Lontjeng Merenggut Arwah/2

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Lontjeng Merenggut Arwah
oleh Shie Lan Lan
2
54044Lontjeng Merenggut Arwah — 2Shie Lan Lan

2

HO HO telah berlari-lari dengan tjepat sekali dibawah derasnja hudjan saldju. Didalam hatinja dia telah bertekad, biar bagaimana dia harus menjelamatkan djiwa Hek Hay Kay Liong dari tangan kedua iblis jang tengah mengedjarnija itu, sebab Ho Ho menjadari, kalau didengar dari. tierita pengemis itu, tentu kepandaian kedua iblis jang tengah mendatangi itu luar biasa. Namun Ho Ho sangat berani dan nekad sekali, dia ingin berusaha sekuat tenaga untuk memantjing kedua iblis itu ketempat lain. Lami djuga Ho Ho telah berlaritari dengan tjepat, napasnja djuga telah memburu namun masih sadja dia tidak melihat ada seorang manusia jang didjumpainja, disekitar dirinja, hanjalah hamparan saldju jang memutih bagaikan kapas belaka— —.

Tetapi Ho Ho tidak berputus asa, dia telah berlari-lari terus dengan tjepat sambil menahan perasaan letih jang mulai menjerang dirinja.

Djauh diuga Ho Ho berlari lari terus, sampai achiraja ketika dia telah berlari belasan lie djauhnja, dari balik semak belukar berkelebat muntjul dua sosok tubuh dan menghadang dihadapan Ho Ho.

„Berhenti botjah!” bentak selab satu sosok tubuh itu dengan suara jang ujaring

Ho Ho menahan langkah kakinja. seketika itu djuga hatinja berdebar, karena segera dia menduga bahwa jang muntjul didepannja ini tentu kedua iblis jang disebut oleh Hek Hay Kay Liong Auw Tik Kong itu.

Ho Ho mengawasi kearah kedua orang jang menghadang dihadapannja ini, dilihatnja mereka adalah dua orang perempuan. tjantik sekali berpakaian reboh dan penuh oleh perhiasan, seperti djuga puteri-puteri pangeran.

LM Atwahy

Salah seorang, jang tampaknja usianja telah mentijapai tigapuluh tahun lebih, tetapi masih tjantik, sambil.tersenjum meughampiri He Ho.

„Engko ketjil — — kanai ingin menanjakan sesuatu kepadamu!” kata perempuan itu dengan suara jang lembut selkali.

Ho Ho mengerutkan sepasang alisnja, dia melihat perempuan ini tjantik sekali, tidak mirip-mitipnja kalau disebut sebagai iblis, Tadinja waktu Ho Ho mendengar tjerita dari Hek Hay Kay Liong Auw Tik Kong, dia menduga perempuan jang disebut iblis itu adalah seorang nenek-nenek tua jang mukanja telah keriput.

„Djiewie Tjietjie ingin menanjakaa apa kepadaku?” tanja Ho Ho dengan tjepat.

Apakah kau melihat seorang pengemis tua jang berlari kearah jang berlawanan dengan kau tadi ?” tanja perempuan itu lagi dengan tersenjum: manis. „Pengemis tua itu berusia diantara enampuluh tahun — — rambut dan djanggutnja telah berubah putih semuanja — —.”

Ho Ho ketika mendengar pertanjaan perempuan itu, dia djadi jakin bahwa kedua perempuan ini pasti adalah kedua iblis jang dimaksud oleh Hek Hay Kay Liong Auw Tik Kong. Hati si botjah djadi berdebar keras, tetapi Ho Ho berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaan tegang hatinja

L.M.Arwah—1.

itu, dengan memperlihatkan wadjah seperti heran, dia menggelengkan kepalanja.

„Seorang pengemis tua? Tidak! Sedjak tadi aku telah berlari puluhan lie, tetapi tidak pernah bertemu dengan seorang manusia— —! Lagi pula, mana ada orang jang mau melakukan perdjalanan djauh didalam keadaan hudjan saldju sedang turun deras begini?” menjahuti Ho Ho.

