gelar itu hanja bisa diserahkan kepada arak laki2 jang tertun, sedangkan anak2 lainnja dalam bat ini tak mempunjai hak apa2 Mereka ini tergolong rakjat biasa. Kedua, hak untuk memakai gelar diperkuat dengan membagi2 kekajaan2 dalam djurrlah jang besar. Tugas utama wanita2 tidak dalam rumahtangga, akan tetapi dalam membuat sedjumlah besar tikar, kerandjang dan selimut dari kulit Ijzmara, jang kemudian disimpan dalam kotak2 berharga, jang dibuat oleh orang2 laki2 Begitu pula, orang2 laki2 mengumpulkan banjak kano2, sedangkan kulit kerang dan berbagai djenis gigi dipergunakan sebugai mata-uang. Orang2 terkemuka memiliki banjak kekajaan, jang memung kadang2 mereka piutangkan dergan memungut bunga besar dan ber-pindah2 dari tangan kesatu ketangan lain, seperti uang-kertas, sebagai sematjam djaminan atas keaslian hak'2-istimewa sesecreng perjtadi,


Kekajaan2 ini oleh karena itu merupakan ,,mata-uang” dari suatu sistim-keuangan jang ber-belit2, jang dipelihara dengan mengumpulkan bunga2 jang sangat tinggi. Bunga 100%, untuk pindjaman selama satu tahun dianggap biasa. Kekajaan dianggap sebagai djumlah milik, jang diputarkan dengan memungut bunga tinggi. Riba ini tentunja tak akan mungkin, djika makanan dari laut tak begitu me-limpah2 dan begitu mudah diambilnja. Laut itupun selalu menjediakan kulit2 kerang untuk digunakan sebagai mata-uang. Mereka dalam chajal mergka djuga mempergunakan kesatuan uang jang tinggi nilainja, jakni ,,uang tem-


Pola-pola — 11

162

POLA-POLA KEBUDAJAAN


baga”. Uang ini terdiri dari tembaga rakjat jang dilukis, sedangkan harganja sama dengan 10.000 lembar selimut atau lebih. Sudah barang tentu tembaga2 ini harga sesungguhnja murah sadja, sehingga nilaitukarnja ditentukan oleh djumlah jarg dibajarkan baginja pada transaksi2 jang lalu. Dalam pada itu, apabila memang ada transaksi besar2an, maka pembajaran2 kembali itu ditarik oleh satu orang sadja. Untuk ini ditugaskan orang2-perantara jang bertindak atas nama seluruh kelompok setempat, atau, apabila pertukaran terdjadi antara berbagai suku2 maka mereka bertindak atas nama suku. Dalam hal2 jang demikian itu mereka dikuasakan memperdjual-belikan tararg2 dari semua orang dalam kelompoknya.


Tiap2 individu, laki2 atau perempuan, jang kelak dikemudian hari mungkin akan mendjadi orang jang terkemuka, semendjak ketjilnja sudah ikut-serta dalam perlombaan €koromi iri. Sebagai baji ia hanja mendapat suatu nama, jang merundjukkan tempat, dimana ia dilahirkan. Apabila tiba waktunja, bahwa ia harus memakai nama jang lebih penting lagi, maka anggota2 keluargarja jang lebih tua memberikan kepadarja beberapa helai selimut, untuk di-bagi2kan diantara anggota keluarganja. Mereka jarg menerima hadiah2 dari arak tsb. merganggap bahwa adalah mendjadi kewadjibarnja jang terhormat untuk segera membajarnja kembali dengan bunga jang terlalu tirggi. Djikalau misalnja salah seorang kepala mendjadi salah seorang jang menerima hadiah demikian itu, maka ia sewaktu mem-bagi2kan karang2 dalam suatu pertukaran umum, memberi kepada arak tsb. tiga kali lipat dari apa jang diterimarja. Pada achir tahun arak ini” harus memberi dua kalilipat kepada mereka jang dahulu memberikan selimut kepadanja. Sisanja boleh diambil ja untuk diri sendiri, dan ini semua degan djumlah lembar selimut jang ia purjat pada permulaannja. Kemudian ia memindjamkanrja urtuk beberapa tahun dengan bunga, dan dipungutnja bunga itu sehingga ia mempurjai tjukup barjak urtuk membajar nama tradisionilmja jarg pertama jang diberikan pada pesta besar, Dalam pesta ini semua kerabat2nja dan arggota2 keluargarja jang lebih tua datang berkumpul. Dengan dihadiri oleh mereka semua itu, chususnja oleh kepala dan kaum tua dalam suku, ajahnja memberi kepadanja nama jang menentukan kedudukannja dalam suku.


Semendjak waktu ini anak laki2 ini memiliki kedudukan jang didjamin oleh tradisi dalam golongan orang2 laki2 jang bergelar. Padapotlatch (pesta2 besar) jang setelah itu diadakanrja atau jang ia ikut2 serta, ia semangkin menerima nama2 jang semangkin penting. Orang2 jang agak terkemuka bisa dengan mudah mergganti nama2nja. Nama itu menundjukkan perhubungan2 kekeluargaan, kekajaan dan kedudukan. Apapun jang mendjadi alasan untuk potlatch itu, baik per

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

163


kawinan, atau karena tjutjunja mentjapai umur jang tertentu, maupun suatu tantangan kepada kepala suku lain jang mendjadi saingannja, maka selalulah kesempatan ini dipergunakan oleh tuan-rumah untuk memperkuat pemberian suatu nama baru dan hak2 jang terkandung didalamnja, baik untuk dirinja sendiri atau untuk seorang ahliwaris.


Dikalangan orang Kwakiutl perkawinan mempunjai fungsi jang penting dalam usaha untuk mentjapai kedudukan jang lebih tinggi. Suku2 lainnja dari Pesisir Barat-Laut, jang tempat tinggalnja didaerah sebelah Utararja, menganut sistim matriarkal, sehingga kedudukan diserahkan merurut garis-keturunan pihak wanita, meskipun jang memangku kedudukan2 itu orang2 laki2 Akan tetapi mula2 orang2 Kwakiutl hidup dalam kelompok2 setempat dan orang2 laki2 menempatkan rumahtangganja dalam desa2 ajah2rja. Kemudian, ketika terdjadi perobahan2 jang penting, dasar jang lama inipun samasekali tak ditinggalkan. Mereka memiliki suatu bentuk-peralihan. Hak2-istime@wa kebanjakan diargrap turun-temurun melalui perkawinan : jang berarti bahwa orang laki2 menjerahkan hak2istimwarja ini hanja didjalankan oleh anak menantu itu, akan tetapi tak dimiliki. la mengawasi dan mendjalankannja bagi kerabat2nja dan chususnja bagi anak2 dari anakperempuan si pemberi. Dengan tjara begitu, penjerahan setjara turun temurun melalui garis pihak wanita terdjamin, tanpa terdjadi adanja kelompok2 matriarkal.


Pada peritiwa kelahiran anak, atau apabilaia mentjapai umur jang tertentu, hak2-istimewa dan kekajaan2 diberikan kepada anak menantu laki2 sebagai ganti kekajaan2 jang dibajarkan oleh keluarganja untuk ,,mempbeli” isterinja dahuluitu. Ini berarti bahwa mendapatkan seorang isteri itu sama dengan mendapatkan uang tembaga. Tiada belanja dengan setiap pertukaran €konomi, dibajarkan lebih dahulu sedjumlah uang, jang membuat transaksi mendjadi mengikat. Semangkin besar djumlah jang pada perkawinan dibajarkan sebagai hargapengantin, semangkin besar pula kemashuran jang boleh diterima oleh clan mempetai laki Djumlah itu harus dikembalikan dengan tinggi pada suatu peristiwa potlatch keluarga pengantin perempuan, biasanja pada peristiwa lahirrja arak pertama, Setelah pemtajaran ini dilakukan, maka ini berarti, bahwa isterinja ,,telah dibeli kembali oleh keluarganja” dan perkawirannja mendjadi ,,tinggal dirumah (suami) tanpa mendapat bajaran.” Oleh karena itu si suami harus melakukan pembajaran baru, suapaja isterinja bisa tetap tinggal dirumahnja dan lagi bapa-mertuarja harus membalasnja dengan memberikan hadiah2 banjak sekali, Dergan tjara begini bapa-mertua sepandjang hidupnja tambat-laun memberikan semua hak2-istimewanja dan kekajaannja kepada suami anak-perempuannja untuk kepentingan anak2, jang lahir
POLA-POLA KEBUDAJAAN

dari perkawinan itu, baik berhubung dengan suatu peristiwa kelahiran, maupun waktu anak² itu mentjapai umur akil baligh.

Dikalangan orang² Kwakiutl disamping organisasi keduniaan, ada pula organisasi keagamaan. Suku tak sadja diorganisasi dalam kelompok²-keturunan, jang memiliki gelar² kebangsawanan, akan tetapi djuga dalam sjarikat² dengan kesaktian² adikodrati, seperti Sjarikat² Kanibal, Beruang, Pandir, dllnja. Seperti halnja keluarga² merékapun memiliki gelar² hierarkis; tidak ada orang dalam suku mendapat kedudukan penting, djikalau ia tak tergolong pemimpin² baik dalam hierarki keagamaan maupun keduniaan, Tahun Ci agi mendjadi dua bagian. Dalam musim dingin kesemuanja ini dikesampingkan sama sekali, Semendjak saat seruling² kuasa² adikodrati Upatjara Musim Dingin dibunjikan, nama² keduniaan kaum laki² dianggap tabu. Seluruh struktur masjarakat jang didasarkan kepada gelar² ini, dikesampingkan, dan selama bulan² di musim dingin anggota² suku di-golong²kan menurut ruh² jang mewedjang meréka dalam hal² adikodrati. Selama masa Upatjara Musim Dingin orang laki² memangku pangkat jang sesuai dengan pentingnja namanja sebagai anggota Sjarikat Kanibal, Sjarikat Beruang, Sjarikat Pandir atau Sjarikat² lainnja.

Akan tetapi pertentangan bagian keduniaan dan bagian keagamaan ini tak begitu tadjam, sebagai kita kira semula. Seperti halnja gelar² kebangsawanan itu turun-temurun dalam lingkungan kelompok-kerabat, demikian pula gelar² tinggi dalam sjarikat² keagamaan itupun turun temurun. Méreka merupakan bagian utara dalam maskawin jang didjandjikan dalam suatu perkawinan. Pewedjangan dalam sjarikat-Kanibal atau Sjarikat-Pandir hanjalah se-mata² pendjelmaan dan pernjataan hak²-istiméwa jang dimiliki karena kelahiran atau perkawinan dan hak²-istiméwa ini seperti halnja hak²-istiméwa lainnja diperkuat dengan mem-bagi² kekajaan. Musim dimana suku diorganisasi menurut tjabang² keagamaan oléh karena itu bukanlah masa dimana keluarga² terkemuka melepaskan kedudukan jang diwarisinja, akan tetapi hanjalah merupakan masa dimana méreka mempertontonkan serangkaian hak²-istiméwa lainnja, jang sesuai djuga dengan kedudukan² jang dipangkunja dalam organisasi duniawi dalam suku.

Chususnja kesibukan suku² Indian Pesisir Barat-Laut terdiri dari permainan penguatan dan pelaksanaan semua hak²-istiméwa dan gelar², jang bisa diwarisi atau diperoléhnja dari nénékmojangnja atau karena mendapat hadiah atau karena perkawinan. Tiap² orang ikut-serta menurut kedudukan²nja masing²; tjiri terutama seorang budak ialah bahwa ia tak boléh ikul-serta. Pemakaian kekajaan dalam kebudajaan ini djauh lebih penting daripada pertukaran riil benda² ékoromi dan pemenuhan kebutuhan dari pertukaran itu. Didalamnja terselip pikiran² tentang modal dan bunga dan pemborosan besar²an. Kekajaan tak sadja terdiri dari barang² ékonomi se-mata² atau buhkan barang² jang disimpan dalam kotak² jang disediakan untuk potlatch² — jang tak pernah dipakai untuk ditukarkan —- akan tetapi jang lebih² karakteristik ialah bahwa hak² istiméwa jang tak mengandung nilai ékonomipun termasuk kekajaan. Nja.jian², mythos², nama² tiang² rumah pemimpin, nama andjing²nja dan karo²nja, semuanja ini merupakan kekajaan. Hak istiméwa jang mendapat penghargaan tinggi seperti misalnja hak untuk mengikat seorang penari ditalok atau untuk membawakan bedak bagi para penari untuk membedaki mukanja atau membawakan kulit-tjemara jang di-iris² untuk menjapu bedak, merupakan kekajaan jang diwarisi turun-temurun. Dikalangan suku-tetangga Bella Goola mythos²-keluarga mendjadi kekajaan jang dihargai demikian tingginja dan jang demikian disajanginja, sehingga kaum bangsawan memutuskan untuk hanja kawin dilingkungan keluarga sendiri, supaja kekajaan jang demikian itu tak sia² diserahkan kepada orang² jarg menurut kelahirannja tak berhak atas kekajaan itu.

