Massa Actie/Bab 10

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Massa Actie oleh Tan Malaka
Pemandangan Pendek tentang Gerakan Kemerdekaan di Indonesia

X. PEMANDANGAN PENDEK TENTANG GERAKAN KEMERDEKAAN DI INDONESIA

1. Kegagalan partai-partai boerdjoeis.

Sesoenggoehnja boekan kwaliteit pemimpin itė sendiri jang menje babkan maka partai2 boerdjoeis Indonesia „beriring-iringan patah ditengah” Pengandjoer seperti Dr. A. Rivai dan Dr. Tjipto nistjaja akan memegang rol jang djaceh berlainan sekali didalam gerakan kemerdekaan Indonesia, djika sekirannja disini ada kapital bsear kepoenjaan boemi poetera. Lambat laoen dgn sendirinja mereka akan sampai kepada Program Nasional Boerdjoeis jang dengan prantaraan satoe ,organisasi" dan taktik jang tjotjok, sebagian atau sama sekali dapat diwoedjoedkan.

Karena kapital besar boemipoetera tidak ada, Program Nasional dan organisasi mereka sebagai partai boerdjoeis ta' koeat hidoep langsoeng. Mereka dibesarkan oleh pendidikan boerdjoeis setjara Barat hingga tidak ada perhoeboengannja dengan massa Indonesia, dan tidak berperasaan akan mentjari logica oentoek mendapat program nasional jang proletaris. Partai boerdjoeis jang didirikan dengan perlahan-lahan lenjap sama sekali hidoep enggan mati ta' maoe atau ,namanja” sadja jang hidoep teroes.

a). Boedi Oetomo.

Boedi Oetomo didirikan tahoen 1908 satoe partai jang semalas-malas nja diantara sekalian partai2 boerdjoeis di Indonesia. Karena kemaloean nja seperti seekor binatang jang pemalas, maka ia berasa sombong oemoer nja pandjang. Karena ia ta' mendapat tjara2 aksi boerdjoeis jang radikal dan tidak berani mendekati dan menggerakkan rakjat. maka dari dahoeloe sampai sekarang kaoem B.O. menghabiskan waktoe dengan pekerdjaan manggil-manggil arwah jang telah lama meninggal doenia. Boro boedoer jang kolot wajang dan gamelan jang merana semoeanja boeah „keboedajaan perboedakan” ditambah dan digembar-gemborkan mereka siang dan malam. Didalam lingkoengan sendiri” kerapkali doekoen2 politik itoe menjoeroeh Hajam Woeroek Hindoe itoe radja Hindoe atau setengah dengan lasjkarnja jang koeat berbaris dimoeka mereka. Tetapi diloear koempoelan gaib itoe seboleh-bolehnja dibitjarakan soal2 jang ta’ berbahaja. Didalam kongres B.O. berkali-kali (sampai mendjenoekan) keboedajaan dan seni Djawa (?) dibitjarakan Soal penting jaitoe jang mengenai penghidoepan rakjat di Djawa djangan dikata lagi diseloeroeh Indonesia - ta' pernah disintoeh, djangankan diperbin-tjangkan mereka. Beloem pernah barangkali diadakannja aksi oentoek memperbaiki nasib Pak Kromo jang boekan hidoep dizaman keemasan Modjopahit, tetapi didoenia kapitalistis jang ta' memandang boeloe. Kelandjoetan Omoer B.O. sebagian besar diperolehnja dari „mantera2" pemimpinnja, hasil permai nan matanja dengan pemerintah dan dari hasil kelemahan teman seperdjoeangannja. Satoe semangat kosong seperti B.O. dapat diterima oleh satoe pemerintah seperti Belanda itoe. Selain dari itoe B.O. tidak ada menimboelkan tjita2 „ kebangsaan Indonesia ”Fantasi, „Djawa-Raya”, ja'ni bajangan pendjadjahan Hindoe atau setengah Hindoe terhadap bangsa Indonesia sedjati, langsoeng atau tidak, menjebabkan timboelnja keinginan kepada Soematera Raya, Pasoendan Raya atau Ambon Raya dll.

