Hikajat Soeltan Taboerat/Bagian 2

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Maka toean poetri mendenger soewara soeaminja sanget berdebar hatinja, serta berkata: kepada dajang kedoewa itoe katanja. Hai dajang: marilah kita beradoe, kerna hari hampirken malem.

Maka boeroeng Bajan poen bertanggar di atas katja toleet, serta bernantiken toeannja sambil berboenji seperti boenji soewara binatang, maka soewaranja itoe betoel seperti soewara boeroeng koedasi atawa koetjitja, tatkala hampirken dinahari, akan bersahoetan dengen boeroeng tje'alongan demikijanlah di bikinnja soewaranja itoe.

Maka toean poetri poen poera poera tidoer.

Setelah itoe maka datoe Bandahara poen bertanja, ja anakoe toean dari manakah toewan ini, pada malem hari?

Maka sembanja, hamba ini adalah kahilangan saekor boeroeng Bajan, kaloe kaloe ada pada Ajahanda disini.

maka datoe Bandahara poen maloemlah kata itoe, serta katanja: adinda pergilah menganterken anak kita ini pada peradoean anaknja kaloe kaloe ada menaro boeroeng anak kita.

Maka istrinja datoe Bandahara, handak berdjalan bersama sama, serta sampe, maka laloe berseroe seroe katanja: Hai dang Rekawati boekalah pintoe ini.

Soeltan Taboerat

57

Maka laloe di boekanja pintoe itoe.

Maka soeltan moeda poen masoek, den iboenja poen kembali, serta katanja; tinggalah toean, inilah astanah istri anakoe.

Setelah sampe maka soeltan moeda poen bertanja kepada dan Rekawati, Hai dang Reka kemanakah toean poetri?

Maka sembanja telah beradoe toeankoe.

Maka soeltan moeda poen masoeklah bersingkapken kelamboenja, serta naek ka-atas pradoewannja serta bertemoeken istrinja jang sedeng mesgoel hatinja, serta di peloeknja den ditijoemnja.

Maka toean poetri poen tijada berkata kata lagi serta menangis.

Maka soeltan moeda poen bertanja ja adinda, mengapa toean menangis ini, den djanganlah toean sanget menangis, djikaloe ada barang salah den chilap bebel kakanda, mintalah adinda ampoeni, den djangan lah adinda sanget sanget menggoesarken kakanda, tijadakah adinda menaro belas kasihan pada kakanda ini, orang jang tijada pande mengirim diri, den lagi djanganlah adinda sampe sampe hati aken kakanda orang jeng sasad ini, dan barang chilap kakanda djanganlah adinda menaro pada hati, kerna tijadalah tempat kakanda menaroken pijatoe kakanda, soenggoepoen adinda bersoewamiken kakanda, adalah pada hati kakanda aken mendjadi hamba kebawa astana adinda, den lagi marilah kakanda reba, den djanganlah adinda sanget sanget meradjoe, sepatoetnja kakanda toean hoekoemken sepaja lepas dari pada dosa kakanda.

Maka soeltan moeda poen manarik tangan toean poetri, dengen beberapa boedjoek dengen perkataan jang manis manis, maka toean poetri poen sanget menangis djoega, serta berliliran aer matanja sambil menghempas hempasken dirinja.

Maka soeltan moeda poen terlaloe amat masgoel hatinja, serta katanja; ja adinda marilah toewan melihat moeka kakanda, den tijadakah menaro" kasi aken kakanda ini.

Maka toean poetri poen semingkin mingkin djoega menangis.

Setelah Soeltan moeda melihat hal itoe, maka laloe berkata: Hai adinda, marilah memandang moeka kakanda,, den djikaloe adinda tida pertjaja, bersoempahlah kakanda, djikaloe ada salah soeatoe barang pekerdja-an adinda, tidalah kakanda menaro goesar, den sedapet dapetnja kakanda ini tahanken djoega, den bijarlah habis daging kakanda den toelang sendi kakanda, kakanda menahanken kesakitan

kakanda tidalah kakanda memoekoel toean den

menggoesari lagi, bijarlah barang kahanda adinda tidalah menegor, mana soeka adinda den barang kahanda adinda tidalah kakanda tahanken, maka menjesellah kakanda atas pekerdja-an kakanda jang telah soeda itoe, maka ampoenilah toean apa barang dosa kakanda ini.

 Setelah toean poetri mendengar kata soewaminja, maka terlaloe amat belas kasihan pada rasa hatinja, serta berbalik soekanja, serta berkata dengan aer matanja, Hai kakanda soedahlah kakanda kembalilah pada astana kakanda sendiri, apalah goenanja kakanda menjoesoel beta ini, orang jang sanget djahat pekerti lagipoen hina, den serta tida menoeroet kata.

 Maka sabda soewaminja, ja adinda: soenggoelah toean tida menoeroet kata, den tida mendengar barang pengadjar kakanda, maka di dalem itoepoen apalah handak di kata, sebab terlanjoer hati tertambat pada adinda apalah soedahnja, den telah loepaken, tidalah kakanda dapet loepaken den kemana poela kakanda pergi, soedahlah djanji toehannja hati berkasi aken adinda, den barang kemana kakanda lipoerken tidaken bisa lipoer, beberapa kakanda bertandang desa aken melipoerken hati jang rindoe, maka tida terlepas pada hati kakanda, adinda djoega kakanda ini keningkin den di mana lagi kakanda lipoerken djikaloe tida pada toean jang baek pekerti lagi berboedi, elok manis di pandang mata, den djikaloe ada belas kesihan adinda kita nin poelang, dendjikaloe adinda tida menoeroet kata kakanda, matilah kakanda ini di dalem pertjinta-an.

Setelah itoe maka sembah toean poetri, Hai kakanda, maoeka kakanda bersoempah aken adinda, djikaloe handa bersoempah maoelah beta mengikoet kakanda poelang.

Maka sahoet soewaminja, Hai adinda djikaloe adinda mengikoet poelang pada hari ini, tidalah kakanda menggoesarken adinda, den barang kehendak adinda tida adalah kakanda tegor, den kakanda toerootlah apa barang titah adinda, den djikaloe kakanda menggoesarken, bijarlah leboer binasa badan kakanda, serta mati sasat di boenoeh orang sekali.

Adapoen maka setelah toewan poetri mendengar kata soewaminja, maka laloe menoetoep moeloet soewaminja dengan pipi kanannja, serta katanja; soedalah kakanda djangan bersoempa jang sanget besar, masakan kakanda adinda tida pertjaja.

Maka sahoet Soeltan moeda, djikaloe soenggoeh adinda kasih dengan kakanda, marilah kita nin poelang, sepaja djangan kakanda menaro rindoe: terlaloe lamah ini.

 Setelah itoe maka pada malem ini djoega, Soeltan moeda membawa istrinja kembali, serta bermoehoen pada iboenja, maka datoe bandaharapoen mengiringken bersama sama, den Sahbanda kedoea Sahbandi poen mengiringken, den dajang dajangnja kedoea ada bersama sama. .

 Setelah sampe kedalem astana sendiri, meka datoe Bandahatapoen kembali keroemahnja.

 Maka Soeltan moedapoen beradoelah kedoeanja laki istri, serta melakoeken barang kehandaknja serta berkasi kasihan, den bertegoe tegoehan djandji aken soewaminja, demikijanlah orang jang berkasi kasihan dari dlahir dateng kepada batin.

 Hatta maka setelah sijang hari Soeltan moeda poen bangoen kedoea laki istri, serta pergi mandi, setelah soeda maka laloe memake aken selengkep pakejan, serte dengan bahoe bahoewan, maka laloe bersantep, setelah soeda makan dan minoem itoe, maka laloe doedoek pada bale perangnin serta bersoeka soeka-an kedoea laki istri, serta di hadep oleh segala dajang dajang itoe.

 Maka boeroeng bajan itoepoen berpanteen.
 Soeltan Roem sanget beriman,
 Menoeroet Hadis dengan perman,
 Sedengnja haroem boengah setaman,
 Di timpa hoedjanlah semaleman.

Menoeroet Hadis dengan perman,
Sanget berbagi pada pendengar,
Di timpa hoedjan lah semaleman,
Di pandang pagi terlaloe seger.

Sanget berbagi pada pendengar,
Soeda tertoelis jang amat njata,
Di pandang pagi terlaloe seger,
Bertamba manis di lihat mata.

Setelah itoe maka toewan,
Poetri itoepoen tersenjoem,
Kedoewa laki istri,
Maka kata dang Reka.

Soenggoeh sekali pantoennja Boeroeng Bajan, sebab emboennja terlaloe rembes sekali.

Maka sedang ija telah bermain main, maka Soeltan Taib poen datenglah, seta di iringken mantrinja ke ampat, maka pada hati baginda hendak melihat anaknja, kaloe kaloe tida kembali.

Maka setelah baginda melihat adalah anaknja kedoewa, serta bersoeka soeka lakoenja, maka senanglah hatinja, seperti moesim kemaro di djatohken hoedjan jang amat lebet, demikijanlah rasa hatinja baginda.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen soedjoet pada kaki baginda, serta di samboetnja, den toean poetri poen soedjoetlah, den Sahbanda kedoea Sahbandi poen soedjoetlah, maka dajang dajang sekalijan poen terlaloe amat soeka hatinja melihat toewan poetri itoe, kembali kedalem astananja.

Maka baginda poen doedoeklah serta katanja, Hai anakkoe Soeltan moeda, mengapa ajahanda melihat toean berlakoe sandoe, dan djanganlah anakkoe sanget mesgoel, djikaloe ada barang salah chilap bebet ananda kataken kepada Ajahanda, den djangan anak koe ambil seperti mana anak mantoe, bijarlah toean djadiken seperti iboe bapa toean sendiri ini.

Maka semba Soeltan moeda ja toeankoe, terlebih maaloem oleh toeankoe atas padoeka ananda, tida soewatoepoen salah bibelnja toean poetri, hanja adalah pada soewatoe hari ab li chilap pada toean poetri di dalem itoe poen harep di ampoeni barang dosa hambanja.

Maka baginda poen tersenjoem sambil berkata Hai anak koe djanganlah toean berkata demikijan, kerna sepatoetnja toean mengadjari padoeka adinda kerna atas toean ampoenja tanggoengan.

Setelah itoe maka hidangan poen di angkat orang, maka baginda poen bersanteplah sama sama Soeltan moeda.

Maka Soeltan moeda poen kemaloe maloewan rasanja, maka beberapa di adjaknja, maka Soeltan moeda poen moehoenlah toean santep deboeloe, bijarlah hamba bersama sama mamanda mantri, maka laloe bersanteplah sekalijan.

Setelah soeda makan den minoem itoe, maka baginda poen berangkat poelang, serta di iringken segala mantrinja sekalijan itoe.

Setelah itoe maka baginda soeda kembali, maka Soeltan moeda poen berkata kepada istrinja itoe, ja adinda: di manakah kakanda bisa dapet loepaken adinda ini, sedang ajah toean demikijanlah kasi sajangnja, pada adinda den pada kakanda, istemewa ada iboe toeankoe, alangka sanget kasihnja aken adinda den kakanda.

Maka toean poetri, sesoenggoehnja seperti kata kakanda itoe.

Adapeen maka anak radja itoe berkasih kasihan, antara setengah boelan lamanja, tida dapet sedar lagi kesalahannja, serta bertambah tambah kasi sajangnja, seperti tidaken dapet berpisah lagi rasanja sijang den malem.

Setelah itoe maka pada soewatoe hari, Soeltan moeda poen masoek mengadep.

Maka toean poetri Tjindra Sari, poen dateng karoemahnja toean poetri Mahroem Siti, serta dengan permisoeri itoe.

Setelah toean poetri Mahroem Siti melihat, jang iboenja dateng serta dengan soedaranja, teriring dengan sekalijan dajang dajang, maka mendjadi terlaloe amat boengah sekali rasah hatinja, seperti mendapet segoenoeng inten, kerna s lamanja iboenja telah wapat meninggalken doenia, belon perna sekali ija mendapet moeka jang manis, den dari waktoe ketjilnja sampe aken waktoe jang sekarang ini, tida perna sekali mendapet moaka jang manis, maka itoelah jang mendjadiken sanget sekali boengah hatinja.

Maka permisoeri poen menegor anaknja, katanja: Hai anakoe toean dari selamanja toean aken bersoewami, belon sekali perna iboe ini dateng kemari, maka pada hari inilah boenda dateng kemari, sebab boenda mendengar toean bersalahan lakoe, kepada soewami toean itoe, maka itoelah sebabnja iboe dateng kemari, maka adakah soenggoeh toean hendak di boenoehnja? tjobalah kabarken kepada iboe ini.

Maka sembanja toean poetri Mahroem Siti, soenggoelah iboekoe apakah hendak di kata, kaloe kaloe aken soeda oentoeng ananda ini.

Maka sahoet permaisoeri, ja anakoe djikaloe pada pikir iboe, belon patoet toean ampoenja dosa jang demikijan, hendak di boenoe mati, djikaloe demikijan belonlah namanja di kasih den sajang soewami toean pada ananda.

Maka sembanja toean poetri Mahroem Siti, ja toeankoe sebenarnjalah seperti kata iboekoe, tetapi sekarang kakanda bersoempa dengan ananda, barang apa djoega kahendak ananda di toeroetnja, serta tida handa melarangken lagi, den sekalipoen ananda boenoeh paloeka kakanda, tidalah ja maoe menggoesari ananda, den sekalipoen seriboe kali ananda berdosa pada kakanda, maka di ampoeni djoega dosa ananda, demikijanlah kata kakanda, itoelah sebabnja ananda tida maoe sekali oenija ja dija.

Setetah itoe maka sahoet permaisoeri, Hai anakoe djanganlah sanget menenger moeloet jang manis, di dalem perkataan jang demikijan itoepoen belon bole anakoe pertjaja, sebab kebanjakan orang jang terkena dari pada, sebab moeloet jang manis, maka toelah anakoe bijar hati hati, kerna soewami toean itoe koerang bangsanja, lagipoen tida tentoe apa barang katanja.

Maka sembah toean poetri, Hai iboekoe tida mengapa sebab djandji ananda beroleh jang demikijan siapa lagi beta salahken.

Setelah itoe maka titah permaisoeri, Hai anakoe: djikaloe soenggoeh katanja soewami toean jang demikijan, tjobalah djikaloe ja kembali dari pada mengadep, maka ananda siramken dengan aer panas kakinja, djikaloe ja tegoe djandji barang katanja den soempanja, maka tidalah ja goesarken anakoe, den djikaloe ja goesarken anakoe, maka anakos kataken bahoewa sanja bamba telah bernadjar den berkawoel pada dehoeloe hari, djikaloe kakanda beristriken adinda, maka adinda ini hendaklah menjoetjiken kaki kakanda dengan aer panas, demikijanlah kata anakoe, djikaloe ja soenggoeh laki laki tida moengkir barang katanja, nistjaja tiada ja hendak menggoesari toeankoe, den djikaloe ja dapet sabarken, maka bahroelah bole di 'pertjaja apa barang katanja, den apa barang djandjinja, maka bahroelah dapet anakoe memili dija.

Setelah itoe maka pikir toean poetri, soenggoeh sekali kata iboekoe ini, tida bersalahan.

Maka dalem berkata kata itoe, maka Soeltan moeda poen datenglah, serta Sahbanda kedoewa Sahbandi, maka laloe menjembah kaki permaisoeri, den toean poetri Tjindra Sari poen menegorken iparnja, den permaisoeri poen berobah warna moekanja, serta merah poetjet warnanja, den hatinja berdebar-debar serta berangkat poelang, katanja: tinggallah toean kedoewa laki istri, boenda ini handak kembali kedalem astana boenda.

Maka sembah Soeltan moeda ja toeankoe mengapa boenda sigra sigra kembali, bahroe djoega abdi dateng boenda hendak kembali.

Maka sahoet permaisoeri, ja toeankoe boekannja demikijan, kerna boenda poenja kepala sanget ngeloe rasanja, den sebelonnja toean dateng, boenda ini hendak sigra kembali, maka tida di berinja oleh ananda Mahroem Siti.

Setelah itoe maka permaisoeri poen berangkat lab, serta di iringkan segala dajang dajangnja.

Setelah itoe maka hatinja Soeltan moeda poen tida sedap rasanja, kerna pikirnja ada djoega pekerdjaan jang amat hina ini, sebab selamanja akoe mendjadi mantoenja, tida sekali pernah singga pada tempatkoe, den djikaloe demikijan baeklah akoe harep kepada allah, toehan malikoel adil, jang aken menghoekoem atas hambanja, dengan hoekoem jang sebenar benarnja, maka djikal oe demikijan baeklah akoe menilik istrikoe, di dalem ampat lima hari ini djikaloe ada pekerdjaannja jang tida patoet ataskoe, maka djikaloe a la barang jang tida patoet, maka njatalah permaisoeri ampoenja asoetan.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen santeplah kedoewa laki istri.

Setelah soeda makan den minoem, maka laloe beradoelah kedoewa laki istri, setelah soeda sore maka bangoenlah Soeltan moeda serta pegi aken mandi, setelah soedah mandi maka laloe memake pakejan serta bahoe bahoewan, maka laloe berkata kepada istrinja, katanja: Hai adinda kakanda moehoen idjin hendak pergi melihat segala penghoeloe di dalem masdjid itoe, den segala alim moeta-alim, kerna telah beberapa lamanja kakanda tida pergi bertemoeken, segala pegawe radja.

Maka sembah toean poetri baeklah, tetapi djangan sampeken peteng hari.

Maka Soeltan moeda sambil tersenjoem, tida lama kakanda ada di sana.

Maka laloe berpeloek den bertjijoem serta di berinja sepah dari moeloetnja.

Maka laloe berdjalan serta di iringken Sahbanda kedcewa Sahbandi itoe aken menoedjoe pada langgar itoe, hendak melihat orang jang berladjar ilmoe acherat itoe.

Setelah sampe pada langgar itoe, maka segala jang beladjar itoepoen bangoenlah masing masing dari tempat doedoeknja sekalijan.

Maka Soeltan moeda berseroe seroe serta katanja: soedalah toewan toewan sekalijan djanganlah bangoen, doedoeklah: serta menggerak geraken tangannja kanan.

Maka segala pegawe radja, den segala jang beladjar itoepoen doedoeklah masing masing kembali.

Maka Soeltan moeda poen doedoeklah pada tempat segala kadi itoe, serta kedoewa Sahbanda Sahbandi itoe.

Adapoen maka segala marika itoe semoeanja membatja kitabnja, adalah bermain massallah den adalah jang membatja koran, maka masing dengan peladjarannja.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen laloe bertanja, soewatoe dari pada hoekoem sembahjang, den hoekoem islam den hoekoem istindja, semoeanja poen aken di preksanja, maka beberapa banjak pegawe, seorang poen tida jang dapet melebihken Soeltan moeda itoe, ampoenja pandekar serta bidjak sana, maka soekoerlah mendapet jang seperti ini.

Sahdan maka dalem beberapa banjak segala marika itoe, maka adalah tiga orang dari negri jang laen, maka itoelah soedagar jang amat kaja, maka dari pada menoeroetken hawa napsoenja, tatkala bermaen maen itoe, maka itoe sebabnja ja mendjadi miskin, maka dari selamanja Soaltan moeda dateng itoe, maka di amatta matinja serta di pandang dari atas sampe kebawa, maka rasanja ingat ingat loepa, tetapi pada hatinja, seperti telah soeda taoe bertemoe orang moeda ini, tetapi loepa pada hatinja, maka laloe berkata dengan perlahan lahan pada sama-sama kawannja itoe.

Katanja: Hai soedarakoe kenalkah orang moeda ini? tetapi pada rasa hatikoe seperti kita soeda taoe melihat roepanja orang moeda ini.

Maka sahoet kawannja, sebenarnjalah hamba poen demikijan djoega bertemoe sendiri, bahoewa rasanja orang moeda ini kita bertemoe tatkala masi ja bermaen segala petopan, jang sekoetika bermain den sebentar berhenti, maka itoelah jang kita telah melihat reepanja, tetapi kita ini loepa ingat rasanja.

Maka sahoet seorang poela, Hai soedarakoe bahoewasanja orang moeda itoe, pada perasaankoe seperti roepa soedaranja Soeltan Moehamad Sahrab, anaknja oleh padoeda Soeltan Daralmaksoed, kerna djikaloe akoe melihat barang bitjaranja seperti ja tatkala berkata kata dalem masdjid, aken bertanja segala pentjoeri itoe.

Maka terkedjoetlah kawannja sambil berkata. Adoeh soedarakoe soenggoelah seperti kata soedara kita, maka ingat ingatlah hamba sebab inilah doewa kawannja orang moeda, jang terlaloe amat boediman sekali kali.

Maka kata seorang soenggoelah seperti kata toean itoe, maka bahroelah kita ingat, bahoewasanja itoelah orang moeda jang membikin bersih segala pentjoeri, di dalem negri Bahroel Alam.

Setelah itoe maka heranlah soedagar ketiga itoe, melihatken lakoenja orang moeda itoe.

Maka sekoetika itoe djoega soeltan moeda poen barangkat kembali, serta dengen kawannja, maka segala jang hadir poen heranlah melihat kawannja soeltan moeda itoe.

Setelah itoe soedagar poen bertanja kepada pegawe radja, ja toeankoe: bahoea inilah mantoenja radja.

Maka sahoetnja segala penghoeloe, soenggoelah toean, den segala pekerdja-an ini semawanja dengan titahnja, den boekannja titah baginda.

Maka sembah soedager ja toeankoe bahoewasanja orang itoe boekan barang-barang orangnja, kerna pada penglihatan hamba ini, itoelah anak radja djoega kaloe-kaloe ija menjamarken dirinja, kerna tatkala hamba ada di negri Bahroel Alam itoe, ada hamba ini melihat roepanja, kerna barang lakoenja seperti dija.

Maka sahoet segala penghoeloe, Hai soedarakoe pada pikirkoe demikijan djoega, tatkala di kawini, maka baginda mentjoba memberi memake segala pakejan poesaka radja jang tcewah, serta di berinja aken memake segala sendjata karadja-an, maka soewatoepoen tijada apa-apa kepalanja.

Setelah itoe maka penghoeloe itoepoen masing masing kembali keroemanja, jang beladjar poen poelanglah masing-masing.

Adapoen maka setelah soeltan moeda sampe keroen anja, maka dilihatnja kandang boeroeng semoewanja soenji, den koeroengan hajam saboengan poen kosong, maka hatinja seperti loeka rasanja, maka laloe teringet soempanja, den pesenan orang toewanja, mendjadiken hilanglah sakit hatinja serta masoeklah kedalem peradoean bertemoeken istrinja, setelah di peloeknja den di tjioemnja.

Setelah peteng hari, maka soeltan moeda poen tidoerlah kedoewa laki istri, maka setelah sijang hari, bangoenlah soeltan moeda kedoewa laki istri serta pergi mandi, serta makan minoem memake segala bahoe-bahoewan, laloe berkasih-kasihan dengen beberapa djamboewan, maka hatinja poen bertambah tambah kasihnja, betoel sebagi orang jang menjoedahi kasihnja.

Setelah itoe maka toean poetri poen berkata, ja kakanda: djikaloe ada kasih kakanda maka adalah adinda ampoenja kawoel, djikaloe adinda bersoewamiken kakanda, handaklah adinda membasoeh kaki kakanda dengen aer panas jang sanget mendidi.

Setelah soewaminja mendenger kata istrinja, maka maloemlah, bahoewasanja pekerdjaan ini asoetan permaisoeri kedoewa anaknja, djikaloe demikijan soenggoehlah akoe ini handak di anijaja oleh padoeka Soeri, maka dari pada hal jang demikijan bakalah akoe kembali kedalem negrikoe sendiri.

Setelah soeda berpikir jang demikijan, laloe ija berkata, katanja: ja adinda mengapakah toean berkawoel jang demikijan, tijadakah adinda menaro" belas kesihan pada kakanda, kerna pikir kakanda handa berhambaken diri aken adinda, den sekarang segala dekerdjaan jang tijada patoet, handaklah di kerdjaken atas kakanda.

Maka sahoet toean poetri, Hai kakanda: loepakah djandji kakanda aken beta ini.

Maka anak radja itoepoen dijemlah sekoetika, serta katanja: baeklah djikaloe toean sampe hati aken kakanda, maka redlalah kakanda. Setelah itoe maka laloe di siramilah kaki soewaminja dengen aer panas jang sedeng mendidi.

Maka soeltan moeda poen tijda tertahan rasanja, dari pada sanget panasnja, maka beberapa di tahanken tijada djoega tertahan, serta katanja: Adoeh adinda soedahlah panas soenggoe rasanja toean kaki kakanda ini.

Setelah itoe maka soeltan moeda poen mengangkatken kakinja, den beberapa marahnja, den sakit hatinja tetapi di tahan kennja seberapa boleh, serta katanja ja adinda, sekarang ini soedalah toean sampel ken kawoel adinda, den tijadalah kakanda goesar den sakit hati, kerna soeda telah menerima djandjinjakakanda, tetapi pada hari ini sampelah perdjandjian kakanda, kerna kakanda tijada hendak melarang barang pekerdjaan toean, dan tija la handak menegor barang perboeatan adinda, sebab kakanda telah bersoempah, apalah handak di kata, maka sekarang tinggalah adinda baek-back, moega-moega selamat sampoerna toean di dalem negri toean, den serta iboe bapa toean, kerna kakanda ini orang jang hina bangsanja lagipoen bebel, maka bijarlah kakanda poelang kedalem negri kakanda sendiri, tetapi tijadalah kakanda bertahan lagi menoeroetken a linda, sebab kakanda ini orang jang tjilaka. Maka soeltan moeda berkata-kata itoe dengan aer matanja, sebab terkenengken oentoengnja, den terkenengken iboe bapanja serta bandar negrinja, den terkenengken istrinja jang di tinggal itoe, maka itoe aer matanja djadi betjoetjoeran, serta merasahken panasnja den sakitnja kakinja itoe, maka di sitoelah bahroelah anak radja itoe merasahken dirinja seperti katoelah dengen iboe bapanja, den mendapet tjilaka dari pada istrinja, anak oleh soeltan Bahroen itoe.

Maka disanalah anak radja itoe merasahken beberapa adjab den seksa itoe, maka semingkin menangis, serta katanja: ja adinda sampe hati soenggoe toean berboeat kakanda demikijan.

Setelah itoe maka katanja tinggallah toean baek baek, serta toeroen dari pada geta itoe, serta mengambil anak pananja den pedangnja, serta toeroen berdjalan.

Adapoen maka setela toean poetri menenger katasoewaminja, sepertiken terbang rasa njawanja, serta menangis jang amat keras katanja: ja kakanda djanganlah kakanda meninggalken adinda, matilah bakalnja adinda ini, den lagi dengen sijapa adinda berkirim diri, den ampoenlah adinda, tijadalah adinda ini mengerdjaken lagi pekerdjaan jang demikijan.

Maka laloe di pegangnja kaki soewaminja, serta katanja; handak kemanakah toean, beta ini handak menoeroet bersama-sama, bijarlah adinda di boenoeh mati, tijadalah adinda ini maoe di tinggalken kakanda, kerna adinda ini tijada mampoenjai iboe.

Setelah itoe maka sahoet soewaminja, Hai adinda: lepaslah kaki kakanda, sekalipoen toean tahanken tijadalah kakanda bernanti lagi, kerna sampelah soeda perdjandjian kita, den toean poen tijada koerang radja-radja jang berbangsa, den radja-radja jang taoeh boedi bahsa lagipoen kaja, den boeat apakah kakanda ini orang jang tijada ketahoewan asal bangsanja, den tijadakah maloe bersoewamiken kakanda orang doerdjana, jang hidoep segenap pasar den loeroeng, berapa djoega toean menangis oeroeng poen tida toean di tinggalken oleh kakanda.

Setelah itoe maka beberapa di pagang oleh toean poetri, maka laloe di bagikennja djoega oleh soeltan moeda.

Maka dari pada sanget kerasnja memegang toean poetri, maka habislah tjoerak tjarek kaen badjoenja soewaminja, maka toean poetri poen bertambah tambah tangisnja, serta sesel barang kerdjanja itoe, maka katjanja, ja kakanda: djanganlah kakanda tinggalkan adinda, kerna pekerdjaan ini boekan dengen kehandak adinda, den djikaloe pada bati adinda handak berboeat bakti aken kakanda, djanganlah kakanda sampe, hati meninggalken adinda, di manakah adinda mengirim diri adinda.

Setelah soeltan moeda mendenger kata istrinja, maka laloe bertanja ja adinda, masmira bidji mata kakanda, djanganlah toean menangis kakanda pergi ini, boekannja sebab moerkaken adinda, atawa goesarken itoepoen tijada ada sekali-kali, tetapi sekarang kakanda bertanja, sehari-hari pekerdjaan adinda itoe sijapakah jang soeda mengadjar kepada adinda?

Maka sembanja ja kakanda, bahoewasanja melepas boeroeng perkoetoet, den memotong kaki hajam saboengan, den memotong boeroeng tekoekoer, den semoewanja itoe dengen pengadjaran padoeka ajoenda Tjindra Sari, den jang mengadjarken menjiramken aer panas iteepoen padoeka iboe Soeri.

Maka bahroelah soeltan moeda ketahwi pekerdjaan itoe, maka laloe berkata: Hai adinda, mengapakah toean hendak mendengerken apa barang pengadjarnja, den djikaloe demikijan toean kasihken iboe Soeri, den poetri Tjindra Sari, maka disanalah toean berkirim diri, den jang seperti kakanda apalah goenanja aken alinda, baeklah toean lepasken kaki kakanda ini, kerna adalah jang toewah lebih kasih den lebi tjinta, bijarlah kakanda pergi mengembara, barang mana di takdirken toehan kita.

Setelah itoe maka toean poetri, memegang kaki soewaminja, maka terkena pada kakinja jang tersedoe, maka bertambah tambah sakitnja, maka handak di takanken tijada tertahan, maka laloe chilaplah hatinja serta mengoenoes pedangnja handak di perangnja kepala toean poetri, maka teringet poela soempahnja, maka laloe terkedjoet serta berpikir di dalem hatinja, djikaloe demikijan moengkirlah akoe dari pada djandjikoe, maka boekanlah akoe anaknja Soletan Taboerat, maka laloe di saroengken poela dedangnja, serta menarikken kaennja.

Adapoen maka dari pada sanget menjesel toean poetri itoe, maka laloe pangsan tijada habarken dirinja, maka terlepaslah tangannja dari pada soewaminja.

Setelah terlepas maka soeltan moeda poen dari pada sanget moelanja den marahnja, maka laloe meloempat dari dalem pradoewan, serta tijada melihat kebelakang lagi, serta keloear dengen sigranja meninggalken istrinja itoe, katanja: Hai poetri Mahroem Siti, tinggalah angkau baek-baek; moega-moega selamat angkau hidoep dengan iboe bapamoe, maka dari pada sanget marahnja, hingga Sahbanda kekedoewa Sahbandi tijada di inget lagi, serta di tinggalnja serta berdjalan ija dengen seorang dirinja, dengen bersigrah-sigrah menoedjoe kebelakang negri, pada betoel soeatoe tempat jang soenji, dengen pakejannja jang tjoersk tjareek, serta memegang sabilah pedang dengen sebantak anak panah itoe.

Setelah sampe keloewar negri itoe, maka laloe menoedjoe kedalem hoetan, serta masoek hoetan keloear hoetan den marahnja.

Setelah sampe kedalem hoetan, maka haripoen malemlah, maka soeltan moeda poen tidoerlah di bawah poehoen naga Sari, maka boelan poen sedeng terangnja, den segala boengah-boengahan poen sedeng berboengah, maka di dalem hoetan poen banjak gala boenji-boenjijan, seperti hajam hoetan den boeroeng merak den monjet, den berbagi-bagi roepa jang di dengernja, maka mendjadi hilanglah marahnja soeltan moeda itoe, seperti terkenengken istrinja itoe, den terkenengken toean poetri Mahroem Siti itoe, sebab dari pada sanget bodonj₁, den orang masi sanget moeda pikirannja beloen sampoerna, den lagi hatikoe sanget bertjinta, sebab pada pikiran soeltan moeda, djikaloe tijada dengen hobatan orang, nistjaja poetri Mahroem Siti tijada selakoe demikijan, maka dari pada sanget keras di denger pengadjaran orang, maka ija barani berboeat jang seperti ini, ija lagi boekan pertjoema, nistjaja ada dengen tipoe dajanja sendiri.

Setelah soeda berpikir jang demikijan, maka hatinja sanget bertjinta, pada hatinja handak kembali rasanja, maka dari pada sanget tjintanja aken poetri Mahroem Siti, maka laloe bertjoetjoerlah aer matanja, serta katanja dengen menarik napas katanja: Wai njawa kakanda, djikaloe demikijan matilah kakanda ini di dalem pertjintaan, maka laloe mengaloeh den mengoetjap serta tangisnja seorang dirinja, betoel seperti orang gila lakoenja di dalem hoetan, sambil berkata: ja adinda tijada dapet kakanda tinggalken rasanja, den djikaloe kakanda meninggalken toean apalah djadinja adinda, nistjaja adinda hiloep dengen aer mata, maka berendemlah toean di dalem laoetan aer mata, maka karemlah toean di dalem pertjinta-an, binasahlah toean di dalem rindoe toean, den djikaloe kakanda tijada tinggalken toean; maka maloelah rasanja kakanda kembali kedalem negri toean, den males rasanja kakanda memandang roepamoe toean den djikaloe tijada kakanda jang memandang moeka toean, den sijapa lagi jang handak memandang roepa toean, serta sampenja hati toean demikijan, tetapi segala perboewatan toean, boekan dengen kehandak hati toean sendiri, hanja sebab pengadjar orang, den akoe redlalah toewan tijadalah kakanda sak lagi, dari doenja sampe kedalem boemi acherat, den djanganlah toean sanget-sanget kenengken kakanda, djikaloe demikijan tijadalah kakanda kembali, kerna maloelah kakanda.

Setelah soedah berkata-kata demikijan, maka laloe di rasahken kakinja terlaloe amat sekali pedesnja, den sakitnja, kerdja habislah terkoepas-koepas, maka datenglah marahnja sebagi oeler berbelit-belit rasanja, pada pikirnja handak memoetoesken batang lehernja, pada masa ketika itoe djoega rasanja, kerna sanget merasaken sakitnja.