„Benarkah perkataanmu itu?” tanja perempuan tersebut lagi.

Ho Ho mengangguk dengan tjepat.

„Untuk apa aku mendustai kalian ?” tanja Ho Ho memperlihatkan muka seperti tersinggung. „Kalau memang aku bertemu dengan pengemis tua jang kalian maksudkan, tentu aku akan memberituhulannja kepada kalian — — —.” Perempuan itu menoleh kepada kawanja jang tampaknja berusia lebih muda dari dia.

„Lin-moy (adik Lin), tjoba kau lihat, bukankah botjah ini biarpun berusia masih muda sekali tetapi sangat tampan sekali ?” katanja.

Perempuan jang berusia lebih muda dari dia Inengangguk sambil tersenjum manis djuga.

„Benar! Tjuma sadja sajangnja dia masih terlalu ketjil sekali— — !” sahut kawannija itu jang dipanggil deagan sebutan Lin-moy.

L.M Arwah—1.

32

Ehe — —, biarpun pakaiannja tjompang-tjamping. tetapi botiah ini mempunjai bakat untuk mendjadi seorang pemuda jang tjakap dan ganteng sekali!” kata perempuan jang seorangaja lagi. „Bagaimana kalau kita mengambil dia sebagai murid kita ?”

„Hus! Bukankah urusan kita dengan pengemis tua itu belum beres ?!” kata perempuan jang dipanggil dengan sebutan Lin moy itu.

„Tetapi kita bisa mengedjar djembel tua itu sambil membawa botjah ini !” dan setelah berkata begitu, perempuan itu menoleh kepada Ho Ho.

„Engko ketjil — — apakah kau mau kalau kami angkat kau mendjadi murid kami ?”tergurnja lagi.

Ho Ho mremang sudah mempunjai perasaan tidak senang terhadap kedua perempuan ini, jang menurut keterangan Hek Hay Kay Liong kedua perempuan tersebut merupakan dua Orang iblis jang djahat dan telah melakukan tipu daja jang rendah meratjuni Hek Hay Kay Liong, maka dari itu, mendengar pertanjaan perempuan tersebut jang ingin mengangkat dirinja mendjadi murid mereka, tjepat-tjepat Ho Ho mengge'engkan kepalanja.

„Terima kasih — — — — aku tidak ingin mempeladjari ilmu silat!” sahut Ho Ho dengan tjepat. „Maafkanlah kalau memang kalian tidak mempunjai urusan lain, aku ingin melandjutkan perdjalananku !”

„Heh ? Kau tidak bersedia mendjadi murid kami ?” tanja perempuan itu dengan heran,kemudian dia tertawa gelak-gelak. „Kau mungkin belum mengetahui siapa sebenarnja diri kami ini? Aku adalah Hiat Tjiang Sian Lie (Dewi Bertangan Darah) Kauw Lie Lie jang terkenal dan ditakuti ole djago-djago di dalam kalangan Bulim, sedangkan ini adalah sumoyku (adik sepergurann) jang bergelar Sani Tioa Hui Tjian’ (Tiga Ular Djarum Terbang) Han Peng Lin. Kalan memang kau mendjadi murid kami, bukankah nanti dikemudian hari kau akan mendjadi seorang djago jang luar biasa dan mempunjai kepandaian jang tingi sekali — —?”

Ho Ho terseajum Iagi subi menggelengkan kepalanja.

„Menjesal sekali tjietjie, aku tidak mempunjai minat sedikitpun untuk berguru kepada kalian — — —!” kata Ho Ho dengan tjepat „Aku tidak mempunjai selera untuk mempeladjari ilmu silat

„Heh ? Kau djadi menolak tawaran kami? Apakah kau tidak tah bahwa telah ada ribuan orang jang ingin berguru kepada kami, dengan bersembah sudjud dan mengemis-ngemis agar kami mau menerima mereka mendjadi murid-kami? Hmm, semuanja kami telah menolaknja — —! Tetapi kau ini, mengapa begitu tidak tahu diri, memperoleh tawaran jang begitu bagus untuk dirimu, malah kau menolaknja?" tanja Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie agak mendongkol.