B.O. jang mengangkat kembali sendjata2 Hindoe Djawa jang berkarat dan soedah lama diloepakan itoe. soenggoeh tidak taktis, dan djaoeh dari pendirian nationalis oemoem. Perboeatan itoe menimboelkan tjoeriga golongan lain di Indonesia jang mentjita-tjitakan persaudaraan dan pekerdja bersama antara seloeroeh pendoedoek Indonesia (boekan pendjadjah satoe daerah terhadap lainnja.) Dengan djalan sedemikian B.O. menjebab-kan timboelnja gerakan kedaerahan jan bila perloe (misalnja djika B.O. koeat) dengan moedah dapat dipergoenakan Imperialisme Belanda. De-ngan keadaan seperti ini keinginan maoe „ loehoer” jang satoe dapat diadoe dengan jang lain jang akibatnja sangat memiloekan „Indonesia” tetap djadi negeri boedak.

2. National Indische Partai.

Dengan pikiran pintjang dan ragoe - ragoe tidak dapat djoega N.I.P. jang didirikan pada tahoen 1912 „mentjioem ” kebangsaan Indonesia. Pohon2an terapoeng-apoeng - Indo2 Eropah - berdiri dengan sebelah ka-kinja disisi djoerang imperialisme dan sebelah lagi disisi djoerang kebang-saan Indonesia. Jang teroetama tidak ada tjita2 nasional jaitoe boerdjoeasi Indonesia tidak ada dan masa bertjerai-berai. Karena itoelah maka satoe program nasional jang konstruktif dan konsekwent ta' dapat dioedjoedkan nja. Roempoen „Indonesisure ” a la Douwes Dekker jalah tjita2 dari Be-lauda Indo jang tidak koerang imperialistisnja dari pada Belanda totok, merasa dikesampingkan oleh jang terseboet belakangan dan itoelah se-mangat jang dikembangkannja. Mereka meminta „persamaan” dengan totok dan kadang2 dibisikkannja perkataan kemerdekaan. Maksoed mereka jang sesoenggoehnja maoe membagi kekoeasaan seorang separoeh antara mereka berdoea. Karena si totok kerapkali terlaloe banjak mengambil bagian oentoeknja sendiri si Indo mengantjam dengan bekerdja bersama dengan Inlander”. Tjap jang lebih dalam ta' dapat kita tempelkan kepada kebangsaan Belanda Indo itoe. Tidak berbeda tjoraknja dengan bangsa Hindoe dan Moeslimin dizaman perang saudara doeloe.

Tatkala sidjenaka Van Limburg Stirum „pelajan liberal dari kapital besar” memberikan pekerdjaan jang mengoentoengkan kepada Teeuwen & Co waktoe itoe djoega program N.I.P. mentjapai toedjoeannja dengan tidak menoempahkan darah

Douwes Dekker berdjalan teroes! Boeat mentjapai itoe dia menganggap perloe memakai kekoeatan boemipoetera. Dengan perkataannja jang kaboer tentang hak dan kemerdekaan tertariklah Dr. Tjipto, Soewardi & Co kedalam N.I.P. Kedjadian ini memberi djiwa kepada pohon kebangsaan Indonesia jang tidak dikenal diseloeroeh pergrakan Indonesia Satoe tjita2 modern tentang kebangsaan djaoeh lebih sehat dan lebih loeas dari pada fantasi Djawa Raya (tjita2 pendjadjahan Hindoe dan kasta-kasta) boleh dikatakan lahir diseloeroeh kepoelauan Indonesia. Tetapi sesoedah Dr. Tjipto, Soewardi & Co doedoek didalam N.I.P. orang betoel2 memperhatikannja, dapat melihat satoe pertentangan diantara anggauta2 perkoempoelan itoe. Disitoe pihak berdiri Indo -boerdjoeis jang dididik setjara imperialistis, sombong dan tjoeriga dan dipihak lain berdiri boemipoetera jang ekonomi dan politiknja tergentjet, diperas dan diindjak-indjak.

Satoe assimilasi baik sosial ataupoen ideologi beloem pernah ditjapai Seorang anggauta N.I.P. berasa sangat senang mendapat pembagian pekerdjaan 50/50 dengan si totok jang sangat dibentji itoe.

Pengangkatan Teeuwen mendjadi anggauta Dewan Rakjat kemoedian mendjadi pegawai tinggi sesoenggoehnja mendjadi obat jang moedjarab sekali boeat penjakit politik N.I.P.