Maka soeltan moeda poen terlaloe amat heran dirinja, sebab tjinta jang amat sanget sekali pada hatinja, djikaloe dapet di pisahken handak di belah rasanja, sepaja ija bole dapet meloepaken, sebab terkenangken djahat pekertinja, den djikaloe ija terkeneng boedi pekertinja, maka mendjadi tjinta di dalem hatinja, maka itoelah ija sendiri poen mendjadi heran, serta tijada habis mengarti atas dirinja, serta berkata demikijanlah katanja itoe.

Hai, IndraBoeganda Aspandar Sah, mengapakah lakoemoe demikian, siapakah jang mengadoe hatikoe ini, betoel sebagi orang gila lakoenja, kerna sekoetika marah sekoetika bertjinta, djikaloe demikian siapakah jang mengadoe hatikoe ini, kerna tiadaken kerowah pikirankoe dari dehoeloe kala, kerna djikaloe dateng pikirkoe ini, jang ia berboeat segala kedjahatan, maka pada hatikoe handa memboenoe rasanja, den tiada sekali maoe handak memandang moekanja lagi, den djikaloe akoe terkeneng boedi pekertinja, maka tiada- lah akoe dapet kerdjaken handaklah akoe mati ber- sama-sama rasanja, maka djikaloe demikian ada djoega jang mengadoe biroe pada hatikoe, antalah setan anta. lah iblis antalah djin antalah peri jang mengadoe biroe di dalem hatikoe, den djikaloe jang tiada me- ngadoe, nistjaja tiada ada jang demikian.

 Maka Soeltan moeda poen bangoen dari pada ti- doernja, serta pergi mentjari aer, maka laloe ia ber- temoe soeloeran aer terlaloe amat sekali bening aernja maka laloe mandi pada malem hari itoe, dengen per- tjinta-an batinja.

 Maka ditjeritaken oleh orang jang berhikajat itoe. Adapoen maka dengan koedrat iradat allah toehan jang mengasihi barang kehandak hambanja, maka dengen sekoetika itoe djoega, datenglah doewa orang moeda terlaloe amat baek parasnja, betoel seperti te- moeh giring di patah koelitnja, dengen elok, manis

barang lakoenja, serta dengan haroem sekali baoenja,

seperti jang beloem pernah di tjioem orang baoenja itoe.

 Maka seorang laki-laki dengen seorang perempoean terlaloe amat baek parasnja laksana pakejan memberi birahi hati jang melihat, serta mamegang seorang soewatoe panah serta dengen boesernja.

 Maka heranlah Soeltan moeda melihat roepanja, seperti orang oemoer ampat belas tahoen, maka di lihat anak panahnja dari pada rantang kembang, ma- jang pinang jang moeda, den mata panahnja dari pada boengah melati, den jang seorang mata panah- nja dari pada kembang tjempaka, den boesernja dari pada daon kelapa jang moeda, den tali kelatnja itoe dari pada tali ramboet.

 Maka titahnja Soeltan moeda, Hai hamba allah siapa angkau ini, den dari pada bangsa apa angkau ini, den mengapa angkau kemari ini? den apakah kahendakmoe ini?

 Maka sembanja, Hai anak Soeltan Taboerat, tiada- kah angkau kenal akoe, maka akoelah anak radja djin jang ada pada poelau Todjo Anta Birahi, den nama hamba Mahroeman Mengerna den seorang Mahroeimin Mengerna. Maka akoelah anak Djin Tjinta Birahi, bahoewasanja akoe dateng kemari ini, di ti-

tahken oleh radjakoe, sebab toeankoe handak berte

moe akoe, bahoewasanja akoe ini di titahken radja di soeroenja mengakoe, bahoewasanja akoelah jang mengerdjaken hati toean hamba birahiken poetri Mahroem Siti.

 Maka sahoet anak Djin jang laki-laki, akoelah jang memberi birahi hatinja poetri Mahroem Siti padamoe, maka inilah anak panahkoe jang memana hatimoe den hati istrimoe.

 Setelah Soeltan moeda meneger kata jang demikian, maka terlaloe amat sanget marahnja serta mengoe- noes padangnja, handak memerang kepada anak Djin kedoewa itoe.

 Maka sembanja anak Djin kedoewa itoe, Hai anak Soeltan Taboerat: djanganlah angkau memboenoe akoe, kerna tiada pantasnja angkau memboenoeken akoe pada malem hari, djikaloe toean hamba handak memboenoe akoe nanti kelak hesok di waktoe siang hari, kerna akoe tiada dapet di boenoe orang pada malem hari ini.

 Maka sahoet Soeltan moeda, djikaloe demikian baeklah, tetapi djagan angkau lari.

 Maka sahoetnja tiadakah akoe nanti lari den laloe dari pada tempat ini, djikaloe akoe laloe dari pada tempat ini, boekanlak akoe soewatoe anak Djin jang

amat sakti.

 Setelah itoe maka Soeltan moeda poen tidoerlah serta berpikir, djikaloe demikian patoetlah seperti kata ini.

„“„

 Adapoen maka di tjeritaken oleh orang jang am- poenja tjerita, maka setela siang hari di lihatnja anak Djin itoepoen telah tiada, maka sanget marahnja serta katanja, Hai Djin: barang di mana adamoe akoe soe- soel djoega, kerna akoe telah ketahwi namamoe.

 Maka laloe berkata : Hai Djin peri mambang dari pada segala hamba allah, tiadalah jang di djadiken terlebih dari pada manoesia, maka sesoenggoenja angkau anak Djin, baeklah akoe panahken dengen anak panahkoe ini, serta di batjanja beberapa isim allah itoe, maka laloe memanakan ka atas Oedara, maka dengan koewasanja toehan melakoeken atas pengarangnja itoe, maka anak Djin kedoewanja itoe kena sajapnja, maka laloe goegoer keboemi.

 Ada poen maka hendak di perangnja dengan pe- dangnja, maka dengan sekoetika itoe djoega berkiber kiberlah pakai Laila Mengarna itoe.

 Katanja; ia toeankoe sabarlah toewan dehoeloe bahoewasanja pekerdjaan ini dari sebab koerang pe- reksa, den berhentilah toeankoe dehoeloe.

 Adapoen maka soeltan moeda melihat boeroeng bajan itoe dateng, serta dengan berkiper kiperken Sajapnja, maka laloe terkedjoet, serta katanja: Hai bajan dari manakah diri ini,

Maka sembahnja ia toeankoe inget ingetlah toeankoe, kerna inilah soedara oleh hamba, bahoewasanja hamba ini seorang Djin djoega, aken meroepaken seperti saek or boeroeng bajan, sebab hendak melihat termasa toeankoe.

Maka saboet Soeltan moeda, Hai bajan djangan banjak katamoe, kerna ijalah jang membinasahken hatikoe sijang den malem, bijarlah akoe penggal batang lehernja anak djin ini.

Maka sembahnja ia toeankoe, djikaloe toean hendak memboenoe dija adalah seperti toeankoe memboenoe hamba, den tijadakah toean inget tatkala berhanjoet pada laoetan, sebab membela toeankoe.

Setelah soeltan moeda mendenger kata paksi itoe, maka laloe di saroengkennja pedangnja, den anak panahnja poen di tjaboet, serta katanja; Hai bajan djikaloe soeggoe angkau seorang anak Djin, tjabalah angkau djadiken dari moe seperti roepa anak Djin.

Maka boeroeng bajan itoepoen meroepaken dirinja seperti roepa anak Djin, maka djadi seorang laki-laki, terlaloe amat elok manis roepanja di pandang mata, den koelitnja hitem manis denbibirnja seperti bibir perbata sari, den giginja seperti bidji delima, den alisnja bagi di sipat serta bidoengnja bangir, serta djanggoetnja tiroes den lehernja djindjang, bahannja sedarhana sedeng, maka terlaloe amat pantesnja seorang laki-laki, maka pada mahkotanja adalah doewa sajapnja, seperti sajap boeroeng serta berkiber kiber.

Maka heranlah soeltan moeda itoe melihat roepa Djin ketiga itoe serta dengen pakejannja, maka mendjadi pantes serta berpatoetanlah soedaranja ketiganja itoe.

Setelah itoe maka titah soeltan moeda, Hai soedarakoe: sijapaka nama diri ini.

Maka sahoednja bahoea sanja nama hamba ini Laila Mengarna Indra, inilah soedara di perhamba, den djanganlah toean memboenoe dehoeloe se paja toeankoe melihat hamba toewan koe ini, djikaloe toean memboenoe dija, adalah seperti toewan memboenoeh hamba ini.

Setelah itoe maka titah soeltan moeda, Hai soedarakoe: tjeritakenlah dehoeloe aken akoe, apakah sebabnja ija memanah hatikoe den hati istrikoe patoetlah beberapa akoe handak meloepaken tijada akoe dapet loepaken, apakah sebabnja? katakenlah kepadakoe soepaja ketahoewan barang kehendaknja, djikaloe tijada soenggoe angkau kataken akoe boenoe kepadamoe, serta dengen soedaramoe inilah.

Maka sembahnja ja toewankoe baeklah hamba kataken rahsija ini, soepaja segala manoesija mendapet chabar, den mendapet taoe dari pada hal hatinja itoe, kerna segala manoesija itoe tijada tetep hatinja, setengahnja ija birahi sebab hikmat, den setengahnja birahi kedoewanja, den setengahnja birahi sendirinja, atawa perempoewan atawa laki-laki, semoewanja itoelah ada djoega dengen lantarannja, den dengen sebabnja, den satengahnja tijada berkahandak kepada birahi dengen jang di birabiken, den setengahnja tijada ada sekali birahinja, maka semoewanja dengen sebab lantarannja, den setengahnja seorang birahi dengen ampat lima orang, den setengahnja seorang birahi seorang djoega tijada ada doewa den tiga, den setengahnja tijada dengen birahi ija bertemoe djoega dengen kawannja, den setengahnja tida di lihat orangnja di birahiken, den setengahnja sebab chabar orang dija djadi birahi, den adalah jang birahi dengen sekoetika hilang, adalah sétengahnja birahi seoemoernja hidoep tida sampe-sampe birahinja, maka sampe ija mati tijada handak membiragiken jang laen itoepoen ada semoewanja manoesija itoe masing masing dengen halnja.

Tetapi hamba chabarken kepada manoesija, sepaya djangan djadi kesalahan di atas dirinja, kerna semawanja itoe dengen sebab kesalahannja.

Maka sahoet Soeltan moeda, itoepoen baeklah di kataken kepada akoe soepaja akoe chabarken kepada sekalijan menoesja di doenia ini.

Maka sembahnja ja toeankoe, djikaloe jang birahi sebab hikmat itoe ampat poeloe hari watasnja, den dapet di tahanken djikaloe taoe menahanken dia, den adalah jang birahi kedoea itoe sebab tatkala bertemoe antara kedoeanja, maka berpandang pandang den serta di sarahken barang kelakoeannja, den jang birahi sendirinja itoe, sebab seorang memandang den merasahken boedi pekertinja, den jang di birahikennja ketahwipoen tida halnja jang membirahiken.

Maka itoelah, ija djadi birahi sendiri, den jang tida berkehendak pada birahi, maka ija djadi birahi itoe, kerna sebab menoeroet kelakoewan temen temennja, maka mendjadi taoe membirahiken orang, den jang birahi den jang di birahiken itoelah sebabnja, telah dehoaloe kalanja sahdjanja di ketahwi barang kelakoewannja, den boedi pekerti kedoeanja itoe, samalah birahinja, den jang tida sekali kali menaro birahi itoe, sebab tatkala iboe bapanja telah moehoenken anak jang demikijan, atawa sebab orang itoe ada amalannja jang menepaat itoelah sebabnja.

Maka adalah jang seorang jang membirabiken ampat lima orang, itoe sebab banjak hartanja den bandanja, den sampelah barang hadjanja, maka itoe hal orang jang membirahiken ampat lima orang.

Adapoen djika seorang membirahiken seorang djoega tijada doewa tiga, sebab orang itoe tijada ada seorang jang lebih baek dari padanja, den lebih tace berhembat hati dari padanja maka itoelah sebabnja tijada maoe jang membirahiken pada jang laen, den setengahoja kawin boekan sebab birahinja itoelah.

Maka adalah jang mendenger habar orang ija lantas birahi, kerna sampe pada sangkanja den djikaloe jang birahi seoemoernja hidoep itoe, den adalah jang tijada maoe membirahiken pada jang ada.

Maka sembanja ja toeankoe itoelah sebabnja, djikaloe segala menoesija handak berpandang-pandangan, maka pada tatkala itoe soedara hamba kene memanaken hati kedoewanja, djadi birahi kedoewanja, den djikaloe di panahnja seorang, maka jang seorang tijada kenah terpanah, maka itoelah djadi birahi dengen sendirinja.

Maka itoelah toean-toean sekalijan jang moeda moeda, inget-ingetlah djangan sanget-sanget menoeroetken hawa napsoe tatkala memandang itoe, baek laki-laki baek perempoean, kerna tatkala terpanah itoe, maka djikaloe di tahanken nistjaja mendjadi gila.

Maka itoelah toeankoe djikaloe satoe menoesija ada mempoenjai seorang anak prempoean moeda, djikaloe waktoe hari sore (artinja magrib) djangan soeka bermain-main di halaman roemah, den djangan di beri memake boengah melati, den djikaloe laki-laki moeda djangan soeka memake boengah tjempaka, den djangan soeka berdjalan di tengah-tengah malem, dengen ija saorang diri, sebab itoelah kesoeka-an segala Djin, den peri mambang, maka itoelah orang jang sanget moedanja terkena padah soedarakoe seorang.

Maka sembahnja ja toeankoe, tijadaka toewankoe malihat, djikaloe segala bangsa manoesija tatkala mendjadi penganten itoe, adakah jang lebih baek dari pada boengah melati di karang, ke rna semoewanja itoe kesoeka-an dari pada segala Djin itoe toewankoe, maka itoelah sebabnja, den djikaloe bole djanganlah toeankoe memberi memake atas anak jang belon bersoeami itoe, memake boengah melati, serta berdjalan pada halaman roemah tangga, tatkala di waktoe magrib, maka itoelah segala Djin terlaloe amat soekenja, menggoda orang jang membawa kelakoean jang demikijan.

Maka djikaloe anak laki laki djangan sekali di beri memake boengah tjempaka, serta berdjalan sendiri-sendiri pada waktoe di malem hari, sebab tatkala itoe ijanja soeka bitjara sendirinja di dalem hatinja, maka itoelah jang terlebi moedah den gampang terkenah anak panah soedara hamba, tetapi dalam Itoepoen semoewanja dengen kehandak toehan kita, ja toeankoe: dalem itoe poen soedalah dengen idjinnja.

Maka sahoet soeltan moela itoe, mengapa akoe ini telah berdjandji dengen istrikoe jang toewah, tijada handak beristri lagi jang lain, den sekarang akoe beroleh ketjinta-an seperti ini.

Maka sembanja ja toean koe, sebab toeankoe telah di perdjandjiken Allah soebhana wataalah, den lagi tatkala toean berpandangan pada roemah bibi Rambani, den toean pikirken roepanja toean poetri itoe, maka lagi djikaloe di waktoe malem hari soeka bergadang sendiri-diri, den soeka bitjara di dalem hati, den djikaloe toean di dalem peradoewan tiada beradoe sehari-hari dengen pikiran toewan, sehingga di waktoe hampir pagi bahroelah toean beradoe, itoelah jang djadi kesalahan toeankoe.

Setelah itoe maka pikir Soeltan moeda, soenggoelah seperti katamoe itoe, kerna semoewanja itos datengnja dari pala kelakoewan sendiri, kerna soeka sekali tiap-tiap tidoer itoe memikirken segala jang adjaib-adjaib, itoelah sebabaja jang mendatengken rindoe den menim boelken birahi hatinja.

Setelah itoe maka sembahnja mengerna laila, ja toewankoe: pada masa ini toewankoe tiada dapet meninggalken toean poetri, sebab djikaloe toewan meninggalken nist jaja djadi penjakit atas toewankoe, den atas toewan poetri.

Maka sekarang ini scedalah toewan djangan sanget-sanget bersoesah-soesah hati, djit aloe ada toean ampoenja kesoekeran seboetlah nama hamba ketiga soedara hamba ini, moeda moedahan atas hambalah jang mengerdjaken pekerdja-an toeankoe, den tiadalah toewan inget tatkala toe wan di kawini itce, hambalah jang mendjadiken hoedjan aer mawar itoe, den jang mendjadiken seroepa goerda menawangken toewankoe.

Setelah itoe maka bahroelah Soeltan moeda taoe hal kesaktiannja anak djin itoe.

Maka titah Soeltan moeda, kepada anak Djin jang kedoewa itoe, Hai soedarakoe; sekarang ini djanganlah soedarakoe memanahken lagi hatikoe pada perempoean laen lagi, kerna tiada koewasa menanggoeng pada hati penjakit itoe.

Maka sembanja ja toankoe baeklah, tetapi djikaloe dateng barang soewatoe pada hati toewankoe, maka sigralah toewan tahanken, moeda-moedahan tiada tergoda oleh anak Djin lagi hatinja toeankoe.

Setelah itoe maka anak Djin poen bermoehoenlah kembali pada poelau itoe, den boeroeng bajan itoepoen poelang kembali pada astananja toewan poetri, serta meroepakan poela dirinja seperti roepa boeroeng bajan itoe.

Alkaisah maka terseboetlah perkata-annja toewan poetri Mahroem Siti itoe, tatkala inget dari pada pangsannja itoe, maka laloe bangoen tatkala di lihat soewaminja telah hilang, maka laloe menangis terlaloe amat sanget, serta berdjalan pergi keloewar, maka di lihatnja kesana kemari tiada ad, maka daripada sanget loepanja ia berdjalan laloe menoedjoe kebelakang negri, hendak aken menjoesoel pada soewaminja. Setelah Sachbanda kedoewa Sachbandi melihat toewan poetri itoe berlari-lari, serta dengen seorang dirinja, maka laloe terkedjoet serta berdateng sembah, ja toeankoe: mengapa toeankoe ini seperti orang gila lakoenja.

Maka kata toean poetri, Hai soedarakoe: dimanakah kakanda Soeltan aken meninggalken kita, sampenja hati, den kita tiada betah di tinggal oleh kakanda Soeltan moeda.

Maka sembanja Sachbanda, soedalah toewan djangan pergi menjoesoel, biarlah hamba pergi mentjari dia.

Maka sahoetnja, tiadalah akoe maoe, kaloe-kaloe soedarakoe perdajaken akoe, biarlah akoe pergi mentjari bersama-sama.

Maka sembanja ja toeankoe, djanganlah toewan menjoesoel, djikaloe toewan menjoesoel nistjaja mati lah toeankoe di boenoeh oleh toean patek, kerna hatinja toean patek kerasnja seperti batee hitem djoega.

Maka sahoet toewan poetri, biarlah akoe di boenoenja kakanda, tiadalah akoe sak lagi, tetapi hendak djoega akoe mentjari padoeka kakanda itoe.

Setelah itoe maka tiada dapet di tahanken lagi serta berdjalan.

Maka Sachbanda kedcewa Sachbandi poen mengikoetken dari belakang. Adapoen maka setelah sampe kedalem hoetan itoe, maka laloe bertemoe soewaminja serta djato di bawa kaki soewaminja dengen aer matanja.

Maka Soeltan moeda poen menjamboet istrinja serta dengen bertjoetjoeran aer matanja, terlaloe amat belas rasa hatinja melihat hal istrinja, serta bertangis-tangisan kedoewanja.

Maka Sachbanda kadoea Sachbandi poen menangis melihat toeannja itoe.

Maka semba toean poetri, ja toewankoe sampe hati rasanja toean tinggalkan adinda ini di dalem pangsan, den ampoenila apa barang salah bebelkoe.

Maka sahoet Soeltan moeda, Hai adinda: sekarang toean kataken, manakah toewankoe kasih iboe toean den soedara toean, atawa kakanda, den sekarang kataken soepaja kakanda ini ketahwi.

Maka sembanja ja toeankoe, bahoewasanja beta kasi aken kakanda, maka djanganlah toewan mendengerken apa barang pengadjarnja, den apa djoega barang katanja bahoewa semoeanja itoe jang mendjadi leboer binasanja, kerna segala pengadjarnja iboe soeri den soedara toean itoe, mendjadi kita ini bertjere diri, den inget inget lah toean kerna toean iboe sendiri kaloe kaloe asoetannja, kerna pada penglihat kakanda soedara toean sanget sekali djahat pekertinja.

Maka sembah toean poetri ja toewankoe, bahoewa sasoenggoenja kata kakanda, kerna dari ketjilnja telah berboeat pada beta atas segala ketjilaka-an sadja.

Maka kata Soeltan moeda ja adinda, inget-ingetlah toewan pada sekali ini, barang segala dosa adinda kakanda ampoeni, den tiadalah sedar pada hati kakanda meninggalken, semoewanja hapoes barang kesalahan adinda, tetapi kakanda harepken dengan pengharepan jang amat besar, djangan adinda berboeat poela jang terbelakang dari pada ini, den kaloe kaloe adinda kerdjaken barang pengadjar toean poetri Tjindra Sari itoe, atawa pengadjar iboe Soeri itoe, maka tiadalah kakanda nanti lagi adinda, nistjaja kakanda tinggalken adinda di dalem pertjinta'an toean, den djangan adinda tiada dengarken satoe satoe perkataan ini, kerna tiada kakanda berkata lagi malinken atas maaloem, kerna adinda ini seorang boediman, inget ingetlah toewan boewah hati kakanda.

Maka semba istrinja ja toewankoe, tiadalah adinda ini kerdjaken lagi dari pada pekerjaan itoe, tetapi adinda harep ampoen kakanda di perbanjak banjak, kerna tiada lagi adinda memoehoenken ampoen den ma-ab, tetapi adinda harep di bawa kaki djanganlah kakanda sampe sampe hati, meninggalken adinda anak pijatoe ini, jang tiada ampoenja iboe, den djikaloe kakanda kasi aken adinda, marilah kakanda kita poelang kembali kedalem astanah sendiri, den djikaloe kakanda handak pergi mengembara kemana djoega bijarlah bersama sama adinda, djikaloe mati bersama sama mati, den djikaloe hidoep bersama sama hidoep dengan adinda, itoelah pengharepannja adinda aken kakanda.

Setelah itoe maka soewaminja mendenger kata istrinja itoe, maka laloe pangsan tiadalah habarken dirinja, serta menangis kedoewanja selakoe lakoe orang jang menjoedahi kasih, demikijanlah anak radja kedoewanja itoe.

Setelah itoe maka sembahnja Sahbanda kedoewa Sahbandi, ja toewankoe baeklah kita kembali deholoe, kerna tiada baek pada perasa-an hamba, sebab toewan pergi tiada dengan, setahoe baginda, itoelah mendjadi hina nama toewankoe, den nama iboe bapa toewankoe, nanti kelak di kataken orang itoelah tandanja orang jang berbangsa, hina soenggoe barang barang lakoemoe, sedeng baginda jang mendjadiken dia soelfan moedah lagipoen di ambil mantoe, maka ja pergi dengan tiada bermoshoen apalah kelak djadinja, nistjaja bilanglah kebaektian toewan, den mendjadi lenjeplah nama toewan jang di poedji poedji sijang den malem, den lagi apalah nanti di kata oleh segala pegawe radja, kerna di lihat toewan sanget sekali boediman, den lagi taoe segala ilmoe, kemdian di dengarnja kelakoewan toewan seperti ini, apalah kelak di kata, nistjaja hina nama toewankoe, den hilanglah pengatahoean toewan jang di peladjarinja sijang den malem, den sebagi lagi djikaloe anak dagang jang di belakang hari, nistjaja tiada di pertjaja orang sebabnja kelakoewan toewankoe, tambahan poela aken di dengar iboe Soeri, den toean poetri Tjindra Sari apalah kedjadiannja kelak toewankoe ini.

Setelah soeltan moedah mendengar kata soedaranja itoe, maka laloe berpikir di dalem hatinja, soenggoelah betoel seperti kata ini, maka laloe bangoen serta menjeboet nama anak Djin jang ka tiga itoe, maka dengan sekoetika itoe djoega datenglah, serta menjemba kaki soeltan moedah.

Maka kata soeltan moedah, Hai soedarakoe Laila Mengarna den Mahroeman den Mahroemin Mengarna, akoe ini harep den rahim soedarakoe, bawalah kita sekalian kedalem negri Tadjir ini.

Setelah itoe maka sembanja Djin ketiga itoe baeklah toewankoe, tetapi sekalian ini toewankoe sigra peganglah saboek Tjindee hamba ini, serta toewan toewan sekalian mengedjemken mata toewan toewan sekalian ini, hingga toewan mendengar sosara hamba mengataken barang jang hamba kata itoe, maka bahroelah toewankoe boeka mata toewan toewan sekalian ini.

Maka sahoetnja baiklah soedarakoe.

Setelah itoe maka masing masing mamegang saboek anak Djin itoe, serta mengedjemken matanja sekoetika, maka katanja anak Djin itoe, Hai toewan toewan boekaken toean toean ini sekalian.

Maka laloe di boekanja serta di lihatnja masing masing ada pada tempat soeltan dalem peradoean kedoewa laki istri, dan Sahbanda kadoewa Sahbandi poen heranlah dirinja, kerna dengan sekoetika ia ada di dalem hemanja, dan anak Djin itoe poen hilanglah dari pada mata menoesia itoe.

Setelah itoe maka kata toean poetri, ia kakanda orang moeda manakah itoe, sanget sekali elok roe- panja.

Maka kata soeltan moedah, bahoewasanja itoelah sahbat kakanda, maka asalnja dari pada anak Djin.

Maka semba toean poetri, siapakah namanja anak Djin itoe?

Maka kata soewaminja, ia adinda seorang Mahroen Lailah Mengerna dan seorang Mahroeman Mengerna dan seorang poela Mabroemim Mengerna, maka katiganja itoe soedaranja.

Maka sembah toean poetri ia kakanda, apakah moelanja makanja toean bersahbatken dia.

Maka sahoet soewaminja, bahoewa tanja itoelah boeroeng bajan toean, jang kedoewa itoe soedaranja si bajan itoe,

Adapoen maka laloe di tjeritaken dari permoelaan hingga kesoedahannja, maka toean poetri poen heranlah tertjengeng tjengeng, serta sembahnja ia toeankoe djikaloe Pakosi Mengarna itoe boekannja boeroeng sebener benernja, dan ialah anak Djin.

Maka sahoet soewaminja soenggoe toean.

Maka kata toean poetri, djikaloe ia taoe meroepaken roepanja seperti anak Djin, handaklah beta me_ melihat dia.

Maka sahoet soewaminja, baeklah toean kataken padanja.

Maka toean poetri poen memanggil paksi Laila Mengarna, maka datenglah berkeper keper sajapnja seperti orang menjembah lakoenja.

Maka kata toean poetri, Hai anakkoe toean soenggoehkah toean taoe mendjadi anak Djin, tjobalah iboe melihat anakkoe ini.

Setelah itoe maka boeroeng itoepoen mendjadiken seperti roepanja, maka soekalah hatinja toean poetri, sebab melihat roepanja seorang laki laki, terlaloe amat baek sekali parasnja.

Maka semba Djin itoe, ia toeankoe djikaloe ada derma toeankoe, maka adalah hamba toeankoe ini, handak bermoehoen poelang kembali di negri hamba sebab telah lamalah soedah hamba meninggalken negri hamba sendiri.

Setelah itoe maka toean poetri poen terkedjoet, serta katanja: Hai Laila Mengerna djanganlah angkau meninggalken akoe, dan djikaloe angkau meninggalken akoe, siapakah jang mengliboerken hatikoe djikaloe pada masa masgoel, dan djanganlah angkau sampe sampe hati aken akoe.

Maka sembah Paksi itoe, ia toeankos tiada dapet hamba tinggal pada tempat ini, kerna soedah perdjandjian hamba ini, djikaloe hamba medahirken roepa hamba seperti Djin, itoelah tandanja hamba ini handak bermoehoen.

Setelah itoe maka titah soeltan moedah, ia soedarakoe tidalah soedarakoe kasih aken kita ini, kerna belon lagi djemoe mata memandang roepa tocan, dan lagi djikaloe kita kedatengan kasoekeran, siapa lagi menoeloeng kita.

Maka sembah anak Djin itoe, ia toeankoe djikaloe ada barang kesoekeran toeankoe, maka djikaloe, toean menjeboet nama hamba, maka dengan sigranjahamba dateng ketiga soedara ini.

Setelah soeltan moedah mendengar kata anak Djin itoe, maka katanja baeklah, tetapi kita harep bebrapa pengharepan, jang djangan soedara kita memanahken hati kita lagi pada seorang djoega, kerna maleslah kita menanggoeng penjakit itoe.

Maka sahoetnja, baeklah toeankoe, tetapi toean handak mengamalken soewatoe amalan jang dari Nabi Soelaiman, dan barang siapa jang membatja amalan itoe, segala Djin dan peri mambang dan iblis settan sekalian tiada berani meng adoe biroe hati orang itoe, dan serta djangan meloepaken berboewat ibadat toeankoe.

Maka kata soeltan moedah baeklah.

Setelah itoe maka anak Djin ketiganja itoepoen gaiblah dari pada matanja soeltan moedah itoe, maka toean poetri poen sanget heranlah saktinja anak Djin itoe.

Sachdan maka adalah antara toedjoe hari lamanja, soeltan moedah itoe berkasih kasihan kadoewa laki istri itoe, maka djadi bertamba tamba kasi sajangnja, sebab sama sama telah mengetahwi boedi pekerti, maka itoelah sebabnja bertambah tambah kasih sajangnja. Adapoen maka adalah pada, soewatoe hari, di tjeritaken oleh orang jang berhikajat itoe.

Maka adalah ampat orang bersahbat terlaloe amat baek, terlebi dari pada aken soedaranja, dan barang makannja dan minoemnja atawa tidoernja, tiada dapet berpisah barang sekoetika, kerna sama sama kisih dan sajangnja, dan apa barang halnja bersama sama keampatnja itoe.

Maka di dalem keampa'nja itoe, maka jang seorang handak beristri, maka laloe berkata kepada sahbatnja.

Katanja: Hai sahbatkoe apakah bitjara sahbatkoe ini, kerna kita handak beristri terlaloe amat elok parasnja, serta bask barang lakoenja dan hatinja, maka itoe kita terlaloe amat sanget birahiken kepada dia, maka adalah permintahannja terlaloe amat soeker.

Maka sahoet sahbatnja ketiga, apakah permintaannja perempoewan ito:? katakenlah kepada kita ketiga ini, kerna kita bersahbat ini keampat seperti soedara kita ini sendiri, apa djoega barang pekerdja-an kita, bersama sama mati dan bersama sama hidoep, dan djikaloe ada kesoekeran kita, patoetlah kita bertoeloeng toeloengan, maka baeklah sahbat kita aken kataken soepaja ketahoewan, dapet atawa tiada dapet kita ini menoeloeng, handaklah kita ini keampat menoeloeng djoega, kerna tandanja kita berkasih kasihan.

Maka sahoet jang handak beristri itoe, bahoewa tanja kata perrempoewan ito handak meminta mas sepenimbang berat dirinja, dan djik loe dapet kita mengadaken seperti permintaannja itoe, maka adalah kita beroleh peristriken dia, tetapi dalem ito poen telah kita adaken segala perminta-annja.

Maka telah di timbangnja, maka adalah terkoerang sekira kira seperampat kati setengah banjaknja, maka inilah sebabnja djadi hati kita ini sanget mesgoel.

Maka sahoet sahbatuja, Hai soeda kita dj kaloe demikian djanganlah sahbatkoe djadimasego el hati, atas kitalah ketiga menoeloeng soedarah koe seorang satoe kati setengah, kerna di roemah amba banjak sekali mas aken poesaka orang toewa kita.

Maka sahoetnja baeklah djikaloe demikian bijarlah kita mengasihken, tetapi djikalos kita mengasih aken sabbat kita, apalah pembales sahbat kita kepada kita sekalian ini.

Maka sahoetnja Hai soedarakoe ketiga: djanganlah soedara kita boeat selempang hati, apa djoega barang maksoed soedara kita tiadalah terlarang aken kita. Maka kata sahbat jang ketiga, baeklah djoega djikaloe demikian baeklah sahbat kita berboeat soewatoe tanda tangan bosat ketrangan perkataan soedara kita, soepaja djangan moengkir di belakang kali lagi.

Maka laloe di boeatnja soewatoe soerat, jang mengakoe seperti perdjandjian itoe, maka di beri mas itoe, masing masing dengan satoe kati setengah beratnja, maka laloe kawinilah sahbatnja itoe dengan seorang perempoewan jang di birahiken itoe.

Maka tiada berapa lama antaranja, dengan koewasa toehan jang membahroeken hati menoesia, maka goegoerlah hati sahbatnja jang ketiga itoe, kerna ia melihat roepa istrinja itoe terlaloe amat bagoesnja, dan di sertaken dengan kelakoewannje, maka mendjadi sanget birahi hatinja pada istri sahbatnja.

Maka adalah pada soewatoe hari, sahbatnja itoe bersoewarah ketiganja, Hai sahbatkoe: apakah bitjara soedara kita ini, sahbat kita ampoenja istri itoe teramat baek sekali parasnja; dan akoepoen djadi sanget birahi kepadanja.

Maka saboet seorang poela, kita poen demikian djoega, sijang malem seperti di mata matakoe rasanja istri sahbat kita itoe.

Maka sahoet seorang poela, djikaloe demikian baeklah kita ambilken sobat aken dia, Maka saboet seorang, Hai sahbatkoe: masaken ia maoe nistjaja ia takeet dengan soewaminja, dan lagi kaloe kaloe scewaminja ketahwi apalah kelak soedanja.

Maka kata seorang djikaloe demikian nantilah kita aken menipoe aken soewaminja, soepaja kita dapet perdajaken dia, maka dirilah jang memboedjoek soewaminja, maka djikaloe sahbat kita beroleh kepadanja, maka pada hari jang laen kita berdjemoe dengen istrinja, dan soedarakoe jang menipoe pada soewaminja, dan pada hari jang laen bijarlah sahbat kita.

Setelah itoe maka soedah moepaket ketiganja itoe, maka pada hari itoe djoega ia pergi keroemah sahbatnja, seperti maoe ada sedia kela, maka laloe bermain main, setengahnja bermain main rebanah dan bijola, dan setengahnja membatja hikajat, maka masing masing dengan balnja itoe, maka jang ampoenja istri poen tiada djoega sedar, kerna pala pikirnja pegi mana soedarakoe sendiri, sebab setijanja telah bertegoe tegoehan.