„Menjesal sekali tjietjie !” kata Ho Ho. „Tadi sudah kukatakan, aku tidak mempanjai selera untuk mempeladjari ilmu silat !"

„Tetapi aku tetap ingin mengambil kau mendjadi murid kami!" kata Kauw Lie Lie mendongko!.

Ho Ho djadi mengerutkan sepasang alis nja.

„Biar bagaimana aku tidak bisa dipaksa untuk mendjadi murid kalian!" kata Ho Ho agak ketus, karena dia djuga mendongkol pada orang jang telah mendesak dirinja begitu matjam. Dari mana ada aturan jang begitu, ingin memaksa seseorang untuk dipaksa mendjadi murid kalian?!"

Kauw Lie Lie ketika mendengar perkata. an Ho Ho, dia djadi tertawa gelak-gelak, ke- mudian menoleh kepada adik seperguruannja, jaitu Han Peng Lin.

„Lin-moy — — — tjoba kau lihat, botjah ini memang mempunjai bakat untuk berkepala batu!" kata Hiat Tjiang Sian Lie sambil tertawa.

„Hmmmm!" Han Peng Lin tjuma mendengus begitu sadja tanpa mengeluarkan komentar apa-apa, dia tjuma memperhatikan sekeliling tempat tersebut seperti djuga sedang mentperhatikan dan mentjari-tjari djedjak dari Hek Hay Kay Liong Auw Tik Kong.

Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie talu menoleh kepada Ho Ho lagi.

„Bagaimana botjah, apakah kau mau meperima tawaran kami atau tidak?” tegurnja lagi

„Tidak!” sahut Ho Ho singkat sambil menggelengkan kepalanja. „Aku ingin melandjutkan perdjalananku lagi kalau memang aku tidak mempunjai urusan lainnja pula !"

„Tunggu dulu ! biar bagaimana aku malah ingin mengambil kau mendjadi_ muridku ! Kalau memang kau tidak bersedia, lebih baik kau niati sadja— — — !” kata Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie dengan suara jang njaring disertai oleh suara tertawanja, mukanja tidak mempetlihatkan perasaan sedikitpun.

Ho Ho djadi kaget dan mendongkol. Dia baru melihat, bahwa kedua perempuan tjantik ini benar-benar seperti iblis jang dikatakan oleh Hek Hay Kay Liong Auw Tik Kong mereka seperti tidak mengenal aturan.

„Kalau memang aku tetap menolak, apa jang ingin kalian lakukan?” tanja Ho Ho de nga gusar. ,,Akan kupaksa!" sahut Kauw Lie Lie.

Ho Ho djadi tambah mendongkol.

,,Aku tidak mau mengangkat guru kepada manusia-manusia seperti kalian ini!" sahut Ho Ho dengan ketus. Aturan dari mana kau pakai untuk memaksa diriku guna mau mendjadi murid kalian?!"

"Oho — — benar-benar kau berkepala batu dan tidak tahu diri!" kata Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie dengan suara jang mendongkol. Biar baganmana kau tetap harus ikut bersama kami untuk mendjadi murid kami ! Hmmm, kalau memang kau menolak, kepalamu itu akan kuhadjar seperti ini!" dan setelah berkata begitu, membarengi dengan perkataannja itu, Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie melompat kearah sebatang pohon jang besar sekali, tahu tahu telapak tangannja telah bergerak menghadjar pohon besar itu.

Dengan mengeluarkan suara kreeeekkk!' jang berisik, pohon itu tumbang rubuh terguling diatas saldju — —!

Ho Ho menjaksikan hal itu djadi kaget sekali didalam hatinja, karena hal itu telah menundjukkan kehebatan tenaga telapak tangan dari iblis perempuan tersebut. Namun Ho Ho tidak mau memperlihatkan perasaan kagetnja itu, dengan memperlihatkan senjumam tawar, dia berkata: ,,Apa susahnja untuk menumbangi batang pohon seperti jang kau lakukan itu?" katanja dengan suara jang dingin sekali, seperti tidak memandang sebelah mata kepada 'pertundjukan' jang baru sadja diperlihatkan oleh Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie.