Djelaslah bahwa tjara orang di Pesisir Barat-Laut memakan kekajaannja, dalam batjak hal merupakan parodi (édjékan) dari lembaga² ékonomi kita sendiri. Suku² ini tidak mempergunakan kekajaannja untuk mendapatkan barang² ékoromi jang sesuai harganja, akan tetapi mempergunakan sebagai alat² pembajaran jang nilainja sudah ditetapkan dalam suatu permainan jang maréka mainkan untuk memperoléh kemenangan dan keuntungan. Méreka memandang hidup ini sebagai tangga, dimana gelar² dan hak²-istiméwa jang bersangkutan dengan gelar² itu merupakan anak²tangganja. Tiap² djedjak keatas ditangga memerlukan pembagian sedjumlah besar kekajaan, jang sebaliknja selalu dikembalikan dengan bunga untuk memungkinkan langkah berikutnja jang diinginkan oléh pemandjatnja.

Assosiasi terutama antara kejakinan dan pengukuhan gelar² bangsawan dalam pada itu hanjalah merupakan sebagian dari gambaran jang sesungguhnja. Pembagian milik djarang semudah itu. Alasan sesungguhnja mengapa orang di Pesisir Barat-Laut demikian banjak menaruh perhatian kepada gelar² kebangsawanan: kekajaan, djambul (crest) dan hak²istiméwa menggambarkan dorongan utama kebudajaannja : meréka mempergunakan semuanja ini dalam suatu perlombaan, dimana meréka berusaha memalukan saingannja. Tiap² orang terus-menerus ber-tomba² sesuai dengan alat² jang ada padanja dengan semua orang lain, untuk mengatasi meréka dalam hal mem-bagi² kekajaan. Anak laki², jang untuk pertama kali mendapat kekajaan, lekas² memilih seorang anak laki² lainnja, jang bisa menerima hadiah daripadarja, Anak laki² jang dipilihnja itu tidak bisa menolak tanpa berarti bahwa ia telah mengaku kalah lebih dahulu, dan ia terpaksa mengatasi djumlah hadiah itu. Djika tiba masanja untuk membajar kembali, dan ternjata ia tak bisa mengembalikan hadiah itu dengan ditambah seratus persen bunga, ia malu dan merasa direndahkan, sedangkan prestisé saingannja naik. Perlombaan jang dimulai setjara ini, berlangsung terus seumur hidupnja. Djika ia berhasil, ia bermain dengan djumlah kekajaan jang lebih besar lagi dan dengan lawan jang semangkin terpandang. Sesungguhnja hal ini adalah suatu perkelahian dalam arti sebenar²nja. Meréka berkata : „Kita tak berkelahi dengan sendjata, akan tetapi dengan kekajaan !” Orang jang menjerahkan suatu ,,uang-tembaga” telah mengalahkan saingannja seperti ia mengalahkannja dalam medan pertempuran. Menurut Orang² Kwaiutl ke-dua²nja itu sama sadja. Salah suatu tari²annja diramakan ,,membawa darah didalam rumah” dan karanganbunga jang dibawa orang² laki² dianggap senilai dengan skalpa² jang dikumpulkan dalam medan perang, Mereka melontarkannja kedalam api sambil me-njebut² nama musuhnja, jang dilambangkan didalamnja dan ber-teriak² djikalau api bernjala² dan membakarnja. Akan tetapi karangan² bunga itu mewakili uang² tembaga, jang telah di-bagi²kan dan nama² jang disebutnja adalah nama² sainganuja jang telah dikalahkannja dalam mem-bagi² kekajaan.

 Tudjuan setiap kegiatan kaum Kwaitul ialah menundjukkan bahwa ia lebih unggul daripada saingan²nja. Hasrat untuk mendjadi unggul ini dipaparkan setjara terang²an dan dirjatakan dalam tjara mereka me-mudji² dirinja sendiri dan mem-buruk²kan orang² lain. Menurut ukuran² kebudajaan² lain, pidato² kepala² dalam peristiwa potlach merupakan tanda tjongkakan tanpa malu² jang tiada taranja :


 Aku ini pemimpin-tertinggi, jang membikin malu orang²
 Aku ini pemimpin-tertinggi, jang membikin malu orang².
 Pemimpin-tertinggi kita mendatangkan malu pada muka²nja.
 Pemimpin-tertinggi kita membikin orang² menutupi mukanja apabila melihat apa jang selalu dia perbuat didunia ini
 Dengan terus menerus mengadakan pesta-minjak bagi semua suku.

 Aku adalah pohon besar satu²nja, aku, pemimpin-tertinggi,
 Aku adalah pohon besar satu²nja, aku, pemimpin-tertinggi,
 Kalian adalah hamba²ku, hai suku².
 Kalian duduk dirumah-belakang, hai suku². Akulah jang pertama, jang bisa memberi kekajaan kepada kalian hai suku2,

Akulah burung elang radjawalimu, hai suku2 !

Bawalah tukang kalian untuk menghitung kekajaan, supajaia sia2 akan mentjoba, menghitung kekajaan2, jang akan dibagi2kan oleh si pembuat-tembaga jang besar, pemimpin-tertinggi.

Pergilah, pasanglah tiang-potlach jang tak tertjapaikan, Karena dia inilah pohon besar satu2nja, akar besar satu2nja dari suku2,

Sekarang pemimpin-tertinggi kita akan marah dalam rumah. Ja akan menarikan tari2an amarah. Pemimpin-tertinggi kita akan menarikan tari2an amarah.

Aku ini Yaqatlenlis, aku ini si mirip Awan, dan djuga Sewid;

Aku ini si Maha Satu, dan aku pemilik Asap, dan aku ini MahaPengundang. Inilah nama2ku jang kudapat sebagai hadiah-perkawinan ketika aku mengawini puteri2 pemimpin2 suku2, dimanapun aku pergi. Karena itu, aku harus tertawa terhadap apa jang diadakan oleh pemimpin2 rendahan. Karena mertka mentjoba sia2 menarik aku kebawah dengan berbitjara kepada namaku. Siapa jang bisa mendekati apa jang dilaksanakan olkh nge. nénékmojang2ku (jang mendjadi) pemimpin2-tertinggi2 Oleh karena itu aku terkenal dikalangan semua suku2 diseluruh dunia. Hanja pimpin-tertinggi jakni nénékmojangku mem-bagi2kan kekajaan2 disuatu Pesta Besar dan semua orang lain hanja bisa mentjoba meniru aku, Mereka mentjoba meniru pemimpin-tertinggi, kakékku, jang merupakan akar keluarga.

Aku jang pertama diantara suku2,

Aku jang satu2nja diantara suku2,

Pemimpin2 tertinggi suku2 mereka itu hanjalah pemimpin2 tertinggi setempat.

Aku jang satu2nja di-tengah2 suku2

Aku mentjari kebesaran seperti jang ada padaku diantara semua pemimpin2 jang kuundang.

Aku tak bisa mendapati satu pemimpin-tertinggi diantara tamu2

Mereka tak pernah mendjawab pesta2 “Mereka itu piatu2, itu orang2 miskin, pemimpin2 suku2!

Mereka membikin malu dirinja sendiri.

Akulah jang memberikan andjing2 laut kepada pemimpin2 tamu2, pemimpin2 suku2!

168

POLA-POLA KEBUDAJAAN


Akulah jang memberi kano2 kepada pemimpin2 tamu2, pemimpin2 suku2!

Lagu2 memudji dan memudja diri sendiri ini dinjanjikan oléh pengikut2 pemimpin-tertinggi pada setiap peristiwa2 jarg penting dan merupakan pernjataan2 chas dari kebudajaannja, Semua alasan jang diakuinja berpusat kepada hasrat urtuk mendjadi unggul, Organisasi sosialnja, lembaga2 ékonomi, agamanja, kelahiran dan kematian, semuanja merupakan alat2 dimana hasrat ini bisa didjelmakan, Anggapan mereka tentang kemenangan mengakibatkan ditertawainja dan diperolok2nja didepan umum lamanja, meskipun mereka iri menurut adat merupakan pula tamu2nja jang diundang. Pada suatu potlach pengikut2 tuan-ramah membuat patung2 sebesar orang menggambarkan pemimpin suku, jang harus menerima tembaga. Kemiskinannja dilambangkan oléh tulang2 rusukrja jang menondjol dan kehinaannja digambarkan dengan suatu sikap jang hira pula, Pemimpin tertinggi, jang mendjadi tuan-rumah, menjanjikan lugu2 dimana ja menghina dan mentjemoohkan tamu2nja :

Wa, pergi,

Wa, pergi,

Palingkan muka2mu, supaja aku bisa melempiaskan kemarahanku dengan menampar muka pemimpin2 suku lain,

Mereka harjalah bersikap pura2: mereka hanjalah mendjual uang tembaga jang itu2 djuga kepada pemimpin2 ketjil suku2

Ah, djangan minta ampun,

Ah, djangan sia2 minta ampun dan atjungkan tanganmu keatas, kamu dengan lidah2 jang malas.

Aku hanja bisa tertawa karena dia, aku tertawakan dia, jang menghabiskan isi (kotak2 jang penuh hartabenda) dalam rumahnja, rumah-potlatchrja, rumah untuk mengundang, dimana kita dibiarkan lapar.

Inilah sebabnja aku tertawa,

Sebabnja aku tertawa karena dia jang kekurangan,

Orang, jang mem-bangga2kan nénékmojangnja, jang adalah pemimpin-tertinggi.

Meréka jang hina tiada mempunjai nama2 jang berasal dari kakek2nja.

Mereka jang hina jang bekerdja.
PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

Meréka jang hina jang bekerdia keras,
Jang membuat kesalahan², jang datang didunia ini dari tempat²
jang tak penting,
Inilah sebabnja aku tertawa.
Aku adalah pemimpin tertinggi besar jang menang,
Aku adalah pemimpin tertinggi besar jang menang.
Oh, teruskanlah seperi jang teluh kau perbuat !
Hanja meréka jang tak teguh didunia ini,
Bekerdja keras, kehilangan ékornja (seperti ikan salem), kutertawalah,
Pemimpin²tertinggi dibawah pemimpin tertinggi jang sesungguhnja
Ha, kasihanilah meréka! tuangkanlah minjak diatas kepala²nja
jang tiada banjak rambutnja.
Kepala² meréka jang tak disisir rambutnja.
Aku tertawakan pemimpin² tertinggi jang dibawah pemimpin besar tertinggi
jang sesungguhnja,
Aku adalah pemimpin tertinggi besar jang membikin malu orang².

Seluruh sistim ékonomi Pesisir Barat-Laut ditjurahkan untuk memuaskan obséssi ini. Ada dua tjara dimana seorang pemimpin tertinggi bisa melaksanakan kemenangan jang ditjarinja. Pertama, jakni membikin malu lawannja dengan memberinja kekajaan jang lebih banjak daripada apa jang bisa dikembalikan oléh lawannja itu ditambah dengan bunganja. Kedua, dengan djalan menghantjurkan kekajaan. Pada ke-dua²nja korban itu minta didjawab, meskipun dalam hal jang pertama kekajaan si pemberi malah bertambah, sedangkan dalam hal jang kedua ia kehilangan kekajaannja. Dan tjara ini bagi kita se-olah² bertentangan dalam konsekwensi²nja. Akan tetapi bagi orang² Kwakiutl merupakan dua tjara jang isi mengisi untuk mengalahkan saingannja, dan kemasjhuran tertinggi didapatnja dari penghantjuran se- sempurna²nja, Ini adalah suatu tantangan, jang tiada ubahnja dengan memberi tembaga, dan hanja dilakukan terhadap seorang lawan, jang, apabila ia tak mau kena malu, harus pula menghantjurkan barang² jang senilai dengan itu.