Setelah itoe maka kata seorang, Hai sahbatkoe: marilah kita pergi bermain main kelaoet pergi mendjala ikan.

Maka sahoetnja baeklah kita berkehandak djoega bersama sama. Maka sahoet seorang, Hai sahbatkoe: djikaloe handak pergi bermain main kelaoet kita ini tiada bole mengikoet bersama sama, kerna sebab kita ada oedjoer dan halangan.

Maka sahoetnja soedalah djikaloe soedara kita tiada boleh pergi bersama sama, bijarlah kita pergi ke tiga djoega.

Selelah soedah kahesokan harinja, maka laloe istrinja berboeat perbekelan segala makanan, serta pergilah ia ketiganja pelesir kelaoet serta membawa djala.

Adapoen maka setelah soedah soewaminja pergi itoe, maka pada tengah tengah hari, datenglah sahbat jang berkehandak kepada istrinja sahbatnja, maka di lihatnja prempoewan itoe, sedeng doedoek mendjait serta pakeannja, maka bertamba tamba birahinja serta dateng mendapetken.

Katanja: Hai adinda, tiadakah adinda ingin melihat kakanda ini, kerna hati kakanda sanget sekali birahi meliat adinda.

Setelah perempoewan itoe mendenger kata sahbat soeawaminja, maka heranlah dirinja sebab dari selamanja belon perna ia berkata demikian.

Maka sahoetnja serta gemeter anggautanja, ia kakanda mengapakah kakanda berlakoe jang demikian, tjadakah kakanda kasihan sahbat kakanda itoe? bab soewami hamba sanget pertjaja aken kakanda apakah kelak soedanja, dan djanganlah kakanda me- noercetken hawa mapsoe settan, kerna tiada baek sokali, sebab kakanda telah bertegoch saanelian djan- dji. seperti soedara kakanda sendiri.

Maka sahoet laki laki itoe, Hai adinda: djangan adinda ini sampe sampe hati, kerna kakanda sanget sekali birahiken adinda, dan djangan adinda pikir — demikian, sedeng soedara jang betoel djooga ade jang membirahiken iparnja, apa lagi jang sepertikakanda ini, jang bockan soedara jang soenggoch soenggoch

Maka kata perempoean itoe, ia kakanda djikaloe ada szorang jang berkahandak dengan istri soedara- nja, maka itoelah seorang jang sanget berdebah, itoe lah tandanja orang jang tiada beriman sekali kali,

Maka sahoet laki laki itoe, Hai adinda djikaloe adinda tiada menoeroet seperti kehandak kakanda ini, nistjaja_kakanda boenoe adinda, Setelah ia mendengar kata jang esuikians maka terlaloe amat takoetnja serta berkata dengan kata k jang. Temah lamboet, kerna sebab takoet di boenoenja, | serta katanja: backlah kakanda apalah handak di kata, -tetapi djikaloe di ketshwi oleh soeami hambs, apa- lah kelak soedanja.

Sahoet laki aki tjilaka itoe, bijarlah kakanda ambilken istri, djikaloe adinda di tjari oleh soewami adinda.

Setelah itoe maka kata perempoewan itoe, ia kakanda jang demikian lepaslah tangan hamba ini dehoeloe, kerna hamba pergi kebelakang dehoeloe sebenteran.

Maka laloe di lepasnja serta dengan soeka hatinja, katanja: Hai adinda, sigra sigralah toean kakanda bernanti di sini.

Maka katanja baeklah kakanda.

Setelah itoe maka prempoewan itoepoen toeroenlah berdjalan, serta berpikir di dalem hatinja, djikaloe akoe tiada menoeroet kata laki laki itoe nistjaja akoe di boenoenja, dan djikaloe akoe toeroet barang kehandaknja, nist jaja habislah badankoe di makan api naraka, kerna sebab mendoewaken soewami, maka siksa jang mana akoe di kenaken pada jaumil kijamah, dan lagi apalah goenanja akoe ini di ambilnja dengan beberapa kesoekeran, dan soeker djoega soewamikoe mentjari mas jang seberat timbangan badankoe, dan sekarang handakoe mendoewaken diadan djikaloe demikian baeklah akoe melariken diri- koe, maka laloe pergilah kepada sebelah roemahnjaserta bertemoeken tetangganja.

Maka di sanalah ia berhenti sampeken dateng soewaminja dari laoet. Maka sahbatnja poen kembalilah keroemanja.

Setelah bertemoe dengan soewaminja, maka prempoean itoepoen doedoeklah berpikir, handak di kataken pada soeaminja takoet kaloe kaloe djadi pitnah, sebab soeaminja sanget sekali sabarnja, dan djikaloe tiada handak di kataken, takoet soeaminja mengatatiwie atawa pitena dari pada laki laki itoe.

Setelah soedah berpikir itoe maka laloe berdiam dirinja, serta tiada di kataken soewatoepoen oleh soeaminja, dan ikan jang di dapet oleh soeaminja poen laloe di masaknja, serta makan dan minoem dengan manis moekanja.

Sachdan maka setelah dateng pada hari jang laen, maka seorang poela dateng menggoda perempoean itoe, maka tiada di perolehnja dan di tjeritaken oleh jang mengarang, maka sampelah ketiga tiganja menggoda prempoean itoe, maka semoeanja di tipoeken dengan daja oepajanja, sebab inget dirinja jang sanget mahal harganja itoe.

Maka adalah pada soewatoe hari, dateng pikiran padanja, djikaloe akoe tinggal berdiam nistjaja djadi pitenah ataskoe, dan atas soeamikoe, djikaloe demikian baeklah akoe pergi kepala toean poetri Mahroen Siti, kerna soewaminja orang berboedi, serta soedah meshoer namanja pada segenep negri, kaloe kaloe ia taoe tipoe daja oepajanja hal laki laki ketiganja ini.

Setelah itoe dari pada sanget kasi sajangnja aken soeaminja, maloe tiada maloe ia pergi masoek kedalem astanah so Itan moedah, serta dengan takdirnja soedjoed pada kaki toean poetri. Maka toean poetri poen menegorken katanja: Hai kaka Naisah, mengapa kaka ini toemben toemben dateng kemari ini, sekejan lama tiada pernah diri ini dateng kemari.

Sembanja, ia toeaukoe poetri jang amat boediman, makanja hambanja toeankoe dateng kemari ini, kerna adalah dateng soeatoe kesoekeran hamba ini, kerna soeami toeankoe hamba dengar chabarnja sanget boediman, itoelah hamba handak menanjaken soeatoe hal hamba, kaloe kaloe sadja ia taoe hoekoemnja.

Maka laloe di tjeritakenlah halnja ichwalnja satoe satoenja.

Maka toean poetri poen sangetlah belasnja rasa hatinja, serta katanja: Hai kaka Naisah orang beriman, djikaloe demikian baeklah kaka menantiken sebentar djoega kakanda dateng, kerna kakanda lagi mengadep ajahanda.

Setelah itoe maka sekoetika ia poen datenglah Maka sembanja ajoenda Naisah itoe, ia toeankoe soewami hamba ini ada ampat sahbatnja, seperti soedara sendiri seoemoer hidoepnja, lebi koerang sedikit bersama sama, kena sanget bertegoeh tegoehan djandji setianja itoe, maka telah mendjadiken soedaranja doenia acherat, sekarang selamanja hamba bersoewamiken hamba toeankoe jang laki laki itoe, maka segala laki laki itoe berkehandak kepada hamba tocan jang prempoean ini, maka telah berapa kali ia mengadoe biroe atas hamba, maka dengan beberapa daja oepaja hamba toeankoe, tiadalah sampe barang kehandaknja sahbat soewami hamba, maka dalem itoepoen tiadalah hamba kataken kepada wami hamba, kerna hamba takoet kaloe kaloe djadi pitena atas hamba, dan lagi takoet mendjadi patah hatinja soewami hamba, dan djadi sakit hati sahbatnja, kerna sebelonnja di peristriken hamba telah soewami hamba bersahbat dengan dia, itoelah sebabnja hamba tiada maoe mengataken segala hal sahbatnja itoe, kaloe kaloe ia nanti mendapet maloe sekalian, dan sekarang djikaloe ada rahim dan belas kesihan toeankoe, adalah hamba ini mintalah pertoeloengannja toeankoe.

Setelah itoe maka soeltan moeda poen terlaloe amat belas kesihan toean koe melihat roepa prempoean itoe, serta katanja: insaallah taalah djikaloe dengan kebeneran moe, moeda moedahan dapetlah akoe tipoeken laki laki itoe.

Setelah itoe maka soeltan moeda poen mengambil seboewah tjetjoepoe jang berisi bihoes (ratjoen) itoe, serta di beriken kepada prempoean itoe, serta sebantak piso jang amat tadjem, serta katanja: Hai ajoenda, adakah laki laki itoe sehari hari dateng keroemah diri.

Maka sembanja soenggoeh toeankoe, kerna laki laki itoe sanget berkasih kasihan dengan soewaminja hamba ini.

Maka kata soeltan moeda, djikaloe ia dateng laki laki itoe jang tebel moekanja itoe, keroemah diri, maka ia handak mengadoe biroe, maka diri kataken ia kakanda djikaloe sanget soenggoeh birahi aken hamba djanganlah pada sijang hari, baek lah pada malem hari, kerna soewami hamba tiada, kerna persoeroegi kepada soeltan moeda, kerna kelak akoe panggil soewami hamba pada malem ini, dan djikaloe laki laki itoe sekalian menoeroet katamoe, maka angkau berdjandji soepaja berganti djemnja, dan djikaloe ia dateng, maka angkau mengadjak bersama sama pada peradoean, maka angkau membri tjioem bihoeskoe ini, insaallah kelengerlah laki laki jang moeka tebel itoe, maka djikaloe ia telah pangsan, maka diri ambil bidji kelapirnja, serta diri potong dengan piso ini, maka diri sapoeken mata piso itoe sekali, bingga tinggi mata hari itoe bahroelah ia sedar dari pada pangsannja.

Setelah itoe perempoean poen, termoehoen poelang keroemahnja.

Setelah sampe di roemahnja, maka bertemoe poela sahbat soewaminja, serta di pegang tangannja, Hai prempoean maoekah angkau dengan akoe atawa tidakah ? djikaloe angkau tiada maoe nistjaja akoe penggel batang lehermoe ini.

Ja: toeankoe baeklah akoe serahken diri hamba ini kepada toean, tetapi nanti kelak malem ini, kira kira djem poekoel toedjoe, kerna soewami hamba telah pergi kedalem astanah, di panggil oleh soeltan moedah.

Setelah laki laki itoe mendengar kata, maka pertjajalah sebab melihat kelakoeannja seperti soenggoeh soenggoeh perkataannja, maka laki laki itoe poen bertegoeh tegoehan djandji.

Maka prempoean itoe poen demikian djoega, maka laloe kembalilah pada roemahnja.

Maka sekoetika poela dateng jang laen, maka demikian djoega djandjinja pada djem poekoel delapan. Maka jang seorang poela, aken di djandjinja djem poekoel sembilan.

Katanja: boekan hamba tiada maoe, kerna hamba takoet di ketahwi oleh soewami hamba, dan djikaloe berkasih kasihan belon berapa poewasnja telah tjidralah nama hamba, dan djadi toean poen berpoetoesanlah djadi sahbat bandee apalah goenanja.

Maka pikirlah laki laki itoe, soenggoelah seperti kata itoe, maka pertjajalah.

Setelah soedah kembali itoe masing masing, maka datenglah soewaminja dari pada berdagang, sekoetika makan dan minoem, maka ia lagi sedeng berdoedoek aken bersenangken dirinja, maka datenglah Sabanda kedoewa Sahbandi itoe, memanggil orang moedah itoe katanja: Hai soedarakoe, bahoewasanja toeankoe aken memanggil soedarakoe malem sekarang.

Maka terkedjoetlah orang moedah itoe, serta pikirnja, mengapa ini toemben tcemben di panggil oleh soeltan boediman, maka gemeterlah segala anggoutanja, serta menjembah Sahbanda kedoewa Sahbandi itoe, katanja: baeklah toeankoe.

Sambil berkata poela pada istrinja, patoetlah sepoeloeh hari ini hati kita tiada sedep sekali 'rasanja

Maka laloe berdjalanlah menoedjoe kedalem astanahnja radja.

Adapoen maka setelah malem hari, pada waktoe itoe datenglah laki laki itoe, serta melihat perempoean itoe, seperti melihat seorang poetri rasanja, sebab bertjahja tjahja wadjah derdjahnja, kerna pada malem itoe ia berhijas dengan pakean jang amat inda inda roepanja, djadi bertambah tambah baek dalem pandangan.

Maka laloe di pegangnja tangan prempoean itoe, katanja: marilah djiwa oetama retna, maskoe toean goenoengkoe goesti, seperti bajang bajangan sorga ini, manakah djandji toean dan loepakah toean djandji kakanda.

Maka kata perempoean itoe, dengan manis moekanja, ia kakanda: djikaloe seperti beta tida nanti berobah djandji, djangan djangan kakanda djoega jang tiada tegoeh setia dengan kita.

Setelah laki laki si moeka tebel itoe, mendenger kata prempoean itoe, maka laloe berpantoen serta mentjioem pipi prempoean itoe demikian pantoennja.

Boewah pepaja di goeba bandji,,
Baek di goeba bertangki tangki,
Djikaloe saja berobah djandji,
Boekannja namalah laki laki.

Dengarlah soempah kakanda sekarang,
Maoelah mati dengan biroewang,
Djikaloe adinda soewaminja boeang,
Sekarang djoega koe bawa poelang.

Kepalaloe??? bedjat. Setelah itoe maka laloe di bawanja kedalem peradoewannja

Setelah sampe kedalem peradoewan, maka prempoewan itoe poen memberi aken mentjioem bihoes itoe, maka laloe pangean tiada habarken dirínja, maka laloe di potong bidji kelapirnja, serta di sapoekennja tiga kali dengan mata piso, maka laloe rata seperti telapakan tangan roepanja, serta tiada dengan berdara lagi, maka heranlah perempoean itoe kerna saktinja piso itoe, dan bihoes itoe.

Adapoen maka di tjeritakennja, datenglah hingga ketiga tiganja laki Jaki. itoe, di perboewatnja jang demikien.

Maka hingga datenglah sijang hari, setelah laki laki itoe sedar dari pada tidoernja, maka di libatnja dirinja ada pada tempat sahbatnja, dan mata hari telah tinggi, maka dari pada sanget takoetnja itoe, maka tiada habarken, dirinja serta bangoen melompat keloear dengan goepoenja, seperti orang kemaloe maloewan lakoenja, serta menoedjoe keroemahnja, dan serta seorang djoega bangoen serta lari keloear, maka hingga jang ketiga demikian djoega.

Setelah itoe maka terseboctlah perkatsan soewaminja prempoean itoe,tatkala masoek mengadep soeltan on itoe, dengan takoetnja, maka semaleman tiada dapet beradoe, kerna koewatir pada hatinja.

Setelah sijang hari, soeltan moedah poen berdoedoek dengan bersama sama toean poetri Mahroem Siti, serta di badep sekalianja dajang dajang.

Maka Sahbanda Sahbandi poen dateng, serta membawa laki laki itoe.

Maka soeltan moedah melihat roepa laki laki itoe, maka teringetlah tatkalah menjoeroe memanggil.

Maka orang moedah itoe pen soedjoed menjemba pada baginda kedoewa laki istri.

Maka kata soeltan: Hai soedarakoe, siapa nama dirimoe dan siapa iboe bapamoe?

Maka sembanja jatoewankoe, sebab hamba mendjadj miskin ini, kerna tatkala iboe bapa bamba wapat banjaklah meninggalken poesaka, maka adalah pesen ajahania hamba, katanja djikaloe akoe mati, angkau mentjari istri jang maskawinnja mas, maka djikaloe angkau tijada dapet perempoean jang mas kawinnja mas, djanganlah angkau beristri dehoeloe, kemdijan hamba djadi takoet, sebab pesen ajah hamba djadi tijadalah hamba beristri, den beberapa hamba mentjari beloen djoega bertemoe, maka pada soewatoe masa gamba mendapét, tetapi seberat timbangannja, maka itoelah hamba djoewal segala harta harta itoe hamba djoewal, maka bahroelah sampe seperti harga mas seberat timbangan istri hamba, itoelah moelanja hamba mendjadi miskin toeankoe.

Maka kata soeltan moeda, sekarang ini apakah belandjamoe aken istrimoe itoe?

Maka sembanja jatoeankoe, adalah dengan noegrah toehan, serta berkat penghoeloe kita Nabi Mochamad, maka dengan djoega berkat doa toeankoe, adalah tiga orang sahbat hamba, mengasihi hamba dazangan segala kaen-kaen den soetra-soctra, atawa laken laken dengan harga doewa kapal di soeroenja djoewal dengan harga satoe kapal itoelah toeankoe, sebab sahbat hamba sanget kesiban dengan hamba, sebab tatkala adalah iboe bapa hamba, dengan iboe bapanja sahbat hamba itoe telah berkasih kasihan, maka inilah hamba di soeroenja dagang pada soewatoe negri, maka dengan takdir allah maka bahroelah hamba hendak berlajar, maka datenglah seorang kodja bernama Poedja daalla handak membli dagangan hamba, dengan harga doea kapal, maka hamba djoewalken pada tempat itce djoega, maka tijadalah djadi hamba pergi pada tempat jang laen, kemdijan hamba poelang di negri hamba, maka kata hamba toeankoe titah di panggil padoedoe toean, maka itoelah hamba dateng kemari toeankoe, maka itoelah belandjahan hamba toewankoe.

Maka setelah soeltan moeda itoe, mendengar sahdja laki-laki itoe, maka lsloe tersenjoem serta berkata, Hai Abdoellah: mengapakah iboe bapa angkau menitahken mentjari istri jang mas kawinnja mas seberat tinbangan: perempoean itoe?

Maka sembahnja ja toeankoe, hamba tijada taoe apa hikmadnja pada ajahanda hamba itoe.

Maka sahoet soeltan moeda itoe, serta tersenjoem sambil malihat istrinja itoe, katanja:

Hai soedarakoe, bahoewa sanja pesen bapa moe itoe boekan pertjoema, artinja djangan angkau beristri pada jang moerah-moerah harganja, seperti kata orang itoe, kendati djelek-djelek sedikit asal dapet moerahan harganja, maka itoelah jang bapa moe pesen aken angkau, kerna selamanja djikaloe barang jang moerah harganja den dengan gampang di perolehnja, nietjaja koerang baek den koerang bagoes, den sembarang orang boleh mendapet dija, den djikaloe soewatoe barang jang mahal, den dengan beberapa soedah di tjarinja, maka itoelah jang di kata barang baek, maka itoelah sebabnja di pesen oleh bapamoe mentjari istri jang mas kawinnja mahal,

Maka sembanja ja toeankoe, terlebi maaloem toeankoe hamba ini tijada mengetahwi dak itoe.

Maka kata soeltan moeda, Hai Abdoellah; djikaloe angkau beroleh seperti pesen bapamoe itoe, maka itoelah namanja perempoewan jang tegoeh djandjinja den teroeslah pada hatinja kasih sajangnja, den tijadalah maoe mendenger kata orang laen, den tijada ija mace mendenger asoetan orang laen, maka itoelah satoe tanda pada kita, kerna djikaloe soeatoe barang, sebaek-baeknja seperti barang jang kita boleh poengoet, masahken boleh sama dengan barang jang kita bole beli, kerna djikaloe barang jang di poengoet tida takoet kita memboewang poela, den djikaloe barang jang di beli dengan mahal harganja, nistjaja handak di boewang rasanja sajang sekali.

Maka soeltan berkata-kata itoe, maka djadi tersedarlah dirinja, laloe handak-bertjoetjceranlah aer matanja, maka laloe di tahanken sambil menjamarken bersantep sisir, kerna sebab dirinja sendiri jang di poengoet orang maka di perbocatlah demikijan, maka leboerlah rasa hatinja itoe.

Maka soeltan moeda poen berangkat masoek, serta katanja pada orang itoe, soedalah angkan serta peliharaken istrimoe itoe dengan kerna allah, itoelah istrimoe jang dari doenja, sampe pada jaumi kijamah.

Setelah itoe maka soewami perempoean itoe poen bermoehoen poelang, serta berdjabat tangan pada Sahbanda kedoewa Sahbandi.

Arkijan maka terseboetlah perkata-annja tiga bersahbat itoe, lagi bersoewarat ketiganja, katanja: Hai sahbatkoe bahoewa semalem kita telah masoek kedalom roemanja sabat baek kita, maka kita kepoelesan di sana.

Maka kata seorang: kita poen demikijan djoega.

Maka kata jang seorang lagi poela, itoelah djikaloe kita pikir-pikir kita ini betoel seperti laki-laki jang di kebiri, maka dirasaken dirinja soenggoe seperti kata itoe.

Setelah di lihatnja, maka terlaloe amat heranlah, maka sekalijannja poen terlaloe amat maranja, serta katanja: Hai sahbatkoe, djikaloe demikijan maloe soenggoe rasanja kita ini, kerna terbedaja oleh perempoean itoe, den djikaloe demikijan baeklah kita ambil dengan perkosa sebab tatkala hari soewaminja soeda. berdjandji dengan kita ketiga ini.

Tatkala memindjem mas satoe kati setengah, maka perdjandjian apa djoega barang kehandak kita tiada terlarang olehnja, dan sekarang baeklah kita ini minta istrinja, soepaja kita beristriken ketiga soedara ini berganti ganti, kerna ia berboewat maloe aken kita, nistjaja kita poen berboeat maloe padanja.

Maka sahoet seorang, Hai soedarakoe pada pikir hamba ini, djikeloe kita minta istrinja nistjaja tiada dapet bagi segala hoekoem radja di dalem negri, dan djikaloe demikian terlebi baek kita minta dagingnja satoe orang satoe kati setengah, maka dalem kita ketiga adalah tiga kati semoewanja, dan djikaloe kita dapet tiga kati dagingnja, nistjaja |ia poen bole mendjadi mati.

Maka sahoetnja soenggoeh akal ini.

Selelah soedah mesoewarat itoe, maka laloe pergi pada roemah sahbatnja, katanja: Hai sahbatkoe, apakah bitjaramoe, kerna tatkala angkau mengambil mas dari padakoe, aken perdjandjian moe barang kehandakoe angkau beri, dan sekarang angkau kasi atawa tiada akoe ini minta daging moe sebrat brat maskoe itoe, dan djikaloe angkau tiada beriken seperti permintaankoe, nistjaja poetoeslah kita bersahabat, dan akoe bawa angkau kehadepan radja di dalem negri.

Setelah itoe maka laki laki itoe poen tiada dapet berkata kata lagi, sebab pada rasanja ialah jang ampoenja kesalahan sebab perdjandjiannja, apa djoega barang kehandaknja akoe beri aken dia itoe.

Maka setelah istrinja malihat hal soewaminja itoe, maka laloe berkata: Hai kakanda sekalian, beroenijaja aken soewami kita tapi soenggoe perdjandjian demikian, tetapi itoelah perkataan tiada patoet sekali kali, djtkaloe kakanda sekalian handak di tockarken dengan mas, bijarlah kita jang ganti satoe kati dengan tiga kati.

Maka sehoetnja laki-laki itoe, djangan banjak kata moe, kerna tatkala soewamimoe mengambil mas itoe ada pada akoe, angkau belon lagi bersoewamiken dia, dan sekarang djikaloe angkau belon lagi maoe memberi seperti mintakoe ini, akoe ini bawa angkau kepada radja.

Maka kata prempoean itoe, Hai laki laki? djanganlah toean toean sekalian handak menganijaja dengan orang, pada pikirmoe berkehandak kepada istrinja dan handak memboenoeh soewaminja, dan kesoedahannja habis akal boedimoe, maka hendaklah mengambil istrinja orang, betoel seperti laki laki jang tiada bidjinja, dan djikaloe ada ampoenja jang terseboet itoe, nistjaja bisa mentjari pada prempoean prempoean laen jang boekan istri orang, itorlah tandanja laki laki namanja apakah tida ada sekali maloenja.

Setelah dari pada salah seorang, mendengar kata perempoean itoe, maka laloe mengoesoet pedangnja ia handak menjerang kepada prempoean itoe.

Maka kata seorang, Hai soedarakoe: inget inget toean kerna pekerdjaan memboenoe itoe boekannja seperti kita ini, dari pada kita memboenoeh dia, terlebih baek kita di hoekoemnja kepada radja, seperti manah perdjandjian itoe, nistjaja radja dalem negri ini menghoekoemken dengan hoekoem jang sebener benernja, sebab ialah jang telah salah perdjandjiannja sendiri.

Setelah itoe maka sahoet seorang poela, benarlah seperti kata ini, kerna soeltan moedah itor sanget dermawan lagi boediman, dan beberapa hoekoem jang soeker soeker telah termaloem padanja.

Setelah soedah itoe maka laloe pergi kepada radja, maka pada hari itoe padoeka soeltan Taib lagi di hadep dengan sekalian punggawanja masing masing dengan hoekoemnja, dan soeltan moedah poen ada hadir pada masa itoe.

Maka orang jang ketiga itoe poen membri taoe, kepada mantri jang besar hal ichwalnja, maka mantri poen seraken apa barang katanja.

Setelah soedah di soeratken maka di persembahken kepada radja.

Maka radja poen membatja serta memanggil ketiganja itoe.

Maka laloe dateng sertanja soedjoet.

Maka baginda poen sigra memereksa dia, maka pikir baginda djikaloe.demikian tidakah patoet permintaannja itoe, kerna mas itoe handak di tockar pada daging manoesia.

Maka titah baginda kepada segala pegawenja itoe, Hai pegawe kadi dan penghoeloe dan mantri hoeloebalang, dan sekarang apakah bitjara toean toean ini sekalian dari pada hal ini.

Maka sembahnja ia toeankoe, pada pikir hamba jang hina ini, tiada patoet mas itoe handak di toekarken, dengan daging menoesia itoe, tetapi djikaloe pada hoekoem perdjandjiannja itoe, patoet seperti permintaannja ketiga orang ini, maka dalem itoepoen terlebih baek toean memereksa pada jang memindjem mas itoe.

Setelah itoe maka baginda menjoeroehken memanggil orang itoe.

Maka laloe dengan sekoetika itoe poon datenglah serta gemeter segala anggotanja, maka soedjoet pada kaki radja itoe.

Maka kata baginda, Hai kamoe; soengoelah angkau berdjandji pada tiga orang ini, apa barang kehandaknja angkau beri.

Maka sembanja ia toeankoe seperti perdjandjiannja hamba, dari sebab bebel hamba kerna hamba tiada sangka jang hati sahbat hamba beroba djandji, kerna dehoeloenja sanget sekalj berkasihan dengan hamba, itoelah sebabnja hamba berkata boekan dengan nadar toeankoe ini.

Setelah itoe maka titah radja, Hai kamoe: daripada sanget bebel moe, dan sekarang boekannja akoe menghoekoem angkau dan dari pada sebab moeloet moe datengnja perkataan itoe, dan sekarang angkau misti toeroet seperti mintanja tiga orang itoe.

Maka sembahnja ia toeankoe, ampoenilah hambanja tidalah hambamoe dapet menanggoeng penjakit itoe.

Setelah itoe maka. aki laki itoe poen di bawa oranglah, serta di iket kaki tangannja, serta di bawa pada sama tengah aloen aloen itoe, di hadepan masdjit dari pada batoe itoe, serta di iketnja pada setangkal kajoe dengen tangisnja.

Adapoen maka pada koetika itos istrinja poen ada hadir pada tempat itoelah.

Setelah di lihat soewaminja itoe handak di potong lah, dan leki Jaki ketiga orang itoe poen telah hadir mengoesoet pedangnja, handak mengambil daging Soewaminja, seorang satoe kati setengah, maka pada masa itoe pikirlah perempoean itoe, sebab soewamikoe berboeat demikian kernakoe, dan djikaloe demikian baeklah minta pertueloengan pada soeltan moedah, kaloe kaloe ia tahoe hoekoemnja,

Setelah itoe maka prempoean itoe poen masoek ke dalem tantara banjak, serta soedjoat pada kaki soeltan moedah dengan tangisnja, katanja: ia toeankoe djikaloe ada rahimnja toeankoe, maka adalah hamba moehoenken noegrah toeankoe atas soewami hambamoe itoe, kerna pada sangka sangka hamba tiada patoet di boenoeh mati.

Setelah itoe maka sekalian chalaik itoe poen terkedjoet melihat seorang prempoean sanget baek sekali roepanje, dan sanget berani mengadep di dalem hoekoem radja, maka heranlah masing masing jang hadir itoe.

Setelah itoe maka titah soeltan moedah, Hai prempoean: soedahlah angkau ini djangan menangis, soepaja akoe bertanjaken dehoeloe pada baginda segala hal ichwalnja.

Setelah itoe maka baginda poen tertjengeng tjengeng, melihat perempocan itoe, serta katanja: Hai anakoe, mengapakah prempoean ini dateng menangis.

Maka sembahnja soeltan moedah itoe, ia toeankoe bahoewa inilah soewaminja prempoean itoe, dan djikaloe ada rabim ‘toeankoe, mintalah hambamoe ini di pereksa dehoeloe laki laki ketiga itoe.

Setelah itoe maka titah radja, baeklah anakoe toean.

Maka orang tiga itoe poen di panggil poela oleh soeltan moedah.

Maka dateng ketiganja ser a menjembah, pada sekalian pegawe radja dan mantri hoeloe balang raijat, dan segala orang jang ada dalem mesdjit itoe poen semoewanja mendjadi heran, sebab perkara soedah hasil handak di moedahken oleh soeltan moeda itoe.

Maka ramelah pada waktoe itoe orang jang pergi melihat.

Setelah itoe maka titah soeltan moedah pada tiga orang itoe, Hai kamoe sekalian ketiga, apakah sebabnja angkau memberi mas kepadanja, dan sekarang angkau minta toekar dengan daging orang.

Maka sembahnja, ia toeankoe terlebi maaloemlah, toeankoe sebab hamba moehoenken dagingnja, sebab ialah ampoennja perdjandjian sendiri.

Maka sahoet soeltan moedah, Hai kamoe sekalian itoelah kenjataannja jang angkau tiada beriman, dan lagi menceroet kaoem iblis, jang handak memakan daging samanja menoesia, dan handak beranijaja kerna beloen ada scorang jang maminta hoekoem sebagi kamoe, maka bahoewasanja angkau handak memboenoeh orang; kemoedian hari angkau terboenoeh poela.

Maka sembabnja ketiga orang itoe, ia toeankoe terlebi ampoen djoega toeankoe, dan djikaloe toeankoe tiada dapet menghoekoewken hambamoe ini, bijarlah bamtamoe handak mentjari: pada negri jang laen, kaloe kaloe di sana dapet menghoekoemken dengan sebener benernja.

Maka sahoet soeltan moedah, bahoewa sanja boekan tiada akoe dapet menghoekoemken, tetapi akoe handak mengetahwi dehoelos, tatkala angkau membeli mas itoe, adakah sama sekali atawa sedikit sedikit atawa boelet, dan atawa sama sekalisatoe kati setengah.

Maka sembahnja masing masing, ia toeankoe bahoewa tatkala hambamoe memberi mas itoe, boelet dengan satoe kati setengah dan tida sedikit sedikit hanja boelet.

Setelah itoe maka heranlah soeltan moadah itoe, serta toendoek berpikir sekoetika, moka laloe memandang pada mantri jang toeewah.

Katanja: Hai memanda mantri, soeratkenlah apa barang katanja tiga orang itor

Setelah itoe maka laloe soedah di soeratken.

Maka soeltan poen menjoeroehken memboeka iketannja laki leki itoe, maka pergilah seorang memboeka pada aloen aloen itoe, serta di bawa kehadepan soeltan moedah.

Maka laki laki itoe poen gemeter segala toelang sendinja, serta soedjoetnja.

Maka titah soeltan moedah, Hai Abdoellab, adakah tatkala angkau menerima mas itoe sama sekali satoe kati setengah dan boekan sedikit sedikit jang di kasih. Maka sembanja soenggoe toeankoe, hamba tatkala menerima sama sekali boekan separo separo.

Setelah itoe maka soeltan moedah poen toendoek berpikir sekoetika, serta katanja dengan pjaring soewaranja, katanjs: Hai kamoe eekalian ketahwi oleh moe bahoewa sanja tatkala mas itoe di berinja sama sekali, dan sekarang bijarlah laki laki itoe memotong daging iteo, dengan potongan satoe kati setengah, dan djikaloe ia dapet memotong dengan satoe kali potong, maka di sanalah hoekoemnja laki laki itoe jang memindjem, dan djikaloe ia tiada dapet potong dengan satoe kati setengah, maka ialah nanti di potong oleh orang dengan hoekoem radja.

Setelah soedah berkata kata dengan njaring soewaranja itoe, maka soeltan moedah berkata sendirinja, pada tiga orang itoe.

Maka sembahnja:,,ia toéanko etiada hambamoe dapet dengan sekali potong satoe kati setengah, sekali poen serta toelang toelangnja djoega tiada hamba memotong satoe kati setengah.

Maka sahoet soeltan moedah bahoewa tanja djikaloe angkau tiada dapet memotong dengen sekali potong satoe kati setengah, maka angkaulah koegoeroe potong.

Maka habislah gemeter segala anggotanja.

Maka kata soeltan moeda, Hai mantri keampat, lihatlah oleh moe tandanja laki Jaki jang di kata tiada ada keberaniannja sebab kehandak dengan istri orang, dan soewaminja handak di boenoehnja.

Maka setelah orang tiga itoe mendengar titah soeltan moedah itoe masing masing tiada lagi dapet berkata kata, dari pada sebab sanget maloenja, maka laloe mengeesoet pedangnja serta memboenoeh dirinja sendiri, maka di sanalah mati ketiga orang itoe.

Maka baginda poen sanget herannja bidjaksananja soeltan moedah itoe, dan segala jang mengadep poen meshoerken nama soeltan moedah itoe, maka maitnja poen di tanem orang sepegimana adat orang islam dan hartanja di boeat arowah aken dia, dan laki laki itoe poen poelanglah kedoewa laki istrinja dengan selamatnja itoe.