Djangankan aksi revoloesioner, mogok sadja, djaoeh dari keinginan Indo auggauta N.I.P. Apalagi revoloesi meminta perhoeboengan rapat serta assimlasi toelen dengan bangsa Indonesia . Dan boekan dengan prijai2 jang bersih sadja, djoega dengan Pak Kromo. Dan jang lebih oetama pembagian kekoeasaan politik dengan si „ Inlanders ” jang terbesar djoenlahnja.

Dan pemogokan jang moengkin berobah mendjadi revoloesi mezki jang seketjil-ketjilnja, tentoelah ta' kan pernah tjektjok dengan kepentingan dan ideologi toean2 tanah dan pegawai-pegawai Belanda Indo.

Selama perkataan „hak dan kemerdekaan" tinggal gelap, selama itoelah Belanda Indo sempatlah berpimpinan tangan dengan prijai2 Djawa. Tetapi pertentangan kelas jang beberapa tahoen belakangan ini ternjata dalam (pemogokan), maka keloearlah nationalistis imperialis (National menoeroet seboetan dan imperialisme menoeroet perboeatan ) dari „National" Indische Party.

Apa jang diidamkan oleh Indo anggauta N.I.P., sekarang diboekakan oleh I.E.V.: hak tanah dan fascisme.

Anggauta N.I.P. boemipoetera oemoemnja lebih radikal dari Belanda Indo.

Tetapi mereka terkoengkoeng dalam „kebangsaan Douwes Dekker" (satoe teori jang menggembirakan perihal „darah Timoer dan perasaan Timoer”) jang bagian ekonomi ditoetoep dengan wardisme jang katjau itoe. Sekiranja N.I.P. mempoenjai seorang pemimpin jang sanggoep mempertalikan kebangsaan Indonesia dengan Program proletaris dan sanggoep menarik kaoem boeroeh kedalam partai itoe nistjaja N.I.P. meskipoen ditinggalkan oleh Belanda Indo jang fascistis itoe, dapat hidoep langsoeng dan boleh djadi lebih koeat dari jang soedah2.

Tetapi sekali lagi, sebab ta' ada boerdjoeasi boemipoetera jang modern maka semangat jang sekian sehat dan revoloesionernja sebagai Dr. Tjipto ta' beroleh tempat dalam pergerakan revoloesioner jang boerdjoeis, dan sebaliknja dari mendekati massa beroelang-oelang merintang-rintang waktoe dengan kerdja jang ta'lajak baginja jaitoe memanggil manggil (arwah kebesaran Hindoe dan Islam) jang telah meninggal doenia.

Satoe „maja ” nationalistis jang sedjati.

3. Sarekat Islam.

Sarekat Islam pada tahoen 1913 tampil kemoeka disertai soearanja jang gemoeroeh. Perhimpoenan ini penjamboeng aksi massa Timoer setengah feodal jang soedah berabad-abad menderita penggentjetan. Tetapi ia boekanlah satoe massa aksi jang teratoer,tetapi manifestasi perasaan massa jang koerang senang, dibawah pimpinan saudagar seudagar ketjil.

Dengan poespas agama dikoempoelkannja si Kromo kedalam satoe organisasi jang sangat pitjik dan pada permoelaannja ditoedjoekan menentang saudagar2 Tionghoa.

Didalam perdjoeangan ekonomi antara saudagar boemipoetera dan Tionghoa ternjata betoel kelemahan jang terseboet doeloean. Ketjoerangan pemimpin S.I. menjebabkan dan melekaskan datangnja kekalahan ekonomi. Dengan berhentinja gerakan ekonomi terhenti poelalah kegiatan saudagar2 ktjil didalam S.I. Djika kita maoe menamakan faham tjampoer-adoek antara Islam , kebangsaan reformisme dan demagogi dari pemimpin2 S.I. itoe „politik”, maka sekarang kita pandang S.I, soedah menaiki tingkatan „politik”. Pada tingkatan politik ini berkat pengaroeh kaoem revoloesioner di Semarang, dapatlah mereka mengadakan aksi-aksi ekonomi pemogokan „liar".

Massa jang koerag senang jang bersatoe dalam S.I. ta’ dapat mendjadi sendi massa aksi jang teratoer. Boeat itoe pemimpin S.I. ta’ mempoe njai pengetahoean sedikitpoen peri hal pertentangan kelas, taktik revoloesioner dan pimpinan. Tambahan poela program revoloesioner jang constructief dan konsekwent, ketjakapan organisatoris dan kedjoedjoeran administrasi ta' ada Pergerakan S.I. jang permoelaannja demikian hebat dan menarik perhatian oemoem, hingga kerapkali disamakan dengan pergerakan Charterisme tampak kemenangan hanja beroleh adat mendjongkok - djongkok.