Penghantjuran barang² bermatjam² bentuknja. Pesta² potlatch jang besar dimana banjak sekali ikan-lilin disuguhkan, dianggap sebagai perlombaan dalam penghantjuran. Tamu² didjamu setjara mewah sekali, dan selain dari itu meréka menuangkan minjak diatas api. Karena tamu² duduk didekat api, panas minjak jang sedang dibakar itu tidak énak bagi meréka: hal ini dianggapnja sebagai salah suatu segi perlombaan itu. Supaja djangan sampai kena malu, meréka ini harus ting

170

POLA.POLA KEBUDAJAAN


gal ditempatnja tiada ber-gerak2, meskipun api menjala tinggi dan mendjilat rusuk rumah. Tuan-rumah harus bersikap se-olah2 ia sama sekali tak memperdulikan meskipun rumahnja hampir terbakar. Beberapa pemimpin tertinggi jang terkemuka mempunjai sebuah patung kaju seorang laki2 jang dipasang berdiri diatas atap rumahnja, jang dinamakan si peludah. Patung ini dipasangi sematjam serokan, sedemikian rupa, sehingga minjak ikan-lilin jang berharga itu terus-menerus mengalir dari mulut terbuka dari patung itu dan djatuh diatas api jang bernjala didalam rumah. Djikalau pếsta-minjak itu mengatasi pếsta2 jang pernah diadakan olếh pemimpin tertinggi jang sekarang ini nendjadi tamu, maka ia harus meninggalkan rumah itu dan menjiapkan suatu pếsta-balasan, jang harus lebih hếbat dari pesta jang diadakan olếh saingannja itu. Akan tetapi djikalau ia berpendapat bahwa pếsta ini kurang dari pếsta jang pernah diselenggarakannja, maka ia melếmparkan kata2 penghinaan kepada tuan-rumahnja, dan tuan-rumah ini harus mentjari tjara2 baru untuk mempertontonkan kebesarannja.

Misalnja tuan-rumah bisa mengirimkan pesuruh2nja untuk menghantjurkan empat kano dan melếmparkan diatas api. Atau ia bisa membunuh seorang budak atau mematahkan tembaga. Dalam hal menghantjurkan tembaga ini ada berbagai taraf. Seorang pemimpin tertinggi jang menganggap bahwa peristiwa itu tak tjukup pentingnja untuk mengorbankan semua tembaga2nja jang sangat berharga itu, misalnja bisa memotong sebagian sadja, dimana ia bisa memaksa lawannja untuk memotong djuga sebagian tembaga jang seharga dengan itu. pengembalian barang2 sama sadja seperti djika sepotong tembaga itu dibagiekan semua. Dalam suatu perlombaan dengan berbagai saingan, suatu potong tembaga bisa di-potong2 ketjil2 dan kemudian ditếbar2kan dipantai seratus mil djauhnja. Djika achirnja seorang pemimpin-tertinggi kenamaan berhasil memiliki potongan2 tembaga jang telah bertếbaran itu, ia menjuruhnja menjoldếrnja supaja utuh kembaili dan tembaga itu harganja naik berlipat-ganda.

Menurut djalan-pikiran orang2 Kwakiutl pengurbanan tembaga sebenarnja hanjalah merupakan variasi dari perbuatan ini. PemimpIn tertinggi jang kenamaan itu bisa menghimpunkan sukurnja dan mengadakan persiapan untuk potlatch: ,,Dalam pada itu aku berkenan akan memburuh dalam api ini tembagaku Dandalayu, jang sekarang merintih dirumahku. Sekarang akan kupatahkan untuk mengalahkan lawanku. Aku akan membuat medan pertempuran dari rumahku hai sukuku. Berbahagialah, hai para pemimpin, inilah untuk pertama kali diadakan potlatch jang demikian besarnja." Pemimpin tertinggi itu meletakkan tembaga itu didalam api, dimana logam tsb. terbakar atau ia mem

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

171

buangnja dalam laut dari salah suatu tempat jang tinggi dipantai. Ia memang kehilangan kedjajaannja akan tetapi prestisénja naik berlipatganda. la dengan tegas mengalahkan lawannja, jang sekarang harus menghantjurkan pula tembaga jang sama nilairja atau ia harus mengundurkan diri dari medan-perdjuangan sebagai orang jang kalah.

Kelakuan jang diharapkan dari seorang pemimpin tertinggi jalah tjongkak dan agak se-wénang2. Memang dengan sendirinja ada hambatan2 kebudajaan terhadap peranan pemimpin tertinggi jang terlalu mau berkuasa, Seorang pemimpin tertinggi dilarang menghantjurkan kekajaan sedemikian rupa, sehingga seluruh sukurja mendjadi melarat atau mengadakan perlombaan jang menghantjurkan samasekali kemakmuran rakjat. Hambatan sosial besar jang bekerdja untuk membatasi aktivitétnja ternjata dalam suatu tabu moril : tabu-ber-lebih2an. Berbuat berlebih2an selalu berbahaja dan seorang pemimpin tertinggi harus mengingati batas2 jang tertentu, Batas2 jang ditectukan oleh adat mengizinkan perbuatan2 jang ber-lebih2an, akan tetapi hambatan selalu timbul, sepera setelah pemimpin tertinggi melampaui sjarat2 jang diperlukan untuk merdapatkan bantuan dari sukurja. Menurut pendapat mertka, nasib-baik meninggalkan orang jang terlalu mau ter-lebih2an, sehingga pengikut2nja membiarkan dia sendiri. Masjarakat menetapkan batas, meskipun menurut kita batas2 itu sangat aneh dan menghérankan.

Hasrat untuk mendjadi unggul jang di Pesisir Barat-Laut diberi kesempatan se-luas2nja, ternjata dengan djelasrja dalam tiap2 bagian se-ketjil2nja dari pertukaran-potlatchrja. Bagi pottatch2 besar undangan2 itu didjalankan setahun atau lebih sebelumnja dan datanglah kano2 penuh dengan orang2 terkemuka dari suku2 djauh. Tuan rumah mulai dengan mendjual tembaga sambil mengutjapkan pidato2 jang berisi pudjian2 pada diri sendiri tentang kebesaran namarja dan tentang nilas tembaganja, Ia menantang tamu2, untuk muntjul dengan kekajaan2nya, jang dibawanja sebagai hadiah-balasan. Tamu2 mulai dengan menawar se-rendah2nja, sebagian se-ketjil2nja dari harga jang dinilai, dan berangsur2 dinaikkan sampai ketawaran jang tertinggi. Pengikut2 pendjual menjambut tiap2 tawaran Laru dengan utjapan2 jang penuh amarah : „Kau kira, bahwa dengan begitu tertjapai tawaran terachir2 Kau tak pikir baik2, sebelumnja memutuskan, untuk membeli tembaga jang besar ini. Kau belum menawar se-tinggi2rja, kau harus menawar lagi. Harga tembaga ini harus sesuai dengan kebesaranku. Aku minta empatratus lebih lagi”. Pembelian mendjawab : ,,Ja pemimpin tertinggi, anda tak mempunjai belaskasihan,” dan dengan segera pula menjuruh orang untuk mengambil selimut2 jang diminta itu. Penghitung selimutnja menghitung dengan suara keras dan berkata kepada suku2 jarg berkurm pul: ,Ja, hai suku² tahukah kalian bagaimana kita membeli dengan selimut² Sukuku kuat dalam membeli tembaga. Kita tak seperti kalian. Ada seribu enamratus selimut dalam tumpukan ini. Inilah kata²ku, pemimpin² suku Kwakiutl, kepada mereka jang tidak mengerti bagaimana mereka harus membeli tembaga,” Djikalau ia selesai, pemimpin-tertingginja berdiri dan berkata kepada mereka jang berkumpul : „Sekarang kalian mengetahui namaku. Inilah namaku. Inilah berat namaku. Tumpukan selimut jang tinggi ini mendjulang sampai kelangit. Namaku adalah nama Suku Kwakiutl dan kalian tak dapat bersikap laku seperti kita, hai suku²! Awas, nanti aku akan minta kepada kalian supaja membeli daripadaku. Hai suku²! Aku samasekali tak menunggu sampai tiba waktunja, dimana kalian membeli daripadaku”.

Akan tetapi perdjualan tembaga baru dimulai. Seorang kepala diantara pengikut² pendjual berdiri dan menjebut lagi daftar kebesaran² dan hak²-istiméwa. Ia mentjeritakan semua hal tentang nénéekmojang² mithologisnja dan katanja : „Aku tahu bagaimana membeli tembaga. Anda selalu berkata bahwa anda kaja, pemimpin tertinggi. Pernahkah anda sekedjap sadja mengenangkan tembaga ini ? Sebaiknja membeli seribu selimut lagi, pemimpin jang tertinggi !” Dengan tjara demikian ini harga tembaga itu semangkin meringkat, achirnja mentjapai harga tigaribu duaratus selimut. Kemudian kotak² berharga diminta kepada si pembeli. Dalam kotak² ini selimut² ini akan disimpan. Kotak² ini didatangkan pula. Maka diperlukan lagi hadiah² lebih banjak lagi untuk „menghiasi pemilik tembaga”. Si pembeli achirnja mengalah dan memberikannja dengan kata² : „Dengarkan, pemimpin-tertinggi. Hiasilah diri anda dengan kano ini,jang berharga limapuluh selimut dan dengan duaratus selimut ini. Sekarang djumlahnja empatribu. Habislah sekarang.” Sipembeli mengarahkan pandangannja kepada pemilik tembaga, katanja : „Nah, anda terima harga itu, pemimpin-tertinggi ? Anda terlalu mudah mererima harga itu. Aku ini seorang Kwakiutl. Aku adalah seorang dari meréka jang mendjadi asal dari nama² semua suku² diselunuh dunia. Anda telah mengalah, sebelumnja aku selesai mengadakan pembitjaraan dengan anda. Anda pantas selalu dibawah kami.” Ia memerintahkan pesuruh²nja untuk memberitahu saudara-perempuannja, puterinja, dan memberikan duaratus selimut lebih banjak kepada saingannja, „pakaian puterinja.” Dengan ini mendjadi duaratus selimut dari ribuan jang kelima.

Demikianlah kina² lazimnja dalam mendjual tembaga. Dalam perlombaan antara pemimpin-tertinggi jang terkemuka, kekerasan dan persaingan, jang mendjadi inti kebudajaan ini, bisa berkembang bebas. Tjerita tentang sengketa antara Si Pembalap dan Si Buang, pemimpin² tertinggi suku² Kwakiutl, menundjukkan bagaimana persaingan itu ber kembang mendjadi permusuhan terang²an. Kedua kepala suku ini sahabat baik. Si Buang mengundang clan sahabatnja untuk menghadiri pésta-buah-salem, akan tetapi di Buang ini dengan semberono mendapatkan gemuk serta buah²an didalam kano² jang tak tjukup dibersihkan seperti jang disjaratkan untuk menghormati meréka. Si Pembalap menganggap ini sebagai suatu penghinaan. Ia tak sudi memakannja, diam sadja sambil merebahkan diri dan menutupi mukanja dengan selimut hitam dari kulit-beruang, dan semua kerabat²nja ketika melihat kemarahannja mengikuti tjontohnja. Tuan-rumah mengadjak dan mengandjurkan kepadanja supaja makan, akan tetapi Si Pembalap menjuruh djurubitjara berkata kepapa Si Buang sambil menjatakan keluhannja dan mengetjam tjara penerimaan jang kurang hormat „Pemimpin-tertinggi kita tak sudi makan kutoran² jang anda suguhkan kepada kami hai orang kotor.” Si Buang mendjawab dengan marah : „O, begitu. Anda berbitjara se-olah² anda orang kaja sadja.” Si Pembalap mendjawab : „Mémang aku orang jang sangat kaja, ”dan ia menjuruh utusannja untuk mengambil tembaga Binatang Lautnja. Meréka memberikan kepadanja, ia memasukkannja dalam api „untuk memadamkan api lawannja,” Si Buangpun menjuruh ambil tembaganja jang bernama Si Terlihat serong dan iapun memasukkannja kedalam api dilapanganpésta „untuk memelihara njala api.” Akan tetapi Si Pembalap masih mempunjai tembaga lagi, si Belekok, dan disuruhnja mengambilnja, untuk dimasukkan kedalam api, supaja padam,” Si Buang tak mempunjai tembaga lagi, sehingga ia tak mempunjai bahan-bakar lagi untuk tetap menjalakan apinja, dan karena itulah dalam ronde pertama itu ia dikajahkan.

