Khautul Kulub/Pengantar
Pengantar.
***
HIKAYAT 1001 malam atau aslinya bernama "Alfu laila(h) wa lailah(h) ialah salah satu hasil karya Timur yang sangat terkenal didunia. Hampir sudah ada terjemahannya dalam semua bahasa didunia. Dalam bahasa Indonesia sepanjang tahu kita belum ada diterbitkan hikayat ini secara utuh atau lengkap. Yang ada barulah berupa kutipannya, nukilannya, sadurannya dan dipilih mana yang bagus-bagus saja dan dapat dinikmati oleh masyarakat sekarang ini. Sebab ada kisahnya yang berupa dongeng benar sehingga bagi selera kita sudah kurang enak merasainya.
Sebagai judulnya cerita ini dikisahkan dalam tempoh 1001 malam atau kurang sedikit tiga tahun. Awal kisahnya begini: Raja Syahriar yang dipecundangi oleh permaisurinya bersumpah akan membunuhi wanita sebanyak-banyaknya sebagai pelampiaskan dendamnya. Maka sang raja bertindak sadis dan kejam luar biasa. Hari ini dia kawin besok isterinya langsung dibunuh. Demikian terjadi berturut-turut sampai berjumlah 99 orang permaisurinya yang dibunuhnya.
Akhirnya sebagai permaisuri yang ke: 100 seorang gadis puteri seorang menteri menawarkan dirinya untuk menjadi permaisuri dengan syarat yang biasa: kawin sekarang besok dibantai. Nama gadis itu Syahrusad.
Maka jadilah Syahrusad isteri sang raja tetapi permaisuri baru ini memohonkan kepada sang raja malamnya ia diizinkan bercerita kepada adiknya yang bernama Dunia Sad. Raja mengizinkan malahan ia minta agar di benarkan pula ikut mendengar cerita-cerita itu. Dan inilah sebenarnya dituju oleh Syahrusad. Malam pertama kisah dimulai dan Syahrusad dengan lihay mengakhiri ceritanya pada bahagian yang menarik. Dan haripun dinihari sudah. Syahrusad minta tempoh potong leher untuk semalam sebab kisahnya belum tamat. Dan malam besok cerita disambung lagi dan dihentikan pada bahagian yang menarik. Syahrusad minta tempo pula untuk dibunuh. Karena raja merasa tertarik pula mendengar ceritanya pembantaian ditangguhkan. Demikianlah berturut-turut dilakukan Syahrusad. Semua ceritanya sangat menarik yang baru lebih menarik pula dari yang sudah. Demikianlah dilakukan Syahrusad sampai seribu satu malam ber turut-turut.
Cerita-ceritanya itu ada yang tamat satu malam saja, ada yang selesai setelah beberapa malam dan ada pula yang satu bulan baru tamat. Dan semuanya menarik. Sampailah akhirnya di malam yang ke: 1002. Perbendaharaan cerita Syahrusad sudah habis, bahan-bahannya sudah kering dan ia sudah pasrah menerima nasibnya dibunuh. Tetapi selama seribu satu malam itu sesudah mendengar semua cerita permaisurinya tabiat raja sudah berubah sebagai malam dengan siang. Tendenz cerita-cerita itu sudah merobah jiwanya dari sadis dan ganas menjadi lembut dan penuh kasih sayang. Apalagi rupanya selama tiga tahun itu sebagai suami isteri mereka selalu bercampur gaul sehingga sudah beroleh putera tiga orang. Dan bebaslah Syahrusad. Dengan berkat cerita-ceritanya. Namun sebenarnya itu hanya merupakan alasan bagi pengarang untuk menyampaikan cerita-ceritanya. Dan itulah yang akhirnya menjadikan Hikayat yang termasyhur itu: " Alfu Laila wa Laila ".
Hikayat ini memang sangat menarik tetapi tidak semua ceritanya sesuai lagi dengan situasi dan selera kita manusia abad ini. Dalam menyuguhkannya kita harus berusaha mengadakan seleksi mana yang sesuai dan mana yang tidak identik lagi dengan zamannya.
Dan dari manakah asal mulanya hikayat ini? Angara orang Mesir dan Parsi saling tarik urat leher menerangkan bahwa dari merekalah sumber cerita ini. Mungkin salah satu bangsa dan mungkin kedua-duanya dan campur aduk antara keduanya. Ini menilik situasi dan lokasi cerita. Namun zaman berlakunya cerita ini ialah dalam zaman dinasti Bani Umayah dan Bani Abbasiah. Maka kemungkinan salah seorang khalifah dari Dinasti inilah yang aktif memerintahkan menyusun hikayat ini sehingga ditemui sebagai adanya sekarang ini. Dan kemungkinan pula hikayat ini tidak diciptakan oleh seorang-orang pengarang tetapi disusun oleh sebuah TIM. Sebab dalam kisah-kisah itu sering kita jumpai pelaku yang satu itu juga sampai dalam beberapa buah cerita tetapi introduction ceritanya saling berbeda. Umpamanya Khautul Kulub salah seorang gundik Khalifah Harun Alrasyid yang cantik dan dikasihinya. Ada tiga buah cerita tentang gunduk ini. Salah satu inilah yang jadi thema cerita yang kita suguhkan sekarang. Tetapi ini adalah masalah lain.
Yang terang hikayat ini sangat menarik. STENDHAL, ( Marie Henri Beyle 1783 - 1842 ) seorang pengarang Perancis yang terkenal pernah berkata:
"Aku rela Tuhan menghilangkan ingatanku kembali dari cerita-cerita yang terkandung dalam Alfu Laila wa Laila itu sekali lagi sehingga aku dapat menikmati kembali keindahan dan kelezatan cerita-cerita itu sekali lagi."
Maka dengan tujuan inilah sebagai variasi bahan bacaan generasi muda sekarang kami suguhkan cerita ini dengan versi baru yang sesuai dengan pembawaan zaman ini.
Semoga akan diterima dengan tangan terbuka dan senang hati.
LURAH BUKIT/PAYAKUMBUH, 8 MEI 1993.-
Penyusun.
. / / / .