Lompat ke isi

Makloemat Politik Pemerintah Repoeblik Indonesia

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Makloemat Politik Pemerintah Repoeblik Indonesia  (1945) 

MAKLOEMAT POLITIK PEMERINTAH
REPOEBLIK INDONESIA


――oOo――


POLITICAL MANIFESTO OF THE
GOVERNMENT OF THE REPUBLIC
OF INDONESIA



1 November 1945



Dikeloearkan oleh :
KEMENTERIAN PENERANGAN
JOGJAKARTA.

MAKLOEMAT POLITIK PEMERINTAH
REPOEBLIK INDONESIA


――oOo――


POLITICAL MANIFESTO OF THE
GOVERNMENT OF THE REPUBLIC
OF INDONESIA



1 November 1945



Dikeloearkan oleh :
KEMENTERIAN PENERANGAN
JOGJAKARTA.

MAKLOEMAT PEMERINTAH
REPOEBLIK INDONESIA.

――oOo――

MAKLOEMAT POLITIK.

Setelah lebih dari doea boelan lamanja kita dengan berbagai-bagai djalan menjatakan hendak hidoep sebagai bangsa jang merdeka, pada saat kita menghadapi soeasana baroe didalam perdjoeangan kemerdekaan kita, pada saat doenia mendekati kita oentoek memandang lebih teliti diri dan pendirian kita, perloe kita madjoe kemoeka dengan wadjah jang bersih dan dada terboeka, menoendjoekkan kebenaran kita jang tidak sadja berdasarkan keadilan dan peri kemanoesiaan melainkan pasti djoega berdasarkan atas akal serta perhitoengan jang sehat.

Setelah pemerintah Belanda di Indonesia pada 9 Maart 1942 menjerah kepada militer Djepang di Bandoeng dengan hampir sama sekali tiada mengadakan perlawanan, maka tinggallah bangsa kita jang tiada bersendjata mendjadi oempan militerisme Djepang jang keras dan kedjam itoe. Tiga setengah tahoen lamanja rakjat kita menderita paksaan dan kekedjaman Djepang, seperti beloem pernah dialaminja didjaman pendjadjahan Belanda berpoeloeh tahoen jang terkemoedian. Seloeroeh rakjat kita diperboeat seolah2 barang jang moerah jang diboroskan didalam peperangan. Dari rakjat djelata jang diperboedak dengan kerdja paksa dan hasil boeminja dirampas, sampai ke Kaoem terpeladjar jang dipaksa berdjoesta dan menipoe rakjat, merasai genggaman militerismenja. Kesengsaraan rakjat kita lahir dan bathin didalam tiga setengah tahoen ini boleh dikatakan ta' terbatas. Seloeroeh rakjat kita dipaksa berbaris dan tahoe menerima perintah setjara militer. Kepintaran militer inilah jang ditinggalkan oleh pendjadjah Djepang sebagai djedjak didalam djiwa rakjat dan teroetama didalam djiwa pemoeda kita. Tanggoengan pendjadjahan Belanda dalam hal ini, adalah bahwa bangsa kita jang berdjoemlah 70 milioen djiwa setelah berabad „dididik” oleh Belanda, pada 9 Maart 1942 diserahkan kepada militerisme Djepang didalam segala-galanja tiada berdaja oentoek menghadapi kekoeasaan dan kekerasan serta tipoe moeslihat propaganda Djepang oleh karena rakjat kita beloem pernah dipertjajai bersendjata serta tidak poeľa dipertjajai perlengkapan inteleknja jang tjoekoep, oentoek dapat menghadapi sendiri perpoetaran sedjarah seperti terdjadi pada tanggal 9 Maart 1942 itoe.

