Kisah dari Kitab Suci/Juru Selamat yang Dijanjikan

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Babad Saka Kitab Sutji (Kisah dari Kitab Suci)  (1960) 
W. G. V. D. Hulst, E. I. S. Widyohatmodjo (pen. Jawa), diterjemahkan oleh Wikisource

Dari Adam hingga Nuh[sunting]

Kira-kira empat ribu tahun yang lalu, Adam dan Hawa ditempatkan di taman Firdaus yang teramat indah. Setiap hari hidup mereka selalu diberkati Allah, dan mereka sama sekali tidak tahu apa yang disebut dosa atau kejahatan. Setelah Adam dan Hawa, tidak ada seorang pun yang merasakan kemuliaan dan kekayaan seperti kedua nenek moyang kita ini ketika masih berada di taman Firdaus.

Sayangnya, kemuliaan dan kekayaan mereka tidak bertahan lama, hanya sekejap saja.

Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena mereka memakan buah dari pohon terlarang sehingga mereka diusir dari taman yang begitu indah itu oleh malaikat yang membawa pedang menyala-nyala, lalu mereka mengembara tidak tentu arah.

Bumi yang pada awalnya diciptakan membentang begitu indah dan menawan berubah menjadi bumi yang terlihat begitu menyedihkan. Adam dan Hawa yang sebelumnya agung, mulia, penuh kuasa tanpa tanding, sekarang menjadi tidak berdaya dan sangat sedih. Seperti itulah terjadinya dosa. Dosa itu memisahkan Adam dan Hawa dari Allah, karena Allah yang Mahakudus tentu tidak suka melihat dosa.

Itulah awal mula kehidupan di dunia yang selalu diperhadapkan dengan kesedihan dan kesulitan, mulai dari Adam dan Hawa sampai keturunan mereka hingga saat ini. Semua keturunan Adam dan Hawa akan mengalami penderitaan dan kesusahan, sedangkan ujungnya pasti juga mati. Itu adalah hukuman atas dosa.

Meskipun demikian, ketika mereka diusir dari taman Firdaus, mulai mengembara di dunia, ada hal yang menggembirakan dan membesarkan hati. Allah sendiri telah berfirman bahwa Seseorang akan lahir dan datang ke dunia; Dialah yang akan mengalahkan si Pendurhaka, dan yang akan menghapuskan dosa manusia serta yang akan mendamaikan manusia dengan Allah.

Di Taman Firdaus, Allah menjatuhkan murka-Nya kepada Setan, yang telah membuat Hawa jatuh ke dalam dosa. Meskipun perintah Allah disampaikan secara singkat, Adam dan Hawa mampu memahami apa yang menjadi kehendak-Nya, yaitu: ada Seseorang yang akan menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa, dan yang akan menyingkirkan semua rasa takut dan gentar. Betapa beruntungnya jika itu bisa terjadi. Ini adalah anugerah besar yang tak terbandingkan. Karena itulah, Adam dan Hawa pada saat itu sudah mulai menanti-nantikan kedatangan yang difirmankan itu.

Adam dan Hawa, setelah tua, kemudian meninggal. Mereka belum sempat melihat datangnya Sang Juru Selamat.

Setelah itu, manusia semakin parah dalam berbuat dosa, semakin lama semakin besar kejahatannya, dan pada akhirnya bumi penuh dengan dosa sehingga Allah mendatangkan banjir besar sampai manusia dan hewan musnah tak bersisa.

Akan tetapi, tidak semua mati. Allah sudah berjanji bahwa di kemudian hari Sang Juru Selamat akan datang. Janji Allah pasti ditepati, tidak pernah diingkari. Saat terjadi banjir besar, bumi tertutup air, tetapi Nabi Nuh beserta istri dan anaknya tidak ikut binasa. Anak-anaknya beranak cucu dan memenuhi dunia.

Nabi Nuh, setelah tua, kemudian meninggal. Padahal Sang Juru Selamat yang dijanjikan belum lahir.

Bulan dan tahun terus berganti, zaman berganti-ganti tanpa ada habisnya. Manusia sudah lupa akan keberadaan Allah. Yang dipikirkan dan yang dilakukan hanyalah keinginannya sendiri yang sarat akan dosa. Tidak ada yang ingat akan Allah, tetapi Allah tidak lupa kepada manusia.