Maka baginda poen menoegrahken selangkep pakean aken soeltan moedah, serta katanja: ia toean akoe bahoewa tanja anakkoe jang mengangkatken ke handak dari pada api naraka, kerna hoekoem ajahanda itoe adalah berhilap sedikit, maka inilah Noegrah ajahanda, dan sekarang djikaloe ada soeka tjita anakkoe, handakiah ajahanda membriken anakoe keradjaan ini, kerna ajahanda sanget toewah lagi koerang penglihatan dan koerang pendengerannja.

Setelah itoe maka soeltan moedah poen terkedjoet aken mendengar titah ajahnja serta toeroen dari tempatnja serta meninggalken dastarnja, serta soedjoed pada kaki ajahanda baginda, katanja: ia toeankoe ampoen hambamoe kebawa doeli toeankoe, boekannja ananda tiada handak kedoadoekan itoe, tetapi hamba moehoenken ampoen aken toeankoo belonlah ananda handak doedcek keradjaan, sebab koerang sedepnja, dan lagi mendjadi hilang adat negri, kerna hamta ini seorang jang moesapir pada negri toeankoe, dan lagi kaloe kaloe mendjadi soerem wadjah derdjah segala moeka orang besar besar, dan moeka orang kaja kaja, sebab hamba seorang jang hina bangsa lagi poen belon sampe pada pikir hamba.

Maka sahoet baginda, Hai anakoe: tiada mengapa dari pada hal itoe, dengan pengarepan ajahanda bijarlah anakce doedoek keradjaan dalem negri ini, sebab ajabanda tiada mempoenjai anak laki laki, dan lagi pada penglihat ajahauda, anakoelah jang patoet doedoek keradjaan dalem negri ini, dan siapa lagi ajahanda harepken, djikaloe tiada jang seperti anakkoe.

Setelah soeltan Moedah melihat kelakoeawannja ajahanda baginda itoe, maka di ketahwinja lah jang ia sanget berkehandak kepadanja, maka laloe berkata: ia toeankoe baeklah, tetapi ananda perkehandak bernanti dehoeloe barang doewa tiga poelan. ini, kaloe kaloe ananda mentjari pikiran dahoeloe.

Setelah itoe maka senanglah hatinja baginda itoe, mendengarken kata mantoenja jang sedemikian.

Alkaisah.

Maka terseboetlah -perkataannja permaisoeri serta anaknja, toean poetri Tjindra Sari itoe, maka adalah pada soewatoe hari ia doedoek pada bale astanahnja, katanja: Hai anakoe apskah habarnja poetri Mahroem Siti?

Maka semba anaknja ia tocankoe soewatoe poen tiada di goesarinja kerna sanget kacih sajangnja.

Maka sahoet boendanja, Hai anakoe jboe dengar, habarnja, ajahanda toean handak mendjadiken radja besar aken mengyantiken keradjaannja, dan sekarang lah bitjara anakoe, kerna pekerdjaan kita nistjaja di ketahwinja, dan djikaloe ia mendjadi radja besar dalem negri ini, nistjaja segala rahsia ini terboeka olehnja, maka djikaloe di ketahwinja habislah kita ini di balesnja, dan djikaloe demikian baeklah kita mentjari tabib jang taoe mentjariken daja oepaja soepaja dia bentji dengan istrinja, dan istrinja bentji dengan dia, soepaja ia mendjadi petjah bela kedoewanja.

Setelah itoe maka toean poetri poen menjoeroehken seorang dajang dajang jang toewah lagi kepertjajaan, namanja dang Lajang Pandai.

Maka laloe di bawanja tabib itoe, kebadepan toean poetri itoe serta menjemba sambil berkata: hambanja tabib toeankoe.

Maka kata permaisoeri, Hai tabib: boeatken akoe satoe hobatan soepaja, toean poetri bentji melihat soeltan moedah, dan soeltan moedah bijarlah bentji melihat istrinja.

Maka laloe di kasinja beberapa obat, laloe di soeroenja taro pada tempat tidoernja.

Setelah soedah di berinja itoe, maka titah permaisoeri katanja: Hai tabib, dari pada pekerdjaan ini, djapganiah angkau petjahken pada seorang angkan simpen rahsia ini.

Maka sembanja tabib itoe, backlah toeankoe.

Maka toean poetri poen memberinja harta dan wang serta bermoehoen poelang.

Setelah itoe maka permaisoeri menjoeroehken dang Roekem jang menaro, sebib ialah jang biasa mascek keloear pada tempatnja toean poetri Mahroem Siti itoe.

Adapoen maka setelah ganep toedjoeh hari lamanja, maka toean poetri Tjindra Sari poen pergi bermain main keroemahnja toean poetri Mahroem Siti itoe, maka pada ketika itce eoeltan moedah sedeng mengadep baginda, maka toean poetri poen melihat soedaranja dateng, maka hatinja poen terlaloe amat soeka, serta di tegornja katanja: ia ajoenda telah satoe boelan lamanja ajoenda tiada bermain main apakah moelanja.

Maka sahoet soedaranja serta tersenjoem katanja: ja adinda tiada baek pada perasaan kakanda, kerna adinda ada orang ampoenja soewami, kaloe kaloe dapet jang koerang baek, kaloeken di kata kakanda jang mengajar adinda, itoelah moelanja djadi kakanda takoet sering sering dateng kemari.

Setelah itoe maka titah toean poetri Tjindra Sari, Hai adinda: soedakah toean menjoetjiken kakinja soewami toean dengan aer panas.

Maka sahoetnja soedalah toean, tetapi ia moerka sebentaran dan kemoedian ia baek kembali, serta terlebih lebih sajangnja dengan hamba. :

Maka sahoetnja kasi soenggoe soewami toean aken adinda ini.

Maka di djawabnja, soenggoe toeankoe kerna hamba poen kasih aken dia.

Maka kata toean poetri Tjindra Sari, sakjranja sekarang toean handak mentjoba lagi ates soewami toean.

Maka sahoet toean poetri ia kakanda, pada hari ini tiadalah hamba mace mentjoba lagi, kerna padoeka kakanda soeltan moedah telah sanget tjintanja akan hamba, dan lagi telah sampelah hamba mentjoba dia, dan kasihan soenggoe rasa hati hamba, dan sekarang soedalah ajoenda djanganlah menyadjar hamba segala kalakoewan jang tiada keroewan, dan hamba boekan anak jang masi ketjil, dan hamba sampe besar dan lagi sampe mengarti pengadjar ajoenda itoe, tiada patoet sekali kali.

Maka setelah toean poetri Tjindra Sari mengarti kata soedaranja sanget maloe rasanje, serta katanje: angkau tiada sekali menaro maloe dan moeka tebel, anak seorang soeltan bersoewamiken segala anak toekang sero ikan.

Maka sahoetnja, Hai kakanda: djikaloe angkau handak persoewamiken soeltan, ambilah sjoenda, dan sekarang hamba telah mengarti, telah dari ketjil moela ajoenda handak bercenijaja hamba, hingga dateng sekarang ini poela handak di adoe adoenja kita, dan telah berapa kali kita menoeroet pengadjarnja, mendjadi haroe biroe kita kedoewa laki istri, dan sekarang handak mengadjar poela.

Setelah soedah berkata katahan itoe, maka toean poetri Tjindra Sari poen poelang serta maloenja.

Maka kata dang Lajang Panda itoe, sepatoetnja sekarang toean poetri moedah berani dengan toeankoe, sebab soewaminja hampir mendjadi radja besar dalem negri.

Kalkian maka di tieritaken oleh orang jang berhikajat, maka tatkala soeltan moeda handak masoek, maka bertemoe kepada pertengahan djalan, kepada toean poetri Tjindra Sari, maka soeltan moeda poen menegorken.

Maka toean poetri Tjindra Sari tiada menjahoeti, sebab sanget marahnja, dan sanget takoetnja, kerna ia handak mendjadi radja besar.

Setelah soeltan moeda melihat bal itoe, maka berdebarlah hatinja, serta takoet ada pekerdjaan jang tiada patoet, maka laloe berdjalanlah dengan sigranja masoek kedalem astanah.

Maka toean poetri Mahroem Siti sedeng sanget marahnja, maka tatkala soeltan moeda berhadep laloe berkata, ia adinda: tiadakah adinda inget pesen kakanda, telah berapa di katanja djangan soeka bermain main dan poetri Tjindra Sari, tiadakah toean handak mendenger kata kakanda, nistjaja kakanda tinggalken pada adinda.

Maka pikir toean poetri ini lagi satoe sebagi, baroe ia dateng tiada dengan prekea lagi, kita handak di salahken, maka dari pada sanget mandjcer obatan itoe, maka hilang takoetnja dan banjak hilapnja, serta di ambilnja katja moekanja itoe di lontarken pada moeka soewaminja.

Maka dalem latji katja itoe adalah piso penjoekoer ramboet itoei laloe terboeka latji katja itoe, dan piso itoe poen adalah menimpah dahi soeltan moedah, maka laloe petjah serta loeka sambil berhamboeran darahnja memantjoer mantjoer itoe.

Maka soeltan moeda poen tiada dapet berkata kata lagi, sebab handak di perangnja dengan pedangnja, kerna ia inget telah bersoempah tiada handak membales barang perboewatannja, tiada handak menegor barang kerdjanja, dan tiada handak membales barang dosanja, maka obatan terlaloe amat mandjoernja.

Maka setelah soeltan moeda berpikir demikian, maka laloe keloear serta dengan pakeannja jang keradjaan itoe, kerna adatnja orang mendjadi soeltan moeda itoe, pakeannja toedjoe lapis dari pada pakean jang keemasan, maka soewatoe poen tiada diboekanja lagi, serta keloewar sambil mamegang hoeloe pedangnja serta bertemoeken Sahbanda Sahbandi serta berkata dengan lemah lamboet.

Katanja: “Hai soedarakoe kedoewa beri pake koedakoe Doermansah itoe, dan akoe handak sigra kembali kedalem negri Taral Arkan, kerna tiada sanggoep akoe menoeroetken kehandak poetri tadjir ini, dan sekarang djoega kita handak kembali, dan djikaloe angkau handak mengeroet soekoer, dan djikaloe angkau tiada menceroet bijarlah akoe kembali seorang diri, dan tiada akoe tinggal lagi di dalem negri ini, dengan satoe djem.

Setelah Sahbanda kedoewa Sakbandi mendenger kata toeannja, maka djadi terkedjoet serta di lihat moekanja habis berloemoeran darah, maka laloe sigra mengambil koeda itoe, serta pakeannja laloe di bawa kehadepan toeannja.

Serta katanja: ia toeankoe apakah moelanja makanja toean seperti ini, dan dari dehoeloenja telah hamba persembahken toeankoe tiada djoega handak mendenger dia.

Maka sahoet toaannja, Hai soedarakoe soedalah djangan banjak katamoe djikaloe angkan handak mengikoet. marilah naek ketiga, kita di atas koeda ini, kerna djangan sampe di ketahoei oleh segala isi negri, dan lagi djikaloe kita lama lama dalem tempat ini, nistjaja poetri Tadjir menjoesoel kita.

Setelah itoe maka laloe nacklah ketiganja, di atas satoe koeda serta dengan pakeannja ketiganja, maka laloe di petjoetnja koeda itoe keloear kota; serta teroes menoedjoe ke dalem hoetan besar itoe, maka dari pada sanget larinja koeda itoe, maka tiada berketahoean lagi kemana sampenja,dan koeda itoepoen sampe menggeroh geroh soewaranja menarik napasnja, dan keringetnja poen mendidi dan moeloetnja poen berboesah.

Adapoen maka dari pada sanget tjapenja Doermansah berlari, maka laloe djato terdjeroemoes ke hadepan sebab-lemesnja kaki jang di hadepan itoe, maka laloe goegoer ketiganja keboemi, maka bahroe lah inget dirinja soeltan moedah itoe, maka dari pada dahganja atawa haocesnja telah keringlah tenggorokannja, dan loekanja poen sanget perinja itoe.

Setelah sampe kedalem hoetan, maka berkata Hai soedarakoe: pergilah angkau mentjariken aer, kerna akoe ini sanget sekali dahganja.

Maka Sahbanda poen pergilah mentjari aer, maka ai lihatnja adalah soewatoe soeloeran, aernja terlaloe amat tjerningnja, maka leloe di ambilnja aer itoe, serta di bawa kehadepan toeannja serta di berinja.

Maka soeltan moeda poen minoemlah.

Setelah soeda mincem hingga rasanja terlaloe amat seger lagi poen sedjoek.

Maka titah soeltan moeda Hai soedarakoe, dimanakah tempatnja aer ini?

Maka sahoetnja ia toeankoe adalah soewa soeloeran jang ketjil.

Maka kata soeltan moeda marilah kita pergi mandi, kerna akoe ini sanget handak mandi.

Maka laloe ia pergi pada tempat itoe, serta di boekanja paksannja jang ketoedjoe lapis itoe, serta toeroen mandi bersiram diri.

Setelah soeda mandi itoe, maka pada tepi soeloeran itoe, adalah bebrapa poehoen lontar jang besar besar dan ketjil.

Setelah soeltan moeda soeda seleseh dari pada mandi, maka laloe memake pakean keradjaannja itoe ketoedjoe lapis, serta doedoek di bawa poehoen lontar itoe, dan mata hari poen sedeng panasnja, dan segala boeroeng dalem hoetan.poen semoeanja berboenji boenji, selakoe orang jang menegorken soeltan moeda.

Setelah itoe maka datenglah pikiranpja jang amat mesgoel, maka habislah rasanja alam doenia ini di dalem kalbinja demikian rasanja, seperti terkeneng iboe bapanja, dan anak istrinja serta bandar negri nja, dan terkenengken segala hal ihwal kelakoeannja.

Setelah itoe maka kata soeltan moeda, Hai soedarakoe: ambilkenlah sehalai daoen lontar ini, soepaja kita soeratken soewatoe chabaran kepada soeltan Taip, kerna pada pikirkoe sanget hina sekali namakoe di seboet orang Tadjir, kerna akoe pergi tida bermoehoen, sebab dari pada sanget hilap bebelkoe, kerna amarahkoe terlaloe amat sanget, itoelah moelanja akoe tiada dapet bermoehoen lagi.

Maka sembahnja Sahbdada kedoewa Sahbandi, ia toeankoe djikaloe demikian baeklah toeankoe berangkat kembali kepada nogri Tadjir, kerna djikaloe toeankoe tiada Kembali mengampoeni dosa toean poetri nistjaja binasalah hati toean poetri, sebab sepeninggal toeankoe ia lagi di goesari oleh: permaisoeri dan soedaranja, maka sekarang poela toean telah meninggalken dia, alangkah soeka hatinja iboenja, kerna kehandaknja handak bertjereeken toeankoe dengan toean poetri itoe.

Maka sahoet soeltan moeda, Hai soedarakoe tiada lah akoe kembali kedalem negri Tadjir itoe, kerna poetri Tadjir itce terlaloe amat sckali kali perboeatannja akenakoe, tetapi segala dosa.dan barang salahnja akoe ampoeni, dan akoe maafken den tijada akoe sjak lagi, hanja sakit hatikoe tiada koe lepas dalem hatikoe.

Setelah itoe Sahbanda poen memanaken anak panahnja, maka laloe goegoerlah dacen lontar itoe sehalai, serta di soeratken dengan hoedjoeng pedangnja, dengen beberapa perketaan sembah soedjoed, den poedji serta doa.

Setelah soeda itoe di soeratken, maka soeltan moeda poen menjeboet nama paksi Laila Mengarna Indra itoe.

Maka dengen sekoetika itoe djoega, datenglah paksi itoe serta mengiperken kedoewa sajapnja, serta sembanja: apaka habar toeankoe memanggilken hamba ini?

Maka sahoed soeltan moeda, Hai soedarakoe: jang amat berboedi, maka dirilah jang dapet menoeloeng, dari awal moelanja sampe pada achir kesoeda-soedahantija, maka adalah kita kandak memoehoenken soewatoe pertoeloengan, membawa sehalai daoen lontar ini kedalem negri Tadjir aken mombawa chabarkoe.

Maka sembabnja baeklah toeankoe, maka laloe menjemba, laloe terbang serta terbang membawa daoen Lontar.

Setelah paksi itoe gaib, maka titah soeltan moeda itoe, Hai: Sahbada kedoea Sahbandi marilah kita berdjalan perlahan-lahan, tarang kemana kehandak lah hati kita, kerna kita tijada‘tace kemana djalan kembali kedalem negri Taral Arkan, maka di manalah barang di taksirken toehan, di sanalah sampenja kita.

Setelah itoe maka laloe naik keatas koeda itoe, dan Sahbanda kedoewa Sahbandi poen berdjalan, dan soeltan moeda poen menoenggang koeda, serta di djalanken perlahan laban, maka itoelah sebabnja hoetan Tadjir itoe di namaken hoetan lontar radja namanja.

Setelah itoe maka soeltan mosda berdjalan masoek hoetan keloear hoetan, bebrapa melaloeken rimba balantara sijang dan malem, tiada soeatoe

poen apa rasanja, maken segala daon daon kajoe dan

boewah boewahan, dan segala oombi oembi, demikianlah.

Arkian maka setelah soeltan moeda beloewar dari pada peradoewan, toean poetri Mahroem Siti itoe.

Maka toean poetri poen bangoen dari pada tempat. doedoeknja, serta berpikir mengapakah padoeka kakanda ini, tiada berkata kata lagi dan sékarang kemanakah garangan perginja.

Setelah di lihatnja segala tiker hamparan astanah itoe poen habislah berloemoeran darah, maka dahsat hati toean poetri itoe, serta berdebar debar hatinja, maka teringetlah dalem latjinja katja itoe ada sebantak piso tjoekoer, maka laloe bangoen berdjalan ke loewar dari dalem peradoewan itoe, maka di lihatnja piso penjoekcer itoe teiletak, serta berloemoeran dara, maka sesellah toean poetri Mahroem Siti serta gemeter segala anggautanja, serta tiada tahan lagi hatinja, kerna pada pikirnja djikaloe akoe di tinggal oleh padoeka kakenda soeltan moeda, maka tiada lah akoe maoe di tinggal di dalem negri ini, dan djikaloe akce tinggal djoega, nistjaja segala pitnah poen dateng padakoa.

Maka pikir toean poetri Mahroem Siti, soonggoe akoe tiada bertemoe dengan soewamikoe bijar akoe mati di makan segala binatang hoetan jang besar besar, dan jang galak galak, dan djikaloe akoe bertemoe sekalipoen di boenoehnja akoe redla, sebab akoe jang ampoenja salah.

Setelah itoe toean poetri poon pergi kepada tempat Sahbanda, maka di lihatnja soewatoe poen tiada, maka di lihat koedanja poen telah tiada, maka

amanlah hati toean poetri, jang soeltan moeda itoe pergi, maka di lihatnja kesana kemari poen tiada, maka hatinja poen bertamba tambah masgoelnja, maka dari pada sanget chilapnja, maka laloe berdjalan keloewar, serta di lihatnja bekas tapak kaki koeda jang bernama Doermansah itoe, maka laloe di ikoetnja barang di mana tapak kaki koeda itoe.

Maka segala hewan dalem hoetan itoepoen, sanget belas kasihan melihat roepa poetri tadjar itoe.

Adapoen maka toewn poetri itoe berdjalan dengan tangisnja itoe, mengikoet tapak kaki koeda itoe, maka dengen takdir toehannja, maka kelihatanlah lapat lapat antara kalibatan dengen tijada roepa orang berdjalan itoe, adalah seperti orang melihat soekar koepoe koepoe jang djaoeh, pemikijanlah kelihatan toean poetri itoe.

Maka laloe sigra berboeroe boeroe berdjalan seperti orang jang berlari lakoenja serta menangis katanja: wai kakanda bernantilah adinda ini, den djikaloe tijada kakanda toenggoe, mati lah adinda dalem menanggoeng doeka nistapa ini, djikaloe kakanda tijada dapet bernanti beta baeklah kakanda boenoeh sadja adinda ini, kerna tijada tanggoeng rasanja beta, wai moeda jang sabar, ampoenilah dosa beta ini, harepan adinda bijarlah mati adinda di hadepan kakanda, den tijadalah kakanda belas kasihan melihat beta ini, den toenggoelah beta djangan sampe sampe hati.

Sachdan maka di tjeritaken oleh orang mengarang, maka Sahbanda poen tijada sedep rasa hatinja berdjalan itoe, seperti ada jang memanggil rasanja, maka laloe melihat kebelakang, maka di lihatnja dari djaoeh adalah seperti orang berdjalan roepanja, maka pikirnja sijapa garangan ini, apalah menosija atawa Djin peri den mambang roepanja, sanget berlari mengoesir

akoe, telah ija berpikir kaloe kaloe toean poetri djoega garangan ini.

Setelah itoe maka Sahbanda poen berdijem dirinja, serta berhenti di bawa poehoen besar itoe.

Maka titah Soeltan moeda Hai Sahbanda, mengapa diri berhenti ini seperti orang jang sanget elah lakoenja.

Maka sahoetnja jatoeankoe, berdjalanlah toeankoe dehoeloe kedoewa Sahbandi, kerna patek ini sangetlah tjapenja.

Maka kata Soeltan moeda, baeklah diri naek di atas koeda ini.

Maka sahoed Sahbanda, baeklah toeankoe; bijarlah toewankoe naek dehoeloe den berdjalan toean perlahan laban, hingga hilang tjape lelah patek ini, baroelah patek menjoesoel.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen berdjalan kedoewa Sahbandi itoe.

Maka satelah Soeltan moeda berdjalan adalah di antara setengah saat itoe, maka djaoelah soeda, den Sahbanda berhenti itoepoen di lihat nja- talah toean poetri Marohem Siti itoe, maka berdebarlah hatinja serta bangoen berdjalan sambil berseroe seroe.

Katanja: jatoewankoe toenggoelah hamba ini.

Maka kata Socltan moeda, Hai Sahbanda: bernantilah diri ini sendiri di sini, bijarlah kita berdjalan dehoeloe soepaja kita bernanti pada tempat jang laen, kerna diri djoega lelah rasanja berdjalan, bijarlah diri bernanti disini sepaja hilang lelahmoe ini:

Maka sembahnja baeklah toewankoe.

Maka Sahbandi poen berhenti, den Soeltan moeda poen berdjalan serta bergandaran koeda itoe.

Setelah Sahbanda sampe kepada Sahbandi, maka kata Sahbanda: baeklah kita bernanti dehoeloe disini kerna akoe melihat adalah seperti roepa orang berdjalan itoe mengikoet kita, kaloe — kaloe toean poetri, kerna pada hatikoe tijada sedep sekali.

Maka kata Sahbandi, di manaka adanja orang itoe?

Maka laloe di lihatnja kebelakang katanja: Hai soedarakoe itoelah jang beraling alingan kepada boehoen rangdoe koesita besar itoelah manoesija roepanja, maka dilihat soenggoeh.

Katanja: Hai kakanda, djikaloe demikijan tiada dapet kita nantiken, kaloe-kaloe soengeoe toean poetri nistjaja kita diseselken oleh padoeka toewan kita, den kaloe-kaloe boekan antalah Setan atawa iblis, matilah kita ini kedoewa berhamba, di makan oleh hantoe hoetan ini, den djikaloe demikijan baeklah kita poera-poera tiada taoe, soepaja kita bertemoeken toean kita, soepaja kita sengadja berhenti bersama-sama, soepaja koeda itoe kita iketken pada sepoehoen kajoe kerna haripoen sedengnja panas.

Setelah itoe maka laloe bangoen kedoewanja serta berdjalan memboeroe toewannja.

Adapoen maka djawoelah ia dari pada toean poetri, maka Sahbanda kedoewa Sahbandi poen berhenti poela, setelah hampir maka bangoen

poela berdjalan.

Setelah njata toean poetri malihat Sahbanda kedoewa Sahbandi itoe berdjalan, maka toean poetri poen berseroe-seroe dengen tangisnja, katanja: ja soedarakoe Sahbanda kedoewa Sahbandi berhentilah dehoeloe, akoe ini handak mengikoet angkau, ja: Sahbanda Sahbandi takoetlah akoe di makan hewan, toenggoelah akoe ini.

Setelah Sahbanda kedoewa Sahbandi, mendenger kata soewaranja toewan poetri itoe, maka sepertiken berlinang-linang aer matanja, maka iapoen poera-poera’ “tiada mendenger serta berdjalan djoega dengen sigranja, sebab takoet dengen soeltan moeda itoe.

Setelah sampe Sahbanda kedoewa Sahbandi itoe kepada toeannja, maka sembanja ja toeankoe marilah kita berhenti dehoeloe, kerna matahari sedeng panas.

Maka pikir soeltan moeda, soenggoehlah seperti kata ini, maka laloe toeroenlah dari atas koedanja serta berhenti di bawa poehoen Naga Sari itoe, den koedanja poen di tampatnja kepada soewatoe padang jang amat lebet roempoetnja, serta hidjonja, den Sahbanda poen menghampirken iket pinggangnja, maka toeannja poen doedoeklah sekoetika, maka angin poen bertijoep-tijoep itoe, maka matanja poen mengantoek, maka soeltan moeda poen berbaring-baring di bawa poehoen itoe, sekoetika leleplah.

Maka dari pada sanget mengantoeknja Soeltan moeda itoe, maka laloe tidoerlah.

Maka toean poetri Mahroem Siti poen sampelah pada tempat itoe, laloe menoebroek kaki soewaminja serta pangsan.

Adapoen maka Soeltan moeda poen terkedjoet serta bangoen dari tidoernja maka dilihatnja istrinjaitoe, mendjadi heranlah atas dirinja, serta di pegang tangannja dengen marahnja, katanja: Hai Sahbanda bawalah poetri Tadjir ini, tiada akoe dapet melihat roepanja lagi, kerna ini waktoe sanget sekali sakitnja hatikoe, den djikaloe tiada angkau membawa dia laloe daripada tempat ini, nistjaja akoe boenoe kepadanja den tiada akoe dapet mengampoeni barang dosanja kerna kaliwat sanget doerdjana perempoean ini.

Maka sembah Sahbanda ja toeankoe, djanganlah toewan berkata demikijan, bijarlah ija inget dehoeloe dari pada pangsannja, kerna tijada baek — kita menghoekoem hamba allah di dalem loepanja, bijarlah jija dapet inget dehoeloe soepaja_toean pereksa lebih djahoe soepaja njata kesalahannja, maka di samalah ada maloem toewankoe.

Setelah itoe maka toean poen sedarlah dari pada pangsannja, laloe menangis serta mentjijoem kaki soewaminja, sembahnja: ja toeankoe padoeka kakanda matilah beta ini, djikaloe merasahken penjakit ini toeankoe, moehoenlah ampoen toeankoe barang jang salah bebel beta ini.

Maka sahoet Soeltan moeda dengan marahnja, Hai poetri tadjir! laloe angkau dari pada tempat ini, tijada koe dapet memandang moekamoe lagi.

Hai perempoean .doerdjana jang sanget tebel

moekamoe, djanganlah banjak bitjaramoe lagi, den diikaloe angkau tijada maoe pergi dari pada hadepan matakoe, tida terlepas angkau dari pada mati, kerna sampelah soedah angkau meinjeksa akoe ini tatkala dalem negrimoe, den sekarang terlebi baek angkau lekas pergi dari pada tempat ini, kerna matimoe itoe tijadakoe menjesel lagi. Hai perempoean jang hilang boedinja, jang tijada mengarti apa barang bitjara orang, apalah goenanja angkau mengikoet akoe, den sekarang djoega angkau kembali pada soedaramoe dan iboe bapamoe, den tijadalah angkau maloe ngikoet akoe orang jang hina bangsa, lagi bekasnia pemoekoel ini, den kembalilah angkau kedalem negri Tadjir,den manakah sekarang toenanganmoe anak radja radja jang ampat poeloe koerang satoe, den manakah soedaramoe itoe jang angkau sajang, tijadakah dateng membelah padamoe.

Maka sembanja toean poetri Mahroem Siti, ja toeankoe di boenoe beta poen mati, di hidoepken beta poen hidoep, mana djoega barang kehandaknja toewankoe beta ini terima, den djikaloe kakanda titahken kembali kedalem negri Tadjir, tijadalah beta kembali redlalah beta mati

pada tangan kakanda, kernanja soeda sepatoetnja beta mati di tangannja kakanda, kerna beta orang jang berdosa, den djikaloe ada rahim toeankoe, moehoenlah beta mengikoet barang ke mana perei kakanda, den djikaloe kakanda tijada hendak mengadjak beta mengikoet bersama

sama, bijarlah kakanda boenoeh beta soepaja sam poerna pengasih kakanda, redlalah beta tijada beta berdawa lagi, dihareplah beta kakanda djangan meninggalken beta di dalem beta hidoep, bijarlah kakanda tinggalken beta di dalem mati beta, den djikaloe beta masih ada hidoep djanganken di oesir den di paloe, sekalipoen di dalem seksa djoega beta. mangikoet, den djanganken perdjalanan davat sekalipoen djalanan laoet betapoen mengikoet djoega. Wai kakanda: adjaklah beta bersama-sama, barang kemanah kekanda pergi, djanganlah kakanda sampe sampe hati aken adinda, kerna beta orang pijatoe lagi seorang perempoean, tijadakah kakanda belas melihat beta ini selakoe lakoe orang jang gila den lagi tiga hari tiga malem tijadaken beta merasahken makan den minoem ‘atawa tidoer, sekedjappoen tijadaken merasahken tidoer sijang den malem, dengen perdjalanan djaoech menjoesoel :

kakanda, den sekarang beta telah bertemoe handak meninggalken, den lagi sanget djaoe perdjalanannja masoek hoetan keloewar rimba den mati di boenoe tijadalah beta maoe poelang ke dalem negri Tadjir, kerna maloe beta kepada segala isi negri, den lagi kaen badjoe beta habislah tjoerak tjoerek den roentang ranting, ja ka_kanda tjoba kakanda lihat kaki beta ini bengkak -bengkak den loeka loeka, dengen doeri doeri hoetan itoe, den djikaloe kakanda tinggalken djoega sebab marah kakanda nistjaja matilah beta menanggoeng rindoe den dendem, den dji

kaloe kakanda shenjoerachkan kembali kedalem negri Tadjir, tijadalah adinda dapet berdjalan lagi sebab kaki beta habis bengkak bengkak.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen tjoetjoer aer matanja, sebab melihat lakoe istrinja itoe.

Maka Sahbanda kedoea Sahbandi poen tijada tertahan acer matanja serta berlinang linang, malihat toean poetri Mahroem Siti itoe.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen menangis, serta memeloek istrinja katanja: Hai poetri Tadjir, mengapa diri selakoe ini, tijadakah diri maloe perhambaken diri pada seorang jang tijada berbangsa, lagi bekas pemaloe.

Maka sembanja ja toeankoe, djanganlah toean berkata demikijan, pada hari inilah beta mendjadi hamba kebawa doeli toeankoe, sampeken loepa iboe den ramah den sanak soedara sebab inget pada kakanda, djanganken di ambil istri sekali, sekalipoen di ambil boedak beta poen redlo tijadalah beta berkata bosen.

Setelah itoe maka bertangis tangisan kedoewa itoe, kerna tijadaken dapet meloeloesken hatinja, hanja sebab perboewatan orang.

Setelah Soeltan moeda ingat kasi sajangnja, maka laloe di rebanja di atas pangkoewan, serta di-peloeknja den di tjioemnja serta katanja: Hai adinda, sajang sajanglah seorang poetri jang sampoerna dengen roepanja, den dengen boedi pekertinja, mengapakah toeankoe mendjadi selaloe demikijan ini?

Setelah itoe toewan poetri poen sanget me

ngantoeknja, tiga hari tia malem tijada makan tijada minoem den tijada tidoer, maka berkata kata itoe dengen lelep; maka laloe poeleslah matanja pada rebahan soewaminja.

Maka heranlah Soe'tan moeda itoe, serta menggeraken kepalanja serta di oesap oesap ramboetnja, katanja: ja djiwa kakanda den bidji mata kakanda den djantoeng hati kakanda, sampelah toean membelah ini, sampeken meninggal iboe den ajah den bandar negri toean, sebab membelah kakanda seorang jang hina bangsa, lagi poen bebel.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen mentjijoem pipi istrinja, serta dengen aer matanja bertjoetjoeran sebab terkenengken oetang nasihnja itoe.

Sachdan maka dalem pertjintaan itoepoen, maka matahari poen sedeng panasnja, maka peloek (keringet) Soeltan moeda poen rembeslah dari pada kepalanja, sambil mereba kepala istrinja itoe, maka di rasahken sanget perinja den pedesnja sebab kenah keringet itoe, maka djaoe teringetlah Soeltan moeda dari pada boedi pekerti istrinja itoe, maka hatinja poen sanget sakitnja serta djadi terbit marahnja, seperti oeler terbelit belit lakoenja, adalah sebagi api jang tersirem oleh minjak tanah, serta di letaken kepalanja istrinja.

Serta katanja: Hai poetri Tadjir, pergilah angkau dari pada moekakoe, den sampe djoega sabarken dari pada hal perboewatanmoe, den sekarang tinggallah angkau di dalem tidoermoe. Maka toean poetri sanget sedor tidoernja itoe, maka tijada kabarken dirinja lagi.

Setelah itoe titah Soeltan moeda, Hai Sahbanda Sahbandi: marilah koedakoe itoe akoe sedeng handak berdjalan, kerna sanget sekali pada rasakoe, tijada dapet semboeh lagi pada rasa hatikoe, marilah kita sigra berdjalan meninggalken poetri Tadjir ini.

Setelah Sahbanda kedoea Sahbandi mendenger titah toeannja, maka sanget berdebar hatinja serta sembahnja, ja toeankoe djanganlah toean sampe sampe hati, kerna belas patek kedoewa malihat padoeka toean poetri, toeankoe tinggalken ija di dalem tidoernja, den di manakah ija pergi mengirim diri, kerna tocan poetri itoe seorang perempoean, sebab oemoernja lagi masi moeda belon sampe akalnja, den lagi djikaloe di tinggal pada tempat ini alangka sekali soekernja, den beberapa poela ija menanggoeng doeka tjitanja.

Maka kata Sahbandi ja toeankoe, djanganlah toean sampe hati, kerna adinda sanget tjintanja pada toewankoe.

Maka Soeltan moeda mendenger kata Sah kedoewa itoe, djadi bertambah tambah marahnja serta katanja: Hai Sahbanda Sahbandi djanganlah banjak bitjaramoe, kelak akoe penggel batang lehermoe, serta dengen poetri Tadjir bersama sama ini.

