Lompat ke isi

Konflik: Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940/Bab 6

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN



6.1 Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap sepuluh novel berlatar Minangkabau periode 1920-1940, dapat disimpulkan sebagai berikut.

  1. Ada beberapa konflik yang membangun unsur novel tersebut. Konflik yang terjadi, selain membangun unsur alur, juga terlihat dalam unsur latar ataupun karakter. Ada beberapa konflik yang membangun unsur alur, antara lain konflik antara kecenderungan harmoni dan disharmoni, konflik antara konsep harga diri dan budi, serta konflik antara lama dan baru.
  2. Konflik yang terjadi merupakan refleksi dari alam pikiran Minangkabau yang memang penuh dengan konflik. Konflik tersebut terjadi antara hal yang saling berhubungan dan tidak mengikat, konflik antara saling berbenturan dan tidak saling melenyapkan, harmoni dan dinamika. Alam yang diibaratkan sebagai kehidupan manusia dalam masyarakatnya memberikan kebebasan kepada tiap individu untuk mempertahankan eksistensi dalam perjalanan
  3. hidupnya. Uniknya, konflik yang terjadi tidak mengarah pada pertentangan secara terbuka karena dalam kehidupan bermasyarakat, sesuai dengan falsafah hidupnya, orang Minang memegang teguh suatu prinsip, yaitu prinsip keseimbangan dalam pertentangan. Konflik yang membangun alam pikiran orang Minang menjadi perspektif yang khas, sesuatu yang istimewa bagi masyarakat Minang dalam mengatur dan menjalani kehidupannya.

Konflik sangat penting dalam realitas kehidupan manusia. Ia menjadi sarana untuk memadukan berbagai hal yang saling bertentangan menuju suatu harmoni dalam kehidupan menusia. Hal itu menun jukkan kepada kita adanya unsur keindahan dalam konflik tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa konflik sesungguhnya dapat menjadi sistem estetik juga. Terungkapnya konflik sebagai konsep estetika dapat dibuktikan, tidak saja melalui kehidupan nyata, tetapi juga terdapat dalam karya sastra, termasuk novel. Dalam novel berlatar Minangkabau periode 1920- 1940 terungkap konflik sebagai konsep estetika tersebut. Konflik yang terjadi pada diri tokoh dan membangun jalinan cerita merupakan refleksi dari Kehidupan orang Minang yang penuh dengan konflik Bagi orang Minang estetika konflik bermuara pada persoalan epistemologi, sebuah rumusan dari alam pikiran orang Minang yang diyakini sebagai "keseimbangan dalam pertentangan". Di sinilah terlihat adanya estetika konflik tersebut yang lahir dari alam pikiran masyarakat Minang. Karena lahir dari alam pikiran masyarakat Minang, estetika konflik tersebut dapat disimpulkan sebagai estetika Minangkabau yang membedakannya dari konsep estetika lain vang biasa dikenal Sesuatu yang seimbang dalam pertentangan. di mata orang Minang adalah indah Bagi orang Minang, konflik adalah realitas yang harus diterima apa adanya dan harus dihadapi dengan jantan. Realitas bagi orang Minang bukanlah suatu yang damai dan bisa membuat mereka bahagia. Akan tetapi, realitas atau dunia adalah konflik yang harus dihadapi


6.2 Saran

Penelitian "Konflik Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920—1940" merupakan salah satu bentuk kajian yang dilakukan terhadap novel yang mengangkat persoalan kehidupan masyarakat Minang. Kajian ini menerbitkan persoalan konflik yang membangun unsur sebuah cerita. Konflik yang terlihat merupakan refleksi dari alam pikiran orang Minang yang penuh dengan konflik.

Penelitian terhadap novel berlatar Minangkabau telah banyak dilakukan dengan menggunakan berbagai sudut pandang dan pendekatan. Masih ada novel lain yang mengungkapkan kehidupan masyarakat Minang yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian selanjutnya. Salah satunya adalah kajian estetika. Untuk itu, diharapkan akan ada penelitian lain yang mengkaji persoalan estetika, khususnya yang menyangkut persoalan estetika Minangkabau.