Abraham dan keturunannya[sunting]

Dikisahkan, bahwa dari antara manusia yang bertambah banyak jumlahnya tersebut, Allah memilih salah seorang yang masih ingat akan Allah. Orang pilihan Allah ini bernama Abraham. Kemudian, Allah membuat perjanjian dengan Abraham. Abraham akan dijadikan bangsa yang besar hingga tak terhitung jumlahnya. Jumlah keturunan Abraham akan seperti bintang yang bersinar di langit dan seperti pasir yang terhampar di tepi laut. Keturunan Abraham akan dipisahkan dari antara bangsa-bangsa yang lain dan ditempatkan di tanah Kanaan, dipilih menjadi umat Allah.

Akan tetapi, yang sangat menggembirakan adalah dari antara bangsa-bangsa keturunan Abraham kelak akan lahir Sang Juru Selamat, yaitu Penebus dunia. Itu adalah bentuk anugerah besar, bahkan yang terbesar, yang diberikan Allah kepada manusia.

Abraham, setelah tua, kemudian meninggal. dan belum ada tanda-tanda Juru Selamat akan datang. Janji yang membahagiakan belum ditepati. Namun demikian, Abraham meninggal dengan damai dan tenang karena percaya kalau Allah tidak akan mengingkari Firman-Nya.

Ishak dan Yakub, seperti Abraham, pun mendapatkan janji yang membahagiakan tersebut dari Allah. Namun, ketika tiba saatnya harus meninggalkan dunia, Ishak dan Yakub meninggal dengan tenang walaupun tidak diizinkan melihat kedatangan Sang Juru Selamat. Manusia tidak diizinkan mengetahui kapan kedatangan-Nya; yang tahu hanyalah Allah sendiri.

Sebelum Yakub meninggal, anak-anaknya diberkati. Yehuda diberi berkat yang paling besar: Sang Juru Selamat akan lahir dari keturunan Yehuda. Cara Yakub mengucapkan berkat hanyalah seturut tuntunan Allah sendiri.

Bangsa Israel[sunting]

Setelah kisah tersebut, berbagai kisah silih berganti berurutan tanpa ada putus-putusnya hingga beribu-ribu tahun.

Sang Juru Selamat belum juga lahir. Orang-orang Israel (keturunan Yakub) yang setia beribadah kepada Allah, menanti-nantikan kelahiran Sang Juru Selamat dengan penuh pengharapan. Saat bangsa Israel masih mengembara di padang pasir hingga empat puluh tahun lamanya, lalu setelah menetap di tanah perjanjian yang subur dan makmur, dan saat menjadi tawanan yang dibawa ke tanah Babel, pengharapan akan Sang Juru Selamat masih tetap ada di hati bangsa Israel.

Ketika orang-orang Israel yang sedang beribadah memberikan persembahan kepada Allah, ketika binatang yang akan dikurbankan disembelih dan dibakar di atas mezbah, mereka tahu bahwa merekalah yang seharusnya mati karena dosa-dosa mereka dan mereka sendiri tidak akan bisa datang menghadap Allah.

Selamanya selalu ada sesuatu yang memisahkan mereka dari Allah. Yang memisahkan mereka adalah dosa mereka sendiri.

Siapa yang bisa menghapuskan dosa itu?

Siapakah yang bersedia menanggung hukuman atas kejahatan yang dilakukan oleh semua manusia?

Ada Satu yang bisa, yaitu Juru Selamat atau Juru Penebus.

Dia akan memikul hukuman, yang sebetulnya harus ditanggung oleh manusia.

Dia akan menderita dan mati, menjadi korban atau tebusan bagi semua orang.

Jika ini sudah terjadi, manusia baru diperbolehkan datang ke hadapan Allah. Kemurahan Sang Juru Selamat tersebut akan menyelamatkan umat manusia selamanya. Itulah sebabnya, sudah tepat sekali kalau Dia disebut Sang Juru Selamat.

Sayangnya, tidak semua orang mengerti tentang hal ini. Memang, ini termasuk masalah rumit yang tidak mudah dimengerti.

Akan tetapi, laki-laki dan perempuan Israel yang beribadah dengan sungguh-sungguh, dapat memahami pentingnya masalah itu. Oleh karena itu, mereka terus meminta kepada Allah siang dan malam agar Sang Juru Selamat segera datang dan mereka terus menanti-nantikan dengan sabar.