Setelah itoe waktoe Sah kedoewa itoe sanget takoet serta bertjampoer belas kesihan, serta mengambil koeda itoe.

Soeltan moeda berkata: Hai Sahbanda kedoewa Sahbandi, marilah kita bernaek koeda bersama sama, soepaja sigra kita berdjalan.

Setelah itoe maka Sahbanda kedoea Sahbandi handak berdjalan perlahan, soepaja bangoen toean poetri, dapet aken menjoesoel kita, maka takoetlah pada hatinja serta naeklah ija ketiganja.

Maka Sahbanda-Sahbandi bitjara itoe dengen keras soewaranja, kerna kehandaknja bijarlah toean poetri sedar pada tidoernja.

Maka dari pada sanget lesoeh letehnja toean poetri itoe, soewatoepoen tijada habarken lagi dirinja.

Maka Soeltan moeda poen memetjoed koedanja, serta melariken barang kehandak kaki koeda itoe.

Adapoen maka sekoetika lenjeplah tijada keihatan lagi.


Kalkian maka di tjeritaken oleh ‘hanks jang hina itoe, maka toean poetri Mahroem Siti sepeninggalnja Soeltan moeda itoe, maka laloe bangoen dari pada tidoernja, kerna merasaken sakit kepalanja, pada sangkanja ija tidoer pada reba-an soeaminja, setelah ija memboeka matanja di lihatnja tijada seorang poen, den matahari poen hampir masoek kepada selatan magrib itoe, di mana tepi tepi boekit Kap itoe, maka soeremlah tjahja hoetan itoe, den segala binatang jang mentjari redjekinja pada malem: hari, maka semawanja terbanglah kesana kemari, den

binatang jang mentjari makanannja pada sijang hari, maka semawanja masocklah tidoer pada tempatnja, den beloekernja, den segala boeroeng itoepoen masing masing masoek kedalem sarangnja.

Maka matahari poen masoeklah kedalem boemi, maka haripoen malemlah, den segala binatang semawanja berboenji den setengahnja dijem, den kidang mandjangan jang bahroe beranak moeda itoepoen berboenjilah kerna anaknja mentjari iboenja sebab handak menjoesoelken, den segala kerbau djara den kerbau hoetan itoepoen habis berkampoeng dari sana den dari sini, kerna adatnja segala kerbau hoetan itoe, djikaloe sijang hari mentjari redjekinja, den djikaloe malem hari berkoempoellah masing masing tidoer mengadoe bebokongnja, den kepalanja mengadep keloear demikijan hamba habarken adatnja binatang hoetan djikaloe tidoer, den harimau poen berboenji bersahoet sahoetan kedoewa anak, sebab mentjari iboenja kerna handak menjoesoe, lagi jja tida bertahan dinginnja itoelah sebabnja, berdengoen dengoen memanggil iboenja minta di kekepi, kerna hoedjan toeroen rintik rintik seperti aer mata jang rembes dari pada menanggoeng mesgoel, den hajam hoetan poen berkokok kokok bersahoet sahoetan itoe, seperti orang jang menegarken lakoenja itoe.

Setelah mata hari masoek boelan poen terbit, mmenggantiken mata hari itoe, selakoe lakoe orang jang sedang berkasih kasihan jang ditinggalken roepanja, kerna matahari telah masoek den boe

lan poen terbit, demikijanlah roepanja, sebab -berganti ganti.

Setelah itoe maka tjahja boelan itoepoen memantjoer mantjoer terang bandarang, seperti orang persembahken oleh toean poetri Mahroem Siti itoe.

Setelah toean poetri melihat jang soewaminja telah tijada kelihatan, maka laloe menangis serta pangsan tijada habarken dirinja.

Setelah sedar dari pada pangsannja itoe, maka laloe menangis hingga pangsan poela tijada habarken dirinja.

Telah soeda dari pada itoe, maka toean poetri poen mengaloe den mengoetjap seraja katanja: wai kakanda, sampe hati kakanda meninggalken adinda ini, den tijadakah toean belas melihat : adinda selakoe ini, sampe meninggalken Ajah den iboe den bandar negri, sebab pengharepan adinda handaklah bersama sama dengen kakanda, adoeh kakanda matilah adinda ini dalem pertjintaan, tidaken koe tanggoeng pertjintaan

ini, toeanlah jang memberi adinda sangsara, ja kakanda tiadaken poetoes harep adinda, malinken di bawa doeli toeankoe ini, tiadakah toean menaro belas den kasihan pada aken adinda, wai kakanda di manakah adinda moehoenken maab atas kesalahan adinda ini, adoch-toeankoe goesti matilah hambanja di dalem hal demikijan, maka dari pada hidoep djikaloe menanggoeng jang demikijan, baeklah kakanda matiken adinda ini, tidalah sanggoep rasanja adinda menanggoeng atawa menahan penjakit ini.

Setelah soeda ija mengoetjap den mengaloeh itoe, soewaranja seperti koembang menjari boengah lakoenja, maka toean poétri poen bangoen berdjalan pada malem itoe djoega dengen aer matanja: berlinang linang, seperti saekor kidange jang masi moeda mentjari iboenja handak mendjoesoe, demikijanlah kelakoewan toean poetri menjoesoel soeaminja itoe, masoek hoetan keloear hoetan pada malem hari, den boelan sedeng terangnja seperti soeloe di dalem hoetan itoe.

Maka segala hewan jang besar besar poen berlari lari kesana kemari, seperti orang jang bermaen maen pada waktoe terang boelan itoe.

Maka toean poetri Mahroem Siti melihatken kelakoewan hewan itoe, mendjadi terkenengken tatkala masi larangan di dalem astanah baginda itoe, tatkala bermain main di terang boelan kepada segala dajang dajang itoe, djadi jja bertambah sandoe lakoenja, maka aer matanja poen berhamboeran betoel sebagi moetee jang berhamboeran dari pada tjetjoepoenja.

Hatta kalkijan maka-terseboetlah perkataannja Soeltan moeda itoe, berdjalan ketiga hambanja itoe, maka laloe sampe ketepi laoet itoe jang amat besarnja, den Ombaknjapoen terlaloe amat besarnja, serta mengaloen ngaloen membanting dirinja pada tepi laoet itoe, soewaranja seperti soewara orang jang menangis handak menjoesoel soewaminja, demikijanlah rasanja.

Maka Soeltan moedapoen terlaloe amat heran melihat lakoenja laoetan itoe, maka laloe toeroen

dari atas koedanja serta berhenti, sekoetika itoe maka haripoen malemlah, maka di sanalah Soeltan moeda bermalem ketiga berhamba itoe.

Setelah sijang hari dari pagi pagi hari, maka emboenpoen sedeng toeroen, den anginpoensedeng bertijoep tijoep dari selatan lacetan itoe, maka dinginnjapoen tijada bertahan lagirasanja, den Soeltan moeda beradoe pada kolong koedanja jang bernama Doermansah itoe, den Doermansah itoepoen semaleman tijada bergerak dari pada berdiri itoe, seperti soewatoe tempat roepanja, den Soeltan moeda poen beradoe dibawahnja dengen tiga berhamba itoe, maka datengken tinggi matahari beloenken bangoen, sebab merasahkan sanget sedjoecknja, sebabanginnja dari sebelah laoetan itoelah moelanja, anginnja dingin tijada terkira kira, den lagi ombaknja mengaloen ngaloen membanting dirinja pada tepi pantai itoe, den segala karang jang baek baek roepanja terlaloe amat banjak disana, den djikala waktoe tedoeh anginnja ombakpoen berhenti den aer laoet itoepoen dijemlah, seperti aer dalem tjambangan roepanja, maka di ibaratken seperti birahi menanggoeng rindoe roepanja, den djikaloe anginnja keras, maka berobahlah aer laoet itoe beriring iring roepanja, maka adalah seperti moeda birahi jang sampe barang lakoenja, den tijada terlarang barang kehandaknja, den djikaloe pada waktoe pasang aernja, maka bandjirlah tepi pantee itoe, sampeken naek aernja kedalem dalem hoetan maka tenggelemlah segala karangkarang

jang di tepi laoet itoe, adalah seperti moeda birahi jang memenoehi kasih pada jang di birahiken, den djikaloe waktoe soeroet aer laoet itoe, maka habislah karang itoe timboel seperti orang persembahken kaelokannja kepada soeltan moeda itoe.

Maka kelihatan segala karang karangan jang indah indah den bagoes itoe, maka adalah seperti moeda birahi jang sama tjintanja, den sama kasi sajangnja antara kodoewanja demikijanlah rasanja.

Maka matahari terbitlah dari selah selah boekit, pada tepi laoet itoe, betoel seperti seorang moeda jang persémbahken moeka jang manis pada pengasihnja, maka terang bandarang tjahjanja segenep hoetan den laoet itoe, seperti membangoenken orang jang beradoe itoe, maka pada tatkala itoe terbitlah matahari di palangken oleh mega jang hidjo bersemoe poeti itoe, seperti moeda birahi tatkala merasahken rindoe demikijan lakoenja.

Adapoen maka soletan moeeda poen beloen lagi bangoen dari tidoernja, tiga berhamba itoe.

Maka toean poetri Mahroem Siti poen sampelah pada tempat itoe, maka di lihatnja soewaminja lagi beradoe, maka laloe tjoetjoerlah aer matanja serta katanja: ja kakanda, bangoenlah toeankoe sampe hati kakanda beradoe tiga berhamba, beta ini di tinggalken seorang diri beta, dateng sekarang belon lagi di ampoeni kiranja dosa hamba ini, wai kakanda bangoenlah toean, marilah

memaafken salah bebel adinda ini orang jang hina.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen sedeng bermimpi dalem tidoernja, rasanja seperti di dalem negri Tadjir tatkala berkasih asihan, pada perasaannja seperti di bangoenken oleh isterinja, maka di dengarnja soeara isterinja maka pada sangkanja dalem astanah itoe, maka laloe memboeka matanja, maka terlihat dirinja di tepi laoet, di bawa peroetnja koeda itoe.

Maka di lihatnja poetri Mahroem Siti lagi doedoek berlondjorken kakinja, serta mengoeroet toelang keringnja serta aken menangis.

Maka Soeltan moeda poen terkédjoed mendatengken belas hatinja, tetapi di tahanken djoega, maka laloe bangoen doedoek serta memeloek loetoetnja sambil mengoetjek ngoetjek matanja seraja katanja: tempat ini, kerna ini boekan tempat perpoetri, den kerna di sini tempat segala orang jang tijada bangsanja, apalah goenanja angkau mengikoet akoe.

Setelah itoe maka Sahbanda poen bangoenlah serta menarik kaki Sahbandi, maka bangoenlah kedoewanja serta menggosok gosok matanja serta merem meren sambil mengoewab, seperti orang jang mengantoek lakoenja, den Sahbandi poen menggaroek garoek kepalanja den serta menggosok gosok telingahnja, sebab merem matanja maka kepalanja kedoewanja melanggar peroet koeda itoe, maka laloe memboeka matanja maka dilihatnja tepi laoet, serta katanja: pada sangkakoe

dalam negri Tadjir ini, tida taoe ia ada di tepi laoet.

Maka kata Sahbandi, soenggoeeh akoepoen sangka dalem negri sebab rasanja ada seperti soewarania toean poeteri.

Maka dilihatnja soenggoeh ada poetri, laloe terkedioet serta bangoen dengan sigranja.

Setelah itoe maka ketiganja poen pergi membasoeh_ moekanja.

Setelah soedah itoe maka Soeltan moeda memandang moeka istrinja, maka tjahjanja koening dengan badannja koeroes terlaloe amat sanget, maka dalem hatinja ja djoengdjoengankoe apalah soesahnja djikaloe demikian baeklah akoe trima djoega kasihnja, tetapi diikaloe tersedor perboewatannja maka sangat sakit hatinja dan djadi terbitlah marahnja.

Setelah itoe maka pikir dalem hatinja, djikaloe akoe bawa dedalem negrikoe nistjaja istrikoe tiadaken handak bersama sama, sebab telah akoe bersoempa tijadalah akoe beristri laen, den djikaloe akoe tinggalken kesihan soenggoeh djaoeh di'ikoetnja akoe den sekarang handak ditinggalken den djikaloe demikian apalah halkoe ini.

Setelah itoe maka titahnja Hai poetri Mahroem Siti, apalah kahendakmoe dateng kemari ini, kerna tiadakah akoe dapet kasih lagi angkau pada hatikoe ini.

Maka toean poetri poen “menangislah, serta soédjoed pada kaki soeaminja, sembahnja: ja toeankoe poetoeslah harepkoe ini, hendaklah

mengikoet toeankoe bersama sama, den djanganlah di boewang boewang, kerna hamba ini hendak kemkali, telah soeda berapa djaoe negri beta mana barang titah toeankoe di sanalah ada beta, maka djikaloe hendak djoega meninggalken beta, lagi, baeklah kakanda boenoeh sekali redlalah beta mati kerna hoekoem toeankoe, betapoen tijada berdawa pada di jaumil kijamah, kerna sebab tijada tertanggoeng atas penjakit ini.

 Setelah itoe maka titah Soeltan moeda, Hai peotri Tadjir! akoe katakan padamoe sekarang ini dengan soenggoeh soenggoeh hati, kerna rAkoe ini seorang anak radja dalem negri Toral akan Soeltan Taboerat nama ajahkoe, tetapi akoe ini ada ampoenja istri jang dikawini oleh ajahanda boendakoe, maka ketahwi olehmoe bahoeasanja angkau maoekah mengikoet bitjarakoe, den diikaloe angkau hendak mengikoet barang katakoe, maka akoe bawalah angkau kedalem negrikoe.

 Setelah toean poetri mendenger kata soewaminja, jang ija ada mempoenjai istri sendiri, maka laloe berdijem dirinja, sepertiken belah rasa dadanja, bagi tertoenoe dengen api rasa hatinja seperti loeka tersirem garem, djadi hantjoer rasa djasadnja, maka pikir dalem hatinja apalah hendak di kata, kerna soeda dengen kehendak toehannja jang melakoeken koedrat iradatnja, atas jang mengarang ini.

 Setelah itoe maka pikir toean poetri, djikaloe akoe tijada menoeroet barang titanja, di manakah akoe pergi lagi.

 Maka sembahnja ja toeankoe apalah hendak kata lagi, mana djoega titah toeankoe beta ini djoendjoeng, den beta toeroet barang kemana djoega kekanda pergi beta toeroet.

 Maka titah Soeltan moeda, Hai poetri Mahroem Siti: maoekah angkau bersoempah.

 Maka sembahnja baeklah toeankoe, demi toean Kaaba tijadalah beta moengkir dari pada djandji toeankoe.

 Maka kata Soeltan moeda djika demijan, marilah akoe potong ramboetmoe den akoe djadiken seperti laki laki.

 Maka sembahnja ja toeankoe baeklah.

 Maka Soeltan moeda poen mengoenoes pedangnja, serta di potongnja ramboet istrinja hingga tengkoknja, serta di boewangnja pakejan tjara perempoean, den di berinja memakee tjara laka laki.

 Maka Soeltan moeda poen memboeka pakejannja selapis itoe, serta di berinja kepada istrinja den iket pinggangnja poen di potongnja, serta di djadiken dastarnja, maka terlaloe amat pantes roepanja itoe.

 Setelah itoe maka Sahbanda poen terlinang linang aer matanja, melihat kelakoewan poetri itoe.

 Setelah itoe maka titah Soeltan moeda, Hai: Sahbanda kedoewa Sahbandi sekarang ini djangan angkau memanggil toean poetri lagi, den barang di mana sampe negri kita, djangan angkau kataken istrikoe lagi, den djikaloe sampe pada negeri Toral Arkan djanganlah angkau petjahken rahsija ini, kerna akoe takoet oleh ajahanda boendakoe, den akoe takóet oleh poetri Mlabroem Sari, kerna akoe telah bersoempa padanja.

 Maka sembahnja baeklah toeankoe.

namaken poetri Mahroem Siti ini, Indra Paulana Tamsil Maripat, maka itoelah angkau seboetken nainanja, maka trimalah angkau ini.

 Maka sembahnja baeklah toeankoe.

 Maka kata Soeltan moeda, Hai Indra Paulana Tamsil Maripat inget ingetlah soempahmoe, den djangan angkau moengkir, den djikaloe angkau moengkir, maka akoe penggel batang lehermoe.

 Maka sembahnja baeklah toeankoe.

 Setelah itoe maka Soeltan moeda poen menjoeroehken Sahbanda kedoea Sahbandi mermberi makan koeda itoe.

 Setelah soeda di beri makan, maka ia poen keampatnja mentjari redjekinja, sedapetnja itoelah makanan kaampat orang itoe.

 Setelah soeda maka titah Soeltan moeda. Hai soedarakoe: apakah bitjaramoe kerna perdjalanan ini terlaloe amat soekernja, den lagi djaoe serta tiada ketahoean perdjalanan kita ini, tetapi pada rasahkoe hanja negri Toral Arkan itoe, ada pada sebelah selatan mata hari hidoerp, kerna tatkala kita berangkat hcndak berlajar itoe, akoe. boeat tanda mata hari itoe djoega, hingga ini hari alkoe ingat pada selatan mata hari hidoep, tetapi pada rasahkoe menjebrang kelaoet djikaloe, perdjalanannja, kerna djikaloe kita berdjalan

menoedjoe seperti menoeroet di tepi laoet ini, nistjaja kesasar perdjalanan kita, lagi sanget sekali djaoehnja, den kita lagi kita poen tjada taoe nama laoet ini, sebab belon pernah menoesija sampe kemari ini, den lagi pada pikirkoe hendak menjebrang laoet ini.

 Maka sembah Sahbanda, jatoeanku dengan apakah kita menjebrang laoet ini? kerna tijada sekali penjebrangan; den tijada peraoe atau kapal, betapakah kita ini bisa dapet menjebrang, den pada pikiran hamba jang hina ini, baeklah toeankoe berdjalan djoega dehoeloe kesebelah ilir sedikit, kaloe kaloe bertemoe orang jang membawa perahoe.

 Maka sahoetnja: Hai soedarakoe, tida akoe dapet berdjalan lagi lain dari pada menjebrang laoet ini.

 Adapoen maka beberapa di larangken den di tahanken, den beberapa di boedjoeknja den di beri inget oleh Sahbanda kedoewa Sahbandi tijada djoega di dengernja, handa djoega ija menoeroet kahendak hatinja, demikianlah tabeatnja Indra Boeganda Aspandar sah itoe.

 Setelah itoe maka titahnja, Hai soedarakoe: hendaklah angkau mengikoet bersama sama, den djikaloe angkau tijada bersama sama, bijarlah angkau berdjalan menoeroet tepi laoet ini, sepaja akoe berdjalan dalem laoet ini:

 Maka kata Sahbanda: jatoeankoe, mana djoega titah toeankoe patek ini toeroet.

 Maka kata anak radja itoe, Hai: Indra Paula

na Tamsil Maripat handaklah angkau mengikoet bersama sama atawa tijada, den djikaloe angkau tijada handak bersama sama, kembalilah angkau kedalem negrimoe, kerna angkau boekan akoe mengadjak, den angkau jang handak mengikoet akoe.

 Setelah itoe maka sembahnja ja toeankoe moehoenlah beta mengikoet bersama sama kakanda, redlalah kami mati bersama sama toeankoe.

 Maka Sahbandi poen tjoetjoerlah aer matanja, mendenger kata toean poetri itoe.

 Setelah itoe maka titah Soeltan moeda, Hai soedarakoe naeklah katiga bersama sama di atas Doerman sah ini, maka laloe naik keampatnja.

 Maka Soeltan moeda poen memeggang tom koeda itoe, serta menoedjoe ke dalem laoet, maka koeda itoepoen bernanglah menoedjoe kesebrang laoetan itoe.

 Adapoen Doermansah itoe tatkala teoroen kedalem laoet itoe, maka semakin ketengah seakin dalem hingga dadanja.

 Setelah sampe ketengah tengah laoet itoe, maka kakinja poen tijada dapet berdjadjak boemie lagi, dari pada sanget dalemnja laoet itoe, maka bernanglah Doermansah, habislah tenggelem segala anggantanja, hingga kepalanja djoega jang tijada tenggelem itoe.

 Adapoen maka datenglah ombak jang amat besar, memoekoel moekoel itoe, maka djikaloe waktoe dateng ombak jang besar itoe, maka silemlah koeda itoe, den jang bergandaran itoe poen silemlah sekalijan.  Adapoen maka di tjeritaken oleh orang jang berhikajat itoe, maka pada tatkala silem itoe, maka loekanja Soeltan moeda jang pada dahinja terlaloe amat perinja, sebab terkena aer laoet jang amat asin itoe, maka tijada dapet di rasa ken sakituja seperti belah rasa dadanja, serta teringat boedinja toean poetri itoe.

 Maka laloe datenglah marahnja jang tijada tertahan lagi, serta berkata: Hai Indra Paulana Tamsil Maripat inilah perboewatanmoe tatkala di dalem negrimoe den sekarang toeroenlah angkau dari atas koeda ini, den kembalilah angkau sekarang djoega dengen sigranja, den tijada dapet akoe memandang moekamoe lagi.

 Setelah ija mendenger kata soewaminja itoe, maka laloe berlompat dari atas koeda itoe, dari pada sanget takoetnja akan soewaminja itoe.

 Maka katanja: jatoeankoe ampoenlah hambadengen perbanjak banjak ampoen, kerna beta orang jang tersalah, patoetlah dl hoekoem oleh toeankoe, tetapi dalem itoe poen dari pada toeankoe menitahken beta kembali ke dalem negri hamba, tiadalah hamba ini berdaja lagi, sebab telah djaoeh pada daratan serta dalem sekali kali aernja, dalem itoepoen djikaloe ada rahini toeankoe, serta dengen belas kasihan jang loeloes iclas aken beta, bijarlah bela menoeroet djoega pada toeankoe, serta menoentoen gandali koeda toeankoe hingga sampe pada daratan, disanalah beta memoehoenken hoekoem toeankoe, sepaja sampoerna hidoep hambamoe, den sepaja sam-

Soelian Taboerat 70

poerna kasih hamba den kasih kakanda, den dalem itoepoen djikaloe kakanda tijada memberi djoega hamba mengikoet, bijarlah di bawa kaki koeda toeankoe, maka dari pada hamba di soeroenja kembali kedalem negri, baeklah waktor sekarang toeankoe mengeloewarken njawa beta dari dalem doenja ini, dalem itoepoen tijadalah hamba moengkir dari pada hoekoem toeankoe, sebab beta djoega ampoenja kesalahan.

 Setelah itoe maka sahoed Soeltan moeda, baeklah djikaloe angkau handak bersama sama djoega pegang gandali koeda ini.

 Adapoen maka ija poen memegang gagan koeda itoe serta tangisnja.

 Maka koeda itoepoen bernanglah menoedjoe menjebrang laoet itoe.

 Arkijan maka ditjeritaken oleh orang jang berhikajat itoe, maka toean poetri Mahroem Siti tatkala toeroen dari atas koedanja itoe, maka laloe memegang toom koeda itoe dari hadepan koeda, maka aer laoe poen sanget besar ombaknja, maka djikaloe dateng ombak besar itoe tenggelemlah toean poetri itoe, den ombak itoe liwat timboellah toean poetri itoe.

 Maka djikaloe ija timboel dari pada tenggelemnja maka ramboetnja jang singgan tengkoknja itoe menoetoeplah matanja, habislah hoedjoeng ramboetnja itoe masoek kedalem koepingnja den hidoengnja den matanja hingga rasanja tijada dapet menapas. Maka sebelah tangannja memegang gandali koeda, den jang sebelah itoe membetoelken ramboetnja, demikianlah hal poetri itoe didalem laoet.

Adapoen maka dengen takdir Allah soebhana wataalla jang bersipat kemoerahan, den tiada siapa lagi jang anpoenja kebadjikan, melainken toehan djocga jang amat koewasa.

Maka koeda itoepoen menaro belas kesihan kepada toean poetri itoe, maka djikaloe dateng ombak jang amat besar itoe, maka koeda itoe poen mengangkat kepalanja, den toean poetri poen tijada silem silem lagi kepalanja, den Soeltan moeda poen serta kawannja poen silemlah, kerna djikaloe dateng ombak jang amat besar. Doermansah di berri dengen doea kaki, maka mendjadi timboel kepalanja den silem badannja, djadi jang menoentoen ati datenggelam denjang bergandaran poen tenggelamlah.

Adapoen maka Soeltan moeda dalem laoet itoe poen adalah antara tiga hari den tiga malem, tiada aken makan den tiada aken minoem, serta dengen terendam pada aer asin itoe, maka pakejannja poen habislah tepoeh, den dahinja jang loeka mendjadi semboeh.

Maka Doermansah poen bernanglah dengen sigranja, maka sekoetika sampelah pada tempat jang tjetek, dapetlah berdiri koeda itoe, serta berdjalan menoedjoe ketepi laoet.

Setelah sampe pada daratan, maka lemeslah kaki koeda itoe, den Indra Paulana Tamsil

ripat poen laloe pangsan tiada habarken dirinja maka laloe di samboet oleh Soeltan Moeda.

 Adapoen maka di sanalah Soeltan moeda bernantiken lelahnja, hingga hari mendjadi malem, maka tidoerlah sekalian.

 Setelah sijang hari, maka dari pagi pagi hari Indra Paulana Tamsil Maripad poen bangoen menangis, sebab terkenangken oentoeng nasibnja, den matahari bahroe terbit dari pada boekit boekir Hap pada tepi laoet itoe, tjahjanja habis menoedjoe segala Karangan jang ada pada tepi laoet itoe, seperti orang jang membales kasih pada samanja moeda jang bahroe bertemoe.

 Sasoedahnja Sahbanda kedoewa Sahbandi poen pergilah masoek kedalem hoetan itoe mentjari boewah boewahan serta di bawanja kepada toeannja, maka laloe makanlah masing masing.

 Setelah soedah makan itoe, maka matahari poen tinggilah, den Soeltan moeda poen naek kaatas koeda itoe, serta dengan Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, den Sahbanda kedoewa Sahbandi poen berdjalan di bawah koeda itoe dengen pakejannja tepoeh, sebab kena aer asin.

 Hatta maka sekoetika berdjalan itoe, maka kelihatan seboewah goenoeng jang terlaloe amat bersarnja.

 Maka sembah Sahbanda itoe, jatoeankoe marilah kita berdjalan pada selatan oetara toewankoe, kerna di hadepan kita ada seboewah goenoeng terlaloe amat besarnja.

 Maka sahoet Soeltan moeda Hai soedarakoe: tijadakah kita dapet berdjalan pada djalan jang lain, sebab goenoeng itoe di sebelah selatan matahari hidoep, kerna djikaloe kita mentjari hoedjoeng goenoeng itoe, nistjaja mendjadi djahoe perdjalanan kita, terlebi baek kita ma'intas pada goenoeng itoe, sepaja tamba dekat kita berdjalan, maka beberapa di larangnja tijada djoega di dengernja, maka ijapoen berdjalan djoega menoedjoe goenoeng itoe di sebelah selatan.

Adapoen maka setengah berdjalan itoe, maka titah Soeltan moeda: Hai soèdarakoe kedoea: djikaloe damikian goenoeng ini masihken djaoeh den sekarang lelah angkau kedoewa berdjalan itoe, den sekarang naeklah angkau kedoea den soepaja akoe berdjalan kedoea Indra Paulana Tamsil Maripat ini.

Maka sembahnja Sahbanda kedoea Sahbandi itoe, jatoeankoe moehoenlah hamba kedoea ini berdjalan djoega, biarlah toeankoe bergandaran koeda, kerna kaki patik belon lagi tjape.

Maka sahoet Soeltan moeda. Hai soedarakoe: djanganken diri berkata demikian, kerna akoe ini lagi tjape bergandaran, istimewa diri tidaken tjape.

Maka Sahbanda poen taoelah hati toeannja maka laloe naeklah kedoeanja itoe.

Setelah sampe pada kaki goenoeng itoe, den Soeltan moeda poen berdjalan perlahan lahan kedoeanja itoe, serta berdjalan menoedjoe goenoeng itoe, hingga waktoe soree, maka haripoen djadi malemlah laloe berhenti pada bawa kaki goenoeng itoe. Adapoen maka pakejannja poen habislah petjah petjah jang ada beberapa lapis, sebab sanget sekali tepoehnja.

Setelah malem hari boelan poen sedeng terangnja, maka segala binatang hoetan joen habislah sekalijan berboenji seperti orang menegorken Soeltan moeda itoe, den Sahbanda kedoea Sahbandi poen pergilah mentjari boeah boeahan pada malem itoe, maka adalah boewah djamboe den mangga den nangka, den itoelah jang di makan pada malem itoe.

Setelah sijang hari, maka laloe berangkat naek ka atas koedanja itoe, serta menandjak di atas goenoeng, den Sahbanda kedoewa Sahbandi poen memegang gagang koedanja, serta menghela naek ke atas goenoeng itoe. Maka tiada berapa saat lagi, Darmansah poen merasahken tjape sebab mandjat itoe terlaloe amat miring goenoeng itoe, den kakinja Doermansah itoe habislah berdara dara, sebab besot besot kena wadas itoe.

Setelah itoe maka kata Sahbanda: jatoeankoe marilah kita kembali sadja, soepaja kita berdjalan di bawah goenoeng ini, sebab terlaloe amat kesihan melihat Doermansah ini.

Maka sahoet Soeltan moeda, tiadalah akoe kembali kerna redlalah Doermansah akoe menitahken ia naek keatas goenoeng ini.

Maka Doermansah poen berbengeer bengeer seperti orang berkata soenggoelah toeankoe, redlalah akoe mati kerna toeankoe. Setelah itoe maka Doermansah poen melontjat keatas goenoeng itoe, seperti saekor badjing tatkala melompat pada sepoehoen kelapa lakoenja, maka dengan sekoetika itoe djoega sampelah ke atas goenoeng itoe, serta memetik segala boewah boewahan, maka di atas goenoeng itoe banjaklah segala binatang, seperti kidang mandjangan roesa pelandoek.

Maka di sanalah Soeltan moeda bermain main, melakoeken barang sakehendak hati istrinja, hanja bertjampoer kasih djoega jang tiada, kerna Soeltan moeda itoe orang beriman takoet aken hoekoem allah, dan maloe aken Rasoellela den kasih aken dirinja serta sajang aken agamanja, den lagi di lihatnja seperti roepa laki-laki jang soenggoe soenggoe adanja.

Adapoen maka disanalah bahroe Soeltan moeda merasahken kasih sajang istrinja, di toeroetken apa barang kehandaknja.

Sebab habatan poetri tjidra Sari telah hapoeslah, itoelah sebab djadi kasih kembali hatinja seperti dehoeloe kala, den lagi sakit hatinja telah semboe, maka bertambah tambah rindoe dendem malihat hat istrinja itoe toeroen dari atas goenoeng maka sekalijan pakejannja poen amoeh den tepoeh itoe, den segala pakejan keradjaan itoepoen semawanja tjoerak tjarek.

Sachdan maka Soeltan moeda itoe berdjalan, setelah sampe pada pertengahan djalan itoe maka bertemoelah poela ampat orang penjamoen bangsa Badoewi gabar jang kesohor amat dijahat lagi amat pantes lakoenja, den pakejannja poeu dari pada soetra kesoemba den hidjau itoe, serta membawa toembak serta menghampirken Soeltan moeda itoe, serta katanja; Hai kamoe dari mana, den sijapa angkau? den dari pihak mana datengmoe, den serta sijapa namamoe den hendak kemana pergimoe.

Maka sahoet Sahbanda, akoe hendak kembali kedalemi negrikoe.

Maka sabhoetnja, tijada angkau dapet berdjalan hingga memberi segala pakejanmoe.

Maka sahoeb Sahbandar, apakah sebab angkau: handak mengambil pakejan kita ini.

Sahoet Baddoewi itoe, djangan banjak bitjara marilah pakejanmoe serta perbekelanmoe ini, soepaja selamat njawamoe den terpelihara badanmoe den darah dagingmoe.

Maka sahoetnja Soeltan móeda, tijada nanti akoe memberi hingga poetoes kiri kanan tangankoe serta patah hoedjoeng pedangkoe ini.

Setelah itoe maka gabar itoepoen mengangkat pedangnja dari pada hoeloenja Sahbanda.

Maka Soeltan moedapoen menangkisken dari atas koedanja, hingga berajoenlah tangannja Baddoewí itoe.

Maka Sahbanda poen menikam amboengija gabar itoe, maka laloe menjemboerken darah lamboengnja itoe laloe mati, den seorang poen demikijan djoega.

Setelah itoe maka seorang poela handak menoembak pada Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, maka setelah hanpir itoe, laloe di terkemnja oleh Doermansah, maka laloe djato terdjeroemoes diboemi, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen menjahoet dengen pedangnja sekoewat koewatnja, maka laloe poetoes doewa gabar itoe dari belakangnja sampe dihadepannja betoel toelang dadanja, maka matilah penjamoen itoe hingyga aken mati keampat anpatuja oleh Sahbanda kedoewa Sahbandi, maka segala pakenonnja itoe poen di abilnja serta di tjitjoekei pada tepi soengai jang aernja mengalir dari kaki goenoeng itoe.

Maka Soeltan moedapoen mandilah pada soengai itoe, serta Indra Paulana Tamsil Maripat dan Sahbanda kedoewa Sahbandi poen mandilah bersama sama, den sckalian penjamoen itoepoen semoeanja di djemoer.

Setelah Soeltan moeda melihat toeboeh istrinja sanget sekali kocroesnja, den toelang iganja seperti anak gambang, den matanja poen mendjadi tjelong den pipinja mendjadi kempot den leher jang djindjang mendjadi pandjang.

Maka Soeltan moeda poen tjoetjoerlah aer matanja serta menangis, wai adinda: mas mira ratna tempawan.tjinta soenggoe garangan toean, soedalah toean marilah kitanan naek.

Maka laloe di pimpinja tangan istrinja, serta memakee pakejan Baddoewi itoe, den segala pakejannja semoewanja di boewangnja pada soengai itoe

Setelah soeda sekalijan berpakee itoe, maka laloe berdjalan menoedjoe kedalem hoetan rimba blantara.

Adapoen maka beberapa melaloeken hoetan jang besar, den padang jang loewas loewas, den boekit jang tinggi tinggi itoe, setelah sampe kedalem hoetan itoe, maka baripoen makeņlah, masing masing tidoerlah.