Disebabkan kebimbangan dan kelemahan aksi S. I. itoe pergilah mereka jang ketjewa dan jang terlebih radikal- Islamistis boerdjoeis mengambil djalan jang salah . Segala alat-alat feodal seperti mistik, djimat-djimat dan mentera jang soedah lama terkoeboer diambil mereka dan dipergoenakannja menentang imperialisme, dan tentoelah mereka djadi hantjoer-loeloeh.

Meski Afd. B. dari S.I. berhasil kiranja merangkak-rangkak dibawah tanah lebih lama dan pada waktoe jang direka-rekanja baik, laloe me njerboekan diri kedalam perdjoeangan ia tidak akan mendapat hasil selain dari pemberontakan dan hoeroe-hara agama seperti jang soedah beroelang-oelang terdjadi di Indonesia.

Organisasi S. I. mati, ketika kaoem revoloesioner Semarang ditahoen 1921 memboeang disiplin partai (trade mark Hadji A. Salim) Apa jang terdjadi sesoedah itoe ta’ lain dari perpetjahan anggauta S. I. jang seaktif-aktifnja pergi masoek S.R. dan P.K.I, Golongan Moehammadiah dengan segala kedjoedjoeran menerima soebsidi dari tangan pemerintah „kafir" oentoek sekolah Islam. Kedoea hadji jang termasjhoer itoe - Agoes dan Tjokro - ta' dapat lagi menioep balon saboen Islam dengan patgoelipat sjariat jang lama dan jang baroe dipikir-pikirkannja.

b. Bagaimana sekarang ??

Didalam perdjoeangan jang loear biasa beratnja selama beberapa tahoen jang laloe berhasillah P.K.I. dan S.R. menghimpoenkan kaoem boeroeh dan revoloesioner dari B.O., N.I.P. dan S.I. bernaoeng kebawah pandji2nja Ta' ada partai lain jang soedah memberikan korbannja sebagai P.K.I. dan S.R. Beriboe-riboe anggauta jang soedah tertangkap, berpoeloeh-poeloeh djoemlahnja jang soedah diboeang dipoekoel atau diboeneoh. Soenggoehpoen begitoe masih diakoei BENDERANJA diseloeroeh poelau, boekit, goenoeng, kota dan desa (Indonesia). Ia dipakai mendjadi lambang kemerdekaan jang sekian lama diidam-idamkan.

Dalam beberapa aksi daerah boeat toedjoean jang ketjil2 P.K.I. dan S.R. soedah menoendjoekkan kekoeatan dan ketjakapannja. Tetapi mengadakan satoe aksi national oemoem (apalagi dilapangan internasional) mereka „betoel-betoel" beloem koeasa. Hal ini atas nama kemerdekaan 55 djoeta manoesia ta' boleh didiamkan. Kalau berboeat seperti itoe poela nistjaja akan berarti mendjatoehkan diri kedalam kesalahan seperti jang teroes meneroes dilakoekan oleh partai2 boerdjoeis (teroetama partai Tjokro & Co ) Tatkala dilahirkan Larangan Berkoempoel pada penghabisan tahoen jang laloe, kita tidak menoendjoekkan perasaan ta' senang. Soedah lebih delapan boelan sampai sekarang, tetapi masih sadja beloem ada sesoeatoe jang terdjadi. Manakah rakjat jang beratoes riboe atau berdjoeta-djoeta di Djawa, Soematera, Soelawesi jang langsoeng berdiri dibawah pimpinan atau toendoek kebawah pengaroeh kita ? Kemanakah perginja dalam waktoe delapan boelan itoe kaoem revoloesioner jang setia terhimpoen didalam V.S.T.P , S,P, P.L. S.B.G,, S,B,B, dll dan beberapa djoeta jang tidak diorganiseer tetapi jang bersimpati kepada kita ? Adakah kita dengan segera mengerahkan dan menarik rakjat, membalas dendam atas kelahiran Larangan Berkoempoel, masa penangkapan dan pemboeangan serta kematian saudara Soegono, Misbach dll. dengan satoe massa aksi jang sepadan , tetapi didjalankan dengan gembira.