Para nabi pada zaman dahulu berulang kali mengatakan tentang akan datangnya zaman keselamatan yang menjadi judul pujian para pemazmur. Para imam mengajarkan tentang keselamatan kepada semua manusia; begitu pula ayah-ayah tidak henti-hentinya mengisahkan hal-hal yang penting ini kepada anak cucunya secara turun-temurun.

Dia yang akan datang ini diberi nama panggilan atau sebutan yang bagus.

Namanya akan disebut Imanuel, artinya: Allah menyertai kita.

Dia disebut Mesias, Yang Diurapi, Juru Selamat, Penebus, Kristus.

Peristiwa yang menyedihkan di taman Firdaus sudah terjadi empat ribu tahun silam, tetapi yang dijanjikan belum juga datang.

Zaman Romawi[sunting]

Dikisahkan, pada waktu itu tanah Kanaan menjadi jajahan negara Romawi; sudah banyak negeri lain yang ditaklukkan oleh tentara Romawi. Bangsa Israel pun dijadikan bangsa tawanan, dan tahta kerajaan Daud diduduki oleh seorang raja dari negeri lain. Inilah yang menyebabkan kesedihan bangsa Yahudi.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak orang Yahudi berpikir sudah tiba saatnya Sang Juru Selamat datang dengan kemuliaan dan keagungan seperti raja utama yang dihormati, sakti (tidak terkalahkan) dengan tentara perang, dan kedatangan-Nya akan membebaskan bangsa Israel dari penindasan musuh sehingga bangsa-Nya akan mengalami masa kemenangan. Bahkan, tidak mustahil jika bangsa-Nya kelak akan menaklukkan seluruh dunia.

Akan tetapi, orang-orang itu tidak mengerti mengapa Juru Selamat harus datang ke dunia. Kedatangan-Nya bukan untuk melawan musuh yang siap siaga dengan senjata panah dan pedang serta menggempur benteng. Musuh yang akan dilawan ini tidak terlihat oleh mata, tetapi kesaktian dan kekuatannya lebih besar.

Kedatangan Sang Penebus akan melawan si Pendurhaka, Setan, yang selalu menuntun manusia untuk melakukan segala macam kejahatan dan memisahkan manusia dari hadirat Allah. Iblis inilah musuh yang menganiaya dan membunuh.

Jadi .... Sang Penebus pasti akan mengalahkan musuh-Nya selama-lamanya.

Terbukti benar, setelah tiga atau empat ribu tahun, Sang Juru Selamat yang dijanjikan datang. Allah itu setia, tidak ada satu pun dari janji-Nya yang tidak ditepati.

Namun, kedatangan-Nya bukan dengan disertai kemuliaan dan keagungan, tidak seperti raja utama yang dihormati. Kedatangan Sang Penebus tidak berbarengan dengan peristiwa yang hebat, yang membuat berita kedatangan-Nya diketahui semua orang di seluruh dunia. Tidak, kenyataannya adalah kebalikan dari apa yang dipikirkan orang banyak, karena kedatangan-Nya justru tanpa suara dan sangat sederhana sehingga yang mengetahui atau diberi tahu hanya segelintir orang.

Kabar dari Malaikat[sunting]

Ada malaikat turun dari surga dan diutus ke dunia untuk membawa kabar bahwa inilah waktunya janji yang sudah diberikan pada zaman dahulu digenapi. Akan tetapi, yang dituju bukanlah istana raja yang terhormat, yang didatangi bukan raja dan para pemimpin dunia atau orang-orang kaya.

Kabar gembira dari surga yang dibawa Malaikat tidak diberikan kepada mereka yang telah dikelilingi kenikmatan dan kemuliaan. Tidak, Malaikat ini mendatangi orang yang tidak terkenal. Awalnya menuju ke rumah seorang imam, imam tersebut sudah tua dan hanyalah imam biasa; setelah itu Malaikat mendatangi seorang gadis yang hidupnya sangat sederhana.

Jadi, kedua orang itulah yang pertama kali mengetahui bahwa telah tiba waktunya sebuah peristiwa besar terjadi, yang belum pernah terjadi sejak dunia ada.

Allah Yang Mahakuasa mengutus Sang Putra datang ke dunia yang telah tenggelam dalam dosa dan kesengsaraan, tujuannya adalah untuk menyelamatkan dunia dari penderitaan.