Lompat ke isi

Khautul Kulub/Bab 4

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

-IV-

DEKAT TETAPI JAUH

Apakah yang dilihat Ganim Ayub dalam peti itu? Pada mulanya ia mengira dalam peti itu kerangka manusia, atau mayat yang mengerikan, dengan mata membelalak, lidah terjulur dan berbau busuk, pendeknya serupa menegakkan bulu roma.

Tetapi yang dilihat Ganim adalah seorang gadis yang teramat cantik bagaikan tidur nyenyak, bibir tersungging membayangkan sebuah senyuman yang luar biasa mempesona.Dan tidak ada berbentuk mayat atau orang mati. Tak lebih dari seorang yang sedang tidur nyenyak.

Kepala Ganim dibuncahi bermacam-macam hal. Kenapa gadis itu mati? Aduh sayangnya! Dan mengapa demikian cara menguburkannya. Dan seribu macam pertanyaan lagi. Dan tidak satupun yang mampu dijawabnya. Dan Ganim hampir saja tunggang langgang karena terkejut ketika mayat yang disangkanya itu memang orang mati membuka matanya. Rupanya racun yang membius gadis itu sudah habis kekuatannya dan keadaannya sudah pulih sebagaimana biasa.

Dalam beberapa saat itu Ganim segera sadar bahwa sosok tubuh yang berbaring dalam peti itu benar manusia hidup dan bukannya mayat atau orang mati. Mata gadis itu melirik ke kiri dan ke kanan dan bibirnya ber gerak-gerak dan beberapa saat kemudian terdengarlah suaranya sangat perlahan tetapi cukup jelas :

"Dimanakah saya? dan siapakah tuan?"

Ganim ter gagap menjawab ia hanya meletakkan telunjuk dibibirnya sambil berkata sebagai berbisik:

"Saudara disini, kemanakah saya harus mengantarkan saudara?"

Diam pula gadis itu. Dan kemudian dia mencoba duduk. Keadaannya sudah semakin membaik dan setelah di bantu Ganim iapun dapat duduk. Kelihatan ia berpikir-pikir, mungkin memikirkan apa sebab musababnya ia sampai ketempat itu.

Dalam pada itu hari sudah semakin terang. Mentari pagi sudah datang.

"Yah," kata gadis itu lagi, "bawalah saya ke rumah tuan. Disana tentu dapat kita saling bercerita.

Ganim menganggukkan kepalanya saja. Dibantunya gadis itu keluar dari dalam peti. Kemudian ditutupnya peti itu kembali dan ditimbuninya dengan tanah seperti tadi. Gadis itu melihat apa yang dikerjakan anak muda itu dan ia seakan-akan setuju dengan apa yang dikerjakannya. Kemudian barulah Ganim membawa gadis itu kepinggir jalan besar. Kebetulan lewat seorang membawa keledai akan pergi ke pasar. Setelah ber tawar-tawaran sebentar si pemilik keledai setuju mengantarkan keduanya kedalam kota. Gerbang kota sudah sejak tadi dibuka. Gadis itu dinaikkan kepunggung keledai dan Ganim dengan pemiliknya berjalan di samping binatang itu.

Tidak ada satupun alangan yang terjadi sepanjang perjalanan sampai kerumah Ganim bin Ayub. Khadam-khadamnya yang memang merasa agak cemas sebab

< Hal : 19

Tetapi sebelum Ganim berangkat ke pasar gadis itu meminta agar peti mati tempat ia ditemukan oleh Ganim dibawa ke rumahnya untuk disimpan sebagai kenang-kenangan,- katanya.

Ganim lalu memerintahkan beberapa orang khadamnya pergi ke permakaman itu dan membongkar peti mati itu. Bila suasana belum mengizinkan untuk membawanya peti itu disimpan saja disebuah tempat dan malamnya baru dijemput untuk disimpan dalam rumah Ganim bin Ayub.

Sementara Ganim pergi kepasar beberapa orang khadamnya lalu berangkat ke daerah permakaman itu untuk mengambil peti mati itu. Setelah dikeluarkannya lalu disembunyikannya disebuah tempat di daerah permakaman itu untuk nanti malam baru mereka bawa kerumah Ganim.

Dan lubang bekas menguburkan peti mati itu sudah kosong kembali sebagai semula ......


tuannya tidak pulang semalaman sudah menunggu dimuka pintu gerbang. Mereka merasa gembira tetapi juga merasa heran, barang dagangan apa pula yang dibawa tuannya pagi-pagi itu. Tetapi Ganim sudah memperingatkan:

" Awas, jangan kalian katakan kepada siapapun juga bagaimana cara kepulanganku pada pagi ini!" Lalu gadis itu dibawanya naik. Seorang dayang diperintahkan menyiapkan sebuah kamar untuk tamunya itu.