Tidak, kita sekali ta' menangkis serangan lawan sehingga timboel sekarang pertikaian jang ta’ dapat dihalang-halangi dalam barisan revoloesioner dan anggauta jang berdarah anarchistis mengambil djalan sendiri serta menarik kawan2nja.

Selain itoe seksi2 kita jang baik jang sangat diharapkan seperti Soematera Barat, Medan, Semarang, Soerabaja (dan mana jang tidak) menderita kepoetoesan dan kelemahan organisasi jang ta' moedah ditolong lagi.

Bila kita membalas Uutimatum Desember dari imperialisme Belanda dengan sepak-terdjang kommoenistis jang sempoerna, nistjaja kekalahan! kita tidak seperti sekarang. Seboesoek-boesoeknja pengorbanan materieel (penangkapan, pemboeangan, pemboenoehan) ta' akan lebih besar dari sekarang, tetapi kemenangan politik dan moreel nistjaja tinggal tetap. Dan siapakah jang dapat mengatakan apa jang bakal kita peroleh dalam keadaan jang sebaik-baiknja?

Bagaimana djoega larangan berkoempoel tidak kita djawab setjara kommoenistis dan selama delapan boelan itoe kita terpaksa kerdja dibawah tanah. Pada waktoe itoe kita kehilangan kawan jang sebaik-baiknja, dengan pertjoema, selain dari itoe sa'at-sa'at jang sangat berharga, teroetama psychologie jang soesah kembali dan masih banjak ...................

Disini boekan tempatnja memperbintjangkan hal itoe lebih landjoet. Poen boekan tempat memeriksa kepada siapa patoetnja dipikoelkan ke salahan itoe pada seksi2, pada pimpinan atau pada lain hal.

Biarlah kita serahkan hal ini kepada „riwjat dan kepada organisasi jang menjelidiki kelak, mengapa waktoe jang sebaik-baiknja itoe kita biarkan sadja lenjap. Poen boekan disini tempatnja mengoemoemkan kekoeatan lasjkar kita pada waktoe ini „serta pengaroeh kita terhadap massa dalam keadaan jang soelit ini ; seteroesnja maksoed2 kita dan tak tik kita pada waktoe jang akan datang, poen djoega karena kita sekarang terpaksa bekerdja dibawah tanah (illegal). Djadi oentoek kepentingan pergerakan sangat banjak jang mesti dirahasiakan, jang dibelakang hari akan kita tjeriterakan kepada kawan2 seperdjoeangan dan kepada mereka jang menjetoedjoei kita.

(Harap diperhatikan soenggoeh2 ! Maksoed kita massale aksi dan boekan putch !

Harap ditjamkan sekali lagi fasal IX. Semestinja kita dengan segera mengorganiseer dan memimpin pemogokan dengan toentoetan jang tjotjok dan sembojan2 jang djitoe oentoek penentang dan pendjawab larangan berkoempoel itoe.

Bila sekiranja dari aksi seperti itoe petjah revoloesi mesti kita terima. Berfikir dan berboeat lain dari seperti itoe tidak komoenistis !

Pekerdjaan „illegal” penoeh dengan bahaja. Sambil laloe hal itoe patoet dan mesti djoega kita oeraikan disini Pekerdjaan legal, dan pekerdjaan legal sedjalah jang melahirkan organisasi, pembitjara, organisator dan pemimpin. Madjallah, partai dan pidato2 jang legal dapat mendidik bangsa kita jang tertjetjer itoe dengan tjara jang berfaedah sekali djadi ahli politik dan menghidoepkan pikiran oemoem revoloesioner jang perloe itoe. Sebaliknja didalam satoe negeri jang sedang dalam transformasi sebagai Indonesia pekerdjaan illegal moedah sekali terprosok kedalam anarchisme, hoeroe-hara atau mempertjajai djimat jang sangat meroegikan itoe. Sekalian jang bersangkoetan dengan organisasi dan ideologi jang, soedah lama kita peroleh, akan lenjap kembali disebabkan illegaliteit jang „tidak pada waktoenja”. Provakasi lawan, moedah mendjatoehkan pemimpin2 kita jang koerang pengalaman dan menghantjoerkan organisasi sama sekali.