Setelah sijang hari maka bangoenlah ke ampataja sorta membasoeh moeku, den Sahbanda poen pergilah mentjari daoen daoenan den oembi oembịjan, den segala boewah boewah jang patoet di makan orang, den Sahbanda poen pergi membawah koeda aken memberi makan.

Setelah soeda laloe berangkat djalan menoedjoe mata hari hidoep, maka laloe sampe pada soeatoe padang jang amat loeas, maka di sanalah ija berhenti pada sekoetika itoe, pada bawa satoe poehoen baringin besar.

Setelah itoe maka Soeltan moeda itoepoen berfikir di dalem hatinja, padang manakah garangan ini, pada pikirnja betoel seperti orang ingat inget loepa.

Setelah itoe maka di lihatnja terlaloe amat banjak orang berdjalan kesana kemari berpoeloe poeloe itoe, dan adalah jang mikoel kerai djang den jang membawa daoen den boewah boewahan itoe.

Maka Soeltan moeda poen sanget herannja, serta berkata kepada Sahbanda. Hai soedarakoe tjobalah angkau bertanja pada orang jang djalan itoe, negri manakah den padang ini padang apakah namanja, den ija itoe orang dari mana banjak banjak itoe.

Maka Sahbanda poen pergilah bertanja, katanja: Hai paman orang pamikoel djangan paman mendjadi ketjil hati, beta ini handak bertanja negri ini, apakah namanja den siapakah nama radjanja? den apakah sebabnja tiada ada ajam berkokok, den segala orang jang berdjalan ini berbitjara terlaloe amat soenji.

Maka sahoet orang itoe. Hai orang moeda: Negri apakah namanja negri ini?

Maka sahoetnja negri Toral Arkan.

Sijapakah namanja radja Toral Arkan?

Soeltan Taboerat, kerna Soeltan lagi amat sakit sebab matanja poeta, kerna menangis sebab anaknja hilang tijada habarnja dateng sekarang ini, den beberapa tabib mengataken tijada boleh semboeh hingga bertemoe anaknja, itoelah sebabnja di larangken oleh segala mantri hoeloebalang orang sanget sekali rijoenja.

Maka Sahbanda: Hai orang pemikoel, anak radja itoe laki laki kah atawa perempoewan’ den 'sijapakah namanja?

Sahoetnja anaknja seorang laki laki, namanja Indra Boeganda Aspan dor Sjah, tetapi telah berapa lamanja ija pergi tijada chabarnja, itoelah sebabnja Soeltan mendjadi sanget sekali keras sakitnja.

Adapoen maka setelah Sjahbanda soeda men denger kata orang itoe, maka laloe berkata:angkan ini dari mana?

Maka sahoetnja beta ini dari pasar berdagang boewah boewah.

Setelah itoe maka Sjahbanda poen sigra kembali kepada toewannja, serta dengen manis moekanja, serta sembahnja: ja toewankoe kata orang itoe,inilah negri ajahanda toewankoe.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen berdeboe rasa hatinja, serta ija memandangken moekanja Indra Maulana Tamsil Maripat, serta di tariknja tangan istrinja, serta katanja: Hai Indra Paulana Tamsil Maripat? apakah bitjara diri sekarang ini, ingetkah perdjandjianmoe kerna padanja ini hampir dekat negrimoe.

Maka sembahnja ja toewankoe, ingetlah beta aken berdjandji dengan toewankoe, den barang kehandak toewankoe beta ini toeroet.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen tersenjoem serta berpantoen.

Anak toegoe doedoek berbandji,
Bandji di poewan djangan digoeba,
Djikalau soenggoe bertegoe Djandji,
Djadi toewan djangan diroba.

Kelapa poewan di goebah bandji,
Kembang melati ditanah rata,
Djikaloe toewan berobah djandji,
Nistjaja mati dengan sendjata.

Satelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen sanget berdebar hatinja, sepertiken aer matanja, pada rasanja sebagi belah dadanja, hingga panas dadahnja seperti tertoenoeng dengen api jang amat menjalah rasanja.

Serta katanja: telah patoet kakanda takoet beta berobah djandjij, kerna toewan ada ampoenja istri jang sanget sekali boediman, den beta poen sanget tahoe berkirim diri, kerna ini lagi orang terselit di dalem negri orang, sekalipoen beta di boenoeh di boenoeh mati djoega masahken sijapa lagi dapet melarang, kerna harepannja beta djanganlah sampe sampe hati, bijarlah beta ini mendjadi pendjaga koeda toewankoe.

Satelah soewaminja mendenger kata istrinja itoe, sebagiken hantjoer rasa djasadnja serta di geloek den di tjijoemnja, katanja: ja adindakoe octama djiwa, djanganlah toewankoe ini berkata jang demikijan, tijadalah nanti kakanda ini memboewang toewan, tetapi sabarlah dehoeloe toewan, kerna djikaloe selagi bahroe djanganlah sampe di ketahwi ajahanda bonda, den djikaloe telah seboelan doewa boelan, bijarlah kakanda kataken rahsija ini.

Sahsoedanja berkata kata itoe, laloe ija berangkatlah berdjalan menoedjoe kedalem negri itoe lah.

Satelah hamper di pintoe kota itoe, maka haripoen malemlah den Soeltan moeda poen berhentilah di loewar pintoe kota itoe, kerna handak masoek pada hari itoe telah tanggoeng malemnja, maka di sanalah berbagi bagi roepa aken memboedjoek pada hati istrinja, den istrinja poen sangetlah meradjoe djoega.

Maka kata Soeltan moeda itoe, Hai adinda: djikaloe toewan sampe kedalem negri, bijarlah toean ada bersama sama Sjahbanda kedoewa Sjahbandi djoega, djanganlah toewan mengikoet dehoeloe kedalem astanah, kerna kaloe kaloe nanti mendjadi tjidra hatinja ajahanda boenda aken toewan ini.

Sahoetnja Indra Paulana Tamisil Maripat itoe, ja kakanda beta handak mengikoet djoega bersama sama, sekalipoen kakanda mati adinda handak mengikoet mati djoega bersama kakanda, kerna beta ini ingin sekali malihat roepanja istri kakanda jang toewa itoe, betapakah roepanja den lagi masahken ija ketahwi jang beta ini perempoewan, den sekalipoen lagi kekanda tida memberi pada beta, beta ini hankak mengikoet djoega.

Satelah itoe maka Soeltan moeda poen sanget sekali mesgoel pada hatinja, sebab takoet mendjadi tjidranja, kerna di dalem kedoewa istrinja itoe sanget sekali sama sajangnja den sana tjintanja, sebab doewa orang itoe ada doewa poela hatinja, den doewa pikirannja seorang sabar den jang seorang poen beloen lagi ketahoewan, maka itoelah sebabnja hatinja Soeltan moeda mendjadi sanget sekali masgoelnja, serta katanja: ja adinda loepakah soeda toewan ampoenja perdjandjijan, kerna kata toewan handak menoeroet apa djoega barang titah kakanda, den tijadakah adinda kasih sajang aken kakanda ini? Satelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen manangislah, serta katanja: baeklah kakanda toewan, mana djoega kehandak toewan koe di sanalah beta- ini, kerna soeda dengen patoetnja beta ini menoeroet kata kakanda, sebab beta ini orang jang mengharep kasih orang.

Sjahdan maka Soeltan moeda melihat jang istrinja menangis itoc, maka laloe di rebanja serta katanja: djikaloe soenggoeh toewan handak menoeroet kata kakanda, mengapa toewan sanget menangis soedalah dijem, apalah toewan.

Maka sembahnja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, ja kakanda: beta menangis ini boekannja sebab sesal beta di madoe oleh kakanda, den boekan kerna takoet toewan nanti balesken barang kedjahatan beta, kerna beta menangis ini, sebabuja terkenangken pekerdjaan beta ini, maka mendjadi meroesaken den membinasahken kakanda, kerna beta ini sanget handak bertemoeken itoe, kaloe kaloe nanti beta ada bersalahan lakoc aken toewan poetri, sebabnja beta beloen mengenal dija, den djikaloe beta telah mengenal dija roepanja istri kakanda, kerna sapatoetnja beta berlakoe tingka jang patoet di hedepannja

Maka sahoet Soeltan Moeda, Hai adinda: dari pada hal jang demikijan itoe sepatoetnja, tetapi bernantilah dehoeloe di dalem ampat atawa lima hari lamanja, sebab pikir kanda ini, bijarlah kakanda memberi chabar dehoeloe.

Satelah itoe maka dijemlah toewan poetri, sekoetika berkata, katanja: baeklah toewan!

Kata Soeltan Moeda, Hai adinda: bidji mata kakanda jang seperti roepa Siti Bagdad, tatkal berkasih kasihan dengen Achmad, den djikaloe toewan sampe kedalem negri djanganlah toewan memanggil kakanda seperti di waktoe ini.

Maka sahoetnja baeklah toewankoe, soepaja beta ini memanggil toewankoe pada kakanda ini.

Maka kata Soeltan moeda soenggoe toewankoe serta di peloeknja, den di tjioemnja, sambil berkata: djikaloe toewan sampe kedalem negri, boe- atkenlah kelakoewan toewan sebagi laki laki jang soenggoeh soenggoeh.

Sahoetnja baeklah toewankoe.

tan telah itoe maka haripoen sijanglah, den Soel-

Setmoeda poen moelaken berangkat masoek serta bergandaran pada koedanja. Maka Sjahbandar kedoewa Sjahbandi den Indra Maulana Tamsil Maripat itoepoen berdjalan kaki mengiringken koeda itoe dari belakang.

Adapoen maka satelah di lihatuja pintoe kota itoe telah bertoemboeh toemboeh roempoet, den biliknja poen banjak jang soeda leboer binasa. Setelah itoe maka laloe ija bertemoe kepada anak hoeloebalang, jang lagi sedang doedoek berbitjara dengen seorang penoenggoe pintoe kota itoe.

Maka dilihatnja adalah seorang moeda bergandaran koeda hitem jang berwarna belang poetih, serta pakeijanja seperti pakejan penjamoen jang meshoer gagah beraninja, serta teriring dari belakangnja dengen tiga orang moeda itoe, maka di lihatnja den di pandangnja betoel seperti roepa Soeltan Taboerat itoe, maka heranlah dirinja serta katanja: Hai orang moeda, hendak kemanakah toewankoe? Maka sahoetnja Hai soedarakoe, akoe ini hendaklah bertemoeken pada toewan mantri jang toewah.

Tatkala itoe anak hoeloebalang poen terkedjoet pada hatinja, kerna takoet kaloe kaloe pentjoeri jang amat sanget itoe, katanja: apakah kehendak toewankoe?

Sahoetnja Hai orang jang moeda, pergilah angkau kataken akoe hendak bertemoe dija.

Maka sembahnja Sjahbandi ja toewankoe: pada pikir beta, kaloe kaloe inilah garangan anaknja hoeloebalang toewankoe, jang tatkala tempo kita berangkat dari dalem negri ija masi bahroe djalan djalan, djato, kerna roepanja poen semimpir mimpir roepa bapanja.

Setelah Soeltan Moeda mendenger kata itoe maka heranlah, serta berdjalan menoedjoeh keroemah mantri toewa itoe. Sasoedanja sampe keroemahnja mantri toewah itoe, kata hoeloebalang itoe kepada mantri, ja toewankoe: beta ini di titahken oleh seorang moeda, katanja ija hendak bertemoeken kepada toewankoe. Kata mantri: sijapakah garangan orang itoe? tidakah diri ini mengenal dija?

Maka sembahnja, tidalah hamba ini mengenal, tetapi roepanja sebagi Soeltan besar, hingga kabedahannja tjoema toewah dengan moedah djoega.

Satelah mantri mendenger sembah demikijan, maka laloe ija sigra memake pakejannja dengen sigra, serta berdjalan keloewar dari dalem roemahnja.

Tatkala Soeltan moeda malihat mantri itoe dateng, maka laloe ija toeroen dari atas koedanja serta ija aken memberi hormat.

Adapoen maka mantri itoepoen kenallah pada Indra Boeganda Aspandar sjah, laloe di peloeknja den di tjijoemnja serta menangis, den Sjahbanda Sjahbandi ketiganja menjembah.

Maka kata mantri itoe ja toewankoe, sampenja hati sekali toewan ini meninggalken ajahanda boenda toewan, den sekarang ajahanda toewan sedang sakit sanget, marilah toewan kita ini berangkat masoek.

Sahoetuja baeklah toewankoe.

Maka kata mantri itoe, ja anakoe baeklah anakoe bernanti dehoeloe di sini, soepaja mamanda memberi chabar aken ajahenda toean dahoeloe, soepaja mamanda menitahken segala raijat aken menjamboet toewan dengan segala boenji boenjian, sebegimana adatnja radja radja.

Maka sembahnja ja mamanda, soedahlah djangan mamanda bersoesah soesah kerna ajahanda. sedang sakit sanget, bijarlah hamba masock dengan dijem dijem, hingga bertemoe dengan ajahanda boenda, den lagi hamba ini menanjaken mamanda, apakah padoeka adindi siti Mahroem Sari adakah apijat djoega.

Sahoetnja mantri, adakah apijat djoega anakkoe tida ada koerang socatoe apa apa.

Sasoedahnja itoe maka laloe ia berangkat masoek kedalem astanah, den Sahbanda poen me- noentoen koedanja, dan Indra Paulana poen mengikoet dari belakang toewannja, den lakoenabetoel seperti padarep radja.

Setelah sampe ke dalem astana, maka banjak lah segala mantri hoeloebalang jang toewah toewah, jang telah mengenal oleh anak radja itoe maka sekalijan poen mengoendjoengi dia, maka mendjadi gemperlah di dalem negri itoe, masing masing pada mengataken anak radja dateng itoe, maka laloe terdengerlah kedalem témpat pedaleman itoe.


Anak bertemoe dengan orang toeanja

Alkaisjah maka terseboetlah perkata-annja Soeltan Taboerat itoe, jang sedang sakit sanget, dan matanja soeda tida bisa dapet terboeka lagi sebab sehari hari dengen menangis djoega, sebab terkenangken anaknja itoe, maka pada ketika itoe padoeka Soeltan Bahroen sedang mengadep serta sekalian anak istrinja, den segala Tabib poen hadlirlah masing masing.

Maka mantri itoepoen telah memberi chabar jang padoeka ananda telah dateng.

Setelah Soeltan Taboerat mendengar nama anaknja, maka laloe ia bangoen dengen terke- djoetnja, serta katanja: wai anakkoe boewah hatikoe, marilah di sini dekat ajahanda, sampehnja hati toewan ini dateng rasanja.

Maka dari pada sanget ia goepoenja, maka laloe bangoenlah ija hendak toeroen dari tempat peradoewannja, maka sekalijan jang mengadep poen mendjadi heranlah melihat hal itoe, telah soeda djalan ampat poeloe hari lamanja tijada ija bisa dapet bergerak dari pada tempat tidoernja itoe.

Maka beberapa di tahan tahanken oleh padoeka Soeltan Bahroen, katanja: sabarlah toewan dehoeloe kerna ananda belon lagi sampe, masi ada ija di loear astanah. Maka dijemlah Soeltan pada koetika itoe, serta katanja: wai anakkoe, marilah toewan, maka ija hendak melihat matanja tida dapet terboeka, maka pada sangkanja anaknja ada dalem astanah itoe.

Setelah itoe maka kata anak radja itoe kepada Sahbandi. Hai spedarakoe: bawalah Indra Maulana Tamsil Maripat ini kedalem hemamoe dehoeloe, soepaja akoe masock mengadep ajahenda bocnda.

Maka kata anak radja itoe kepada Indra Maulana Tamsil Maripat, katanja: Hai Indra Maulana Tamsil Maripat, pergilah diri ini dehoeloe pada tempatnja Sahbanda, den djanganlah dehoeloe angkau masoek bersama sama ini.

Maka sahoctnja Indra Paulana Tamsil Marifat tidalah nanti beta maoe mengikoet Sjahbanda, den beta ini handa djoega mengikoet toewankoe bersama sama masoek kedalem astanah itoe.

Adapoen beberapa ditahankennja tida djoega ija maoe menoeroet, den beberapa Sjahbanda memboedjoek ija tijada djoega maoe, maka ija hendak mengikoet toewannja djoega maka daripada anak radja tida maoe berpandjang kalam, maka djadi di adjaknja bersama sama djoega, sebab takoet nanti mendjadiken bahla.

Maka laloe ija berkata: inilah soesahnja kita membawa orang negri lain, kerna sebab tijada taoe adanja orang negri, apakah kehendaknja den kehendaknja djoega, serta katanja: marilah kita bersama sama masoek mengadep, tetapi djanganlah angkau nakal nakal di hadepan radja ini.

Sahoetnja tidalah toewankoe, maka segala orang jang memandang roepanja Indra Maulana Tamsil Maripat poen semoewanja mendjadi heran, dari pada sanget baek roepanja den lagi mendjadi satoe kaheranan, den dahsat pada jang melihat, sebab anak radja itoe sanget kasih aken dija, seperti menenteng minjak jang penoeh rasanja, serta berkata orang itoe apa pernanja aken anak radja orang ini, dari pada sebab barang kehendaknja tijadi lagi terlarang atasnja.

Sasoedanja itoe, maka laloe masoeklah kedoewanja.

Sjahdan maka di tjeritaken oleh pengarang jang mengakoe dosanja dirinja atas dirinja, jang mengharep ampoen aken toehan malikoel rahman itoe.

Maka satelah permaisoeri malihat roepa anaknja itoe, serta meméloek leher anaknja laloe meratap den toewan poetri Mahroem Sari poen dateng mentjijoem kaki soewaminja, serta memoehoenken ampoen den maab, den permaisoeri Mahran Langga Sari poen memeloek mantoenja, den padoeka Soeltan Bahroen poen mentjijoem kepalanja serta aer matanja, den Soeltan Taboerat poen menangis serta dengen meraba raba den mengoesoet lakoenja, serta katanja: wai anakoe marilah ajahanda raba toewan, maka toewanlah jang mendjadi penawar obat, sedang mendenger chabarnja djoega jang toewan dateng, ajahanda dapet bangoen dari pada tidoer, den ajahanda mendenger soewaranja djoega mendjadi senang pikiran ajahanda dapet melihat roepa toewan, alangka baeknja.

Adapoen maka anak radja itoepoen dateng memeloek pada kaki iboenja serta soedjoednja.

Maka laloe di samboet oleh iboenja tangan anak nja, maka laloe mentjijoem kaki iboenja Soeri Mahran Langga Sari, serta soedjoed pada kaki Soeltan Bahroen laloe di samboetnja tangan mantoenja, serta katanja: soedahlah toewan pergilah berlemoeken ajahanda toewan den boenda toewan.

Maka laloe memeloek kaki ajah boendanja serta dengen soedjoet ija toedjoe kali, den Soeltan Taboerat poen pangsanlah tijada habarken dirinja, den iboenja poen pangsan poela melihat kelakoewan anaknja itoe.

Satelah Soeltan Taboerat sedar dari pada pangsannja, maka dengen takdir allah soebhana wataalla, dari pada sanget sekali ija ingin malihat roepa anaknja itoe, maka dengen koedrat iradat toehan Malikoel Adil, maka Soeltan Taboerat poen dapet memboeka matanja, serta dapetlah ija memandang moeka ananda baginda itoe, semboehlah dari pada sakitnja, serta katanja: ja anakoe sampe hati rasanja anakoe dateng tida di samboet dengan segala permainan, den segala barisan den segala toenggoel pandji pandji.

Maka sembahnja ja toewankoe, memanda mantri hendak menjamboet beta, den betalah sendiri jang tida memberiken, sebab ajahanda ini sedang sanget sakit itoelah moelanja toewankoe.

Setelah itoe maka titah Soeltan Taboerat, Hai mantrikoe pergilah angkau menjoerochken membaiki negri den segala tempat penghadepan, den segala roepa permainan soeroelah ija bermain ija toedjoeh hari toedjoe malem lamanja.

Maka mantripoen menjoeroehken, maka dengan sekoetika itoe djoega telah moetaiblah, maka hidangan poen di angkat oranglah laloe bersanteplah masing masing.

Adapoen maka satelah saleseh dari pada bersantep itoe, maka minoeman poen di peridarken orang, laloe minoemlah ija masing masing itoe.

Satelah soeda seleseh makan den minoem itoe,maka baginda poen memanggil anaknja, serta katanja: Hai anakoe boewah hati ajahanda, mengapakah toewan dateng ini dengen seorang diri, den segala kawan kawan toewan di mana toewan ini tinggalken, den segala dagangan toewan adakah lakoe djoega, den banjaklah toewan beroleh oentoeng, den telah sampoernalah penglihatan toewan pada sagenap negri, dari pada segala atoeran adat segala radja radja jang besar besar ampoenja perentah atawa mengatoer negri, den adakah jang terlebih baek.

Setelah itoe maka berdateng sembah ananda- nja demikijan: jatoeankoe beriboe riboe ampoen den maab kebawa doeli telapakan toewankoe, Marhaban bika waadalan wataupikan hasanan moehoenlah ampoen ananda aken ajahenda boenda keampat dengan sampoerna ampoen, maka moehoenlah hambanja dari pada salah bebal ananda ini lagi tijada berboedi, dalem itoepoen dari pada kawan kawan abdi ini sekalijan telah mendapet binasah di tengah tengah laoet, entahlah kemana sekalijan itoc perginja entahlah hidoep entahlah mati, den segala dagangan jang abdi bawa sekalijannja poen hahis binasa, den bahtar hamba jang tiga boeah poen habislah petjah di tengah laoet, seboeah poen tida tertinggal lagi hanja abdi djoega tiga berhamba jang hidoep, lagi terpeliharaken oleh allah tochan Malikoel Rahman, maka berkat doa ajahenda boenda keampat, den berkat sepaat Nabi Mochamad Moestapa, dalem itoepoen hamba berkata ini dengen kauloel hakkoe wakallamal Siddik, bahoewa sanja pada hari ini tobatlah abdi lagi melanggar barang titah toeankoe keampat, den telah pertjajalah abdi dari pada barang bitjara toewankoe dalem itoe poen mana djoega hoekoem toewankoe abdi terima, den abdi djoendjoeng di atas batok kepala abdi, jang tidalah patek ini berani lagi melanggar barang larangannja ajahenda boenda keampat ini, den tobatlah hambamoe dari pada pekerdjaan jang bantahan, kerna sekalijan itoe anandalah telah mendapet den merasahken, dalem itoepoen memoehoen ampoen diperbanjak banjak aken ajahanda boenda keampat atas kesalahannja ananda jang tijada ananda menoeroetken barang napsoe ananda, bahoewasanja amanlah hati hambamoe jang iboe bapa itoe atawa martoewa, itoelah tochan kita jang bekeramat lagi jang beroleh kemoelijaan dari pada allah Chalikoel Sjai, bahoewasanja njatalah iboe bapa itoe toehan kita jang dlahir lagi keramatnja.

Satelah itoe maka laloe di tjeritakennja dari pada hal ichwalnja, dari permoelaan dateng pada kesoeda soedahan, dari pada ketjilakaan den kabinasahan den hal jang mendjadi medlarat, hingga tijada kami sebatken di sini, sebab telah termadjkoer dehoeloenja itoe.

Maka titah Soeltan Bahroen, ja anakoe berapa negri jang anakoe telah melaloeken.

Maka sembahmja: jatoewankoe adalah kira kira ampat poeloe negri toewankoe, den telah toedjoeh boewah poelau jang besar besar, den telah doewa poeloe lima boewah poelau jang ketjil ketjil.

Adapoen tetapi tijada di seboetken dalem hikajat ini segala negri itoe, den segala poelau poelau itoe, kerna sebab hendak mengambil tjerita jang lain, kerna djikaloe di tjeritakeunja tjeritanja poelau poelau itoe terlaloe amat banjak tjeritanja satoe satoe negri den poelau poelau itoe.

Satelah itoe maka titah baginda, ja anakoe: Sjahbanda kedoewa Sjahbandi di manakah ija?

Maka sembahuja ja toewankoe, adalah lagi membaiki tempatnja, den tempatnja koeda hamba.

Kata baginda ja anakoe sekarang jang telah binasa itoepoen soedalah djangan anakoe boeat genter den takoet, semoeanja itoe adalah dengan idjin allah soebhana wata'allah, hanja toean djoega jang beroleh selamat telah soeda berapa soekoer, den sekarang inget inget anakoe dari pada hal jang telah laloe itoe, moeda moedahan di beri rahmat atas anakoe.

Satelah itoe maka baginda poen bertanja; Hai anakoe: inilah sijapakah jang ada bersama sama toean, terlaloe amat sanget back sekali parasnja, sebagi anak orang moelija djoega roepanja dan terlaloe amat baek baranglakoenja, elok manis di pandang mata.

Maka sembahnja; ja toewankoe Sjehalam, bahoewa inilah sahbat hamba dari seboewah negri.

Maka kata baginda, di manakah bandar negrinja?

Maka sembahnja bahoewa tatkala patik binasa di tengah laoet, maka patik djato pada soewatoe negri bernama negri Tadjir, den radjanja bernama Soeltan Taip terlaloe amat boediman Soeltan itoe.

Sasoedahnja hamba sampai di sana, maka di sanalah hamba perhambaken diri, adalah kira antara lima tahoen hamba mendjadi hamba soeltan Tadjir itoe, maka pada koetika hamba handak kembali inilah kawan hamba.

Maka titah baginda sijapakah namanja, den sijapakah ampoenja anak garangan ini?

Maka sembahnja ja toeankoe, bahwa inilah anak mantri, tetapi iboe bapanja telah mati, den namanja Indra Paulana Tamsil Maripat di seboet orang aken soedara Indra Boeganda Aspandar Sjah. Adapoen maka Soeltan Indra Paulana Tamsil Maripat mendengar kata anak radja itoe, maka laloe menangis tijada chabarken dirinja lagi, sebab mendengar ajahanda boendanja ampoenja nama.

Maka tatkala itoe Soeltan Taboeratpoen sanget belas itoe melihat lakoenja itoe, den segala jang mengadep poen rembas aer matanja.

Kata baginda: jaanakoe belas soenggoe rasanja ajahanda malihat dija, sebab orang masih moeda belon lagi sampe pikirannja, kaloe kaloe terkenangken iboe bapanja den bandar negrinja.

Maka sembah ananda: soenggoelah toewankoe, kerna orangnja masi teroena den beloen bijasa aken berlajar, itoelah soesahnja kita membawa teman orang jang ketjil hati, djadi pikiran sijang den malem.

Setelah itoe maka Soeltan Taboeratpoen bangoen dari atas hamparannja, serta menjamboet tangan Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, serta katanja: marilah toean doedoek kemari dekat ajahanda, den djanganlah toewan sangetlah masgoel, tijada mengapa bersama sama kakanda toewan inilah, den djanganlah toewan selempang hati ambil mana seperti ajahanda boenda toewan sendiri, den tijadalah ajahanda boewang boewang toewan, den tijadalah ajahanda sampe sampe hati ajahanda boewat sebagi mana ananda sendiri itoe.

Setelah itoe maka ijapoen bertambah tambah menangis, sebab melihat lakoenja anak radja itoe, semingkin teringet iboe bapanja. Setelah itoe maka Indra Pawidha poen doedoek lah pada sisi radja, naka baginda poen memberi persalin aken anaknja den Indra Paulana Tamsil Maripat poen di persalin, oleh baginda dengen pakejan tjara orang negri Toral Arkan, seperti badjoe gamis poptih dari pada soetra, den berbadjoe toetoep dada dari pada soetra merah berselang poetih den hitem, den bersaroeng kaki dari pada soetra merah, berkantjing inten den bersepatoe dari pada saten poetih, make terlaloe amat baik sekali roepanja.

Setelah itoe maka Salbandi poen datenglah serta dengen soedjoed menjembah pada kaki baginda.

Maka laloe baginda menegorken, serta di perpalinnja kedoewanja itoe ake mana adat besoewan radja.

Adapoen maka dalem berkata kata itoe, maka njembah, katanja: jatoeankoe beta ini di titahken oleh boenda toewan menjamboet toewankoe telah lamalah soedah toewan poetri menantiken toewankoe, di dalem mahdjana djogan astanah itoe kerna boenda toean hendak ingin bertemoe pada toewankoe.

Satelah itoe maka titah Soetan Taboerat, katanja: ja anakoe pergilah toewan masoek dahoeloe, roepanja ajahenda ini sanget loepanja tijada menjoeroehken toewan masoek mengadep, dari pada sanget birahi ajahenda kaloeken goesar boenda toean den istri toewan.

Maka sembahnnja tida mengapa toewankoe, sahdjanja hamba hendak brangkat masoek.

Maka laloe bangoen serta menjembah pada kaki ajahandanja kedoewa, serta berangkat masoek di iringken Sjahbanda Sjahbandi, maka anak radja itoepoen memandang kepada Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, serta katanja: Hai Sahbanda bawalah Indra Paulana pada tempatmoe.

Katanja: Hai adinda djanganlah toewan mengikoet kakanda pada hari ini kedalem astana, kerna tijada baek di lihat orang, kerna toewan seorang dari laen negri masoek kedalem astana djadi hina namanja kakanda,

Maka sahoetnja tidalah kami maoe di tinggalken oleh toewankoe, hamba handak djoega masoek bersama sama.

Satelah itoe maka anak radja itoepoen tersenjoem, serta ketanja: pergilah toewan mengikoet Sahbanda dehoeloe, kaloeken pada hari laen kita ini masoek bersama sama, serta katanja: adjak apalah Sahbanda soedara kita ini.

Sahoet Sjahbanda, marilah toewankoe kita keloewar.

Maka sahoet Indra Paulana Tamsil Maripat, serta bangoen berdiri sambil mamegang hoeloe pedangnja, katanja: tida akoe maoe, den djanganlah toewan merabah tangan beta, kelak nanti beta kena memerang toewan. Satelah itoe maka anak radja itoepoen tida berdaja lagi, serta ija berangkat masoeklah. Satelah sampe ija kedalem astanal, maka per-maisoeri poen tjoetjoerlah aer matanja melihat roepa anaknja.

Maka tidalah kami seboetken lagi orang jang lagi berkasih kasihan itoe, maka Indra Paulana Tamsil Maripat memandanglah ija.

Satelah soeda ija malihat roepa toewan poetri Mahroem Sari itoe, maka bahroelah senang rasa hatinja, serta soedjoed menjembah pada kaki iboe soeri, den pada kaki toewan poetri Mahroem Sari, soeatoepoen tida jang di sakitken lagi.

Satelah itoe maka titah permaisoeri, ja anakoe inilah roepanja orang negri Tadjir?

Maka sembahnja soenggoeh toewankoe.

Maka kata permaisoeri, baek soenggoeh barang lakoenja, sedang anak mantrinja sebegini roepanja, istemewa perempoeannja, djikaloe demikijan nistjaja toewan beristri lain. Tatkala itoe anak radja poen tersenjoemlah, serta memandang pada moeka Sjahbanda den Sjah bandi, tetapi melirik djocga matanja sedikit kapadá moeka Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, sebab terkedjoed hatinja seperti berdebar rasanja, serta katanja: soenggochlah seperti kata toewankoe, kerna sepatoetnja kita di dalem negri orang, mentjari Tabib jang taoe mengobatken kita.

Satelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen taoelah hati toewannja itoe, serta berangkat manjembah, katanja: moehoenlah hambah aken keloewar toewankoe bersama sama Sjahbanda kedoewa Sjahbandi.

Maka kata anak radja itoe, baeklah soedarakoe, soepaja toewan dapet ketahwi sagenap tempat pada negri ini.

Sahoetnja sebenernjalah toewankoe.

Satelah itoe maka keloewarlah ketiganja itoe.

Sasoedahnja ija keloear, sampe pada pertengahan djalan, maka anak radja itoepoen datenglah dari belakang, serta berkata perlahan lahan, Hai adinda: inget ingetlah toewan djangan toewan beroesak hati.

Sahoetnja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe sambil tersenjoem, tidalah tocankoe.

Maka titah anak radja itoe kepada Sahbanda, baek baeklah toewan ini memaliharaken hati adinda, kaloeken sebentar djoega akoc ini dateng bertemoeken.

Maka sembahnja baeklah toewankoe.

Satelah soeda maka anak radja poen kembalilah, kedalem astana poela.

Maka kata permaisoeri, kasih soenggoeh rasanja orang berkawan, sedang lagi bitjara di tinggalnja.

Sahoetnja: jatoewankoe boekan demikijan, kerna orang masi bahroe lagi anak jang masih sanget moedahnja, djikaloe tijada beta memboewat demikijan, nistjaja apalah kelak nantinja di kata orang di dalem negri, sedang kita di dalem negrinja di boeang boeang, di katanja poela tida ada sekali menaro indah, kerna tatkala beta di dalem negrinja di perboeat seperti mana adat.

 Maka permaisoeri poen soekalah hatinja mendenger kata anaknja itoe, serta berangkat masoek, den anak radja itocpoen masoeklah kedalen peradoean serta di iringken toean poetri Mahroem Sari itoe.

 Adapoen maka hari poen malemlah, den anak radja itoepoen beradoclah kedoewa laki istri, dalem poradoewan jang kaemasan serta dengen berkasih, kasihan, deu segala dajang dajang poen ramailah mengadep anak radja itoe, masing masing aken menanjaken chabar wartanja itoe, kerna tiga poeloeh tahoen lamanja anak radja itoe meninggal negri, maka adalah seperti orang jang mati baroehlah hidoep kembali, masing masing bertanjaken halnja.

 Tatkala itoe habislah anak radja itoe menjeritaken, dari pada hal dirampas orang dalem negri benama Babroel alam, den beroleh soedara Moehamad Sjahrab, den peri ija sampe kedalem negri Aripocld Djohar, den peri melihat kelakoean nogri, den peri ija sampe kepada soewatoe poelau, den peri jang ija mendapet tjilaka di dalem kapal, sebab menjoempit boeroeng den peri tatkala ia hanjoet di dalem laoet, den djato kedalem sero ikan, den peri ija di poengoet oleh bapa Rembanan di. ambilnja aken anak den peri ija mendjadi Soeltan moeda dalem negri Tadjir, maka laloe semoewauja di tjeritakennja.

Soeltan Taboerat 74

Maka heranlah segala jang mendengerken itoe.

Sasoedanja djaoeh malem, maka anak radja itoepoen masoeklah kedalem peradoewan serta memboedjoek hati istrinja dengen beberapa djamboe djamboean itoe.