Apakah kau bisa melakukan sama halnja seperti apa jang telah kulakukan?" tegur Hiat Tjiang Sian Lie dengan mendongkol.

„Hmmmm---" Ho Ho sengadja memperdengarkan suara tertawa dingin. Tentu sadja aku tidak bisa melakukannja, karena usiaku masih ketjil sekali sedangkan kau telah berusia lebih besar kalau dibandingkan dengan diriku! Tjoba kalau memang nanti aku telah dewasa, tentu aku akan bisa melakukan sama halnja seperti jang kau lakukan itu! Mungkin malah lebih hebat. dengan menggunakan djari tangan sadja — — — tringggg — — — pohon itu akan rubuh — — —!"

Hiat Tjian Sian Lie dan Han Peng Lin djadi tertawa, mereka djadi lutju dan berbareng mendongkol.

„Enak sadja kau bitjara! Djangan kau harap bisa merubuhkan batang pohon jang begitu besar kalau memang kau tidak mau mendjadi murid kami! Djago-djago biasa sadja tidak mungkin bisa melakukan apa jang telah kulakukan itu! Kau djangan bermimpi tjah----! Lain halnja kalau me mang kau bersedia untuk mendjadi muridku, maka muti setelah dewasa tentu kau akan mempunjai kepandaian jang luar biasa dan bisa melakukan apa jang telah kulakukan tadi !" kata Hiat Tjiang Sian Lie dengan mendongkol.

Tidak mau!" sahut Ho Ho dengan sun- ra jang ajaring. pergi!" Sudahlah aku mau pergi--!"

Dan setelah berkata begitu, Ho Ho sudah mau mementangkan kakinja matuk berlalu.

Tunggu dulu!" bentak Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Sie dengan suara jang ajaring dan agak bengis.

Ho Ho memutar tubuhnja lagi batal untuk melangkah.

Ada apa lagi?" teguraja sambil mengerutkan sepasang alisnja.

Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie me- ngeluarkan suara tertawa dingin.

Sudah kukatakan kepadamu tadi bahwa kalau kau memang tidak mau mendjadi murid kami, hmmm, tidak akan dapat dan semau hatimu untuk berlalu ! Kau tinggal pilih mau mendjadi murid kami atau mati dengan kepala jang hantjur remuk?!"

Tjisss!" mengedjek Ho Ho dengan men dongkol ketika mendengar perkataan Hiat Tjiang Sian Lie. Siapa jang mau mengang-

L M.Arwah-1

39

kat kalian perempuan-perempuan jang tidak tahu aturan mendindi gurunja?! Hmmm - untung sadja aku masih ketjil, tjoba kalau memang aku telah dewasa, tentu aku akan memberikan hadjaran bagaimana harus bersikap dengan aturan- "

Plakkkk!" belum lagi suara Ho Ho se. lesai diutjapkannja, telah berkelebat sesosok bajangan disusul oleh suara keras itu, karena pipi Ho Ho telah ditempeleng oleh Hiat Tjiang Sian Lie dengan keras sekali.

Ho Ho djadi kaget dan marah sekali, tu- buhnja terhujung-hujung dan lalu terguling-gu- ling diatas saldu. Botjah ini merasakan pi- pinja jang terkena tempelengan Hiat Tjiang Sian Lie sakit sekali.

Tjepat-tjepat Ho Ho merangkak bangun sambil memegangi pipinja jang telah merah dan pedas itu, matanja mendelik besar, mu- kanja memperlihatkan dia sangat marah sekali.

Kau-oh, kalian djahat sekali !" kata Ho Ho dengan mendongkol.

Hmmm- sudah kuberikan kesem- patan kepadamu untuk memilih, mau mati atau mau mendjadi murid kami? Terserah pada kau sadja, tinggal memilihnja!" kata Hiat Tjiang Sian Lie sambil memperdengar. kan suara tertawa dingin.