Tetapi didalam kesoelitan jang sebesar-besarnja itoe rakjat kita beladjar membanding pendjadjahan Belanda dengan sebenarja, segala kekoerangannja tak pernah terasa setadjam dan sedjelas, ketika rakjat kita ditinggalkannja dengan tjara jang diperlihatkannja itoe. Njata benar kelemahan dan kekosongan peroemahan pendjadjahan Belanda. Maka pada saat itoe timboellah pada rakjat kita kesedaran baroe, perasaan kebangsaan jang lebih tadjam dari pada waktoe jang kaloe. Perasaan itoe dipertadjam lagi oleh propaganda ke Asiaan Djepang. Kekerasan jang dilakoekan Djepang tidak menghambat toemboehnja kesedaran kebangsaan Indonesia. Selama tiga setengah tahoen pendjadjahan Djepang, seloeroeh negara serta peroesahaan² jang dahoeloe dipimpin oleh orang Belanda, didjalankan oleh orang Indonesia, diawasi oleh orang Djepang, jang biasanja njata tidak tjakap. Didalam kekedjaman dan kekerasan pendjadjahan Djepang itoe rakjat dan bangsa kita beladjar menghargai dirinja sendiri, mempertadjam kesedaran kebangsaannja terhadap Djepang dan djoega terhadap bangsa asing lainnja. Berdjoeta-djoeta djiwa rakjat kita melajang, serta sejoeroeh bangsa sengsara selama tiga setengah tahoen oleh karena kekedjaman Djepang, akan tetapi djoega oleh karena kesalahan Belanda jang mengorbankan kita kepada kekerasan Djepang itoe dengan tidak memoengkinkan kita mempoenjai alat pertahanan jang diperloekan. Oleh karena itoe maka sebenarnja pihak Belanda pada bathinnja tiada berhak oentoek menjalahkan orang² jang diserahkan pada kekedjaman Djepang itoe, dengan toedoehan bekerdja bersama dengan Djepang, sedangkan orang Belanda sendiri didalam keadaan jang sama, oemoemnja lebih soeka lagi melajani Djepang. Selain dari para itoe memang poela pembangoenan perasaan kebangsaan kita itoe ada djoega jang meroepakan perlawanan terhadap kekerasan Djepang, setjara gelap dan djoega pemberontakan, sabotage dan lain², seperti dapat diboektikan oleh riboean gerakan kiri kita jang dihoekoem, disiksa, diboenoeh dan diboeroe. Boektinja adalah pemberontakan di Tasikmalaja, di Indramajoe, di Blitar, di Sumatra, di Borneo Barat dll.

Sebagian lain dari kaoem nasionalis kita jang menjelenggarakan kesedaran kebangsaan dengan djalan jang sah, terpaksa bekerdja bersama dengan pihak Djepang, ikoet berbaris serta berteriak didalam barisan-barisan Djepang jang dibentoeknja oentoek keperloean perangnja.

Bagaimana kerasnja aroes kebangsaan itoe dapat poela dilihat pada golongan kaoem nasionalis jang bekerdja bersama dengan Djepang itoe, jang selamanja mempertahankan tjita2 kerakjatannja, meskipoen dipaksa berbaris didalam barisan totaliter Djepang. Hal ini dapat diboektikan oleh oendang2 dasar jang njata benar dimaksoedkan soepaja berdasar kerakjatan, meskipoen ia dirantjang oleh mereka didalam djaman pendjadjahan Djepang.

Dengan penjataan pernjataan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agoestoes 1945 kesedaran kebangsaan Indonesia memoentjak mendjadi kemaoean bangsa jang boelat oentoek mewoedjoedkan kedaulatannja. Seloeroeh rakjat kita masoek tertarik kedalam gelombang kebangsaan jang besar itoe.