Hari berikutnja Si Pembalap mengadakan pésta sematjam itu lagi, dan mengundang si Buang untuk menghadiri pésta tsb. Dalam pada itu Si Buang berhasil memindjam tembaga dengan djaminan barang². Oleh karena itu ketika disuguhkan appel liar dan gemuk kepadanja, ia menolaknja sambil menggunakan perkataan² jang sama dengan apa jang diutjapkan si Pembalap dahulu dan iapun menjuruh mengambil tembaga Wadjah Hari. Si Pembalap berdiri, katanja : „Sekarang apiku mati. Akan tetapi tunggu dulu. Duduklah lagi dan lihatlah apa jang akan kuperbuat.” Ia menarikan seperti orang kesurupan Tari²an Pandir — ia anggota Sjarikat Pandir — dan ia membinasakan empat kano

bapa-mertuanja. Budak²nja membawa kano² itu kedalam rumah tempat pésta dan ditumpuknja diatas api untuk menghapuskan perasaan malu bahwa apinja telah dipadamkan oléh tembaga si Buang, Tamu²nja bagaimanapun djuga harus tetap duduk ditempatnja, karena kalau tidak, hal ini berarti bahwa harus mengakui kekalahannja. Selimut² kulit, beruang dari Si Buang membara dan dibawah selimut itu kakinja luka²

POLA-POLA KEBUDAJAAN

karena terbakar, akan tetapi ia tetap bertahan. Baru setelah njala api mulai padam, ia berdiri se-olah2 tak terdjadi apa2, dan makan djamuan jang disuguhkan dalam pesta, untuk memperlihatkan perasaan atjuh-tak-atjuhnja terhadap perbuatan2 lawannja jang luar-biasa itu.

Sekarang timbullah permusuhan antara Si pembalap dan Si Buang. Meréka sekarang memilih ber-lomba2 dengan inisiasi dalam sjarikat2 rahasia, karena dalam hubungan ini hak2 istimewa keagamaannja dianggapnja lebih tjotjok daripada hak2-istimewa duniawinja. Si Buang membuat rentjana2 rahasia untuk mengadakan Upatjara Musim Dingin dan Si Pembalap, jang mengetahui hal ini dari penari2nja, memutuskan untuk mengatasi lawannja. Si Buang mewedjang anak laki2nja dan anak perempuannja. akan tetapi si Pembalap mewedjang dua anak laki2 dan dua anak perempuan. Si Pembalap sekarang telah mengalahkan lawannja, dan ketika empat anaknja dikembalikan dari tempat pengasingannja dan kegairahan tari2annja mentjapai puntjaknja, ia menjuruh memotong kulit-kepala seorang budaknja dan menjuruh membunuhnja oleh penari2 Pandir dan sjarikat Beruang2-Grizzry dan daging-nja disuruh makan oleh kanibal2 Skalpa (kulit-kepalanja) diberikannja kepada si Buang, jang ternjata tak bisa menandingi perbuatan jang demikian hebatnja.

Si Pembalap menggondol kemenangan jang lain lagi. Anak2 perempuannja diwedjang sebagai penari2-perarg dan mereka meminta supaja ditaruh diatas api-anggun. Setumpuk besar kaju-api ditaruh sebagai dinding disekeliling api dan anak2 perempuan itu diikat di-papan2, siap-sedia untuk dibakar dengan api jang ber-njala2 itu. Sebagai gantinja dua burdak perempuan jang berpakaian perang dan djuga diikat dipapan2 ditaruh diatas api itu. Empat hari lamanja anak2 perempuan Si Pembalap bersembunji dan se-olah2 mereka hidup kembali dari abu budak2-perempuan jang disimpan. Si Buang tak bisa menandingi pameran jang menandakan keunggulannja ini, dan ber-sama2 dengan tentaranja memerangi suku Nootka. Hanja seoranglah jang kembali untuk mentjeritakan tentang kekalahan dan kematian peradjurit2 jang pergi berperang itu.

Cerita ini dikisahkan sebagai sedjarah jang benar2 terdjadi dan ada pula kedjadian2 jang disaksikan tentang persaingan sematjam itu ; maksudnja sama sadja, jaknl untuk memamerkan kebesarannja, hanja tjara2 jang dipergunakan oleh pemimpin2-tertinggi jang saling bermusuhan itu ber-lain2an. Dalam salah suatu peristiwa, demikianlah tjerita seorang Indian jang sudah tua, pemimpin tertinggi mentjoba ,,memadamkan api" lawannja dengan tudjuh kano dan-empatratus selimut, sedangkan tuan-rumahnja menuangkan minjak diatas api. Atap rumah berkobar dan sebagian terbesar rumah hantjur. Akan tetapi mereka jang bersangkutan tetap sadja duduk ditempatnja jang semula dengan sikap se-olah2 atjuh-tak-atjuh dan menjuruh mengambil lebih banjak kekajaannja lagi untuk ditaruh diatas api. ,,Kemudian tibalah kembali orang2 jang disuruh mengambil duaratus selimut, dan selimut2 inipun ditaruh diatas api tuan-rumah. Sekarang mereka ,,memadamkan" api. Kemudian tuan-rumah mengambil lebih banjak lagi buah shoréa robusta dan appel liar serta pula tembaga jang dipakai menari oléh auak-perempuannja. Semuanja ini dimasukkan dalam api. Keempat pemuda jang menjéndok minjak menuangkan minjak itu diatas api. Maka terbakarlah minjak dan selimut2 ber-sama2. Tuan-rumah mengambil minjak pula dan dituangkannja di-tengah2 lawan2nja".

Sikap ber-lebih2an sematjam itu mémang merupakan puntjak sifat gila-hormat. Tjiri2 orang laki2 ideal mengandung sifat2 sematjam itu. Semua alasan2 jang berada dalam hubungan ini dianggap baik. Seorang pemimpin-tertinggi wanita dalam sutu potlatch berkata sebagai berikut kepada anak laki2nja : ,,Sukuku, aku setjara chusus menjampaikan kata2ku kepada anak laki2ku. Sahabat2ku, sudah barang tentu kalian mengetahui siapa ajahku, daan mengetahui bagaimana ia mempergunakan kekejaannja. Ia sangat berani, dan tak memperdulikan apa jang diperbuatnja. Ia menghadiahkan kano2nja atau membakarnja dalam api rumah-pésta. Ia menghadiahkan kulit2 andjing-laut kepada saingan2nja dikalangan sukunja sendiri atau kepada pemimpin2-tertinggi dari suku2 lain atau ia me-motong2nja. Kalian mengetahui, bahwa benarlah apa jang kukatakan itu. Inilah, anakku, djalan jang ditundjukkan kepadamu oléh ajahmu dan jang harus kau tempuh. Ajahmu bukanlah orang sembarangan. Ia adalah pemimpin tertinggi sedjati suku Koskimo. Berbuatlah seperti jang diperbuat oléh ajahmu. Sobéklah selimut2 jang disimpul, atau hadiahkanlah kepada suku, jang mendjadi sainganmu. Sakianlah. "Anaknja mendjawab : ,,Aku tak akan menutup djalan jang ditundjukkan ajah kepadaku. Aku tak akau melanggar hukum jang ditetapkan oléh pemimpin tertinggiku. Aku menghadiahkan selimut2 ini kepada saingan2ku. Peperangan jang kita lakukan adalah hébat dan dahsjat". Kemudian ia mem-bagi2kan selimutnja.

Peristiwa2, dimana diadakan pembagian barang2 sematjam ini di Pesisir Barat-Laut, banjak sekali. Banjak diantara tindakan2 sematjam ini samasekali tak menjerupai pertukaran-ékonomi, dan sikaplaku tradisionil orang2 Kwakiutl pada peristiwa-perkawinan,-kematian dan bentjana tak bisa kita pahami selama kita tak mengenal tjara-berpikirnja jang chas jang mendasari peristiwa2 itu. Perhubungan antara laki2 dan perempuan, agama bahkan bentjana dalam kebudajaan ini sesuai dengan kesempatan2 jang ada, diolah mendjadi paméran keunggulan dengan djalan membagi atau menghantjurkan barang2. Peristiwa jang terpenting untuk ini ialah pelantikan seorang ahliwaris, perkawinan, mendapat dan memamerkan kekuasaan keagamaan, berkabung, peperangan dan bentjana.

Memang pelantikan seorang ahliwaris merupakan kesempatan jang baik sekali untuk mengemukakan hak²nja atas kebesaran se-bebas²nja. Tiap² nama, tiap² hak-istiméwa harus diserahkan kepada penggantinja dan penjerahan ini harus diperkuat dengan pembagian jang karakteristik dan pula penghanjuran kekajaan. Orang baru itu harus dipersendjatai dengan ,,perlengkapan kekajaan Petlatch² Semajam Itu adalah peristiwa² jang penting dan banjak selukbeluknja, akan tetapi pada umumnja tjara berlangsungnja sederhana sadja, Potlatch berikut ini, jak si potlacth ,,kayi kebesaran nama pangeraanja : TlisotiWalis” adalah sangat representatif, Jakni re-ta bagi semua suku² jang masih ada hubungan-darahnja. Ketika semua sudah berkumpul, pemimpin Tertinggi, ajah Tlassotiwalis. memberi gambaran jang dramatis tentang hak²-istimewa, jang dipunjainja berdasarkan suatu mythos-keluarga dan ia mengumumkan pe ggantian nama anak laki²nja. Sekararg si ahliwaris harus menerima nama² pangeran jang tradionil. Kekajaan², jarg di-bagi²kan sebagai perghormatan kepadanja, sudah disiapkan, Pada puntjak tari²an, paduansuara atas nama ajahnja menjanji :


Berilah tempat dan berikan (tembaga) ini jang selalu kupakai untuk mengatasi pemimpin-tertinggi jarg mendjadi sainganku.

Djangan minta ampun, suku, dengan lidah jang dikeluarkan dan tangan dipunggung.


Maka keluarlah pargeran itu dari dalam kamar dengan membawa tembaga Dantalayu. Ajahnja berseru kepadanja dergan peringatan jang merangsang: ,,Ah engkau orang besar, pemimpin-tertinggi Tlâsotiwalis. Betul²kah engkau merghasratkan itu ? Mémanglah hasratmu, untuk membiarkan mati disamping api, tembaga ini, jang mempunjai nama jakni Dantalayu ? Angkatlah dirimu diatas kedudukan jang terhormat. Sebab sesungguhnjalah engkau ahliwaris pemimpin² tertinggi jang luar- biasa, jang rojal, dan memperlakukan tembaga setjara itu, tembaga jang bernama” (jakri mematahkan meréka). Anak laki² itu mematahkan tembaga itu berikut upatjara² seperlunja dan mem-bagi²kannja di- antara saingan²nja, dan kemudian mengutjapkan pidato jang ditudjukan kepada para tamu, sbb.: ,,Aku mengikuti djalan jang ditempuh oleh ajahku, djalan jang harus dilalui, luar-biasa, rojal, jakni pemimpin- tertinggi jang tiada belas kasihan, pemimpin tertinggi jang tak takut apapun djuga. Inilah jang hendak kukatakan pemimpin² tertinggi aku telah menarikan tembaga sehingga ter-potong², djusteru, hai suku²!' Ia mem-bagi2kan kekajaan2lainnja dan menggantikan kedudukan ajahnja sebagai pemimpin tertinggi.

Suatu variasi daripada potlatch2 sematjam ini ialah potlatch jang diadakan ketika mentjapai pubertét oléh seorang wanita dari kalangan tertinggi dalam keluarga pemimpin tertinggi, baik adik-perempuannja atau pelantikan seorang pengganti, meskipun tak begitu meriah. Sedjumlah besar kekajaan dikumpulkan untuk di-bagi2kan, akan tetapi bukan tembaga dan selimut. Melainkan barang2 jang termasuk pakaian2 wanita, kano2, jang dipakai oleh wanita2 untuk mentjari kerang, gelang2 emas dan perak, giwang, topi2 dari pandan, dan perhiasan2 jang dari kulit-kerang abalone. Pembagian itu memberi hak kepada pemimpin tertinggi untuk mengatakan bahwa ia naik lagi setingkat ditangga jang menudju ketingkat jang tertinggi (jakni tingkat pemimpin tertinggi jang sempurna), atau apa jang mereka namakan ,,pemimpin tertinggi jang sudah mengalami apa sadja."