Aku tidak mau mendjadi muridmu !!! teriak Ho Ho dengan marah. "Hmmm---

L.M.Arwah-1.

40
untuk apa aku mengangkat kalian mendjadi guruku, sedangkan kalian adalah manusia-manusia djahat jang tidak kenal aturan!"

Tetapi baru sadja Ho Ho berkata sampai perkataan 'aturan', tahu-tahu tubuh Hiat Tjiang Sian Lie telah bergerak lagi berkelebat kedepan botjah tersebut.

Sekarang Ho Ho telah bersiap-siap, maka dari itu, waktu melihat iblis perempuan ini tengah melompat kearah dirinja sambil mengajunkan tangannja untuk menempeleng mukanja, Ho Ho tjepat-tjepat melompat kebelakang.

Namun Ho Ho mana bisa mengelakkan serangan Hint Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie jang terkenal didalam kalangan Kang-ouw dan ditakuti oleh djago-djago rimba persilatan itu. Maka dengan beruntun terdengar suara 'plakkkkk, ploookkk!, Plakkkkk! tiga kali. maka Ho Ho telah kena ditempeleng oleh Kauw Lie Lie lebih keras lagi, sehingga tubuh si botjah djadi mutar nitar, kemudian tergu- ling-guling diatas saldju, sehingga badju si botjah jang memang telah kumal dan petjah petjah itu djadi agak basah oleh saldju jang melumer.

Ho Ho dengan menderita kesakitan pada mukanja, merangkak bangun dari tumpukan saldju itu, dihapus mulutnja jang mengeluarkan darah. Ketika melihat darah jang mengutjur keluar akibat dari kulit bibirnja jang petjah disebabkan oleh kerasnja tamparan Hiat Tjiang Sian Lie Kanw Lie Lie itu, darah Ho Ho djadi meluap

,,Ohhh — — benar-benar kalian merupakan manusia-manusia djahat sekali! Aku tidak mau mengangkat diri kalian mendjadi guruku, mengapa kau malah menjiksa diriku demikian matjam?"

,,Sudah, djangan banjak rewel!" bentak Kauw Lie Lie dengan suara jang bengis. Sekarang kau katakan sadja setjara singkat, kau bersedia tidak mendjadi murid kami?"

,,Tidak!" sahut Ho Ho dengan ketus dan penuh kemarahan jang meluap didalam hatinja.

,,Plakkkk!" mukanja telah ditempeleng oleh Kauw Lie Lie lagi.

,,Mau tidak ?" bentak Kauw Lie Lie lagi dengan suara jang bengis, karena Kauw Lie Lie djuga mendongkol sekali melihat sikap kepala batu dari Ho Ho jang tetap membandel begitu.

,,Kau — — ohhh, benar-benar siluman djahat!" maki Ho Ho dengan mata mendelik besar.

,,Mau tidak mendjadi muridku?" bentak Kauw Lie Lie lagi.

,,Tidak! Tidak mau! Kau djangan memaksa aku !" teriak Ho Ho kalap. ,,Baik!" kata Kauw Lie Lie sambil mengajumkan tangannja lagi.

Ketika Ho Ho melihat perempuan itu ingin menghadjar dirinja lagi, dengan tjepat dia me. nerdjang kalap.

Tetapi terdengar suara "plakkk, plokkk!" dan tubuh Ho Ho telah terpental terguling-guling lagi diatas saldju.

Namun Ho Ho memang termasuk seorang botjah jang keras hati, karena sedjak ketjil dia telah menerima penderitaan jang hebat dari ibu tiri dan ajah kandungaja sendiri. Maka dari itu, watak dan djiwanja djadı agak aneh. Sekarang dirinja disiksa demikian matjam, sampai dari bibiruja mengalir menge. luarkan darah, bukaunja dia mendjadi takut. malah botjah ini djadi semakin nekad.