Penjerahan Djepang kepada Sekoetoe telah poela bermoela. Bagi doenia, teroetama bagi fihak jang telah mendirikan soesoeman United Nations di San Francisco timboel soal bagaimana hendak menempatkan kedaulatan negeri Belanda jang diakoeinja itoe pada bangsa Indonesia jang telah menjatakan kedaulatannja sendiri. Pada konperensi2 internasional pihak Belanda selaloe mengemoekakan, bahwa bangsa Indonesia sangat tjinta kepada pemerintah Belanda, jang katanja boekan pemerintahan djadjahan. Akan tetapi njata sekarang pada doenia, bahwa djika Belanda hendak kembali mendjadi pemerintah di Indonesia, lebih dahoeloe kemaoean rakjat Indonesia jang sekarang telah doea boelan lamanja dinjatakan pada doenia dengan berbagai djalan, haroes dihantjoerkan dengan kekerasan, sehingga akan terdjadi pengorbanan djiwa jang ta’ ketjil djoemlahnja. Njata bahwa kedaulatan Belanda atas Indonesia tidak akan dapat diwoedjoedkan, djika tidak dengan memperkosa maksoed perdjandjian Atlantic Charter serta perdjandjian United Nations di San Francisco.

Sebenarnja pihak Belanda jang dengan begitoe moedah menjerahkan nasib bangsa kita kepada kekerasan Djepang sekali-kali moreel tiada berhak lagi oentoek kembali begitoe sadja ke Indonesia, seolah-olah tiada terdjadi apa-apa sedjak tahoen 1942, serta poela seakan-akan ia tiada bersalah apa-apa dan segala-gala haroes kembali mendjadi keadaan sebeloem petjah perang.

Kehendak Belanda ini bertentangan dengan segala perasaan keadilan dan djika dibenarkan tentoe haroes didjalankan dengan perkosaan segala perasaan keadilan dan kemanoesiaan. Menoeroet dasar2 Charter San Francisco, maka negara jang diberi tanggoeng djawab atas bangsa jang beloem merdeka itoe, tidak moengkin mendjalankan tanggoeng djawabnja dengan kosa dasar2 Charter United Nations itoe sendiri.

Lebih lagi terasa kepintjangan keadaan ini, djika di lihat bahwa pihak Belanda sama sekali tiada mempoenjai djawab jang pantas terhadap kesoelitan jang di hadapinja itoe. Hingga sekarang beloem sedikit djoega ternjata, bahwa jang dikehendaki oleh Belanda itoe lain daripada pengembalian pendjadjahannja jang lama, meskipoen ia mengoemoemkan keterangan Ratoe Wilhelmina jang dioetjapkan pada tahoen 1942. Oentoek memaksakan tjara pemerintahan jang dimaksoedkan oleh Belanda itoe, ia ta' mampoe berboeat lain daripada pengharap akan dapat mempergoenakan kekoeatan militer Sekoetoe jang datang memperloetjoeti sendjata Djepang di Indonesia, sebagai alat oentoek dapat melemahkan atau menghantjoerkan kemaoean bangsa Indonesia oentoek mempertahankan kedaulatannja sendiri terhadap pemerintahan jang hendak di paksakan oleh pihak Belanda atas dirinja.

Akan tetapi dengan semangat kebangsaan kita jang menjala.njala, pasti pemerintahan Belanda itoe meski poen memakai kekerasan militer jang modern, tidak akan dapat memetjah kamaoean bangsa kita oentoek mempoenjai pemerintah jang dipilihnja sendiri. Selama doenia tak mengetahoei lain djalan oentoek memenoehi kewadjibannja terhadap anggapan kedaulatan Belanda atas Indonesia itoe, daripada menghantjoerkan kemaoean bangsa Indonesia oentoek menentoekan nasibnja sendiri, selama itoe poela doenia tentoe tiada akan dapat manfaat jang semestinja dari kekajaan negeri dan bangsa Indonesia.

Hal ini terlebih lebih akan menjedihkan terhadap negara-negara tetangga Indonesia, teroetama Australia, Phillipina dan Amerika Serikat.

Terlebih lebih Amerika Serikat jang oleh seloeroeh Asia dan teroetama oleh Indonesia diharapkan akan dapat memberi pertolongan jang sebesar-besarnja dikemoedian hari, didalam oesaha bangsa Indonesia memadjoekan negaranja serta penghidoepan rakjatnja. Oempamanja dengan pertolongan Indoestri besar Amerika serta kredit Amerika dan pembelian barang mentahnja jang banjak itoe.