Oraganisasi legal, „mesti bersedia-sedia” oentoek mentjiptakan satoe organisasi illegal pada waktoe revoloesi. Perhoeboengan rahasia, rapat rahasia, pertjetakan rahasia, dan markas mentjetak dan rahasia, apabila larangan berkoempoel dan berorgansai sekonjong-konjong dikeloearkan, haroes bekerdja teroes dengan teratoer. Organisasi illegal mesti selamanja berhoeboengan dengan massa dan ta' boleh sekali2 memisahkan diri dari padanja. Ia mesti senantiasa mengetahoei perasan dan keinginan massa. Karena itoe ia mesti mempoenjai badan2 jang tjoekoep dan orang2 jang bekerdja pada badan partai „bona fido" (jaitoe perkoempoelan2 jang masih diizinkan oleh pemerintah ). Kalau tidak berhoeboengan dengan massa dan keadaan jang sesoenggoehnja semalah halnja dengan seboeah kapal selam jang tidak mempoenjai koleidoskoop.

Dengan bekerdja legal atau illegal kita ta' boleh sekali-kali meloepakan sendjata revolocsioner kita jakni massa - aksi jang tratoer. Larangan berkoempoel dan bersidang mesti kita patahkan dengan massa-aksi jang teratoer, soepaja „atas” pemandangan jang dalam dan tenaga jang besar dapat diteroeskan barisan kita menoedjoe kemerdekaan jang sepenoeh-penoehnja.

Apakah kita telah matang bekerdja dibawah tanah ? Pertanjaan seperti itoe beroelang-oelang timboel di kepala kita. Ini berhoeboeng dengan soal pernahkah kita menpoenjai tenaga jang tjoekoep didalam partai jang tidak mengindahkan sekalian rintangan setia mendjalankan massa - aksi jang teratoer. Seteroesnja apakah pendidikan Marxistis benar dan tjoekoep lama kita djalankan, hingga kaoem boeroeh kita soedah mempoenjai ketetapan Marxistis kelemasan Leninistis ? Bila hal ini tidak dan beloem terdjadi, nistjaja satoe illegaliteit jang dipaksa akan menimboelkan, kekatjauan dalam seloeroeh pergerakan rvoioesioner di Indonesia. Kaoem jang boekan boeroeh akan memegang kemoedi dan menoentoen partai kepada putch attau anarhisme, dan achirnja hantjoer sama sekali.' Bahaja ini akan semakin besar karena pemimpin revoloesioner jang oeloeng dan terpengaroeh tas massa, sebentar2 diboeang dari Indonsia, sedang sikap reaksi tambah lama tambah sengit.

Karena itoe kita berhadapan dengan satoe krisis revoloesioner jang ta' moedah difahamkan oleh orang loear.

Sekarang boekan perloe kepada keberanian semata-mata tetapi terlebih lagi „pengetahoean revoloesioner dan ketjakapan mengambil sikap revoloesioner.

Imperialisme Belanda berniat betoel2 menghantjoerkan organisasi revoloesioner : Delenda est Chartago (Chartago mesti dihantjoerkan).Dan djawaban sekarang atau nanti (selama-lamanja) sekalian daja oepaja moesoeh oentoek menghantjoerkan kita, dengan djalan massa-aksi jang teratoer, pastilah membawa kita kepada kemenangan !

3. De Indonesische Studieclub.

Sampai sa'at ini belcem beroentoeng saja mengetahoei apakah sebenarnja jang diinginkan oleh Indonesische Studieclub dan alat jang akan dipakainja oentoek mentjapai maksoednja. Keterangan „ dasar dalam „Soeloeh Indonesia” madjallah boelanan dari Studieclub tidak berarti sesoeatoe apapoen bagi saja.

Ketarangan terlaloe gelap, terlaloe elastis dan sangat koerang. Karena itoe ia ta' boleh dianggap satoe „dasar” nasional boeat perdjoeangan‫ܙܙ jang practis. „Soeloeh Indonesia” mengoemoemkan sekian banjak pemandangan jang berlain - lainan dan dengan perantaraan ini kita ta' djoega dapat mengambil kesimpoelan apakah ini dengan sengadja atau hanja soelap-soelapan karena kadang -kadang Studieclub dapat bertjeritera setjara kebiasaan intellektueel Indonesia, bahwa didalam „ kegelapan tersemboenji penerangan " ²) (lihat bulletin dari S.I. Soerabaja 15 Joeni 1926) .