Adapoen maka satelah toean poetri Mahroem sari mendenger jang soewaminja tatkala tjerita mendjadi Soeltan moeda itoe, maka pikirnja djika demikijan nistjaja ija beristri lain, maka hatinja poen tijada sedap, tetapi di tahankennja djoega, kerna pada pikirnja tida mengapa di djamakken oleh hati istrinja, laki laki itoe sepa- toetnja berbanjak bini.

Tetap adalah sedikit ngeran sebab moengkir dari pada djandji, maka dalem itoepoen di tahanken sakit hatinja, sebab masih bahroe beloen lagi patoet kita tanjaken hal itoe, maka di perboeat lakoenja seperti mana adat orang jang berkasih kasihan oleh soewaminja.

Adapoen maka anak radja itoe berkasih kasihan, serta melakoeken barang kehandaknja, demikijan adanja.

Alkaisah maka terseboetlah perkataanja Sahbanda kedoea Sahbandi, berboewatlah soewatoe roemah di dalem soewatoe taman Pengliboer Lara namanja, betoel pada tepi koelam Toendjoe Maja dari pada roema batoe jang teroekir, serta pinggir tamannja itoe dari pada batoe marmar dengen tanggahnja, sebab akalnja Sahbanda sepaja senang hatinja ija tinggal bersama sama dengen Indra Maulana Tamsil Maripat itoe, sebab djikaloe di boeatnja pada tempat rame orang, nistjaja djadi terboeka rahasia toewannja, kerna Indra Paulana Tamsil Maripat itoe seorang perempoewan, pada pikirnja djikaloe pada tempat segala mantri hoeloebalang nistjaja terboekalah rahsija itoe, kerna djikaloe malem hari Indra Paulana Tamsil Maripat memake bagimana tjara perempoean, itoelah sebabnja Sahbanda kedoewa Sahbandi memeliharaken toewannja, djangan sampe toewannja mendapet tjidra den maloe adanja.

Setelah soeda moestaib roemah itoe dengen segala kelengkepannja dari pada katja den pigoera den keroesi medja jang bagoes bagoes, den segala tiker hamparan dari pada sapsahlat ainal banat boewatan Toerku, serta dengen geta peradoewannja, maka di sanalah Sahbanda kedoewa Sahbandi tinggal bersama sama Indra Paulana Tamsil Maripat itoe.

Sjahdan maka terdengerlah chabar itoe kepada permaisoeri den kepada baginda, maka baginda poen sanget sekali herannja serta memanggil Sjahbanda, katanja: mengapakah taman itoe di perboewatnja roemah, apakah tida angkau dapet jang laen tempat dari pada taman itoe jang terseboet?

Maka sembahnja ja toewankoe, ampoenlah toewankoe di perbanjak banjak, sebab hamba berboeat tempat di dalem taman itoe, kerna ananda itoe orang jang bahroe dateng dari seboewah negri, antalah apa barang jang soelit soelit dari pada perenta negri, atawa barang sebaginja djoega, djikaloe ija hendak menjaken hamba nistjaja banjaklah orang jang mendapet tahoe, antalah sijang antalah malem pekerljaan mesoewarat itoe, kaloeken pada tempat jang ramái nistjaja mendjadi soeker ananda dein mendjadi pitrah itoelah sebabnja. toewankoe djadi apalah goenanja namanja abdi ini, jang djadi pengikoet ananda pada sagenep negri.

Satelah itoe maka baginda poen mendjadi sanget heran mendenger sembah Sjahbanda itoe, serta laloe menoegrahken persalin kedoewanja itoe, den berinja djoega beberapa harta mata banda padanja, maka Sjahbanda poen bermoehoen kembali

Satelah itoe maka adalah pada soewatoe malem Indra Paulana Tanmsil Maripat meuangis pada tempat tidoer, sebab terkenangken oentoeng nasibnja itoe.

Seteļah di dengernja oleh Sahbanda jang toewannja telah menangis itoe, maka ia berkata, kepada Sahbandi, katanja: Hai soedarakoe mengapakah toewan kita menangis ini.

Maka sahoetnja ahbandi, hai soedarakoe: sebab tatkala ia bermoehoen tadi, toean patik hendak berdjandji aken kemari kemoedian sekarang ia belon djoega, dateng, itoelah kaloe kal0e sebabnja.

Maka kata Sahbanda djikaloe denikian baeklah diri pergi memanggil Soeltan moeda.

Sahoed Sahbandi apalah goenanja, kerna djikaloe kita dateng kesana nistjaja toean kita dateng. bertemoeken dia, sebab terlaloe amat kasihnja, maka apalah halnja toewan poetri nistjaja binasa hatinja, sebablagi sedang bahroe bertemoe, maka sebab seorang kawannja ia di tinggalkennja nistjaja mendjadi sakit hatinja toewan poetri, den djikaloe pada pikir kita biarlah Indra Paulana Tamsil Maripat menangis, kerna toewan kita tida adalah menepaat sedikit hatinja toewan kita, den djikaloe di berinja taoe nistjaja mendjadi leboer binasa hatinja, sebab ia tida dateng selempang hatinja Indra Paulana aken roesak, den djikaloe ia dateng nistjaja roesak hati istrinja.

Adapoen maka setelah sijang hari, maka anak radja itoe poen bangoenlah kedoewa laki istri serta pergi mandi kedalem taman.

Satelah soeda mandi maka laloe mamake pakejan serta bahoe bahoewan, serta bersantep sambil berkasih kasihan.

Adapoen maka anak radja itoe, soenggoeh berkasih kasihan tapi hatinja ada kepada Indra Paulana Tamsil Maripat djoega, tida terlepas rasanja barang sekoetika. Setelah soeda berkasih kasihan itoe, maka anak radja itoepoen masoek mengadep ajahendanja boendanja, maka laloe di tegornja oleh baginda, katanja: adakah baek toeankoe boeah hati ajahenda.

Maka sahoetnja: Alhamdoelilah, di peliharaken djoega hambamoe.

Maka kata radja, kemanakah soedara toewan jang moeda tida bersama sama?

Sahoetnja adalah lagi bermain main kepada Sjahbanda kedoewa Sjahbandi.

Satelah itoe maka anak radja poen tida sedap rasa hatinja, doedoek sebentar sadja, serta bermoehoen, laloe ija keloewar serta menoedjoe ke dalem taman. Maka baginda poen sanget heranlah melihat hal anaknja itoe, sanget sekali kasih aken kawannja.

Adapoen maka satelah sampe kedalem taman, maka baginda memanggil Sjahbandi, apakah chabar soedarakoe?

Maka sembahnja: chabar baek djoega toeankoe, tetapi semalem ada sedikit beradoe tidakoe poeles.

Satelah itoe maka anak radja poen melangka kedalem hamparan geta itoe, serta dilihatnja Indra Paulana Tamsil Maripat sedang doedoek dengen aer mata pada bangkoe beloedroe hidjo, sambil ija menggosok aer matanja.

Maka baginda poen djadi terkedjoet, melihat roepanja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, memake tjara perempoewan seperti bidadari Noerain rasanja, tatkala di dalem dinding soerahi katja itoe, maka baginda poen doedoek bersama sama, serta merabah tangan istrinja serta hendak di boedjoeknja.

Maka toewan poetri poen menghipasken dirinja.

Maka baginda poen terkedjoet, sepertiken belah rasa dadahnja, sebagiken terbang rasa rohnja, serta di samboetnja sambil berkata: adoeh toewankoe kemala mahkota kakanda, apakah toewan sakitkennja, makanja toewan berlakoe jang demikijan, wai mas tempawan tangkee kalboen kakanda, mengapakah toewan berlakoe demikijan, djanganlah toewan sanget meroesaken hati, tidakah toewan pertjaja kakanda kasih aken adinda, serta di rebanja sambil di bawanja kedalem kelamboe ratna, serta katanja: ja adinda orang jang manis, apakah sebabnja? kakanda toewan goesarken, den djikaloe ada salah bebel kakanda ini, hareplah toewan ampoeni, den marilah toewan kataken barang chilap bebal kakanda ini.

Maka sembanja, jatoewankoe, mengapakah toewan moehoenken ampoen kepada beta, sebab toewan tida berdosa pada adinda, sepatoetnja adinda moehoenken ampoen aken toewan sebab adinda ini jang moengkir djandji.

Maka kata anak radja sekalipoen adinda moengkir dari pada djandji tida mengapa, masa sijapa menghoekoem toewan, sebab toewan seorang perempoean ampoenja soeka.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen maloemlah, sebab ialah jang berdjandji hendak bertemoeken semalem tadi, maka laloe tersenjoem sedikit, maka terlihat oleh istrinja, laloe meremas bibir soewaminja serta marahnja.

Katanja: inilah aken tersenjoem, sebab teringet semalem tadi berkasih kasihan, kerna orang bahroe bertemoe, den sekarang djanganlah beta di djemoe poela bijarlah beta di tinggal seorang diri.

Setelah itoe maka titah anak radja sembil tertawa, ja adinda: djanganlah toewan berkata demikijan, soenggoeh kakanda ada dalem astanah tapi toewan ta lepas dalem hati kakanda.

Setelah itoe maka laloe di tariknja tangan istrinja, serta di lakoeken barang kehandaknja.

Maka toewan poetri poen tiada maoe, serta katanja: ja kakanda apalah goenanja toewan bertjampoer kasih aken hamba, kerna harep hamba aken mendjadi hamba kebawa doeli toewankoe, den kebawa doeli toewan putri Mahroem Sari, jang seperti anak anakan soerga, masempawannja kakanda, den goenoeng goesti kakanda, den belahan njawa kakenda, den jang seperti beta ini apalah goenanja, aken bekasnja penjeksa toewan segenap goenoeng den segenap tempat apalah goenanja.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen tjoetjoerlah aer matanja, selakoe lakoe orang jang sesal rasanja, serta berkata perlahan lahan sambil melepasken tangan istrinja, ja adinda: tidakah toewan inget,den lihatlah dahi kakenda toewan perboewat pada kakenda tatkala di dalem negri toewan, itoepoen djoega kekanda ampoeni barang salah bebel adinda.

Setelah itoe maka toewan poetri poen sangat belas hatinja, serta menoeroet barang kahendaknja wallahoe Alam bissawab. Adapoen maka setelah soeda ija melakoeken barang sekehendaknja itoe, maka laloe bangoen kedoewa laki isteri serta bersantep hoewah boewahan den koffi soesoe itoe.

Maka titah anak radja itoe, hai adinda: marilah kita pergi maliboerken hati adinda bermain kedalem desa den kampoeng soepaja kita pergi melihat sagenap pasar.

Maka sembahnja baeklah kakanda.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen laloe memakee seperti adat sehari hari, den anak radja poen memakee seperti pakejan anak radja radja serta bergandaran koeda. Maka anak radja poen bergandaran koeda ajahandanja, den Indra Paulana Tamsil Maripat poen bergandaran Doermansah, den Salibanda kedoewa Sahbandi poen bergandaran koeda mantri, serta berdjalan segenap kampoeng desa doesoen den pasar.

Maka ramelah orang malihatken roepanja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, roepanja terlebi dari pada anak radja itoe, eloek manis barang lakoenja.

Kata seorang, eloek soenggoe orang negri Tadjir, sedeng laki lakinja demikijan istemewa perempoeannja, alangka baek parasnja patoet anak radja tida bisa berpisah serta sigra hendak poelanglah.

Maka kata seorang, roepanja terlebih lebih dari Raden Inoe Karta di Pati.

Maka sahoet seorang, djikaloe perempoewan sepatoetnja roepa poetri di negri djawa, jang bernama Raden Galoeh Tjindra Kirana sajangnja laki laki.

Maka kata seorang, anak baginda sanget sekali berkasih kasihan, kabarnja orang terlebih dari pada istrinja.

Adapoen maka setelah sampe segenap tempat, maka Soeltan moeda poen meliboerken hatinja Indra Paulana Tamsil Maripat itoelah.

Katanja: Hai adinda: telah di ketahoewinja pada tempat ini, den inilah roepanja negri kakanda sendiri.

Maka sagenap tempat den kampoeng den desa den doesoen den pasar, semoewanja di kataken satoe-satoe. Maka semoewanja di ketahoewinja nama kampoeng den pasar dalem negri itoe, maka demikijanlah pandeenja anak radja memeliharaken hati istrinja soepaja senang hati istrinja itoe.

Maka katanja: ja adinda marilah kita kembali sebab hari hampirken soree, maka pada laen hari kita melihat soengai soengai den laoetnja den hoetannja, soepaja adinda taoe.

Maka sembahnja baeklah toeankoe.

Maka senanglah hatinja den di ketahoewi dirinja jang soewaminja sanget sajangnja, maka bertambah tambah tjinta hatinja aken soewaminja.

Setelah sampe kedalem taman, maka laloe bersoeka soeka sekoetika serta makan den minoem, setelah soeda makan den minoem laloe berpelok den bertjioem, serta anak radja poen bermoehoen kembalilah kedalem astananja, serta berpesan, hai Sahbanda kedoewa Sahbandi, djikaloe ada soewatoe hal sigralah angkau masoek kedalem memberi chabar aken hamba, den perbaikilah hati adinda.

Maka sembahnja baeklah toeankoe.

Maka anak radja poen meninggal harta seratoes dinar, serta berangkat masoek adanja.

Sachdan maka pada soewatoe hari, baginda Soeltan Taboerat doedoek di hadep segala mantri hoeloebalang raijat, maka titah baginda kepada ananda, Hai anakoe: mengapakah Sahbanda kedoewa Sahbandi tijada mengikoet toewan bersama sama, kerna adatnja sehari hari ananda tijada taoe berpisah aken dija, den lagi tijada baek kita anak radja berdjalan dengen seorang diri, den sekarang soeroehkenlah orang memanggil dija, den serta soedaranja anakoe itoe, kerna tijada baek toewan sampe sampe hati aken Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, sebab tatkala di dalem negrinja ija memeliharaken toewan, serta dengen sepertinja, den sekarang toewan boewang boewang apalah kelak di katanja orang.

Setelah itoe maka laloe di soeroenja panggil, serta datenglah ketiganja itoe serta soedjoet menjembah ketiganja.

Maka segala jang mengadep poen tiada lepas matanja melihat roepanja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe.

Maka baginda poen sanget soeka melihat roepanja, serta baginda bangoen dari pada kedoedoekannja, serta kátanja: marilah toewan doedoek deket deket ajahenda ini.

Maka sembahnja, moehoenlah patik doedoek di sini toewankoe, maka ia berkata kata itoe sambil tersenjoem, maka roepanja itoe seperti anak jang belon akil baleg barang lakoenja.

Maka titah baginda, hai anakoe: ajahanda terlaloe amat ingin malihat orang jang bermain main keris den toembak di atas koeda, kerna telah berapa lama, selamanja angkau pergi tijada perna ajahanda melihat orang bermaen sendjata.

Maka sembahnja baeklah besok hari kita bermaen-maen.

Setelah itoe maka hidangan poen di angkat orang, serta makanlah masing masing.

Setelah soeda makan, maka hidangan minoeman poen di periderken orang, maka minoemlah. Maka setelah soeda makan dan minoem sekalijan, maka anak radja radja itoepoen bermoehoenlah, den Sahbanda kedocwa Sahbandi poen. kembalilah serta dengen Indra Paulana Tams.1 Maripat itoe.

Setelah dateng kahesokan harinja, maka anak radja poen pergi kedalem taman, serta merijasken istrinja seperti perdjoerit negri Aripoet Dlahri itoe, maka terlaloe amat pantes barang lakoenja, serta bergandaran koeda jang bernama Doermansah itoe, den anak radja itoe poen memakee badjoe koening dari pada dewangga serta di taboer den soelaman jang haloes, beriket pinggang keradjaan serta bersandang pedang, den bermahkota dari pada mas bertatahken kemala jang amat bertjahja tjahja, den Sahbanda memake pakejan sepasang dengen Sahbandi, den segala mantri hoeloebalang poen hadlirlah pada padang jang amat loewas, serta dengen sendjatanja masing masing.

Maka baginda poen naeklah keatas maligei serta Soeltan Bahroen dengen anak istrin, denja segala anak radja radja, den bini mantri hoeloebalang sekalijan, den orang kaja kaja semoewanja ada melihat, den segala raijat poen ada hadir dengen alat sendjatanja, maka lakoenja, maka lakoenja seperti orang berperang, den segala boenji boenjijan poen di paloe orang, maka terlaloe amat ramenja seperti kijamat lakoenja, maka bermain mainlah masing masing, betoel seperti tager lakoenja orang berbitjara itoe.

Adapoen masing masing bermaen mantri samanja mantri, den hocloebalang samanja hoeloebalang, den raijat samanja raijat, masing masing dengen mengeloewarken kepandejannja, berpana panahan den bertoembak toembakan, den adalah jang bertamengken parsinja, den adalah jang bertamengken dadanja, maka terlaloe amat ramenja hingga rijoe randa soewaranja, sebab soewara menoesija seperti batoe roeboeh.

Satelah itoe maka mantri jang toewah itoepoen bermaen panah dengen Indra Paulana Tamsil Maripat itoe.

Maka setelah anak radja itoe melihat hal istrinja itoe, maka hatinja poen sanget mesgoel sebab takoet tersalah salah kena terpanah, maka mendjadi berdebar debar hatinja.

Setelah itoe maka mantri jang toewah lagi amat bidjak sana dari pada bermaen sendjata, serta katanja: Hai orang negri Toral Arkan, lihatlah baek baek perdjoeri Toral Arkan bermaen dengen perdjoerit negri Tadjir, den barang jang tiwas toewan pa'oeken boenji boenjijan.

Maka sahoet segala raijat dengen tampik soeraknja, baeklah toewankoe.

Setelah itoe maka mantri itoepoen memanah ken dada Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, maka tatkala berdjalan melajang lajang anak panah itoe, maka anak radja itoepoen berdebar hatinja, serta di hampiri koeda istrinja dari pada sanget ksihnja, maka hatinja poen tijada sedep rasanja, setelah hampir anak panah itoe, maka anak radja itoe poen membaliken gagang koedahja, serta menangkisken anak panah itoe dengen noedjoeng pedangnja, maka laloe pata doewa, maka laloe dilepasken poela adalah antara beberapa kali maka adala sekoetika tersalah tangkis nja itoe, maka laloe liwat anak panah itoe maka seperti linjap rasa njawanja anak radja itoe, maka dengen koewasa toehan Rabboel Alamin Doermansah poen melompat kekanan, maka anak panah itoe djatoh ketanah.

Satelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen membates anak panah itoe, maka laloe memanahken mantri itoe. Adapoen maka tatkala Indra Paulana Tamsil Maripat membales melepasken anak panah itoe, maka Sahbanda melepasken anak panah dari samping, maka laloe terpanak dastarnja mantri itoe, laloe djatoeh ketanah, maka soeraklah segala raijat den segala boenji boenjijan poen dipaloe oranglah, maka pada sangka jang melihat itoe anak panah Indra Paulana Tamsil Maripat jang mengenaken dastar mantri itoe.

Maka mantri itoepoen sanget maloenja, den segala radja radja den orang besar besar poen soeka tertawa malihat maennja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, kerna lesoeh letih barang lakoenja.

Maka kata seorang terlaloe amat inda sekali mainnja orang dalem negri Tadjir lakoenja, seperti boengah jang lajoe, den sekalijan mengenai mengaroeskennja.

Maka setelah mantri jang kedoewa melihat hal itoe, maka laloe madjoe kehadepan, serta hendak memanakan Indra Paulana Tamsil Maripat.

Maka Sahbanda poen melepasken anak panah nja, maka laloe kena panahnja anak mantri jang kedoewa itoe jang pada tangannja, maka laloe djatoh serta parsinja sekali, maka soeraklah segala raijat itoe.

Setelah di lihatnja parsinja djato itoe, maka terlaloe amat maloenja serta bertjampoer marah, maka laloe ija mengoenoes pedangnja serta aken menghampirken kepada Indra Paulana Tamsil Maripat itoc, setelah hendak di perangnja, maka anak radja poen berdebar hatinja, serta hendak di hampirinja takoet mendjadi njata rahsijanja pada masa itoe.

Maka Doermansah poen mengangkatken kedoewa kakinja, serta menergem moeka mantri itoe, maka laloe djato ketanah serta mandi darah, maka boenji boenjian di paloe orang, den segala orang kaja kaja poen sanget tertawa malihat mantri itoe di tergem koeda.

Setelah itoe maka datenglah mantri jang ketiga, serta berpoesing poesing serta memoeter moeter toembaknja kepada Indra Paulana Tamsil Maripat, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen menangkis dengen pedangnja, maka laloe patah doewa, toembak mantri itoe.

Setelah itoe maka laloe di bales oleh Indra Paulana Tamsil Maripat dengen toembaknja, maka mantri itoe poen menangkis dengen pedangnja, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen menarik kebawa hoedjoeng toembaknja, maka pedang mantri poen hoedjoengnja toeroen kebawa, maka laloe terpenggel gagang koedanja itoe, maka koeda itoe poen lari barang sakehendaknja kesana kemari tijada dapet tertahan lagi rasanja.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen mengoesir dari blakang di mana larinja koeda itoe.

Maka kata mantri, hai toewankoe: nantilah dehoeloe, kerna gagang koeda patek poetoes tida dapet patek tahanken. Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen tijada di dengernja serta memboeroe djoega serta memaloe belakangnja mantri dengen gagang toembaknja dengen perlahan lahan seperti orang bersanda sanda sambil tertawa tawa, katanja: berhentilah toewan dehoeloe.

Maka kata mantri itoe, nantilah toewan kerna gagang koeda patik poetoes, maka tijada djoega di denger serta di tjamloeknja koeda mantri itoe di atas koedanja, maka koeda itoepǝon gampeken sanget larinja berpoesing poesing sesenep padang itoe, setelah itoe maka dari pada sanget di paloenja koeda itoe dengen tjamboek maka koeda itoe poen merasahken sakit toeboehnja, maka laloe berdjingkat djingkat, maloe djadiken goegoer ketanah mantri itoe dari atas koeda serta tertawa tawah, katanja: Hai satroe dari negri Tadjir tjoerang soenggoe bermainnja, kita kataken bernanti tijada djoega di dengernja.

Setelah itoe maka Soeltan Taboerat den Soeltan Bahroen serta mantrinja, terlaloe amat sanget tertawa malihat hal mantri itoe, meminta ampoen tida djoega di ampoeni orang lagi.

Maka pada masa itoe bini radja radja poen menangis dengen aer matanja, dari pada sanget sekali tertawanja, den segala jang menonton poen habislah djoega tertawaken, melihat djoerahnja orang bermaen itoe, den Sahbanda poen tertawa, dari pada sanget tertawanja hingga poetoes kantjing tjelananja, den Sabandi poen demikijan djoega hanja.

Maka tatkala itoe Sahbanda kedoewa Sahbandi poen bangoen berdiri di atas koeda, sambil ija berlari lari kesana kemari, dengen bertepok tangan sambil memoeter moeter pedangnja dari pada sanget soeka sekali hatinja.

Maka koedanja mantri itoepoen teroes kaboer masoek kedalem kandangnja.

Maka orang tertawa tijada lagi berhentinja, terlaloe amat sanget seperti tager rasanja, den mantri sanget maloenja laloe ija naek poela koeda jang lain serta di kasi kaboer poela kerna sanget maloenja.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen bermoeter gagang koeda, serta bertjetjer dengen istrinja serta berkata, mengapakah toewan sanget sekali membri maloé aken mantri ajahanda, kaloeken nanti ajahanda- mendjadi goesar.

Maka sembahnja djikaloe ajahanda Soeltan goesar, bijarlah kakanda memochoenken manjapoen, kerna djikaloe adinda tijada berhati hati pada masa ini, djikaloe adinda mati masa sijapa jang membelah beta, sebabnja beta anak dagang jang amat hina, lagi poen sebatang karang di negri orang.

Setelah anak radja mendenger kata jang demikijan, maka laloe menarik gagang koedanja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, serta katanja: tahoenja orang Tadjir bermainken sendjata sedeng kita jang tijada bermaen sendjata, sakitnja lebih lebi dari pada kena panah, den bentji kita bitjara pada orang jang bersangka inilah, djadinja soenggoeh tijada bermaen sendjata jang tadjem tapi sakitnja lebih lebih dari pada sendjata. Setelah itoe maka heranlah segala jang malihat kasih sanjangnja anak radja itoe dengen sahbatnja, betoel seperti orang jang menenteng minjak jang penoeh rasanja.

Setelah itoe maka datenglah mantri jang moeda, serta berhadepan kepada Indra Paulana Tamsil Maripat, serta katanja: Hai perdjoerit orang dari Tadjir, marilah kita bermain main kepada mantri jang moeda lagi poen belon taoe sekali bermain main, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen tersenjoem serta berpantoen.

Hendak bermain tidakoe moengkir,
Aken mentjoba perdjoerit Tadjir,
Mantri ketiga telah koe oesir,
Kaloeken soeda dengen takdir.

Mantri keampat beta seorang,
Tidaken takoet njawa terserang,
Kerna pijatoe di negri orang,
Tambah terselit sebatang karang.

Setelah itoe maka sekalijan raijat itoepoen soeraklah, den mantri itoepoen memanaken bertoeroet toeroet seperti tijada terlarang lagi rasanja dengen hoedjan anak panahnja.

Maka koedanja Indra Paulana Tamsil Maripat ampoenja koeda jang bernama Doermansah poen meloempat kesana kemari antara adalah setengah djam lamanja, Indra Paulana Tamsil Maripat tijada sampe membales anak panah itoe pada bawah keteknja kanannja Paulana Tamsil Maripat, den Doermansah poen menangkep anak panah itoe dengen moeloetnja, serta di gigitnja anak panah itoe. Maka tijada tertahan rasanja Doermansah itoe laloe melariken dirinja kedalem tentara banjak itoe.

Maka waktoe itoe sekalijan jang menonton itoe poen habislah lari tjerei berei, den anak panah itoepoen di kempitnja oleh Indra Paulana Tamsil Maripat, den di sangkanja dengen segala jang melihat, anak panah itoe seperti tertantjep pada lamboengnja, den jang tergigit oleh koeda itoe di sangkanja anak panah itoe masoek kedalem moeloet koeda, maka gemperlah orang mengataken Indra Paulana Tamsil Maripat kena sendjata dengen koedanja sekali, maka soewara orang bersoerak itoe seperti belah rasanja boemi den boenji boenjian poen di paloeh orang.

Adapoen maka soewara orang bertrejak, den jang mendjerit itoe sebab Doermansah itoe masoeken dirinja kedalem segala tentara, setengah nja adalah jang mati anaknnja mendenger soeara menoesija jang amat keras trejaknja.

Sjahdan maka anak radja mendenger kabar itoe, maka seperti terbang rasa rohnja sebab melihat larinja Doermansah itoe, betoel seperti kemati matian lakoenja, maka pada sangkanja poetoeslah harepnja tijada memetjoet koedanja aken mengoesir koeda istrinja.

Maka Sahbanda poen sanget mesgoel hatinja serta memegat kesanah kemari koeda itoe, maka Sahbanda sebelah selatan wetan den Sahbandi sebelah koelon.

Maka laloe soeraklah segala mantri hoeloebalang den raijat, katanja: tiwaslah perdjoerid Tadjir, maka bertambah tambah piloe bertjampoer belas hatinja anak radja itoe.

Adapoen maka Doermansah itoe berpoeling poeling segenepnja padang itoe, maka laloe hampir malige itoe, maka habislah segala orang di atas malige itoe, melihat kelakoewan koeda itoe.

Setelah itoe maka anak radja itoe, dari pada sanget kasih aken istrinja, maka laloe toeroen dari atas koedanja serta menangkep gagang itoe, serta naek di atas Doermansah itoe, serta aken memeloek leher istrinja, maka Idra Paulana Tamsil Maripat poen tertawa, maka anak radja itoepoen mengoeroet ngoeroet dadanja, serta katanja: pande soenggoe orang ini berboewat djoerah, kita ini di boewatnja seperti orang gila, pada sangka kakanda toewankoe tiwas.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen tersenjoem.

Maka segala perpoetri den Radja radja, den istri radja radja den istri mantri hoeloebalang semoewanja kena terpanah hatinja, oleh anak m in, pada tatkala Indra Paulana Tamsil Marinjoe Djpatterse itoe, semoewanja poen djato birahi padanja itoe, den gila den mabok den dendem malihat roepanja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, den setengahnja menaro belas den kasihannja den setengahnja sandoe hatinja sebab mengenengken roepanja den kalakoewannja, maka adalah jang tijada dapet maloepaken dija, den setengahnja sampe bermimpi tidoer beroelit, den setengahnja jang tijada dapet makan den minoem, den setengahnja pada koetika itoe djoega hilang gamiranja.

Adapoen maka heranlah segala jang malihat hal anak radja itoe, sanget sekali bertjinta tjintahan padanja, lebih dari pada iboe bapa den anak istri, maka itoelah moelanja toewan poetri Mahroem Sari tjondrong hatinja, tijada pertjaja aken soewaminja jang apa sebabnja ija sanget sekali tjinta, maka toewan poetri poen tijada dapet menahanken hatinja lagi serta bermoehoen kembali kepada segala poetri itoe kepada segala poetri den kepada iboe bapanja.

Maka sembanja, beta ini moehoen kembalilah toewankoe.

Maka sahoet Soeltan Taboerat den Soeltan Bahroem, apakah sebabnja toewan hendak kembali sigra, sedeng sedepnja kita melihat toewan hendak aken kembali.

Maka sembahnja jatoeankoe, kepala beta sanget ngeloe rasanja, maka laloe berangkat toeroen serta berdjalan menoedjoe kedalem astanah serta dajang dajangnja.

Setelah itoe maka baginda poen memanggil Indra Paulana Tamsil Maripat serta anaknja, den segala mantri hoeloebalang serta di berinja persalin sekalijan dengen selengkep pakejan itoe, maka beberapa baginda menoegrahken harta mata banda itoe.

Setelah itoe maka baginda "poen berangkat masoek kedalem astanah, den jang menonton poen poelanglah masing masing, den mantri hoeloebalang poen banjaklah beroleh noegra baginda, den jang mati poen di tanem orang den jang hidoep poen soekalah melihat kelakoewan Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, maka hingga tijada lepas dari pada moeloet orang memoedji pendekarnja perdjoerit negri Tadjir, den anak radja itoe poen menganterken istrinja kedalem taman, datengken sore bahroelah anak radja kembali masoek kedalem astanah serta bersoeka soeka makan den minoem, den tijada soenjinja dari pada bersanda goeroe dengen istrinja jang moeda itoe.

Setelah itoe maka sembah istrinja, ja kakanda: mengapakah toewan lama di sini, kembalilah toewan dehoeloe kerna kaloe kaloe djadi pitnah aken beta, kerna padoeka Maha Deiwi Mahroem Sari kaloeken goesar, poelanglah dehoeloe kakenda.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen soeka lah tertawa melihat kelakoean istrinja, serta katanja: tinggallah toewan baek baek besok kelak kita pergi bersenang senangken hati, aken melihat segala taman den parit, den soengai soengai den laoetan dalem negri kakanda, soepaja toean mendapet ketahoewi isinja negri kakanda, maka kata anak radja itoe, adakah toean inget nama pasar den kampoeng kampoeng den doesoen itoe.

Maka sembahnja ingetlah toeankoe. Setelah itoe maka kata anak radja itoe, hesok toewan berlangkep pada pagi pagi hari, soepaja kita mengoelilingi negri ini.

Maka sembahnja backlah toewankoe.

Setelah itoe maka anak radja poen berpelok den bertjioem, serta berangkat poelang laloe meninggalken wang belandja seratoes dinar, serta katanja: inilah belandja toewan, den djikaloe habis dengen sigra toean kataken.

Maka sembahnja baeklah toeankoe.

Setelah itoe maka laloe berpesanlah kepada Sahbanda, tinggallah. toean baek baek peliharaken hatinja adinda.

Maka sembahnja Alhamdoelillah toeankoe.

Adapoen maka anak radja serta sampe kedalem astanah, maka di lihatnja istrinja sedang berlakoe sandoe, maka anak radja itoepoen tersenjoem, sambil berkata: mengapakah toewan sanget mesgoel, apakah moelah kernanja?

Maka sembahnja toewan poetri, ja kakanda: tijada soewatoepoen apa kernanja, melainken ada kernanja sebab melihat saekor anak pelandoek, sanget sekali di kasihi oleh jang memeliharaken, soenggoeh poen banjak perboeroewan jang laen, seperti kidjang anak mandjangan, ijalah djoega jang terlebih saekor dari pada jang laen, itoelah moelanja jang djadi kepala beta sanget ngeloenja rasanja.

Adapoen maka anak radja poen seperti terbelah rasa dadanja, serta berkata sambil menarik napasnja, katanja: jaadinda djanganlah toewan berkata demikijan, pada hati kakanda tijada jang lebih kakanda kasihi malinken adinda djoega, tetapi dari pada kakanda jang amat chilaf bebelnja, mintalah di ampoeni salah bebel kakanda, kerna pada hati kakanda tijada sekali kali toewan kakanda menaro hati jang demikijan, kerna samanja laki laki.

Maka sahoet toewan poetri jakanda: sedengnja sama laki laki demikijan kasi sajangnja, istemewa poela dengen perpoetri dalem negri Tadjir, nistjaja seriboe kali masi sajang kasihnja di hati kankanda.

Maka sahoet anak radja itoe, hai adinda: dengerlah baek-baek kata kakanda, ketahwilah kata oleh adinda, kerna tatkala kakanda dalem negrinja, dengen sepotong kaen sehalai badjoe, dengen serta lapar kakenda, tijada siapakah jang menoeloeng kakanda membriken kaen den badjoe, den ijalah jang memberi makan kakanda, den iboe bapanja berboeat kakanda seperti anak nja sendiri, den kakanda sakit tiada siapa memberi kakanda obat melainken iboe bapanja, maka sedeng kakenda orang jang sesat di ambil mana seperti adatnja anak sendiri, istimewa kita tijada berboewat aken membales kasihnja iboe bapanja, apalah kelak nanti di kata orang hina soenggoch nama kakenda, dalem itoepoen djikaloe ada redla kakanda membales kasih orang itoe, den djikaloe adinda tijada memberi bijarlah kakanda berhenti dehoeloe, kerna pada pikir kakanda, djikaloe kakanda beroleh nama jang kedji, nistjaja adinda djoega beroleh kahinaan kepada orang dalem negri Tadjir, maka pikirlah adinda baek-baek nen djanganlah adinda mengataken kakenda ini djahat sebab kakanda boekan seperti pengarangnja, jang tiada sekali inget boedinja orang.

