Mendjelang Alam Pantjasila/Kata Pendahuluan

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
53628Mendjelang Alam Pantjasila — Kata PendahuluanSuwarno Sdw.

KATA PENDAHULUAN.

Setiap orang pada detik ini djuga masih ingat bahwa Perang Dunia ke 2 pada pertengahan tahun 1945 telah selesai. Artinja, fihak jang satu telah menjerah bulat² kepada fihak lawannja.

Kemudian ternjata bahwa selesainja Perang Dunia ke 2 ini belum berarti bahwa Dunia telah aman kembali. Dari berita² jang tersiar dapat diambil kesimpulannja bahwa sampai detik ini djuga di India, Pakistan, Viet Nam, Birma, Siam, Semenandjung Malaja, Filipina, Korea, Manchuria, Tiongkok, Australia, Afrika, Palestina, Junani, Italia, Djerman, Perantjis, Eropah Timur, Kanada, Amerika Serikat, Amerika Latin, Indonesia, — ja, bahkan dimanapun djuga —, masih selalu terdjadi pemogokan², perselisihan², penjiksaan², gerakan membeda-bedakan kulit dan sebagainja jang serba mengerikan.

Bagi kami kedjadian² diatas adalah suatu tanda bahwa manusia sedunia pada dewasa ini, dalam hati ketjilnja, mempunjai keinginan untuk mendapatkan „Kebenaran”. Berhubung dengan itu maka tidak pula mengherankan bahwa pada saat ini djuga tersebarlah dilaut dan didaratan majat² manusia sebagai korban dari pada kedjadian² diatas. Melihat akan kenjataan berita² tersebut maka kami lalu ingat akan ramalan Dr. Peterson, -direktur Bagian Penjelidikan pada Rumah Sakit St. Lucas di U.S.A.-, bahwa dunia akan mengalami serangan hebat dari wabah penjakit² berbahaja, ramalan mana berdasarkan atas adanja tanda² hitam pada Matahari tahun 1948. Diterangkan djuga bahwa masalah ini mungkin jang terbesar dalam 2 abad ini.

Kedjadian² jang serba mengerikan ini lambat laun mendorong fikiran kami untuk merenungkan utjapan dan tulisan² para Pudjangga dan Pemimpin Besar baik jang telah meninggal maupun jang masih hidup. Karena adanja dorongan² diatas maka tertjiptalah buku ketjil ini sebagai suatu kumpulan pandangan, ramalan dan tjatatan jang berdasarkan politis dan metafisis.

Adapun pokok tudjuan dari pada tulisan ini jalah: sekedar menjumbangkan bahan pertimbangan kepada masjarakat Indonesia dalam masa Pembangunan djiwa-raga serta menjumbangkan beberapa saran dari kami.


    Jogjakarta

   Dalam detik penghabisan sebagai

   „IBUKOTA REPUBLIK INDONESIA”

    15 Agustus 1951.

    Penulis:



   (SUWARNO Sdw.)