Kita orang Indonesia didalam oesaha hendak menjempoernakan kedoedoekan bangsa kita, tidak perloe menggoenakan kekerasan. Djika ada kekerasan terdjadi ialah ta'lain oleh karena fihak Belanda memerloekan memakai kekerasan terhadap bangsa kita soepaja dapat memaksakan kehendaknja atas kita.

Dipihak kita tidak ada keinginan oentoek memaksa bangsa lain, kita hanja berkehendak diberi kemerdekaan, dibiarkan menjempoernakan soesoenan negara kita sendiri.

Kita mengetahoei bahwa kedoedoekan negeri kita meletakkan satoe tanggoeng djawab jang besar dibahoe kita terhadap keloearga doenia. Kita tidak membentji bangsa asing, djoega tidak bentji kepada bangsa Belanda apalagi orang Indo, Ambon atau Menado jang sebenarnja bangsa kita djoega. Malahan kita mengetahoei dan mengerti benar bahwa oentoek keperloean negeri dan bangsa kita didalam beberapa tahoen jang akan datang ini, kita akan memerloekan pertolongan bangsa asing didalam pembangoenan negeri kita beroepa kaoem teknik, dan kaoem terpeladjar, poen djoega kapital asing. Didalam memenoehi keperloean itoe kita tidak akan menghindarkan kenjataan bahwa orang jang jaitoe berbahasa Belanda orang Belanda, moengkin akan lebih banjak dipergoenakan oleh karena mereka telah ada disini dan lebih biasa akan keadaan disini. Sehingga penglaksanaan kemerdekaan kita itoe beloem perloe berarti keroegian besar oentoek pihak Belanda, djika dioekoer dengan oeang atau djiwa, akan tetapi tentoe sekali berarti peroebahan jang sebesar-besarnja didalam kedoedoekan politiknja.

Kita jakin bahwa tanah kita jang kaja-raja ini djika dioesahakan dengan sesoenggoehnja oentoek meninggikan deradjat penghidoepan bangsa kita serta doenia oemoemnja, akan masih banjak benar memberi roeangan oentoek tenaga dari seloeroeh doenia, teroetama dari Amerika Serikat, Australia dan Filipina, oentoek toeroet dalam pembangoenan negara dan bangsa kita.

Akan tetapi sekalian itoe hanja akan dapat dimoelai djikalau pertentangan kedaulatan antara Belanda dan kita dapat selesai dengan pengakoean hak kita oentoek menentoekan nasib kita sendiri, jaitoe dengan pengakoean negara dan pemerintahan jang telah kita pilih. Boekan sadja kita dan barangkali pihak Belanda berkepentingan dengan lekasnja terlaksana hal ini, akan tetapi seloeroeh doenia jang menoenggoe noenggoe soembangan tanah serta bangsa Indonesia terhadap kekoerangan jang ada didoenia sekarang.

Dengan pengakoean kemerdekaan kita, kita akan menanggoeng segala jang patoet kita tanggoeng menoeroet kedoedoekan kita. Segala hoetang Hindia Belanda sebeloem penjerahan Djepang dan patoet mendjadi tanggoengan kita, kita akoei sebagai hoetang kita.

Segala milik bangsa asing selain dari pada jang diperloekan oleh negara kita oentoek dioesahakan oleh negara sendiri, dikembalikan pada jang berhak, serta jang diambil oleh negara akan dibajar keroegiannja dengan seadil-adilnja.

Sedjadjar dengan oesaha persahabatan kita dengan tetangga kita serta dengan seloeroeh doenia , kita tidak sadja akan berichtiar mendjadi soeatoe anggota United Nations menjetoedjoei benar² maksoed Charter United Nations, akan tetapi didalam negeri kita akan melaksanakan kedaulatan rakjat kita dengan atoeran kewargaan jang akan lekas memboeat semoea golongan Indo Asia dan Europa mendjadi orang Indonesia sedjati, mendjadi patriot dan demokrat Indonesia.