Walaupun dia belum tau siapa yang menolongnya dan dimana dia sekarang tetapi Khautul Kulub sudah mulai senang hatinya. Sebab yang jelas ia sudah terlepas dari bahaya maut. Tetapi jelas bahwa pemuda yang sudah menolongnya itu bukanlah sembarangan orang dan alangkah gantengnya!

Empat orang inang dan dayang segera siap untuk meladeni gadis itu atas perintah tuannya. Hati gadis itu semakin lega dan semakin senang. Ia dapat istirahat sepuas-puasnya sampai sehat betul.

Dan Ganim seperti biasa seakan-akan tidak terjadi apa-apa sesudah sarapan lalu pergi ke Pasar Karkh untuk tugasnya yang biasa. Kini hasilnya melebihi dari biasa. Seakan-akan gadis yang sudah ditolongnya dan belum diketahuinya siapa dia membawa rezeki baginya. Namun seharian itu perasaannya teramat gelisah. Pikirannya selalu melayang kerumahnya. Bagaimana kalau gadis itu sudah sehat betul-betul lalu dia menghilang pulang kerumahnya sebelum ia mengetahui siapa dia dan apa sebabnya dia dijumpai dalam sebuah leti mati. Dia lebih rela kehilangan separo hartanya dari pada kehilangan gadis itu. Tidak heran jika sehari itu sangat lama rasanya. Tetapi akhirnya hari menjadi sore juga dan Ganim sudah selesai dengan tugas-tugasnya. Iapun bersegera pulang. Belum melakukan apa-apa ia sudah memanggil seorang dari inang yang tadi diperintahkan untuk menjaga gadis itu.

"Dia baik-baik saja, tuan." jawab inang.

"Apa kalian sudah bicara-bicara dengan dia dan mengetahui siapa dia dan apa sebabnya terjadi sebuah peristiwa atas dirinya?"

"Kami tidak akan berbicara demikian tuan, kalau tuan tidak ada memerintahkannya," jawab inang yang setia itu. Ganim sangat senang mendengar jawaban inang itu. Sebab dia sendirilah yang akan bertanya kepada gadis itu tentang serba sesuatunya yang ingin diketahuinya dari hal gadis itu.

Setelah istirahat sebentar dan shalat Asar Ganim taks sanggup lagi menahan hatinya untuk menemui gadis itu dan berbicara dengan tamunya itu. Dengan berpakaian serapi mungkin dan hati dak dik duk, bergetar dan ber debar-debar sehingga dadanya bagai akan meledak, akhirnya Ganim datang akan menemui tamunya itu. Dengan sopan diketuknya pintu kamar.

Seorang inang membukakan pintu dan setelah dilihatnya yang datang tuannya ia segera memberi tabukan kepada gadis tetamunya itu. Gadis itu lalu segera duduk dan mempersilakan Ganim masuk kedalam. Ia memberi isyarat supaya inang-inang itu menyingkir. Maka tinggallah mereka berdua saja. Beberapa saat keduanya membisu tak tahu apa yang akan dikatakan. Kemudian barulah Ganim mulai percakapan: "Bagaimana keadaan anda sekarang, sudahkah bertambah baik?" Gadis itu tersenyum dan menjawab :

"Berkat bantuan tuan, dan pertolongan saudara-saudara kita itu keadaannya sudah bertambah baik. Malahan sudah kembali sebagaimana biasa.... "

" Syukurlah! Tetapi boleh kah saya mendengar dari anda apa sebabnya anda saya temui dalam keadaan yang tidak wajar itu?"

Gadis itu tersenyum dan berkata lirih:

"Hal itus sekarang belum penting bagi tuan. Tetapi nanti akan saya kisahkan juga kepada tuan, bersabarlah!"

Ganim dapat merasakan bahwa mungkin pikiran gadis itu belum pulih hanya jasmaninya saja baru yang pulih seperti biasa. Tetapi Ganim yakin bahwa gadis itu bukanlah sembarang orang.

" Hanya yang saya mohonkan kepada tuan," ujar gadis itu lagi, "bolehkah saya tetap menumpang dirumah tuan ini tetapi kehadiran saya disini harap tuan rahasiakan benar-benar. Sebab jika tersilap sedikit saja maka nyawa kita berdua menjadi taruhannya..."

Agak berdebar juga dada Ganim mendengar ucapan itu, seakan-akan ada tersembunyi satu rahasia besar dibaliknya yang belum boleh diketahuinya sekarang.

" O, itu boleh saja. Berapa saja tuan, sudi menumpang di pondok saya ini saya tak kebaratan. Malah saya mengharapkan anda akan sudi tinggal disini selama-lamanya......" Gadis itu tersenyum,-senyum misterius.

"Tetapi bolehkah saya ketahui siapa anda ini?" Sekali lagi gadis itu tersenyum.

"Tuan boleh mengetahui keadaan saya tetapi sedikit demi sedikit, artinya tidak semua. Nanti tuan akan mengetahui juga semuanya tetapi kapan waktunya saya belum dapat mengatakannya. Tuan yang akan menentukan. Ini penting untuk keselamatan jiwa kita berdua........"