Mengadakan potlatch untuk menghormati seorang pengganti di Pesisir Barat-Laut meskipun adanja kesempatan untuk me-mudji2 dirinja sendiri dan untuk gagah2an, tidak langsung merupakan kesempatan perlombaan dengan seorang lawan dan oléh karena itu tidak merupakan pendjelmaan sempurna kebudajaan-rakjat seperti misalnja dengan potlatch jang diadakan berhubung dengan peristiwa perkawinan. Perkawinan seperti halnja pembelian tembaga digambarkan sebagai suatu pertempuran. Apabila seorang laki2 jang terkemuka hendak kawin, ia mengundang kerabat2nja dan teman2nja se-olah2 mau berangkat perang, dan ia berkata kepada meréka : ,,Kita sekarang menjatakan perang kepada suku2. Tolonglah, membawa isteriku kedalam rumah." Meréka mengadakan persiapan2, akan tetapi sendjata2 jang dipakai dalam pertempuran ini, adalah selimut2 dan tembaga2, jang dipunjainja. ,,Perang" itu chususnja terdiri dari pertukaran barang2.

Harga pengatin perempuan, jang harus dibajar oléh mempelai laki2, di-naik2kan seperti ketika membeli tembaga. Mempelai laki2 dan pengikut2nja ber-sama2 pergi kerumah ajah pengantin perempuan. Tiap2 orang2 jang terkemuka memberi sebagian kekajaannja ,,untuk mengangkat pengantin perempuan dari lantai" dan ,,membuat tempat-duduk baik pengantin perempuan". Semangkin lama semangkin banjak selimut juga dihitung, untuk membuat kagum keluarga ajah-mertuanja dan untuk memamérkan kebesaran-mempelai laki2. Sengkéta antara kedua kelompok ini bisa mengambil berbagai bentuk. Kelompok mempelai laki2 bisa mempersendjatai diri dan menjerang désa pengantin perempuan, jang kemudian disambut dengan suatu serangan pembalasan. Pertempuran itu bisa lebih hébat daripada jang direntjanakan-semula; kadang2 bahkan ada jang gugur. Adakalanja pula bahwa misalnja ajah-


178

POLA-POLA KEBUDAJAAN


mertua menjuruh orang2nja berdiri dalam dua barisan, sambil memegang tongkat2 jang udjungnja menjala. Mereka jang berdiri berhadap2an itu harus memukuli mempelai laki2 dan pengikut2nja jang lari2 diantara dua barisan itu. Ada pula keluarga2 lain Iagi jang memiliki hak chusus untuk menjalakan api unggun besar dalam rumah-pesta, dimana orang2 laki2 pengikut mempelai laki2 harus duduk seolah2 tiada merasa apa2, sehingga mereka luka2 kepanasan. Sementara itu, dari dalam mulut patung binatang laut jang dibuat dari kaju keIuarlah tudjuh tengkorak. Ajah kemantin perempuan mengedjek orangz laki2 pengikut mempelai laki2: ,,Awas, Gwatsenox, inilah tengkorak-jalon2 jang mau mengawini anak2 perempuanku, dan lari meninggalkan apiku."


Seperti jang telah kita ketahui, bukanlah terutama sekali pengantin perempuan jang dibeli, akan tetapi hak2 istimewa jang ia bisa serahkan kepada anak2nja. Harga pengantin perempuan, seperti halnja transaksi2 Iainnja di Pesisir Barat-Laut, mendatangkan suatu kewadjiban dari bapa-nertua, jang harus mengernbalikan dengan harga berlipat-ganda. Peristiwa djmana terdjadi pembajaran2-kembali, ialah kelahiran dan akil-baligh seorang tjutju. Pada peristiwa sematjam itu ajah sang isteri tak sadja harus memberi barang2 jang harganja berlipatganda dibandingkan dengan barang2 jang diterimanja, akan tetapi jang lebih penting lagi ialah bahwa ia harus menjerahkan namaz2 dan hak2-istimewa kepada anak2 dari anak-perenpuannja. Ini mendjadi milik anak-menantunja, akan tetapi hanjalah dalam arti bahwa ia berhak menjerahkannja kepada ahliz-warisnja menurut pilihannja sendiri, kadang2 malahan bukan kepada anak2 isterinja, padahal hak2 itu didapatnja karena perkawinan dengan isterinja itu. Nama2 dan hak2-istimewa itu bukanlah miliknja dalam arti bahwa ia bisa mempergunakannja untuk membangga2kannja dalam potlatchnja sendiri. Pada keluarga2 besar dan terkemuka, pembajaran2-kembali harga-pengantin itu sering ditangguhkan bertahun2 hingga anak laki2 jang paling tua atau anak perempuan jang tertua jang lahir dari perkawinan itu, telah tjukup umur untuk bisa diwedjang dalam Sjarikat-Kanibal jang penting itu. Pada peristiwa itu anak-menantu laki2, jang tiba saatnja untuk menerima pembajaran kembali dari bapa-mertuanja, menjelenggarakan Upatjara Musim Dingin beserta membagi kekajaan2'setjara luas. Dalam membagi kekajaan2 ini ia bisa mempergunakan barang2 pembajaran kembali bapa-mertuanja. Pewedjangan anak dari menantu-laki2 dalam Sarikat-Kanibal mendjadilah pusat peristiwa, sedangkan nama dan hak2-istimewa jang diperdapat oleh pemuda atau pemudi pada peristiwa itu, adalah pelunasan pembajaran-perkawinan orang-tuanja, kekajaan jang dihargai paling tinggi, jang mendjadi setragian dari persetudjuan-perkawinan. Djumlah

PESISIR BARAT LAUT AMERIKA

179

jang dibajarkan kembali dan waktu melakukannja, ditentukan oleh deradjat keluarga2 jang bersangkutan, djumlah anak-tjutju dan hal2 lainnja lagi, jang berbeda bagi tiap2 perkawinan. Akan tetapi upatjara itu selalu sama sadja dan bersifat dramatis. Ber-tahun sebelumnja bapa-mertua sudah mengadakan persiapan2 Apabila masa untuk mem- bajar kernbali sudah hampir tiba, in mulai menagih hutang2nja dan mengumpulkan banjak sekali bahan-makanan, dan djuga selimut kotak2, piring2, sendok2, ketel2, gelang2 tembaga2. Gelang2 itu di ikat mendjadi tongkat, sepuluh gelang mendjadi satu tongkat, dan sendok2 serta piring2 diikat pada tali2 pandjang, ,,tali2 djangkar kano". Kaum kerabat bapa-mertua djuga mengumpulkan barang2 untuk menolong dia dan untuk meriahkan pamérannja, sedangkan kaum kerabat menantu-laki2 berkumpul berpakaian kebesaran diatas atap rumah-nja, darimana mereka bisa menindjau pantai, Rombongan bapa-mertua mempersiapkan ,,kano" dipantai. Jang dimaksudkan dengan kano itu ialah suatu tempat 50 a 100 métor persegi, jang dibentuk dengan kotak jang di-djédjér, jakni barang2 warisan, jang dihiasi dengan kepala2 binatang dan jang ditaruhi gigi2 andjing laut. Mereka mengangkut semua barang2 jang dikumpulkan oleh bapa-mertua ke- kano ini. Dari udjung kano ini mereka memasang tali2-djangkar, di-mana diikatkan sendok kaju jang dihiasi dan piring2 kaju jang berharga.
 Tali-djangkar itu disambung sampai diatap rumah menantu-laki2. Semua kaum kerabat bapa-mertua pergi kedalam kano dan menjanji bergiliran dengan rombongan anak-menantu. Njanjian2 itu semuanja njanjian2 jang dihargai oleh masarakat. Isteri menantu-laki2, isteri jang harga pengantinnja pada hari itu akan dikembalikan, berada dalam kano ber-sama2 dengan ajahnja, membawa perhiasan2 banjak sekali, jang diserahkan kepada soaminja. Tari2an jang terpenting pada waktu itu adalah tarjan2 si isteri itu, dimana ia memamerkan perhiasan aja. giwang2 hidung jang dibuat dari kulit-kerang abalone, jang den besarja sehingga harus diikatkan pula ditelinganja, dan giwang2 telinga jang demikian beratnja, sehingga harus diikatkan pada rambut Setelah ia menari, berdirilah bapa-mertua dan memberikan semua hak2 atas semua keadaan didalam kano kepada menantu-laki. Kekajaan jang paling berharga ada didalam kotak2 ketjil, jang berisi tanda2 hak2-istimewa keanggotaan sjarikat2 keagamaan dan nama2, jang untuk kepentingan tjutju2nja, diserahkan kepada menantu-laki2nja.  Segera setelah hak atas semua barang diserahkan kepada menantu-aki2, maka kawan2nja melontjat kedalam kano dengan membawa kampak, dan dengan kampak itu dibukalah salah suatu kotak2 jang merupakan kano, sambil berseru: ..Sekarang kano kita jang penuh ini telah rusak," sedangkan anak-menantu mendjawab : „Marilah kita bersenang hati". Ini dinamakan „menenggelamkan kano" dan berarti bahwa menantu-laki² segera mem-bagi²kan semua kekajaan jang ada didalamnja kepada anggota sukunja. Ini berarti, bahwa ia menghutangkan barang itu dengan memungut bunga, untuk semangkin memperluas kekajaan²nja. Ini adalah salah suatu puntjak kariére tiap² orang laki. Njanjian jang dimiliki oléh menantu-laki² pada peristiwa ini, menjatakan kemenangan seorang pemimpin tertinggi dipuntjak kekuasaannja :

Aku akan pergi untuk menghantjurkan Gunung Stevens,
Aku akan memakai gumpalan'nja sebagai batu² untuk dapurku;
Aku akan pergi untuk menghantjurkan Gunung Katstais;
Aku akan memakai gumpulan³nja sebagai batu² untuk dapurku

Dengan kawin empat kali, seorang laki² jang banjak ambisinja ingin mendapat semangkin banjak hak-istimewa dan pembajaran² kembali atas harga-pengantin. Djikalau mémang perkawinan sematjam itu dianggap perlu, akan tetapi tiada anak²-perempuan jang dewasa, perkawinan itu masih bisa djuga dilaksanakan. Menantu-laki itu menikah badan lainnja. Jang berarti suatu perkawinan-semu (perkawinan-gantung) dilaksanakan dengan upatjara jang lazim, dan dengan begitu diserahkanlah hak²nja. Dari peristiwa² sematjam itu amat teranglah, bahwa perkawinan di Pesisir Barat-Laut merupakan suatu tjara formil untuk menjerahkan hak², akan tetapi hal ini lebih djelas lagi dalam banjak tjerita tentang perkawinan antara anggota2 dari berbagai suku, dimana iri-hati mengakibatkan peperangan. Perkawinan seorang wanita terkemuka dengan orang laki² dari kelompok lain, mengakibatkan bahwa anggota² suku wanita itu kehilangan tarian dan hak²nja, dan ini tak disetudjui oléh meréka. Dalam salah suatu peristiwa, suku jang pada mulanja mendapatkan bapa mertuanja hak atas suatu tarian, mendjadi marah terhadap suatu perkawinan jang menjebabkan tarian ini diserahkan kepada seorang pemimpin tertinggi dari suku musuh. Meréka pura² mengadakan pésta dan diundanglah bapa-mertua dan sukunja. Ketika semua sudah berkumpul, meréka menjerang bapa-mertua itu dan membumihnja beserta banjak diantara kawan²nja. Dengan tjara ini merékà meng-halang2i hak meréka atas tarian berpindah ketangan pemimpin tertinggi musuh, jang telah mengadakan perdjandjian-perkawinan dan jang telah mendapat hak atas tarian itu sebagai pembajaran-kembali harga-pengantinnja. Akan tetapi pemimpin tertinggi ini, jang kehilangan haknja atas tari²an itu karena bapa-

mertua meninggal, tak mau menjerah begitu sadja. Ia kawin dengan

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

181

anak perempuan orang jang membunuh bapa-mertuanja, dan berdasarkan ini in mendapat hak atas tari2an itu, jang hendak dimilikinja dengan perkawinannja jang pertama itu.

 Dilihat dari segala sudut mémanglah perkawinan di Pesisir Barat Laut merupakan suatu transaksi dagang dan oleh karena itu berlaku pula aturan2 jang mengenal transaksi dagang lain2nja jang manapun djuga. Seorang wanita jang melahirkan seorang anak, sehingga harga pengantinnja telah tjukup dikembalikan, dianggap sudah dibeli kembali oleh kaum kerabatnja. Sudah barang tentu tak sesuai dengan ke-hormatannja untuk mengizinkan isterinja tinggal dirumahaja tanpa upah." Maka ia membajar lagi kepada bapa-mertuanja untuk isterinja, supaja ia tak perlu menerima belas-kasihan tanpa sesuatu imbangan.