Biarlah aku mati ditangannja!" pikir botjah ini didalam hatinja dengan penuh dendam. Hmmm--- tetapi aku tidak boleh memperlihatkan kelemahanku! Biar bagai- mana aku harus melawan mati-matian kedua siluman perempuan ini!" dan Ho Ho telah merangkak bangun dengan tjepat dan tubuh jang sempojongan.

Dilihatnja Hiat Tjiang Sian Lie tengah berdiri dengan bertolak pinggang tjongkak sekali, dan djuga Sum Tjoa Hui Tjiang Hau Peng Lin tengah mengawasi kearah dirinja dengan bibir tersungging senjuman. Darah

L.M.Arwah-1.

43

Ho Ho djadi tambah meluap, dia merasakan dirinja seperti diremehkan.

,,Aku akan adu djiwa dengag kalian!" ben tak Ho Ho dengan kalap. Biar harus mati ditangan kalian, aku tidak takut !"

,,Apakah tetap kau tidak mau mendjadi muridku?" bentak Hiat Tjiang Sian Lie de- ngan suara bengis

,,Tidak!" teriak Ho. Ho dengan kalap.

,,Bagus! Kalau begitu kau mentjari mampus dan mentjari susah untuk dirimu sen diri!" dan membarengi dengan perkataannja itu, Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie menga- ajunkan tangannja lagi.

Kala itu Ho Ho tengah menubruk dengan kalap, tetapi belum lagi dia sempat mengajun- kan kepalan tangannja jang ketjil itu untuk memukul kepada Kauw Lie Lie, tangan iblis perempuan ini telah menjambar kemukanja, dan menampar lebih keras.

Ho Ho merasakan kesakitan jang hebat sekali pada pipinja itu, dibarengi tubuhnja se perti terangkat, terlambung tinggi sekali, hampir dua tombak, kemudian djatuh diatas tumpukan saldju, sehingga saldju itu terpertjik keatas.

Mata Ho Ho djuga djadi berkunang-kunang nanar, karena tamparan tangan Hiat Tjiang Sian Lie Kauw Lie Lie jang kali ini lebih ke ras lagi.

L.M.Arwah-1.

44
Untuk sementara waktu Ho Ho tidak bisa lantas bangun berdiri, pandangan matanja gelap, sekelilingnja seperti berputar, kepalanja pusing sekali. Ho Ho tidak atau rintihan. Namun biarpun begitu, toch mengeluarkan suara keluhan Keras sekali hati botjah ini.

Hiat Tjiang Sian Lie mendengus sambil melangkah mendekati kearah Ho Ho, setelah sampai disamping tubuh si botjali jang masih meringkuk diatas saldju dengan kepala jang begitu pusing. Kauw Lie Lie memperdengar kan suara dengusan tertawa dingin.

,,Bagaimana---apakah kau tetap berkepala batu tidak mau menerima kami mendjadi gurumu?" bentak Kauw Lie Lie dengan suara jang tawar. Ini hanjalah peladjaran pertama---kalau memang kan tetap menolak, ham, hmmm, aku akaan menghadjar lebih keras lagi--- Auwww!" tiba-tiba sekali Kauw Lie Lie jang belum me njelesaikan perkataanaja itu telah mendjerit kaget dan kesakitan.

Kenapa Su-tjie (kakek seperguruan)?" tegur Han Peng Lin kaget sambil menoleh kearah Kauw Lie Lie, karena tadi dia sedang mentjari-tjari djedjak Hek Hay Kay Liong

Han Peng Lin segera menghampiri dan di lihatuja muka Kauw Lie Lie memperlihatkan perasaan marah jang luar biasa. Dan Ho Ho

L.M.Arwah-1.

45

kala itu tengah memeluk kedua kaki Kuw Lie Lie erat-erat.

