Khautul Kulub/Bab 3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
(Dialihkan dari Khautul Kulub/3)

 Setelah melihat kanan dan kiri Ganim meneruskan pekerjaan membuka tanah yang menutup peti itu. Kemudian berusaha membuka tutupnya. Dan sebentar kemudian Ganim sudah dapat membuka tutup peti itu dan melihat isi peti itu.

 Apakah yang dilihatnya atau apakah penemuan Ganim?

gedung gundik baru itu. Ia akan dilupakan begitu saja dan jangan-jangan sang gundik naik daun sehingga dialah diangkat menjadi permaisuri. Ini tidak boleh terjadi, harus di usahakan wedapat-dapatnya dengan sebudi akal agar tidak terjadi.

 Hati nubari permaisuri setiap hari sebagai tersiksa oleh angan-angan pahit dan menyakitkan itu. Ia harus berusaha agar Khalifah tidak sampai menikahi calon gundik yang muda dan cantik itu. Ini berbahaya bagi kedaulatannya sebagai seorang permaisuri. Permaisuri mulai merencanakan satu usaha untuk menyingkirkan perempuan itu. Bagaimana juga cara dan jalannya. Akhirnya jalan itu ditemui juga tak peduli apa kah jalan itu bengkok, atau miring atau salah.

 Kesempatan itu datang sewaktu Khalifah sedang dalam perjalanan menjelajahi daerah pemerintahannya. Dengan rahasia dan cekatan sang permaisuri sudah menyediakan apa-apa yang perlu untuk menyingkirkan calon saingan beratnya itu.

 Pada suatu malam permaisuri mengundang gadis itu ke istananya dengan alasan untuk mengadakan malam kesenian. Dalam acara itu gadis itu akan ikut memperlihatkan kebolehannya dalam menari dan menyanyi.

 Gadis itu dengan gembira memenuhi undangan permaisuri. Dalam pertemuan itu ia menari dan menyanyi dan rasanya sukar dicari bandingannya dalam Daulat Abbasiah itu. Peri kecantikannya, sukar pula akan bandingannya. Sehingga hati permaisuri semakin gelisah karena dia yakin apa yang di takuti pasti

-15-

terjadi juga kelak. Khalifah akan menyayangi gadis itu melebihi yang lain-lain. Apalagi kalau ia pintar pula menggosok-gosok Khalifah, waah, jangan-jangan ia bisa tersingkir dari istana Bagdad ini. Sekalipun pada wajahnya sang permaisuri senyum-senyum tetapi didalam hati dan jantungnya serasa dibakar.

 Nama Calon gundik baru itu Khautul Kulub!

 Lewat tengah malam permaisuri mempersilahkan Khatul Kulub masuk kedalam sebuah kamar untuk menyantap juadah, makanan yang sudah tersedia. Minumanpun dihidangkan, anggur yang mahal dan minuman lainnya. Tidak seorangpun tahu bahwa kedalam minuman Khautul Kulub sudah diperintahkan oleh Permaisuri Zubaedah untuk memasukkan sejenis serbuk yang berwarna kehijauan.

 Tanpa disadari Khautul Kulub minuman yang sudah dimasukkan serbuk rahasia itu diteguknya. Baru saja beberapa menit minuman itu lewat tenggorokannya Khautul rebah pingsan tak sadarkan diri lagi. Sekujur tubuhnya kaku kejang tak ubahnya dengan orang mati. Nafasnyapun terhenti.

 Permaisuri memberi isyarat kepada beberapa orang yang memang sudah disediakan dan sudah menerima instruksi-instruksi rahasia. Kuatul Kulub diselimuti dan kemudian dimasukkan kedalam sebuah peti yang sudah tersedia. Tiga orang laki-laki muncul.

"Awasss,...." perintah permaisuri. "Bawalah peti ini dan kuburkan dimana engkau suka. Pada penjaga pintu berikan uang ini dan katakan bahwa kalian membawa mayat orang mati kena wabah ta'un dan harus dikuburkan juga malam ini....."

-16-

 Dengan patuh karena masing-masing sudah dibekali dengan uang seribu dinar, segera melakukan tugasnya. Kota Bagdad sudah sepi, andai kata ada seribu iringan yang aneh itu melewatinya tidak seorangpun yang akan melihatnya. Penjaga gerbang dengan mudah pula membuka pintunya. Mulanya dia bertegang sebab ia dibangunkan dari tidur nyenyak dan tugas itu berbeda dari yang lazimnya. Tetapi setelah ketiga orang itu menyodorkan sepuluh dinar emas yang berkilat-kilat dibawah batang hidungnya dengan senyum-senyum kecil ia membuka juga gerbang itu dan membiarkan iringan itu lewat tanpa memeriksa apa yang dibawa mereka.

 Mereka membawa bebannya ketempat yang terdekat saja yaitu kompleks pemakaman umum yang tidak dipergunakan lagi. Mereka yakin bahwa tidak seorang manusia yang melihat apa yang dikerjakan mereka pada malam menjelang parak siang itu.

 Tetapi mereka agaknya lupa bahwa Tuhan lebih Mahatahu dan Mahakuasa. Seorang saudagar muda dari Damsyik sedang terkepung di bangunan tua bekas gerbang pemakaman itu. Ia melihat dengan matanya, mendengar dengan kupingnya apa yang dikerjakan dan dibicarakan mereka.

 Saudagar muda yang sedang bersembunyi ditempat itu ialah Ganim bin Ayub.

 Ia segera bergerak dan turun dari tempatnya bersembunyi. Kebetulan dekat tempat itu ada sebuah sekop usang. Dengan sekop itulah digalinya kembali tanah yang menutupi peti panjang itu. Dan ketika peti itu dibukanya........

. / / .