 Apabila salah suatu pihak tidak puas mengenai pertukaran-perkawinan, maka bisalah timbul sengketa terang2an antara menantu-laki2 dan bapa-mertua. Dalam suatu peristiwa misalnja, seorang bapa-mertua memberikan selimut2 dan suatu nama kepada menantu-laki2 nja pada suatu pewédjangan anaknja jang paling bungsu, akan tetapi menantu- laki ini tak mem-bagi2kan selimut2 ini kepada kelompok2 setempat jang saling ber-saing2an, akan tetapi diberikannja kepada kerabatnja. sendiri. Ini suatu penghinaan jang hébat sekali, sebab ini berarti bahwa pemberian itu dianggap terlalu ketjil dibandingkan dengan kebesaran namanja. Bapa-mertua mengadakan pembalasan atas penghinaan kepada dirinja itu, jakni dengan djalan memanggil kembali anak-perempuannja dan anak2nja kedésanja sendiri. Ia maksudkan ini sebagai suatu- pukulan jang parah sekali bagi menantunja. Akan tetapi menantu ini memukul kembali dengan djalan membiarkan sadja isteri dan anak2nja dan samasekali tak menghiraukan nasibnja. ,,Maka malulah sang mertua, karena menantunja tak mau membajar untuk datang melihat anak2nja sendiri. Menantunja mengambil seorang isteri lain dan me- neruskan kariérenja.

 Ada pula kedjadian dimana seorang pemimpin-tertinggi tak sabar, karena bapa-mertuanja sangat lama menangguhkan pembajaran-kembalinja. Ia membuat patung isterinja dari kaju dan mengundang seluruh suku untuk menghadiri suatu pesta. Dengan disaksikan oleh semua undangan ia menggantungkan batu diléhér patung itu, kemudian me- lemparkanja kedalam laut. Untuk menghapuskan penghinaan jang demikian kedjinja, seharusnja bapa-mertua mem-bagi2kan kekajaannja lebih banjak lagi dan lebih banjak pula jang harus dihantjurkannja dari kekajaan jang dimilikinja, sehingga dengan demikian menantu-laki2 menghantjurkan deradjat tinggi stennia dan bapa mertoanja.. Sudah barang tentu perkawinan itu dibubarkan. Orang laki2, jang sendiri tak

182

POLA-POLA KEBUDAJAAN


mewarisi gelar2 bangsawan, bisa berharap bahwa ia bisa meningkat ditangga masjarakat dengan djalan kawin dengan wanita jang berderadjat tinggi. Orang2 ini biasanja anak jang lebih muda dan bukan anak sulung, jang tak bisa memperolth gelar2 karena tradisi hanya memberi gelar2 itu kepada anak jang sulung, Apabilaia kawin dengan baik2 dan mendjadi kaja karena manipulasi2 tjerdik dengan hutang2nja, ia kadang2 bisa memperoleh kedudukan diantara orang2 terkemuka dalam sukunja. Akan tetapi djalan kesitu berat untuk ditempuhnja. Adalah suatu penghinaan keluarga seorang wanita, apabila ia dikawinkan dengan orang biasa. Pertukaran barang2 jang lazim dalam perkawinan dalam hal ini mustahil, karena mempelai laki2 tak bisa mengumpulkan barang2 setjukupnja. Apabila suatu perkawinan tak diperkuat oleh suatu potlateh, maka hal itu dinamakan ,,berkumpul seperti andjing”, dan anak2 dari perkawinan sematjam itu dihina dan dianggap tak sjah. Diikalau seorang wanita memberi gelar2 bangsawan kepada suaminja, maka kata meréka, suami itu mendapatnja tanpa membajar apa2 dan ini suatu penghinaan untuk keluarga. ,,Nama mereka ternoda dan mendjadi nama buruk, karena ia bersuarnikan orang biasa.” Djuga djikalau ia mengumpulkan kekajaan2 dan memperkuat hak atas namanja, maka suku2 itu tak melupakan noda ini dan pemimpin2 tertingginja sering ber-sama2 bersekongkol terhadap dia untuk menghantjurkan tuntutan2nja dengan memburukkan dia dalam suatu potlatch. Pernah terdjadi bahwa seorang taki2 biasa jang kawin dengan seorang wanita jang terkemuka, mendjadi terpandang karena memiiiki uang jang didapatnja karena bekerdja pada bangsa kulit-putih. Para pemimpin2 tertinggi mengumpulkan tembaga2nja mendjadi satu untuk mengalahkan dia. Menurut tjeritanja, dimana mereka mengabadikan nodanja, pemimpin2 tertinggi itu mematahkan tiga tembaga, masing2 harganja sama dengan dua-belas-ribu, sembilan ribu dan delapan-belas-ribu selimut, dan orang jang bersangkutan tsb tak bisa mengumpulkan tigapuluhsembilan-ribu selimut untuk bisa (jukup membajar harga tembaga2, untuk menandingi tembaga jang dipatahkan itu. Ja kalah dan anak2nja diserahkan kepada keluarga2 jain, supaja mereka sara setengah-bangsawan, tak perlu ikut menanggung noda ajahnja.

Perkawinan bukanlah djalan satu2nja untuk mendapatkan hak: istimewa. Tjara jang paling dihargai ialah dengan djalan membunuh pemilik hak2 itu. Orang jang membunuk orang: lain, mengambil-alih

namanja, tari2annja, dan tanda2 kebenarannja. Suku2 jang karena sifatpermusuhan dari pemiliknja tak bisa mendapat hak atas tari2an dan topeng2 jang diinginkannja, masih sadja bisa menjerang suatu kano ang sedang berlajar, jang didalamnja ada orang jang dikenalnja sebagai

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

183

pemilik upatjara, Si pembunuh berhak atas tari2an jang diserahkannja kepada pemimpin tertingginja atau saudara-laki2nja jang tertua, jang mengadjarkannja kepada anak atau kemenakannja dan dengan demikian menjerahkan tari2an dan nama orang jang dibunuh itu kepadanja. Sudah barang tentu bahwa tjara penjerahan sematjam ini berarti bahwa seluruh upatjara2, isi lagu2, langkah2 tari2an dan penggunaan benda2 keramatpun telah dikenal oleh pemilik baru sebelum ja membunuh pemiliknya jang tama. Bukannja pengetahuan tentang upatjara itu jang diperoléhnja, melainkan hak milik atas upatjara itu. Tak bisa diragukan lagi bahwa kenjataan bahwa hak2 dari kurban-perang bisa dituntut oleh pembunuhnja mentjerminkan keadaan2 dalam sedjarah dahulu kala, ketika pertikaian prestise dikalangan penduduk Pesisir Barat-Laut terdjadi dengan djalan peperangan dan perlombaan dengan kekajaan2 belumlah begitu penting,

Tak sadja dari manusia bisa didapatkan hak2 di Pesisir Barat-Laut dengan djalan membunuh pemiliknja, mereka bisa djuga mendapatkan hak2 dengan djalan membunuh déwa2, Orang jang bertemu dengan mahluk adikodrati dan membunuhnja, bisa mendapat upatjara atau topeng daripadanja. Semua bangsa2 biasanja memperlakuken mahluk2 adikodratinja dengan hormat sekati, djarang sekali ada kedjadian dimana mahluk adikodrati diperlakukan dengan demikian tidak hormatnja seperti didatrah Pesisir Barat-Laut, dan bahwa kelakuan jang paling menguntungkan ialah dengan djalan bukan menghormati kepadanja, akan tetapi djusteru dengan membunuhnya, atau menghinanja.

Djuga masih ada djalan untuk mendapatkan hak2 tertentu tanpa mewarisi atau membeli. Jakni dengan djalan mendjadi imam keagamaan. Siapa jang mendjadi sjaman, diwedjang oleh mahluk2 adikodrati, tidak oleh ajah atau pamannja: nama2 jang diakui dan hak2-istimewa diterimanja dari pengundjurg rohani itu. Sjaman memiliki dan mempergunakan hak2-istimewanja menurut tatatertib rohani, akan tetapi hak2-istimewanja dianggap sama sadja seperti hak2-istiméwa jang diwarisi dan djuga dipergunakan dengan tjara jang sama.

Tjara tradisionil untuk “mendjadi sjaman, ialah dengan tjarapenjembuhan pada wakiu menderita sakit keras. Tidak semua jang sembuh dari suatu penjakit kelak mendjadi sjaman, akan tetapi hanjatah mereka, jang mengasingkan diri dalam-suatu rumah di-hutan2, supajadisembuhkan oleh ruh2 Djikalau mahluk2 adikodrati mengundjungi seorang laki2 disana dan memberinja nama dan pekerdjaan2,

maka ia mengikuti ritus jang sama seperti tjalon2 apa sadja, jang mewarisi hak2-istiméwa .Ini berarti, bahwa ia baru kembali dari tjekaman

184

POLA-POLA KEBUDAJAAN

ruh2 dan memamerkan hak-istimewa Jang didapatnja. la mengumumkan namanja dan memperlihatkan kekuasaannja dengan djalan menjembuhkan orang jang sakit. Kemudian ia mem-bagi2 barang2nja, untuk memperkuat namanja dan mulailah ia dengan karitrenja sebagai sjaman.

Sjaman2 itu mempergunakan pula hak2-istiméwanja seperti pemimpin.tertinggi dan bangsawan2, Meréka djuga ber-lomba2 untuk semangkin menaikkan prestisenja. Sjaman2 itu mentjemoohkan tuntutan2 adikodrati saingan2nja dan ber-lomba2 dengan meréka dalam memamerkan kekuasaannja jang unggul. Tiap2 sjaman mempunjai ketjakapan istimewa jang agak berbeda dengan saingan2nja, dan pengikut2nja sangat memudji ketjakapan2nja itu dan men-djelek2kan kepunjaan sjaman2 jainnja. Beberapa sjaman menghisap penjakit itu. keluar. Ada sjaman2 jang menghisap penjakit keluar, ada djuga jang meng-gosok2, dan ada jang memanggil kembali djiwa2 jang hilang. Suatu tjara jang sangat disukai ialah melukiskan penjakit jang diderita oleh si sakit sebagai ,,tjatjing”. Untuk menjiapkan ini, si sjaman selalu membawa segulung bulu burung diantara giginja dan bibir-atasnja. Djikalau dipanggil untuk mengobati, lebih dahulu ia berkumur dengan air. Djikalau dengan demikian ia telah membuktikan, bahwa ia tak menjimpan apa2 dalam mulutnja, ia menari dan kemudian menggigit pipinja sambil menghisap, sehingga mulutnja penuh dengan judah jang bertjampur darah. Kemudian ia Judahkan darah itu, jang katanja telah dihisapnja dari tempat-penjakit, bersama2 dengan gulungan bulu burung itu didalam piring dan setelah membersihkan ,,tjatjing”nja, maka dipeslihatkanlah ,,tjatjing” itu, sebagai bukti bahwa ia telah mentjabut sebab sakit dan penjakit itu. Sering beberapa sjaman mentjoba kekuatannja pada orang sakit jang sama. Djikalau pertundjukannja tak berhasil, ia malu seperti halnja seorang pemimpin tertinggi jang dikalahkan dalam suatu perlombaan disekitar sepotong tembaga. Djikalau mereka gagal, maka mereka mati karena malu atau mereka mempersatukan tenaga2nja untuk membunuh Jawannja jang berhasil. Adalah suatu hal jang wadjar bagi mereka, bahwa ada orang Sjaman jang berhasil, dibunuh oléh musuhtaja. Kematian seorang sjaman tak dibalas karena kesaktiannja bisa dipergunakan untuk kebaikan dan untuk kedjahatan dan ahlisihir tak perlu diperlindungi.