Ternjata tadi dik ala Kauw Lie Lie sedang berkata-kata, Ho Ho telah melihat, iblis pe rempuan ini tengah berdiri didekatnia. Maka dari itu, dengan mengeluarkan sisa tenaganja serta kemarahan jang sangat dan nekad sekali, Ho Ho dengan tjepat memeluk kedua kaki Kauw Lie Lie, lalu menggigit kaki perempuan itu dengan seluruh tenaga, sampai giginja ter benam dalam sekali. Itulah jang telah me njebabkan Kauw Lie Lie sampai mengeluarkan suara djerit kesakitan. kitan sekali. Dia kaget dan kesakitan sekali.

,,Botjah setan!" maki Kauw Lie Lie de ngan kemarahan jang meluap luap dan mem. barengi dengan mengangkat tangan kanannja untuk menempeleng kepala Ho Ho.

Ho Ho kala itu masih tetap terus meme- juk kedua kaki Kauw Lie Lie dengan kuat se kali dan erat-erat, malah giginja masih meng- gigit terus dengan nekad tanpa memikirkan keselamatan dirinja.

Tangan Kauw Lie Lie meluntjur tjepat sekali akan menghadjar batok kepala Но Но, dia menempeleng dengan menjertai tenaga da- la muja dua bagian, karena dia sedang marah.

Inilah hebat sekali, kalau sampai ba- tok kepala dari Ho Ho kena hadjaran oleh telapak tangan perempuan jang bergelar

L.M.Arwah-1.

46
Dewi Berlangan Darah ini, pasti batok kepala botjah tersebut akan terhadjar petjah berantakan.

Namun Ho Ho tidak menperdulikannja, dia memang telah nekad. Didalam hatinja tjuma berpikir satu, jaitu biar bagaimanaa dia harus menggigit terus, hitinja puas, sebab dia telah bisa membalas dendam, walaupun tidak banjak, toch tetap sadja hal itu telah menjenangkan hatinja.

Tangan Kauw Lie Lie meluntjur terus dengan disertai oleh tenaga dalamnja.

Namun disaat taagannja itu tjuma terpisah beberapa di dari batok kepala Ho Ho, jang tengah menggigit dan melirik kearahnja dengan penuh kemarahan, Kauw Lie Lie me. uihan meluntjurnja telapak tangan tersebut.

Tampaknja Kauw Lie Lie djadi bimbang untuk mengkadjar mati Ho Ho, karena dilihatnja biarpun masih berusia ketjil, toch muka Ho Ho tjakap sekali, bola matanja hitam legam dan bening itu, menjebabkan hati Kauw Lie Lie djadi’ tergontjang, dia djadi teringat kepada seseorang dan menahan mieluntjurnja tangannja itu. Dia djadi ragu-ragu sekali.

„Botjah setan, kau mentjari mampus ?” bentak Kauw Lie Lie kemudian sambil menggerakkan kakinja menendang Ho Ho, dan karena tendangan kakinja itu disertai oleh

L.M.Arwah-1.

47

tenaga Iweekang jang kuat. tubuh Ho Ho djadi terpental, pelukannija pada kaki Kauw Lie Lie djadi terlepas.

Tubuh Ho Ho terpental empat tombak lebih dan djatuh diatas saldju dengan keras sekali, kepalania djadi pusing dan matanja nanar berkunang-kunang kembali.

Muka Kauw Lie Lie kala itu telah berubah merah, entah mengapa terhadap Ho Ho, dia mempunjai perasaan kasihan. Padahal, sedjak dia meéngembara didalam dunia persilatan belum pernah dia mempunjai belas kasihan terhadap lawannja, selalu dia meaurunkan tangan bengis dan melawan kepada orang jang membangkang akan keinginan hatinja. Tetapi terhadap Ho Ho ini, entah mengapa dia mempunjai perasaan lain, waktu botjah ini merangkul kedua kakinja, hatinja tergontjang hebat sekali, dan mukanja dirasakan panas sekali. Dia djadi teringat kepada seseorang, jang mukanja bampir mirip Ho Ho, tjuma usianja telah hampir, duapuluh enam tahun, pernah merangkul kedua kakinja itu djuga. Itulah jang telah menggontjangkan hati Kauw Lie Lie.