Sedikit hari lagi kita akan mengadakan pemilihan oemoem sebagai boekti bahwa bagi kita, tjita² dan dasar kerakjatan itoe benar² dasar dan pedoman penghidoepan masjarakat dan negara kita. Moengkin sebagai akibat pemilihan itoe pemerintah akan berganti dan oendang² dasar kita akan disempoernakan menoeroet kehendak rakjat kita jang terbanjak.

Terhadap rakjat dan pendoedoek oemoemnja, kita akan mendjalankan soeatoe rentjana kemakmoeran jang besar jang moengkin memerloekan banjak kredit dari loear negeri dan djoega banjak hasil Indoestri Amerika Serikat, Australia dan lain² negeri jang berdagang dengan negeri kita. Tiap² pendoedoek ditanggoeng keselamatannja didalam beroesaha, djika tidak melanggar atoeran negeri, meskipoen ia orang Belanda.

Bagi bangsa dan rakjat Belanda memang seharoesnja mendjadi pertimbangan jang soenggoeh²: apakah ia akan menoeroet nafsoe segolongan ketjil kaoem kapital dan pendjadjah jang pemandangannja teroetama dipengaroehi oleh kepentingannja sendiri dan dengan itoe akan mengorbankan beriboe djiwa pemoeda serta banjak tenaga bangsa Belanda, didalam Ichtiar jang begitoe besar risikonja, jaitoe menakloekkan kembali bangsa Indonesia jang telah berdiri, atau apakah ia akan menerima dan menjesoeaikan dirinja dengan perdjalanan sedjarah, mentjari djalan damai soepaja kepentingan dan keperloean bangsa Belanda jang begitoe besar di Indonesia ini dapat diselenggarakan selandjoetnja, soepaja poetera²nja dan ketoeroenannja jang berada disini dapat poela hidoep dengan selamat didalam oesaha mentjari nafkahnja.

Sedjak kita akan mendapat kesempatan jang sepenoehnja oentoek memberikan seloeroeh tenaga kita pada pembangoenan rakjat dan bangsa kita, dengan setjepat²nja kita beroesaha melaksanakan hak² rakjat kita jang sesoenggoehnja sesoeal dengan tjita² United Nations, jaitoe tidak sadja mendjadi rakjat jang merdeka menjatakan pikirannja, merdeka memilih kejakinan dan agamanja, bebas dari sewenang-wenang dan ketakoetan, bebas dari kekoerangan, melainkan djoega mendjadi rakjat jang sehat dan tjerdas karena adanja pengawasan kesehatan dan pendidikan jang modern oentoek seloeroeh rakjat kita dan oentoek segala lapisan pendoedoek negara kita. Selaras dengan itoe perhoeboengan kita dengan doenia loear tidak sadja lagi akan terbatas pada pertoekaran barang dan orang, akan tetapi lambat laoen mendjadi pertoekaran ilmoe dan keboedajaan, teroetama dengan tetangga2 kita, lebih2 dengan bangsa jang sedarah dengan kita seperti bangsa Pilipino.

Kita pasti akan sanggoep memberi soembangan jang bagoes kepada keboedajaan doenia, djika kita telah mendapat kesempatan sepenoeh-penoehnja sebagai bangsa jang sedjadjar kedoedoekanja dengan bangsa2 lain didoenia.

Djakarta, 1-11-1945.

—ooOoo—

Karya ini berada pada domain publik di Indonesia, karena tidak dilindungi hak cipta berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Tidak ada Hak Cipta atas:

  1. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;
  2. peraturan perundang-undangan;
  3. pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;
  4. putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau
  5. kitab suci atau simbol keagamaan.

Karena merupakan dokumen resmi pemerintahan, karya ini juga berada pada domain publik di Amerika Serikat.