Dari pidato Mr. Singgih seperti jang dioemoemkan didalam Soeloeh Indonesia dan madjallah lain2 dapat kita „raba2” sedikit (ta' poela lebih dari bahwa Mr. Singgih dan kontjo-kontjonja bermaksoed jang menjeroepai Nonkooperasi. Djadi belcem pasti! Kesan saja pada oemoemnja, Mr. Singgih seakan-akan lebih bersikap sebagai seorang advokat jang menarik diri terhadap anggauta2 pemerintah jang mengintip-ngintip dari pada sebagai seorang oetoesan dari satoe tjita-tjita baroe jang bernjala-njala oentoek berdjoeta-djoeta boedak belian. Satoe politik jang dapat difahamkan tetapi menoeroet pemandangan saja, mendatangkan keroegian jang boekan ketjil Menoeroet pengalaman, rasanja dapat kita ketahoei, bahwa rakjat kita jang sederhana ini tidak soeka „lempar batoe semboenji tangan” paham-paham jang moeskil, dan menghabiskan waktoe dengan membalas kata-kata jang kosong. Rakjat kita menghendaki perkataan jang terang dan pasti. Kalau tidak begitoe ia akan tetap meraba-raba dan merasa-rasa dan ta'kan dapat diadjak mengadakan aksi.

Djoega saja ta' mengenal isi Studieclub jang boerdjoeis itoe.

Tetapi sesoedah doea poeloeh lima tahoen pergerakan kebangsaan patoetlah kita mempoenjai satoe ketentoean. Boekankah kita ta' boleh menganggap, bahwa kaoem terpeladjar Studieclub akan tinggal berabad-abad didalam laboratorium sosial mengoepas-ngoepas dan mematoet-matoet sadja?. Karena itoe biarlah kita menganggap sementara waktoe bahwa Studieclub „menghendaki” kemerdekaan nasional dan ia maoe memakai sendjata Nonkooperasi, tetapi dengan sebab2 jang soedah kita makloemi hal2 itoe sementara waktoe dirahasiakan doeloe. Djika soenggoeh seperti itoe kita akan gembira dan seberapa dapat dan pantas akan kita sokong dengan sepenoeh-penoeh tenaga. Sebab Non-kooperasi termasoek sebagian dari aksi kita jang termasoek kedalam program aksi 3)(lihat tambahan). dan kita anggap sebagai penambah pemogokan dan demonstrasi.

Tetapi masih djadi satoe pertanjaan besar, apakah Non-kooperasi sadja meskipoen ia dapat didjalankan dengan sempoerna (politik dan ekonomi) dapat mendatangkan hasil bagi Indonesia seoemoemnja. Perihal ekonomi dan pemboikotan kita persilahkan pembatja melihat oeraian dimoeka. Bagian ekonomi dan pemboikotan itoe di Indonesia (teroetama di Djawa) sangat meminta perhatian, dan, bila kita tidak keliroebeloem pernah sekali djoeapoen dibitjarakan dalam Studieclub sesoenggoehnja inilah tanda kelemahan non-kooperasi Studieclub.

Pemboikotan dengan tidak disertai bagian ekonomi, satoe pekerdjaan jang terlampau ngelamoen dan djaoeh dari tjoekoep.

Meskipoen demikian biarlah kita mengalah. Kita oempamakan sadja Non-kooperasi politik sadja jang dapat membawa kemenangan politik, jaitoe dengan bagian ekonomi dalam boikot, kita dapat mentjapai sekalian toedjoean politik.

„Kini tingga soal jang terpenting” bagian manakah dari pendoedoek Indonesia jang mesti digerakkan oleh Studieclub jang akan memoetoeskan perhoeboengan „kerdja bersama" dengan imperialisme Belanda.

Disinilah sendinja! Kita tidak bertentangan dengan satoe negeri jang pemerintahannja sama sekali ataupoen sebagian ketjil dikemoedikan oleh wakil2 rakjat seperti di Philipina. Mesir dan sekarang di India. Djadi kita ta' mempoenjai satoe pemerintahan jang „bergerak” (boleh ditoeroen dan dinaikan dengan djalan pemilihan), tetapi satoe kolonial boerokrasi jang berkarat mati. Oentoek menimboelkan keriboetan jang berarti dalam politik haroes kita tentang dan roeboehkan boerokrasi itoe dari sendi2nja. Djadi mestilah kita mendekati pegawai-pegawai, seperti Boepati, Wedana, Demang, Djaksa dan goeroe2 sekolah soepaja masing2 meletakkan djabatannja.

