Mohamed Ali Pacha/Bab 6

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
52299Mohamed Ali Pacha — Bab 6Gouw Peng Liang

VI.

MERDIKA!

 Julius ampir poetoes pengharepan. Begimanakah ia bisa lolosken dirinja dari itos algodjo-algodjo kapal? Dengen sedi ia inget peroentoengannja serta inget djoega pada iboenja jang ditjinta.
 Sekarang di kapal ia tiada mempoenjai temen lagi. Poen Brauer jang lebi doeloe biasa berlakoe manis padanja, telah djadi bebalik bentji pada Julius, sebab katanja, ini anak soeda tipoe padanja, poera-poera baek, tapi ada ingetan aken minggat.
 Sedeng begitoe kapal ADLER telah sampe di plaboean Konstantinopel. Seperti Brauer telah tjerita, betoel sekali di sana bebrapa praoe dengen nona-nona Griek ada dateng menghampirken aken djoeal boea-boeahan pada orang kapal. Djoega di itoe plaboean ada rame dan banjak kapal laen dari berbagi-bagi bangsa.
 Julius jang soeda semboe dari sakitnja ada bekerdja bikin bersi segala barang di kapal. Dengen kagoem, ia memandang segala barang inda di itoe kota tana Toerki jang sasoenggoenja djoega ada bagoes.
 Sebab matanja Julius senantiasa memandang ka sana sini dengen tiada di sengadja ia bikin petja satoe tempat thee jang ia lagi bikin bersi dan jang mahal harganja. Hal ini ada diliat oleh satoe matroos jang lagi bikin bersi piso. "Ha, bangsat, kau bikin petja itoe tempat thee jang mahal?” kata itoe matroos. "Toenggoe, saja nanti kasi taoe ini perkara pada djoeroemoedi.”
 Ia lempar itoe piso dan toeroen ka bawa.
 Julius mendjadi sanget kaget, sakoedjoer badannja djadi gemeter. Djikaloe djoeroemoedi dapet taoe ini perkara, soeda tentoe ia bakal dilabrak dan kapitein Fischer nanti briken lagi hoekoeman rangket.
 Julius lebi soeka mati dari moesti diseksa tapi. Tiada lama kadengeran swaranja Franz Kreiler jang dateng menghampirken sambil memaki.
 Julius menengok ka kanan kiri. Sasoedanja berpikir sabentar, ia ambil poetoesan jang tetep. Dengen sigra ia lompat di sitoe kapal Griek jang blaboe di sebla kapal ADLER, dari sana ia lompat ka satoe kapal Inggris. Kamoedian ia naek ka darat dan lari sakoeat-sakoeatnja. Ia lari di antara poehoen-poehoen dan di antara orang banjak, sedeng badannja basa dengen keringet. Di blakangnja ada kadengeran swaranja Franz Kreiler dan doea matroos jang lagi mengedjer sambil mendjerit aken soeroe Julius menjera, soepaja tiada ditembak.
  Tetapi seperti saekor klintji dikedjar andjing, sebagi saekor hewan diboeroe matjan, Julius lari teroes. Pikirannja tetep aken tiada menjera, kendati ditembak atawa moesti mati dari tjape. Sebab tiada kenal djalan di satoe negri jang ia blon perna dateng, Julius lari di satoe djalanan ketjil jang banjak lingkoengannja dan bertjabang-tjabang pada laen djalanan. Julius moelain merasa lela, samentara Franz Kreiler dan itoe doea matroos soeda djadi semingkin deket di blakangnja. Lagi bebrapa tindak Sadja nistjaja Julius ditangkep oleh itoe algodjo-algodjo.
 Dengen mendadak Julius dapet liat satoe roema besar dan tinggi ditjat poeti, pintoenja djoega besar. Ini gedong ada roema djaga dari pamerenta Toerki. Bebrapa snapan ada terdiri di tembok, doea soldadoe djaga ada djalan moendar-mandir dan satoe sergeant jang tinggi besar sedeng doedoek isep pipa. Julius masoek di ini roema djaga, ia lepas dirinja berloetoet di hadepan itoe sergeant dan sambil merangkep kadoea tangan ia minta dilindgengken, soepaja tiada djato di tangannja djoeroemoedi jang mengedjer dari biakang.
 Maski itoe sergeant tiada mengarti bahasa Duits jang Julius oetjapken dan Julius sendiri tiada bisa bitjara bahasa Toerki, toch ini sergeant bisa mengarti, tentoe Julius minta toeloengan, sebab maoe ditangkep. Ia pikir aken membri toeloengan, brangkali dengen ingetan aken boedjoek pada Julius masoek agama Islam, soepaja kamoedian boleh djadi Jaskar pada karadja'an Toerki. Sambil tersenjoem, ini sergeant pegang djidatnja Julius dan soeroe ini anak doedoek di satoe bangkoe. Satoe soldadoe diprenta ambil satoe glas aer, aken kasi minoem pada ini anak. Sedeng Julius lagi minoem aer jang dikasi padanija, djoeroemoedi Franz Kreiler poen masoek di itoe roema djaga dan dapet liat pada Julius. Itoe djoeroemoedi jang pande bitjara bahasa Griek lantes bitjara dalem ini bahasa, seraja berkata:
 "Sergeant, toeloeng seraken itoe anak pada saja. la soeda minggat dari kapal dan moesti dapat hoekoeman brat.”
 "Ini perkara moesti dikasi poetoesan oleh kita orang poenja kapitein jang sekarang tiada ada di sini,” menjaoet itoe sergeant djoega dalem bahasa Griek, sedeng ia tinggal berdiri diam dan kasi tanda, soepaja itoe tiga orang koelit poeti pergi menoenggoe di loear roema djaga.
 "Tapi itoe tiada boleh, sebab kita orang ada bangsa Duits,” kata Franz Kreiler jang mendjadi mara, sebab itoe sergeant maoe toeloeng pada Julius. "Djika itoe anak tiada disraken, saja nanti adoeken ini perkara pada consul Duits.”
 Itoe sergeant angkat poendak dan maoe kasi penjaoetan pedes, tapi tiba-tiba ia diam dan kamoedian ia madjoe ka depan sambil berkata:
 "Ajo, anak-anak, sigra pegang snapan aken membri hormat pada mantri besar jang lagi dateng menghampirken kemari.
 Semoea soldadoe jang lagi berdiri djaga dan jang lagi doedoek, lantes ambil snapan dan berdiri baris di djalan besar, aken oendjoek hormat pada doea toean jang toenggang koeda dan madjoeken koedanja dengen pelahan sambil memandang ka roema djaga, di mana ada banjak orang lagi berdiri lantaran mendengar swara treakan dari Franz Kreiler jang bertjektjokan sama sergeant djaga.