Maklumlah Ganim bahwa dia belum boleh mengorek habis-habisan siapa gadis yang kini menumpang di rumahnya itu. Ada suatu rahasia dalamnya.

"Tetapi tuan jangan kuatir," sambung gadis itu lagi, "saya orang baik-baik. Namun bagi saya yang perlu sayalah yang ingin mengetahui siapa tuan sebenarnya dan apakah saya memang dapat mempertaruhkan diri dan nyawa saya kepada tuan, apakah untuk sehari dua hari, atau seminggu dua minggu, ataukah untuk beberapa bulan ataukah ....... untuk selama-lamanya."

Segala gerak gerik, semua gaya dan senyumannya membuat pikiran Ganim tak karuan dan dimatanya gadis itu sangatlah cantiknya, lemah lembut, mempesona, tidak satupun yang tidak menarik hatinya. Namun apakah rahasia yang tersembunyi dibalik semuanya itu?

Ganim rela mempertaruhkan apa saja demi kebahagian gadis itu: hartanya atau nyawanya sekalipun.

Maka Ganim lah kini yang bercerita kepada gadis itu. Ganim menceritakan tentang hal ihwalnya sejak ia tinggak di Damsyik sampai ayahnya meninggal dunia dan sampai ia membawa barang dagangan ke Bagdad. Sampai ia ikut ta'ziah ke rumah saudagar yang mati itu sedikitpun tak luput dari kisahnya.

"Jika begitu memang Tuhanlah yang mengirim

-23-

tuan untuk menolong saya keluar dari liang kubur itu. Dan barulah saya teringat sedikit, bahwa saya sudah kena aniaya seorang yang mungkin benci, barangkali disebabkan sesuatu ingin menyingkirkan saya dari dunia ini, dan kepada saya diberikannya sejenis racun yang tidak langsung mematikan. Racun itu tadi pagi sudah keluar kembali dari dalam perut saya.

Maka saya sudah berutang nyawa kepada tuan. Utang yang tidak sanggup saya membayarnya selama hidup saya. Tetapi bilamana masalah tentang diri saya sudah selesai maka saya rela membayar dengan apa saja, ya jiwa raga, ya jasmani dan rohani saya..... semuanya terserah kepada tuan.

Namun tuan harus bersabar sampai ada penyelesaian itu dan tuan menjalankan seperti yang saya sarankan. Dan teruslah tuan bekerja sebagaimana biasa hanya harus tuan ingat: sebesar miang peristiwa ini jangan terbetik terberita keluaran..... Dan semua khadam dan inang tuan harus di pateri mulutnya supaya jangan ada yang membocorkan rahasia ini bahwa saya berada dirumah tuan....."

Ganim semakin lintuh, bertambah cinta berahi, menatap dan memperhatikan semua gerak gerik gadis itu dan setiap menit kian cantik dan mempesona di matanya,- mata kepala dan mata hatinya ......

"Baik, saya akan tetap mematuhi apa-apa saran saudara minta dan akan bersabar sampai tiba waktunya....."

"Terima kasih. Tetapi saya mohon kepada tuan jangan panggilkan saya dengan saudara atau anda, te

-24-

tapi panggilkan sajalah dengan nama saya. Untuk sementara panggil saja saya dengan: Kulbi ......"

"Sebuah nama yang aneh," pikir Ganim bin Ayub dalam hatinya. Tetapi dia tahu bahwa nama sebenarnya gadis itu bukanlah itu.

"Ya, memang anda ialah sebahagian kalbu saya dan saya akan memanggilkan dengan nama yang anda sebutkan itu."

"Terima kasih,... sekali lagi terima kasih." jawab Kulbi dengan senyumannya yang teramat manis sehingga tergetarlah sekujur tubuh Ganim karena di ayunkan gelombang asyik berahi yang tak ter bada-bada kuatnya.

"Nah, jadi teruslah tuan berusaha dan bekerja sebagaimana biasa dan biarkanlah saya tetap dalam kamar ini sampai ada sesuatu perubahan yang akan merobah suasana ini pula. Dan pabila saja tuan hendak menemui saya silahkan. Dan bila malam tiba jika tuan kehendaki saya akan menghibur tuan, dengan nyanyian, tarian, apa saja tuan suka dan seberapa saja tuan mau.

Dan selain itu belum dapat atau belum boleh tuan lakukan terhadap diri saya......"

Ganim terpaksa harus menerima perjanjian itu dan dalam otaknya tetap dibuncah oleh berbagai rahasia yang ia haruskan bersabar menanti sampai datang saatnya untuk terurai atau terbuka.......

Gadis itu sangat dekat dari dia, namun rasanya semuanya masih terlalu jauh dari jangkauannya.

Maka Ganim minta izinlah untuk kembali ke kamarnya pula. Namun tubuhnya yang berpindah tempat tetapi hati dan perasaannya masih tetap disamping gadis yang masih penuh rahasia itu ......