Kita pertjaja a priori, bahwa hal itoe tidak moengkin sama sekali, dan sementara waktoe djanganlah diberi boekti á pasteriori. . Soenggoeh terang sekali bahwa Boepati itoe oerkoservatief dan pasti merangkak-rangkak dibawah koersi mendjilat pantat Belanda serta takoetnja kepada bangsa Eropah lebih dari mesti. Mereka ditempel oleh saudara2nja dan biasanja banjak oetang karena itoe mereka akan bergantoeng setegoeh-tegoehnja kepada gadji mereka. Mereka „terlampau soeka" memerintah dan merasa terlaloe tinggi ta' lajak menjertai pergerakan dan sekongkol dengan rakjat jang maoe mengadakan hoeroe-hara. Wedana dan djaksapoen ta' koerang dari itoe, bahkan terlebih lagi, sangat haoes pangkat jang tinggi2; sebab itoe mereka lebih „perangkak” dan „pendjilat” dari pada pegawai Indonesia jang lebih tinggi.

Kita pertjaja, bahwa Mr. Singgih dan teman-temannja akan mengerdjakan pekerdjaan jang ta’ terhingga beratnja boeat mematahkan boerokrasi Belanda jang kokoh itoe dan teroesnja memperoleh Kemerdekaan Nasional atau konsessi politik jang besar-besar.

Tinggal lagi bagi Studieclub non-koopersai terhadap rapat kota. Kita rasa perboeatan itoe ta' tjoekcep keliroe sama sekali! Kita rasa lebih bergoena bila Dr. Soetomo dan teman-temannja tinggal tetap doedoek didalam rapat kota Soerabaja ,badan imperialis satoe-satoenja jang boleh dimasoeki bangsa Indonesia dengan pemilihan langsoeng (meskipoen sangat terbatas) dan dapat mengemoekakan sesoeatoe dengan leloeasa. Disana Dr. Soetomo dan teman-temannja dengan pengetahoeannja jang loeas tentang sekalian tipoe-moeslihatnja pihak sana, dengan mengadakan rintangan jang tidak poetoes2 dan kritik terhadap sipemegang kekoeasaan akan berhasil „menjoesahkan" kedoedoekan rapat kota. 4)

Setelah memperhatikan sekalian jang terseboet diatas, sesoenggoeh nja kita sangat menjesali politik dan aksi Studiclub jang dilakoekannja sampai sekarang ini. Djika Studieclub tidak „mengambil semoea atau sebagian dari program boeroeh kita” (kita mengatakan ini boekan karena maoe merendahkan atau menjakitkan hati kaoem terpeladjar studieclub nistjaja ia akan menerima nasib sebagai EO. dan N.I.P. Disebabkan perhoeboengan social antara imperialisme Belanda dengan bangsa Indonesia „tidak ada”, ja'ni boerdjoeasi boemipoetera jang koeat, maka mentjiptakan satoe modus vivendi politik adalah satoe pekerdjaan jang beloem dimoelai. Studieclub besok atau loesa nistjaja akan berhadapan dengan dilemma sebagaimana jang soedah dialami oleh partai-partai boerdjoeis, jaitoe;

  1. Kerdja bersama dengan pemerintah Belanda, dan dengan demikian mengikoeti politik imperialisme Belanda, Boedi Oetama atau :
  2. Kerdja bersama dengan rakjat jang sebenarnja, mereboet kemerdekaan jang seloeas-loeasnja dan dengan demikian ia akan mendjadi partai massa boeroeh serta berfikiran setjara boeroeh.5) „Politik sama tengah, liberal, bagi Studieclub berarti „politik mati”.
  3. (Politik merintangi seroepa ini kita andjoerkan kepada Dr. Soetomo, Mr Singgih dan teman-temannja bila mereka kelak diangkat atau dipilih pemerintah mendjadi anggauta Dewan Rakjat).
  4. (Djadi Kaoem terpeladjar Studieclub mestilah memboeang tjara berpikir berdjoeang, bertjita-tjita oentoek revoloesi boerdjoeis atau pemerintahan boerdjoeis, tapi mendjadi boeroeh jaitoe memakai tjara fikiran boeroeh dialektis-materialistis-dan berdjoeang boeat kepentingan kaoem boeroeh).