Djuga dalam segi2 lainnja sjamanisme dikalangan orang2 Kwakiutl ada persamaannja dengan perlombaan dan persaingan duniawi, jang bertudjuan untuk memperkuat atau mengesjahkan djambul (crest) atan nama2 titulér. Seperti halnja dengan pewedjangan (inisiasi)

dalam Sjarikat Kanibal jang merupakan suatu pertundjukan dramatis

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

185


jang chusus diadakan pada peristiwa itu, sedangkan visiun menurut anggapan beberapa kebudajaan merupakan suatu pengalaman perseorangan dengan adikodrati dan hanja merupakan suatu dogma jang formil, maka djuga dalam hal sjamanisme perdamaian dengan ruh2 setjara perseorangatpun tak lagi penting dalam mendjalankan muslihat2 maupun melatih pembantu2 untuk menguatkan setjara dramatis tuntunan2 si sjaman itu. Adalah lazim bahwa seorang sjaman mempunjai seorang pembantu, jang lebih tepat dinamakan mata2nja. Tugas pembantu ini ialah untuk pergi diantara orang2 dan memberitahukan kepada madjikannja, dibagian mana badan terasa sakit pada orang2 jang sedang menderita sakit itu. Djikalau kemudian seorang sjaman dipanggiluntuk mengobati orangsakitia memperlihatkan kesaktian adikodratinja dengan djalan memusatkan seluruh perhatiannja kepada bagian tubuh itu. Djuga mata2 itu memberitahu apakah orang itu ketjéwa dan sedih. Pada tiap2 pengobatan setjara umumpun si sjaman memperlihatkan kesaktiannja dengan mengatakan bahwa djiwa2 orang sakit itu memerlukan kesegaran kembali. Mata2 itu menempuh djarak djauh dengan kano untuk menjampaikan pesan2, jang katanja adalah bisikan2 ruh2

Baik siaman dan pembantunja, maupun penontonnja tidak bersikap atjuh tak atjuh terhadap djenis penipuan jang dipergunakannja. Banjak bangsa2 jang mengira bahwa kesaktian adikodrati dengan wadjarnja mendjelma sebagai tipu-muslihat seorang tukang sulap. Akan tetapi lain pendapat orang2 Kwakiutl. Hanja seorang sjaman, jang sudah putus-asa, seperti hanja baik-diseluruh-dunia, akan mengakui terus-terang bahwa dengan menggunakan muslihat tukang sulap ia telah membiarkan tangannja digigit oléh ular ratél. Maka mereka mengetahui sekarang bahwa ia ,,biasa sadja, sebab apa2 jang dilakukannja sebagai sjaman, ditjapainja dengan djalan menipu.” Ia mengundurkan diri dan dalam témpo satu tahun ia mendjadi gila, Apabila suatu tipu muslihat seorang sjaman diketahui, ia kalah. Seorang sjaman sering memperlihatkan kesaktiannja dengan djalan membebaskan seekor badjing mati dari ikat-léhernja dan menjuruhnja berdjalan diatas lengannja. Setelah ia menari dengan binatang itu dan membuktikan bahwa ia bisa menghidupkan kembali binatang itu, pembantunja memindahkan papan ataprumah, dimana ia bisa menurunkan seutas tali. Dengan tjepat si sjaman mengikatkan talk itu pada Ieher badjing dan kemudian badjing ini terbang keatas. Kemudian ia memanggilnja kembali. Para penonton zchirnja mengetahui bahwa ia — untuk memanggil badjingnja itu — selalu berdiri ditempat jang sama itu sadja. Ada orang jang pergi memeriksa atap itu dan disana dilihatnja suatu tempat, jang hanja ditutup ol&h papan tipis. Sjaman itu lalu meninggalkan prakteknja dan tak lagi muntjul2. Seperti halnja baik-diseturuh-dunja ia mati karena

186

POLA-POLA KEBUDAJAAN

malu. Djadi sjaman2 itu dikalangan orang2 Kwakiutl sudah biasa untuk mempergunakan tipumuslihat2 tersembunji dalam pertundjukan2nja dan djikalau tipumuslihatnja ketahuar, maka hal ini dianggap sebagai suatu kekalihan jang sama nijainja dengan kekalahan jang diderita dalam suatu perlombaan-potlatch.

Seperti halnja pemimpin2 duniawi, seorang sjamanpun harus menguatkan hak2nja dengan djalan mem-bagi2 kekajaan. Djikalau ia menjembuhkan orang sakit, maka ia diberi upah sesuai dengan kekajaan dan deradjat keluarga si sakit, tak ada bedanja seperti waktu membagi2kan kekajaan, Menurut pendapat orang2 Kwakiutl, sjamanisme ialah ,,sesuatu jang memudahkan untuk mengumpulkan kekajaan,” Jakni suatu tjara untuk mendapat hak2 jang berharga tanpa membeli atau karena warisan, jang semuanja itu bisa dipergunakan untuk meningkatkan kedudukan orang jang bersangkutan diatas tangga masjarakat.

Akan tetapi djuga mungkin dikalangan orang2 Kwakintl, bahwa hak2 seorang sjaman didapatinja karena warisan atau membeli, seperti halnja dengan semua hak2 lainnja. Sudah barang tentu bahwa tipumuslihat2 dan ketjakapan2 seorang sjaman harus dipeladjari dan memang benar bahwa sjaman2 jang mengadjarkannja kepada seorang baru untuk ini mendapat pembajaran. Kita tak mengetahui bagaimana pada umumnja pangkat adikodrati itu dipindahkan kepada orang lain. Kadang2 ada orang2 jang mewedjang anak2-laki2nja mendjadi sjaman setelah mereka itu beberapa waktu lamanja mengasingkan dirinja dalam hutan2, tak bedanja dengan penari2-Kanibal. Sjaman besar jang bernama Si Pandir memuntahkan bagian2 kristal dari tubuhnja dan memasukkannja dalam tubuh anak-laki2nja dan dengan begitu anak-laki2nja ini mendjadi sjaman kelas satu. Sudah barang tentu bahwa ajahnja dengan perbuatannja ini kehilangan semua hak2nja untuk bisa bertindak sebagai sjaman.

Kelakuan di Pesisir Barat-Laut disemua lapangan dikuasai oleh kebutuhan untuk memperlihatkan kebesaran perseorangan dan untuk membuktikan kelinaan saingannja. Hal ini dilakukan dengan pemudjian diri sendiri tanpa batas dan tjemoohan serta penghinaan terhadap lawan2nja. Dan masih ada lagi segi lain. Dikalangan orang2 Kwakiutl ketjemasan akan ditertawakan orang dianggap sama beratnja dengan pengertian pengalami penghinaan. Mereka hanja mengakui adanja satu tangga-nada émosi2, jakni jang terdiri antara kemenangan dan malu. Pertukaran ékonomi, perkawinan, kehidupah politik dan praktek agama

terdjadi dengan diiringi oléh saling melemparkan hinaan2. Akan tetapi inipun hanja memberi gambaran jang masih kurang lengkap tentang bagaimana sesungguhnja kelakuan orang Kwakiutl ditentukan oleh ketakutannja akan mendapat malu. Pesisir Barat-Laut djuga mengikuti

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

187

pola-ketakuan ini dalam menghadapi dunia juar dan tenaga2 alam. Semua bentjana dan kemalangau memberi perasaan terhina. Kalau kampaknja melks€t sehingga orang jang mempergunakannja luka pada kakinja, maka ja harus segera menghapuskan malu jang menimpanja. Djuga orang jang kanonja terbalik, harus ,membersihkan badannja”. dari penghinaan itu. Terutama sekali harus diusahakan, supaja tak ada orang jang menertawakan peritiwa itu. Penjelesaian jang umum, jang dipergunakan sudah barang tentu ialah mem-bagi2 barang2, Ini menghapuskan malu, jakni mengembalikan lagi perasaan-unggul, jang oleh kebudajaannja diassosiasikan dengan mengadakan potlatch. Semua kemalangan2 lainnja jang tak begitu besar dihadapi setjara ini. Kemalangan2 besar bisa memungkinkan bahwa perlu diselenggarakan suatu upatjara musim-dingin, atau mengadakan pemburuan manusia untuk dipenggal kepalanja guna mendapatkan skalpa (kulit kepala)nja, atau bisa djuga membunuh diri. Djikalau ada topeng Sjarikat-Kanibal jang petjah. jang bersangkutan harus menjelenggarakan upatjara musim dingin dan mewediang anak-laki2nja dalam sjarikat itu. Djika orang kalah dalam berdjudi dengan seorang kawannja, dan barang2nja habis, ia lalu membunuh diri.

Demikian pula sikapnja terhadap perisitiwa besar seperti kematian. Orang tak bisa memahami tjara penduduk Pesisir Barat-Laut berkabung tanpa mengetahui tentang serangkaian kelakuan2 jang telah didjadikan lembaga oleh kebudajaan ini. Kematian merupakan penghinaan jang paling tinggi menurut anggapan mereka dan oleh karena itu rkaksi mereka terhadap peristiwa itu adalah sama seperti reaksi merkka dalam menghadapi suatu kemalangan jang besar : mem-bagi2 Gan menghantjurkan barang2, memenggal kepala, bunuh diri, Mereka mempergunakan tjara2 jang resmi untuk menghapuskan malunja. Djikalau seorang kerabat dekat dari seorang pemimpin tertinggi meninggal, maka pemimpin tertinggi ini membuang rumahnja, jakni, papan2 dari dinding dan atap dilutjuti dari rangka rumahnja dan dibawa oleh orang jang sanggup membelinja. Sebab inipun merupakan suatu masalah potlateh seperti tain2nja, dan setiap papan harus dibajar kembali dengan bunga tinggi. Ini dinamakan: „gila karena ditinggal mati oleh orang jang ditjintat,” dan dipergunakan oléh orang2 Kwakiutl untuk menghadapi keadaan berkabung dengan upatjara jang sama seperti halnja dengan perkawinan, mendapatkan kekuasaan adikodrati atau persengketaan.

Masih ada djawab jang lebih tadjam terhadap penghinaan maut. Jakni memenggal kepala. Disini tiada soal dendam terhadap kelompok jang misalnja tejah membunuh orang jang meninggal itu. Kerabat jang meninggal dunia ini bisa djuga meninggal dunia ditempat tidur karena suatu penjakit atau karena dibunuh oléh seorang musuhnja. Pemenggalan kepala ini dinamakan : „membunuh untuk menghapuskan airmata” dan adalah suatu alat untuk mengembalikan keseimbangan dengan mendatangkan keadaan berkabung dirumahtangga orang lain. Djikalau anak laki2 seorang pemimpin tertinggi mati, berangkatlah pemimpin tertinggi itu dalam kanonja. Ia diterima dalam rumah seorang pemimpin tertinggi lain, jang setelah memberi salam menurut adatistiadat berkata : „Anak laki2 saja hari ini meninggal dunia, dan anda harus ikut serta dengan dia.” Maka dibunuhnjalah dia. Menurut anggapan meréka, ia berbuat baik dengan membunuh itu, karena dengan begitu ia membuktikan bahwa ia tak mau mengalah akan tetapi memukul kembali. Semua kedjadian ini kosong tiada sifat gila-hormat jang asasi karena kehilangan itu. Maut seperti halnja bentjana dan kemalangan lainnja didalam hidup ini menodai rasa-kebanggaannja dan oléh karena itu tak lain melainkan harus dihadapi sebagai suatu malu besar.

Banjak tjerita tentang sikap menghadapi maut itu. Seorang saudara perempuan seorang pemimpin tertinggi ber-sama2 dengan anak perempuannja pergi ke Victoria. Mungkin karena meréka terlalu banjak minum whiskey kwalitét buruk atau karena kanonja terbalik, alhasil meréka tidak kembali lagi. Pemimpin tertinggi itu menghimpun pradjurit2nja. „Saja bertanja kepada Saudara2, hai suku2, siapa jang harus menangis ? Saja atau orang lain ?” Tentu sadja djawab djurubitjaranja : „Bukannja Tuanku, pemimpin tertinggi. Biarlah orang lain sadja dari golongan suku lain.” Segera itupun meréka memasang tiangpeperangan untuk mengumumkan rentjananja akan menghapuskan malu dan akan mengadakan serangan. Meréka berangkat dan mendjumpai tudjuh orang laki2 dan dua anak2 jang sedang tidur. Maka dibunuhnyalah meréka itu. „Maka meréka merasa senang dan énak, ketika tiba kembali malamnja di Sebaa.”