Untuk sesaat Kauw Lie Lie diadi berdiri mematung bengong disitu, sikapnja gugup sekali, seperti orang jang kehilangan semangat.

Han Peng Lin jang telah datang menghampri, segera dia berdjongkok didekat kaki Kouw Lie Lie. „Kenapa kakimu, Sutjie?” tegur Han Peng Lin dengan heran.

Muka Kauw Lie Lie djadi merah kembali, dia malu sendirinja, karena takut Han Peng Lin bisa membatja isthatinja. Sikapnja dengan sendirinja djadi lebih gugup dan tjanggung benar.

„Tidak— — botjah — — — botjah kurang, adjar itu telah manggigit kakiku!” sahutnja agak kaku.

Han Peng Lin tidak memperhatikan perubahan muika Kauw Lie Lie jang berubah merah seperti seorang Sio tjia (gadis) jang malu menghadapi patjarnja, karena Han Peng Lin tengah menundukkan kepalanja memeriksa luka dikaki Kauw Lie Lie jang ternjata terluka agak besar djuga akibat gigitan Ho Ho djang keras dan telah menggigit sekuat tenaga itu.

„Hai — — botjah itu benar-benar kurang adjar sekali—_ —!” kata Sam Tjoa Hui Tjiam Han Peng Lin sambil menoleh kepada Ho Ho jang tengah rebah diatas tumpakan saldju belum bisa lantas bangun berdiri. „Mengapa Satjie tidak menotoknja sadja dan membawanja pergi? Bukankah nanti kita bisa memaksanja? Sekarang biar bagaimana Kita harus mengedjar sampai ketemu djedjak dari Hek Hay Kay Liong, sebab kalau sampai dia bisa meloloskan diri dari tangan kita dan nanti disuatu saat kalau lukanja itu telah

L.M.Arwah—1.

49

telah sembuh kembali, tentu dia akan mentjari kita — — dan berarti kita akan menghadapi bahaja jang tidak ketjil!”

Kauw Lie Lie tidak menjahuti, hanja dengan bengong memandangi Ho Ho jang masih rebah diatas saldju. Pikiran Kauw Lie Lie masih melajang-lajang teringat kepada seseorang jang pernah ditjintainja, tetapi pemuda jang ditjintai olehnja itu telah mempermainkan dirinja. Hati Kauw Lie Lie kala itu masih tergontiag hebat dan semangatnja seperti telah terbang meninggalkan raganja.

Han Peng Lin djadi meneleh heran memandang Kauw Lie Lie ketika dia tidak mendengar sahutan Kauw Lie Lie. Dilihatnja sikap Kauw Lie Lie jang agak aneh itu, jang sedang memandangi Ho Ho dengan bengong.

„Kenapa kau, Sutjie?’” tegurnja deng heran.

Kauw Lie Lie seperti baru tersadar, mukanja djadi berubah merah, malu sekali.

„Ach tidak — — botjah itu — — botjah setan itu. memang harus diberi peladjaran jang keras agar dia tidak bersikap kurang adjar!” kata Kauw Lie Lie kemudian dengan gugup.

Biarpun Han Peag Lin masih agak. heran dan bingung melihat sikap Su-tjie (kakak

50

L.M.Arwah—1.

Kakak seperguruan perempuan) nja ini jang agak aneh

dan gugup, toch dia tidak menanjakannja, hanja menjahuti: „Benar! Memang botjah ini terlalu kurang adjar dan tidak tahu diri! Kalau memang Sutjie masih beraaksud untuk mengambil dia mendjadi muridmu, totok sadja djalan darahnja, kita bawa dulu untuk sekalian mentjari Hek Hay Kay Liong sampai ketemu djedjaknja ― ― nanti bara kita mentjari jalan untuk menjiksa dia agar dia kapok dan djeri kepadamu— — !”

„Benar!” sahut Kauw Lie Lie sambil mengangukkan kepalanja, namun biarpun mulutnja berkata begitu, toch dia masih berdiri diam mematung seperti orang jang linglung, Kehilangan semangat.


L.M.Arwah—1.

51