Orang laki2, jang sekarang masih hidup, melukiskan salah suatu pengajamannja dalam tahun tudjupuluhan, ketika ia menangkap ikan mentjari gigi2an. Ia menginap dirumah Tlabid, salah seorang pemimpin tertinggi suku. Malam itu ia tidur didalam kemah dipantai, ketika ada dua orang laki2 membangunkan dia, seraja katanja : „Kita datang untuk membunuh pemimpin. tertinggi Tlabid karena puteri pemimpin tertinggi kita, Gagaheme, meninggal dunia. Kita membawa tiga kano besar dan djumlah anakbuahnja enampuluh. Kita tidak bisa kembali dengan tidak membawa kepala Tlabid.” Ketika sarapan si tamu mentjeritakan hal ini kepada Tlabid dan Tlabid berkata : „Ja, Saudaraku, Gagaheme, adalah pamanku, sebab ibu ajahnja adalah ibu2ku: sudah tentu ia tak akan berbuat djahat terhadap diriku.” Meréka makan ,dan kemudian Tlabid siap2 untuk pergi kesuatu pulau diluar désa mentjari kerang. Seluruh suku menentang maksudnja itu, jakni bahwa ia hendak mentjari kerang, akan tetapi Tlabid tertawa sadja, Ia membawa mantél dan dajungnja, dan kemudian keluarlah ia dari dalam rumahnja. Ia marah dan oléh karena itu tak ada orang jang berani berbitjara. Ia menurunkan kanonja diair dan ketika djalannja sudah lantjar, maka anak-laki2nja jang masih ketjil menjertai dia, duduk dihaluan. Tlabid mendajung kanonja, menudju kepulau ketjil, dimana terdapat banjak kerang. Ketika ia sudah berada dipertengahan djalan, kelihatanlah tiga kano beras, penuh orang, dan segera setelah Tlabid melihatnja, maka kanonja diarahkan ketiga kano itu. Sekarang ia tak mendajung lagi, dan dua kano mendekati dia dari arah daratan dan jang satu dari arah laut: haluan2 kano2 itu meurpakan satu garis. Ketiga kano itu tak berhenti, maka kemudian meréka melihat tubuh Tlabid tanpa kepala. Pradjurit2 itu mendajung kano2nja meninggalkan tempat itu, dan setelah meréka tak kelihatan lagi, suku itupun menurunkan satu kano ketjil dan meréka berangkat untuk mendjemput kano jang didalamnja terdapat majat Tlabid. Anak Tlabid samasekali tak menangis, sebab „djantungnja berhenti berdenjut karena apa jang dilihatnja dari perbuatan2 jang dilakukan terhadap ajahnja”. Ketika meréka sampai dipesisir, meréka makamkan pemimpin tertingginja jang mulia itu.

Pemilihan orang, jang kematiannja harus menghapuskan kematian orang lain, didasarkan atas satu pertimbangan: deradjatnja harus samadengan deradjat orang jang mati. Kematian seorang „biasa” menghapuskan kematian orang „biasa” pula, kematian seorang pangeran menghapuskan kematian seorang puteri. Djikalau orang jang ditinggalkan mati, membunuh orang jang sama deradjatnja dengan jang mati, maka kedudukannja dipertahankan meskipun ia baru mendapat kemalangan.

Réaksi orang2 Kwakiutl jang chas dalam menghadapi kemalangan ialah ber-sungut2 dan melakukan perbuatan2 putus-asa. Djikalau seorang anak laki2 dipukul oléh ajahnja, atau djika ada orang jang anaknja mati, maka ia menjendiri ditempat-tidurnja, tak makan dan tak berbitjara. Djikalau ia memutuskan bagaimana ia menolong kewibawaannja jang terantjam, maka ia berdiri dan mem-bagi2 kekajaannja atau pergi memenggal kepala atau membunuh diri. Salah suatu mythos jang sangat meluas dikalangan orang2 Kwakiutl ialah tentang seorang pemuda jang dimaki oleh ajah atau ibunja dan jang setelah empat hari lamanja ber-tidur2an ditempat-tidurnja dengan tak bergerak2, ia masuk hutan, bermaksud untuk membunuh diri. Ia terdjun dalam air-tedjun dan dari tebing2 monondjol jang tinggi atau mentjoba menenggelamkan dirinja dalam danau2, akan tetapi selalu ditolong oléh machluk adikodrati jang berbitjara kepadanja dan memberinja kesaktian. Kemudian ia kembali kepada orang-tuanja, jang dibikinnja malu karena kebesarannja.

Dalam praktếk banjak terdjadi peristiwa2 bunuh diri. Ibu seorang perempuan, jang dipulangkan olếh suaminja karena berzinah, merasa dihina dan oleh karena itu menjekik dirinja sendirj. Seorang laki2 jang anak laki2nja tergelintjir dalam suatu tari2an pewedjangan, akan tetapi tak mampu membiajai suatu upatjara musim dingin untuk kedua kalinja, sangat gelisah dan putusasa, maka iapun menếmbak dirinja sendiri sampai mati.

Bahkan apabila orang jang merasa terhina itu tidak membunuh diri, maka kematiannja pun dianggap orang sebagai akibat suatu penghinaan. Seorang sjaman, jang dalam suatu tari2an penjembuhan diatasi olếh orang lain, pemimpin jang ternjata kalah pada pemetjahan tembaga atau seorang anak laki2 jang kalah dalam suatu permainan, merếka itu semuanja mati karena malu. Akan tetapi jang paling banjak minta korban djiwa ialah perkawinan2 jang dilakukan tidak semestinja. Dalam hal2 ini maka ajah mempelai laki2 adalah korban utama, karena penjerahan kekajaan2 dan hak2 chususnja dilakukan kepada mempelai laki2, dan olếh karena itu ajahnja menanggung rugi besar, apabila suatu perkawinan terdjadi tak sesuai peraturan2 jang berlaku .

Orang2 Kwakiutl mengenal tjerita meninggalnja seorang kepala tua dari salah suatu dếsa karena malu. Anak laki2nja jang bungsu bertahun2 berselang telah melarikan diri kesuatu teluk dengan anak perempuan budak2 jang terhormat. Hal ini tak begitu diributkan orang karena anak2 laki2 jang bungsu mếmang tak diakui dan termasuk golongan rendahan. Dari perkawinan ini lahir seorang anak perempuan tjantik jang ketika sudah mentjapai umur dếwasa, bertemu saudara laki2 tertua ajahnja, dan olếhnja, tanpa mengetahui keturunan perempuan itu, dikawininja. Merếka mendapat anak laki2, kepada siapa saudara-laki2 tertua itu menjerahkan nama kebangsawannja sendiri. Pada suatu hari saudara tertua jtu membawa keluarganja dan orang tua kerumah ajahnja, jaitu kepala suku jang sudah tua itu. Ketika kepala tua ini ingat kepada anaknja jang bungsu, ia merasa demikian terhinanja, sehingga ia mati katena malu : karena anak-laki2nja jang bangsawan dengan perkawinan itu menjerahkan namanja kepada keturunan ,,anak-perempuan anak-laki2nj jang bungsu itu jang hanja perempuan ketjil dan orang biasa". Saudara-laki2 bungsu itu sebaliknja merasa senang sekali, karena ia telah bisa mendjerumuskan kakaknja jang bangsawan itu dengan djalan mengawinkan anak-perempuan kepadanja dan dengan demikian memperoldh gelar bagi tjutjunja. Perasaan terhina dari kepala suku tua itu tak disebabkan oleh karena eratnja tali-kekeluargaan jang ada antara saudara-laki² tertua dan isterinja. Perkawinan² sematjam itu, jakni dengan anak-perempuan adik laki, apabila dia ini ada sedikit² kebangsawanannja, dibenarkan oleh tradisi, dan bahkan dikalangan beberapa keluarga sangat populer. Aristokrasi dan hak istimewa bagi saudara tertua adalah terdjalin demikian eratnja di Pesisir Barat-Laut, sehingga tak ada apa jang dinama-kan „kebanggaan karena turunan tinggi” seperti jang diasosiasikan dengan aristokrasi dikalangan kita.

Ber-sungut² dan bunuh diri di Pesisir Barat-Laut adalah suatu akibat jang wadjar dari tjara berpikir jang berlaku disana. Tangga-nada perasaan emosi jang diakui, jakni antara penghinaan dan kemenangan, diperkuatnja se-hebat²nja, Perasaan menang mengambil bentuk penjerahan diri tiada batasnja kepada fantasi jang bukan² tentang kebesaran diri sendiri, sedangkan perasaan terhina bisa mengakibatkan kematian. Dengan hanja mengakui tangga-nada ini, maka perasaan² ini muntjul di-mana² sadja, meskipun sering nampak bukan pada tempatnja.

Segala penghargaan masjarakat bisa didapat oleh orang² jang bisa menghadapi hidup ini dengan sjarat² itu. Tiap kedjadian, baik perbuatan orang² pengikutnja maupun ketjelakaan² jang disebabkan oleh kebendaan sekitarnja, terutama dianggap sebagai suatu antjaman keaman-annja sendiri, dan tjara² jang tertentu dan sangat chusus diberikan untuk menjembuhkan kembali perasaan perseorangan jang baru mendapat ketjelakaan itu. Apabila ia oleh karena sesuatu hal tak bisa mempergunakan tjara² ini maka baginja tak ada dijalan selainnja mati. Segala hidup untuk melukiskan gambaran jang se-hebat²nja tentang dirinja sendiri: apabila anggapan kepada dirinja sendiri itu petjah, maka untuk hidupnja itu tak ada pegangan lain dan terdjadilah keruntuhan samasekali dari peribadi jang dibesarkan itu tadi.

Motif² inipun berlaku pada perhubungan² antara mereka. Untuk mempertahankan kedudukannja sendiri, maka orang lain dihina dan ditertawakan. Disini diusahakan untuk merendahkan deradjat orang lain itu dengan mempertinggi prestasinja sendiri, untuk dengan demikian merusak nama² orang² lain itu. Malahan orang² Kwakiutl menggunakan tjara ini djuga terhadap dewa². Penghinaan jang paling hebat jang bisa dilontarkan kepada seseorang ialah dengan menamakannja „budak”, djuga hinaan ini ditudjukan kepada dewa², apabila doa²nja untuk mendapatkan tjuatja jang baik atau perubahan angin tak terkabul. Seorang musjafir menulis tentang orang² Tsimasjian, sebagai berikut: „Apabila bentjana² itu mendjadi lama, atau mendjadi lebih hebat, maka mereka marah sekali kepada Tuhan dan menjatakan kemarahannja ini dengan mengadahkan mata dan tangannja kelangit, dan sambil men-djedjak²an kakinja ditanah, terus-menerus berteriak : „Kamu budak besar.” Inilah hinaan jang paling besar.

Anggapan, bahwa mahluk² adikodrati bisa berhati baik, sama sekali asing bagi mereka. MerEka mengetahui, bahwa es longsor dan taufan bukanlah perbuatan² jang baik, dan mereka menganggap dewa² itu sama sadja dengan tenaga² alam itu. Salah suatu dewanja, Kanibal dari Udjung Utara Sungai, mengerdjakan seorang budak perempuan jang harus memberinja majat². Pendjaganja, Gagak, makan matanja dan seekor burung lain jang menakutkan, jang djuga budaknja, membuka tengkoraknja dengan mulutnja, dan dihisaplah otaknja. Mereka tak mengenal sifat maupun maksud² jang baik daripada mahluk² adikodrati. Tindakan pertama jang harus dilakukan oleh seorang pembuat kano ialah — setelah menghalusi kanonja — melukis gambar wadjah seorang laki² pada setiap sisinja untuk menakut²i pembuat² kano jang telah mati, sebab kalau tidak, mereka akan berusaha se-bisa²nja untuk membelah kano itu. Sikap ini tentu sadja djauh berbeda daripada hubungan jang baik dan jang mengandung persahabatan dan kegunaan jang dimiliki oleh padri²-Zuni terhadap padri² jang mendahului mereka. Di Pesisir Barat-Laut djusteru orang² jang telah mati itulah jang menghalang²i dan mengganggu rekan²nja jang masih hidup. Kita telah mengetahui, bahwa salah suatu tjara jang diakui untuk mendapat rahmat dari dewa², ialah dengan djalan membunuh dewa² itu. Ini mendatangkan kemenangan, dan dihadiahi dengan kekuasaan adikodrati.

Bidang kelakuan² manusia, jang menondjol di Pesisir Barat-Laut dalam adatkebiasaan² dan lembaga² dalam peradaban kita akan di-anggap sebagai sesuatu jang abnormal. Akan tetapi sikap itu tjukup dekatnja dengan sikap² dalam kebudajaan kita sendiri untuk dimengerti oleh kita, dan kitapun mempunjai kata² jang tepat untuk melukiskannja. Dalam masjarakat kita ketjondongan megalo-mamiac/paranoid jaitu perasaan dikedjar rasa besar ke-gila²an dianggap sebagai djiwa jang positip berbahaja. Akan tetapi orang bisa menghadapi dengan berbagai tjara. Dalam peradaban kita, kita kutuk sikap ini setjara tegas sebagai sesuatu jang abnormal. Sikap jang sangat berlainan lagi ialah pemetjahan soal ini dalam kebudajaan di Pesisir Barat-Laut, jang menganggap sifat ini sebagai tjiri hakiki manusia ideal.