Setelah itoe maka toean poetri Mahroem Sari poen berpikir di dalem hatinja, pandei soenggoeh orang ini berkata kata.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen tersenjoem sambil berpantoen demikijan boenjinja.

Soeltan Padang terlaloe sakti,
Masoek di tjande membakar doepa,
Kendati menjebrang di laoet api,
Boedi orang djangan di loepa.

Toekang oebi mendjoeal tales,
Boengah melati di tanah rata,
Menanggoeng boedi tida terbales,
Anggoeran mati dengen sendjata.

Setelah toewan poetri mendenger pantoen itoe, maka laloe tersenjoem serta meremes moeloet soewaminja, serta katanja: pande soenggoe orang ini memboewang perkatahan kemarahan orang.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen tersenjoem, serta memeloek leher istrinja laloe beradoelah di dalem peradoewan melakoeken apalah barang kehendaknja.

Hatta maka terseboetlah perkataannja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, setelah sijang hari, maka laloe memakei selengkep pakejannja, serta menjoeroehken Sahbanda membaiki koedanja, kerna hendak pergi malihat segenep soengai den laoet, moeka beberapa di nantikennja soewaminja belon djoega dateng sampe dinahari, maka hatinja sanget ngeran rasanja serta berkata: kepada Sahbanda, hai soedarakoe: kaloe demikijan baeklah kita kembali sadja kedalem negri kita sendiri.

Maka sembah Sahbanda, apakah moelanja toewan berkata demikian? djikaloe ada salah bebel toewan patek, katakenlah soepaja patek mengataken padanja.

Maka sahoetnja, adakah ia berdjandji, hendak pergi malihat termasa negrinja, den ia sendiri jang berdjandji aken kita, kemdian sekarang kita ini telah berhadlir dengen pakejan, itoepoen belon dateng, kaloeken istrinja tiada memberi, djikaloe demikian apalah goenanja kita berdjandji.

Adapoen maka dalem berkata-kata itoe datenglah seorang bidoewan radja, serta aken membawa soerat, maka laloe di persembahken katanja ja toewankoe inilah soerat kiriman Padoeka kakanda.

Maka laloe di samboetnja serta di batjanja demikian boenjinja.

Ija (Noeral Kalbi bis Sarakal Anwar) artinja Hai tjahja hati kakanda jang tjemerlang dengen segala tjahja terlampau pada nadar kakanda, inilah soerat ganti kakanda aken berdjoempa wadjah derdjah dengan adinda, bahoewasanja harep kakanda djanganlah adinda boewat mesgoel den soeker hati, den kakanda berdjandji dengen adinda boekannja kakanda loepa sekali-kali, hanja pada hari itoe kakanda tiada dapet bertemoeken adinda, sebab kakanda ada di dalem oedjoer den halangan dalem itoe poen djikaloe adinda ada ingin djoega pergi malihat termasa itoe, baeklah bersama sama Sahbanda kedoewa Sahbandi, dalem itoepoen djikaloe adinda tiada maoe, biarlah nantiken kakanda pada laen hari, soepaja kita boleh pergi bersama sama, maka inilah kakanda kirimken nipkah adinda seriboe dinar aken belandja adinda, den doea poeloe dinar aken belandja Sahbanda kedoewa Sahbandi, maka di sinilah kakanda harep aken chabarnja soerat ini, aken mendjadi obat hati kakanda jang tandanja kakanda orang jang salah.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen merah pedam warna mockanja, serta katanja: Hai bedoewanda kataken pada toeanmoe kita kirim sembah soedjoed di bawa kaki padoeka kakenda doea laki istri, den jang kita tijada dapet membri kabar kembali dari pada soerat ini, sebab di sini tiada jang pandai menjoerat, den tiada jang taoe menoelis, den djikaloe orang jang sering terpedaja ada pada tempat ini.

Setelah itoe maka bidoewanda itoepoen menjembah serta bermoehoen poelang. Setelah djaoeh, maka sembah Sahbandi, jatoeankoe mengapakah toean berkata demikian, djikaloe bidoewanda itoe mengataken di hadepan toean poetri apalah kelak soedanja, kerna toean poetri itoe sanget paham, takoetnja patek terboeka rahsija ini.

Maka sahoetnja: Hai Sahbanda tiadakah beta takoet djikaloė kakanda rasahken beta seperti ratjoen, masahken tiada di boewangnja beta di sini, apalah goenanja dengen menanggoeng sakit.

Setelah itoe maka bidoewanda itoepoen sampe kedalem astanah, den anak radja itoepoen sedeng doedoek bersama sama toewan poetri.

Maka bidoewanda itoepoen persembahken kata itoe, maka setengah berkata anak radja poen memberi isarat bidoewanda itoepoen dijemlah sekali.

Adapoen maka setelah toean poetri melihat hal kelakoean bidoewanda itoe, maka sanget masgoel hatinja serta tijada dapet berkata kata lagi, serta katanja: jakakenda mengapakah orang sedang berkata toean larangken, kaloe kaloe kata ini kata rahsija, maka anak radja itoepoen membaiki lakoenja.

Katanja: mengapakah toewan berkata demikian, boekan tijada baek, djikaloe ia berkata segala perkataan jang memberi sakit hati adinda, sebab adinda sedeng berdendam hati dengan Indra Paulana Tamsil Maripat, maka kemdijan ia membawa chabar jang seperti orang bertjinta tjintahan, apa lah soedahnja hati adinda, kerna sabenarnja kakanda sanget berkasih kasihan dengen Indra Paulana Tamsil Maripat, sebab telah terlandjoer dari negrinja, tetapi dalem itoepoen masahken kakanda terlebih kasihnja dari pada istri kakanda sendiri, seriboe kakanda kasi djoega apalah goenanja, sebab sama sama orang laki laki.

Maka sahoet toean poetri, mengapakah ija menjamaken tatkala bandar negrinja dengen bandar orang laen, boekan sekarang kakanda telah ada ampoenja istri, tijadakah ija taoe penjakit orang, masahken orang berkasih kasihan dengen sahbat laki laki, sampe terlebi dari pada perempoewan, maka itoelah tandanja orang jang tiada taoe adat.

Setelah itoe maka, anak radja itocpoen tersenjoem serta katanja, ja adinda: Soenggoehlah seperti kata adinda itoe, sebab ija anak masi lelantjoer belon taoe adat orang berkasih kasihan sebab masi sanget moeda lagi oemoernja belon berapa, kerna adatnja masi seperti kanak kanak djoega tingkanja.

Setelah itoe maka toean poetri dijemlah.

Adapoen maka anak radja itoepoen malihat kelakoewan istrinja, sanget sekali berbedahan, maka pada pikirnja sanget takoet, sebab djikaloe rahsija ini djadi terboeka sangetlah besar onarnja, maka dari pada hari itoe sampe antara tiga hari anak radja itoe tijada pergi pergi, djangan ken kedalem taman sedeng masoek kepenghadepan mengadep ajahendanja poen tiada, sebab lagi memeliharaken hati istrinja, sebab sama kasih den sama tjintanja itoelah sebabnja, kaloe laki laki seperti Indra Boeganda Aspandar Sah ampoenja boedi pekerti terlebih baek djangan beristri doewa, sebab boekannja mendjadi senang, maka mendjadi bertambah tambah soekernja, sebab takoet memberi petjah hatinja perempoean, dalem itoepoen masih menaro petjah demikijan adanja.

Sjahdan maka di tjeritaken oleh orang jang berhikajat, maka Indra Paulana Tamsil Maripat, setelah tiga hari lamanja bernantiken soewaminja tijada djoega dateng, maka siang dan malem dengen menangis djoega sebab terkeneng dirinja, inilah pendapatnja kita mendjadi istri moeda lagi tiada terang di hadepan iboe bapanja, maka djadi kita di boewatnja seperti tamba loemajan, den djikaloe demikijan apalah goenanja kita hidoep djikaloe selakoe ini.

Setelah sijang hari, maka beberapa di liboerken hatinja tijadaken liboer, maka adalah pada socatoe hari ia berkata kepada Sahbanda kedoewa Sahbandi, hai soedarakoe: marilah kita pergi kepakan (pasar) aken melihat segala orang jang berdjoedi, soepaja senang rasanja hatikoe.

Maka sembahnja baeklah toeankoe, apa djoega barang kehendak toeankoe kataken aken patek, soepaja senang hati toeankoe.

Maka laloe berdjalan kepakan ketiganja serta membawa wang, setelah sampe di pakan, maka di lihatnja banjak sekali sagala permainan, seperti dadoe atawa kelas, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen masoeklah bermaen itoe.

Maka segala jang bermaen itoepoen heranlah, seorang laki laki elok manis di pandang mata, den maennja poen sanget beraninja, maka dalem bermaen maen itoe, maka banjaklah kala beberapa ratoes den poeloe habis wangnja, maka dateng harinin patang hari.

Maka berdateng sembah Sahbanda itoe, ja toeankoe: marilah kitanin poelang, kerna hari telah hampirken malem ini.

Maka sahoetnja tijada akoe kembali, djikaloe belon habis hartakoe ini.

Setelah malem hari maka orang bermaen poen masing masing hendak berhenti, kerna hari soedanin malem itoe, maka orang bermaenpoen poelanglah.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, Hai kepala Pasar tijada orang boleh berhenti doeloe, akoe harep bijarlah di rameken djoega pasar ini sampeken malem sekali kerna akoe banjak kala, belon lagi habis hartakoe.

Maka sahoet djoeragan Pasar itoe, Hai orang moeda tida akoe dapet rameken pasar sampeken sijang hari, kerna orang mendjaga Kongsi telah handak kembali keroemahnja.

Maka sahoet dengen marahnja, tijada seorang dapet berhenti kerna belon lagi habis hartakoe ini semoeanja.

Setelah itoe maka kata djoeragan pasar itoe, mengapakah angkau berani mengalangken titahkoe, kerna akoe jang diberi djadi pengawal pasar ini oleh Soeltan.

Maka sahoetnja Hai orang Pasar, djangan banjak banjak bitjara moe djikaloe angkau tijada maoe menoeroet katakoe akoe penggel batang leher moe, soepaja akoe mendjadiken laoetan dara dalem pasar ini.

Maka sahoet kepala pasar itoe, hai orang moeda mana barang kehendakmoe.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen mengoenoes pedangnja, serta memerang kepada djoeragan pasar itoe, maka gemperlah dalem pasar itoe, maka banjaklah orang dateng serta katanja: ada seorang moeda memboenoeh djoeragan kita.

Maka masing masing poen dateng serta bersendjatanja.

Setelah Indra Paulana Tamsil Maripat malihat hal itoe, maka laloe oendoer keloewar serta memboenoeh barang jang hamper padanja habislah mati, setengahnja keloewar isi peroetnja den setengahnja petjah kepalanja, maka ijapoen tijada soewatoe apa apa badannja, sebab terlaloe amat pande dari pada ilmoe berperang, seperti hoeloebalang mantri itoelah sebabnja seorang poen tijada dapet menamtang moekanja.

Setelah itoe maka Sahbanda poen terkedjoet serta bingoeng hatinja maka kentroengan den bendee atawa kempoel den tong tong poen di paloe orang, mengataken ada seorang moeda mengamoek, sanget sekali tahoenja bermaen sendjata.

Setelah itoe maka laloe ia mengamoek kedalem pondok ronggeng, maka banjaklah jang mati, den jang lagi sedeng asik makan madat itoepoen habis lari tjereeberee kesana kemari, setengahnja poedoetannja pata kena kaindjek, den adalah jang pelita madatnja toempa dari pada sanget takoet nja, den adalah jang soeda paja djato tida koeat bangoen.

Maka segala pemadatan adalah jang lari den kaennja tersangkoet dihoedjoeng bale hoengkeng jang banjak bangsatnja itoe, den mantri pendjoewal jang banjak sekali laganja pada masa itoe dikoentji betoel betoel kamarnja, maka segala pemadatan adalah jang masoek kedalem roema tjina, den adalah jang masoek di kolong balee entjek koentjir itoelah masing masing.

Setelah itoe maka seorang poen tijada dapet menangkep dija, maka gemper itoepoen sampelah kedalem negri.

Maka berdateng sembah seorang toewah, mengataken Indra Paulana Tamsil Maripat mengamoek di dalem pasar.

——————

Adapoen maka di tjeritaken oleh datoe pengarang, maka pada ketika itoe anak radja sedeng bersantep nasi bersama sama istrinja itoe, sedeng berkasih kasihan sebab memboedjoek istrinja, kerna hatinja sanget sekali ingin pergi ketaman tetapi tjidra hatinja takoet terboeka rahsija ini.

Setelah di dengernja soewara tong tong amoek, maka hatinja terkedjoetlah tetapi tijadalah di perdoelinja, sebab pikirnja djikaloe ada roesoe sekalipoen tijada mengapa, sebab banjak mantri hoeloebalang. Maka setengahnja ija bersantep itoe hatinja berdebar, maka laloe tersenjoem serta katanja: Hai Siti hati kakanda sanget berdebar apakah garangan ini.

Maka istrinja poen tersenjoem serta katanja: kaloeken sahbat toean mengamoek, sebab telah ampat hari toean tiada keloear.

Maka sahoetnja kaloe kaloe demikijan djoega, dalem itoepoen adakah keredlaan hati adinda boeat kakanda pergi melihat dija.

Maka sahoetnja baeklah toeankoe.

Maka bahroelah senang rasa hatinja, sebab pada pikirnja pertjajalah kaloe kaloe istrikoe ini.

Setelah itoe maka datanglah seorang bidoewan bepersembahken, ja toewankoe ini hari Indra Paulana Tamsil Maripat mengamoek di tengah pasar.

Adapoen maka setengah bermakan itoe terkedjoet hati anak radja, maka dari pada sanget terkedjoet laloe bangoen dari pada tempat doedoeknja, serta mengambil pedang, den nasi persantepan poen di tinggalnja, maka dari pada sanget loepanja tijada bermoehoen lagi aken istrinja, serta menoedjoe kedalem pasar, maka di lihatnja soenggoeh tiga orang soeda mati dengen sendjata, maka orang poen gemper mengataken sahbatnja radja jang mengamoek itoe.

Setelah Sahbanda melihat anak radja itoe dateng, maka laloe berkata ja toewankoe inilah perboewatannja padoeka adinda. Setelah itoe maka anak radja poen itoe memanggil Indra Paulana Tamsil Maripat serta diboedjoeknja, maka beberapa di boedjoeknja tijada djoega hendak menoeroet kata anak radja itoe maka titah anak radja itoe, hai Sahbanda kedoewa Sahbandi, kataken pada sekalijan orang soeroe berhenti dari pada memaloe gentroengan den genta itoe.

Maka laloe di berhentiken oranglah.

Maka titah anak radja ja adinda mengapakah toewan seperti demikijan tidakah toewankoe takoet dengen ajahanda boenda den djanganlah toewan memberi maloe kakanda ini.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen kembalilah seorang dirinja.

Maka titah seorang itoepoen di kataken pada anak radja itoe.

Maka sahoet Sahbanda mengapakah orang sedang bermaen itoe, den segala orang pasar hendak berbhenti itoelah kesalahan segala marika itoe.

Maka sekalijan jang mati di soeroe tanem.

Setelah soeda dari pada itoe, maka anak radja poen marah kepada segala isi pasar, katanja: mengapa angkau berani melawan dija, boekankah dija soedara kita barang sijapa jang beranmelawan, nistjaja ja akoe kenaken hoekoem padanja.

Maka segala orang pasar poen sanget takoetnja dengen anak radja itoelah.

Maka setengahnja jang bepersembahken taoesa toewankoe, soedalah djanganlah toeankoe djangan toewankoe menghoekoemken segala isi pasar ini, den barang jang telah mati soedalah, tijadalah hamba sekalijan ini berdawa lagi, kerna beta sekalijan ini belon taoe jang seorang moeda itoe soedara kepada radja.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen kembali serta Sahbanda kedoea Sahbandi, serta masoek kedalem tamannja, maka di lihatnja Indra Paulana Tamsil Maripat sedeng menangis pada satoe tempat tidoer hamparan bloedroe, maka anak radja poen masoek serta katanja: Hai adinda djanganlah menangis, marilah kakenda mandiken toewan, kerna badan adinda sanget berloemoeran dara itoe.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen menangis djoega tijada berkata kata.

Maka anak radja poen doedoek pada tempat tidoer itoe, serta katanja: marilah toewan bangoen, tijadalah kakanda goesarken toean, maka laloe di tarik tangan istrinja serta pergi mandi bersama sama kedalem taman, serta Sahbanda kedoewa Sahbandi itoe.

Setelah soeda mandi, laloe bersalin pakejan dengen segala kelengkepan itoe, maka Soeltan moedapoen bersantep laloe ija bermakan berbagi nikmat jang ladjat rasanja, setelah soeda laloe memakee bahoe bahoewan serta berkasih kasihan kedoewanja serta melakoeken barang kehendaknja.

Adapoen maka setelah malem hari, maka baginda poen bermalemlah di sana serta menjoekaken hatinja, seperti orang menjoedahi kasih lakoenja sambil bersanda goeroe sambil berpantoen itoe.

Maka tijadalah hamba pandjangken tjeritanja orang berkasih kasihan itoe, maka terseboetlah hari telah sijanglah, maka bangoenlah anak radja itoe kedoewa laki istrinja itoe, setelah soeda mandi den santep itoe, maka toean poetri poen teringet djandji soewaminja.

Katanja: ja kakanda marilah kita pergi melihat segala taman den kota parit dalem negri ini, kerna kakanda jang ampoenja djandji.

Maka sahoet anak radja itoe baeklah, kakanda poen inget djoega ada menaro djandji pada adinda, tapi takoet kakanda menanjaken, kerna kakanda takoet kaloe adinda mendjadi goesar serta takoetnja kakanda di bangkit orang, kerna kaloe kaloe adinda teringet sakit hati jang doeloe itoe, maka itoelah sebabnja kakanda berdijem diri, tetapi kakanda ini tidaken loepa.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen memake selengkep pakejan seperti mana aken adatnja, serta naek di atas koedanja kaempat serta berdjalan menoedjoe milir kakota, serta berkoelilingken kota den parit den taman maka laloe teroes meneroes dari ilir sampeken moedik, maka telah habislah sekalijan di preksanja hingga datengken soree, bahroelah ija kembali kedalem taman itoe, maka pada hari itoe anak radja poen tijada masoek kedalem astana, maka adalah antara tiga hari anak radja itoe tijada bergilirken istrinja jang toewa itoe demikijanlah adanja.

Halkijan maka terseboet perkataan toean poetri Mahroem Sari di dalem astanah itoe, menanggoeng doeka tjita mengenengken lakoe soewaminja, maka beberapa di tahannja den di liboerkennja tijada aken liboer, maka datenglah pada pikirnja djikaloe demikijan baeklah akoe moehoenken pergi kepada iboekoe, kedalem negri Mahran Langga Sari kaloe kaloe boleh mendjadi liboer hatikoe ini.

Setelah soeda berpikir demikijan maka dateng lah soewaminja, maka di lihat roepa istrinja soewatoepoen tijada di tjelanja malinken manis djoega moekanja, serta di tegornja.

Maka laloe di sahoetnja serta katanja: santeplah toewan?

Maka anak radja poen santeplah doea laki istri, serta dengen berkasih kasihan.

Maka kata toean poetri ja kakanda tijadaken poelang semalem tadi?

Maka sahoetnja, ja adinda maloemlah adinda kerna kakanda pergi bermaen bersama sama ajahenda baginda melihat sagenap negri, kemoedijan adalah seorang soedagar bermalem di sana djadi lama kakenda di sana ija tjerita perkara pelajaran itoelah kakenda amat soeka mendengar tjeritanja perkara pelajaran, den lagi ija sahbat dari ajahanda baginda, maka semalem tadi kakenda di soeroenja bermaen maen tjatoet, maka kakanda kembali tida di berinja, maka kakanda maloe dengen ajahanda djadi kakanda tijada kembali, kemoedijan pada sijang hari kakanda hendak masoek mengadep toean, maka Indra Paulana mendapet sakit hampirken mati djadi kakanda bermalem poela di sana, kerna kakanda pikir kalocken sampe oemoernja djanganlah djadi penasaran, maka bahroelah ija semboeh sedikit djadi diri kakanda inget menaro kesalahan kepada adinda, djadi kakanda takoet, maka inilah kakanda dateng hendak memoehoenken ampoen kebawa kaki adinda, djanganlah adinda menaro goesar aken kakanda.

Setelah itoe maka tocan poetri poen berpikir djikaloe soenggoeh chabar itoe, mengapa ija tiada berchabar atawa menjoeroeken orang memberi taoe kemari, kerna adatnja jang soeda soeda, barang kemana djoega ijanja memberi taoe, maka dari pada demikijan tiada soedanja dari hal kesakitan hati jang demikijan baeklah akoe dijem djoega.

Setelah itoe maka tocan poetri poen tersenjoem serta menjoekaken hati soewaminja, serta dengen bersanda sanda goeroe.

Setelah soeda toean poetri menoeroetken barang sekahendak hatinja socwaminja, maka hingga anak radja tiada merasahken kesalahannja serta senang hatinja, den anak radja poen melihat den menilik lakoe istrinja, sedikit poen tiada menaro goesar, maka dalem itocpoen sanget takoetnja sebab laoetan dalem boleh di doega, hati istrinja beloen boleh di ketahwi. Setelah itoe maka adalah antara djem poekoel tiga malem, maka toean poetri poen memeloek leher soewaminja, serta sembahnja: ja, toeankoe djikaloe ada rahim toeankoe, maka adalah beta ini ingin sekali pergi mendapetken padoeka ajajanda boenda baginda di negri Mahran Langga Sari, kerna selamanja kakanda pergi di negri Tadjir tijada perna adinda pergi mengadep ajanda, maka sampe dateng sekarang, dalem itoepoen djikaloe ada keredloan hati kakanda hareplah beta kakanda menghanterken beta ini.

Adapoen maka setelah itoe anak radja poen toendoeklah serta berdiam dirinja, serta berpikir dalem hatinja serta berpikir dalem hatinja, bahoewa istrikoe ini seorang jang bidjaksana lagi boediman, maka kaloe kaloe ada djoega hatinja menaro sakit:

Setelah soeda maka kata anak radja itoe, ja adinda kerna sepatoetnja adinda mengadap ajahanda boenda, kakanda djoega handak mengadep ke negri Makran Langga Sari itoe. Setelah itoe maka haripoen soeda malem, maka anak radjapoen tidoerlah kedoewa laki istri itoe. Setelah siang hari, anak radjapoen bangoenlah pergi mandi kedoewa laki istri, setelah soeda mandi den memake serta bersantep, maka laloe berlengkep serta pergi mengadep ajahanda boenda di dalem astana kedoewa laki istri, satelah sampe laloe di tegornja baginda, serta menjamboet tangan ananda kedoewa laki istri. Seraja katanja: apakah habar toean dateng kedoewa doewanja toemben toemben pada pagi hari.

Maka sembanja ja toeankoe patek kedoewa mi handak bermoehoen aken pergi mengadep padoeka ajahanda soeltan Bahroen di negri Mahran Langga Sari, kerna ananda telah lama soeda tiada mengadep ajanda baginda itoe.

Maka kata Soeltan Taboerat baeklah anakkoe toewan, pada hari jang mana toean handak berdjalan.

Maka sembanja ja toewankoe djikaloe toewankoe pada hari ini hamba hendak bermoehoenlah.

Maka kata baginda baeklah pada hesok hari, kerna kelengkepan perbekalan belon lagi mastaib.

Maka semba anenda soedalah toewankoe, kerna anenda boekan djalan di laoet, hendak patek berdjalan darat.

Maka kata Soeltan baeklah anakoe.

Setelah itoe maka anak radja poen santep siri sekapoer doewa laki istri, serta bermoehoen poelang, maka laloe berlengkep dari pada kereta koeda den djoeli tjempana, serta memanggil Sahbanda itoe.

Maka laloe datenglah kedoewanja mengadep anak radja.

Selelah itoe maka titah anak radja, hai soedarakoe marilah kita pergi kenegri Mahran Langga Sari.

Maka sembahnja baeklah toewankoe. Adapoen maka setelah toewan poetri melihat Sahbandi itoe, maka laloe berkata: Hai soedarakoe, ta'oesahlah soedarakoe mengikoet bersama sama, kerna kita pergi tijadaken lama hanja sehari doea hari djoega serta dajang dajang sekalijan, kerna djikaloe soedarakoe mengikoet sijapakah yang melihat Indra Paulana Tamsil Maripat, den lagi djikaloe soedarakoe mengikoet, nistjaja Indra Paulaja Tamsil Maripat mengikoet djoega maka mendjadi bertambah tambah banjak menjoekerken orang, pada pikir beta bijarjah soedarakoe tinggal ketiga dalem negri, beta pergi tidaken lama.

Setelah itoe maka anak radja poen tersenjoem sambil berkata, ja adinda: djikaloe sahbanda tijada mengikoet sijapa jang mengawali kakanda, kerna kakanda tijada berpisah dengen dija.

Maka toewan poetri poen tertawalah serta berkata: djikaloe Sahbanda kedoewa Sahbandi mengikoet Indra Paulana Tamsil Maripat oesah dibawa, bijarlah ija kita kirim pada padoeka aja handa boenda, kerna soeker djoega membawa anak orang, lagi masi sanget moeda kaloe kaloe ija berboewat tjidra di negri orang, sebab ia belon sampe pikiran, antalah apa perboewatannja, di hadepan ajahanda nistjaja kita beroleh maloe, kerna soeker djoega tabeatnja, sebab apa barang kehandaknja tijada terlarang oleh kita kedoea, kaloe kaloe mendjadi tjidra nama kakanda.

Setelah itoe maka anak radja poen taoelah, bahoea istrinja tijada hendak bersama sama Indra Paulana Tamsil Maripat, den lagi barang kata istrinja sesoenggoehnja, kaloe kaloe kita beroleh maloe apalah soedanja.

Setelah itoe maka anak radja poen berangkat pergi kedalem taman, maka pada ketika itoe toean poetri Mahroem Siti sedang bermaen maen kedalam taman memetik boengah boengahan serta memake tjara perempoen, serta berbedak den berpoepoer serta bersipat mata, den bermakan siri serta mengoerai ngoerai ramboetnja dengen beres bekas di sisir, maka bibirnja mera gintjoe, orangnja poeti koening lehernja djindjang, berbadjoe poetih kaen jang haloes potongan soerabaja, serta kaen soengket boewatan Turki, serta berkasoet soetra bertaboer inten boewatan Djepang, maka roepanja betoel seperti roepa Siti Bida Sari.

Adapoen maka anak radja poen melihat roepanja seperti karem rasa hatinja pada gaiboel goejoeb, tambahan poela harinja bahroe dlahir padjar, maka matahari bahroe rada rada terbit den langitnja sedeng mendoengnja, den hoedjan poen toeroen rintjik rintjik pada pagi pagi hari aken menjiram poehoen poehoenan, den segala daoen daoen kajoe den segala boengah boengahan mendjadi seger, den segala taoen den njawan den koembang, poen sedeng menjari madoe, aken berterbangan kesana kemari, maka radja poen hatinja bimbang serta dateng dari haloewan belakangnja perlahan lahan, serta ija bedekem dekem kakinja, setelah hampir maka anak radja poen memeloek lehernja sambil tertawa, maka dari pada sanget terkedjoet toewan poetri itoe, maka laloe berpaling dengen sigranja serta menjamboet tangan soewaminja seperti lakoe orang bermaen silat, maka dari pada sanget keras ta ngan anak radja, maka terlebi keras tangan toean poetri memboeka pemeloek itoe, maka laloe poetoes tali lehernja jang dari pada merdjan jang berharga itoe habis ketoedjoe lingkernja.

Maka setelah di lihat roepa soewaminja seperti orang mesgoel poetjet sanget wadjah derdjahnja, maka laloe djadi tersenjoem kedoewanja.

Maka kata anak radja itoe ja: adinda berkat orang soeda bijasa djadi laki laki, pandenja menjamboet tangan jang dateng seperti perdjoerit di negri tjina.

Adapoen maka kembang jang ada pada tangannja, maka habislah telaboeran, kata: toewan poetri Mahroem Siti, baeknja tangan beta jang kiri beta tijada liwatken, den djikaloe tangan beta dapet liwatken kemoekanja kakanda, nistjaja habislah pelengan kakanda kena gelang beta ini, nistjaja berhamboeran darah.

Maka anak radjapoen tertawa, serta katanja: djikaloe sampe tangan adinda kemoeka kakanda-nistja kaki kakanda masoek pada koeda koeda adinda, soeda tentoe poetoes pinggang adinda jang seperti pinggang balang kesoemba itoe.

Setelah itoe maka anak radja poen memeloek istrinja, serta di tjijoemnja sepoewas poewas hatinja sambil di boepoengnja, serta di bawanja masoek kedalem peradoewan.

Maka Sahbanda kedoea Sahbandi poen memoengoet tali leher toean poetri den segala boengah boengahan itoe jang beraraken.

Sjahdan maka setelah anak radja itoe masoek kedalem peradoewan serta bersocka soeka, maka kata toewan poetri, Hai kakanda: mengapa beta malihat roepa kakanda seperti orang jang sanget mesgoel apakah sebabnja?

Maka anak radja poen tersenjoem sambil berkata: pandenja toewan melihat orang, soenggoeh betoel seperti kata toewan, kerna kakanda dateng ini ada soewatoe chabar aken adinda, kerna kakanda ini hendak pergi mengadep ajahanda kenegri Mahran Langga Sari, kerna selamanja kakanda membawa toewan kemari tijada perna kakanda mengadep, takoetlah kakanda di kata orang, sebab adinda seorang sahbat sampe mertoewa di loepaken.

Maka sembah toean poetri, sesoenggoehnja kata kakanda mengapa kakanda tijadaken pergi, den beta djoega menaro maloe, kaloeken mendjadi seperti kata orang itoelah.

Maka kata anak radja, itoelah sebabnja pada pikir kakanda, pada ini hari kakanda hendak berangkat, maka adinda baek baek di dalem negri serta Sahbanda kedoewa Sahbandi, kerna kakanda pergi tijadaken lama doewa tiga hari kakanda poelang.

Setelah itoe maka káta toawan poetri, ja kanda: djikaloe ada derma kakanda beta ini hendak mengiringken bersama sama.

Maka kata anak radja itoe, Hai adinda: djanganlah toewan mengikoet, sebab tijadaken lama kakanda poelang, den lagi adat toewan terlaloe soesa, antalah apa jang djadiken mesgoel pada hati adinda. tijada toean dapet sabarken, kerna kakanda orang jang banjak chilafnja, kaloe kaloe antalah apa jang mendjadiken panas hati adinda, nistjaja mendjadi tiada kerowan lagi dalem negri orang, den djikaloe dalem negri kakanda sendiri tijada mengapa, lebih sedikit koerang sedikit tijada mengapa, djikaloe dalem negri orang apalah halnja jang seperti kakanda, den lagi negri mertoewa.

Maka sembah toewan poetri tijadalah beta berboewat barang jang di larang kakanda.

Setelah itoe maka kata anak radja itoe, ja adinda apalah goenanja adinda ini mengikoet, kerna Sahbanda tijada mengikoet.

Maka sembahnja ja kakanda, sekalipoen dija tijada mengikoet hamba hendak mengikoet djoega

Maka kata anak radja itoe, ja adinda djanganlah toean mengikoet kerna perdjalanan sanget djaoenja, lagi tempatnja soeker, kaloeken ada soeatoe hal djadi meroesaken hati adinda.

Maka sembah toewan poetri ja kakanda: djanganken dari negri Toral Arkan ke Langga Sari, sedeng dari doenija sampe kaacherat soeda wadjib beta mengikoet, den belon lagi berapa soekernja, sedeng dari padang Maukoep kepadang Machsar, jang lebih soeker den meldarat wadjib djoega istri itoe mengikoet soewaminja, maka dalem itoepoen djikaloe soenggoeh kakanda masih ada menaro sajang den tjinta, djanganken di negri Mahran langga Sari, sekalipoen di moeloet matjan atawa di laklakan Naga djoega, tijada dapet kakanda meninggalken beta ini.

Maka anak radja poen dijemlah, soewatoe poen tijada apa katanja.

Maka kata toewan poetri, kakanda ini adalah seperti tjerita anak moeda bernama Moeda moedahan jang bertegoeh tegoehan djandji kepada seorang anak perempoewan jang bernama Nahwan Siti, sanget sekali menaro sabar kepada perdjandjiannja itoe.

Setelah itoe maka anak radja poen berpindah tidoernja pada sebelah kanan istrinja, serta mendeketken hampir sisi istrinja, serta katanja: pegi manakah tjeritanja kakanda belon perna mendengerken tjerita itoe.

Maka kata toewan poetri, djoestanja orang ini kakanda sendiri pande mengarang hikajat, masahken tjerita Moedah moedahan belon di dengernja.

Maka kata anak radja itoe, di mana kakanda taoe mengarang hikajat, mendengerken poen belon pernah.

Maka kata toewan poetri lebih lebih sanget djoestanja kakanda ini, tijadakah kakanda ingat, tatkala kakanda ada di dalem negri Tadjir jang adinda membeli dija, den djikaloe djangan lantaran hikajat, nistjaja beta tijada bertemoe aken kakanda itoelah sebabnja pengarang tijada boleh di pertjaja, orang jang djaoe di mana mana maka hati kita soeda menaro bimbang.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen tertawa, serta memeloek leher istrinja lakoenja seperti orang kemaloe maloewan, serta katanja: ja adinda chilap kakanda loepa hal itoe, dari pada sanget lamanja djadi kakanda loepa, djikaloe djangan adinda loepa menjeboet dija, kakanda tijada inget sekali kali barang sedikit.

Maka kata anak radja itoe, dari pada sanget kita medlarat seakal akal kita boeat mentjari makan, itoe poen soeda takdir allah jang maha koewasa, ada djoega orang jang belas kesihan membeli hikajat orang jang terselit, tetapi kakanda bertemoe dengen adinda boekan sebab hikajat, kerna kakanda bertemoe dengen adinda sebab toewan imam serta toean kadi, jang mengidjinken ajahanda bonda menikahken kakanda aken adinda, itoelah sebabnja jang sesoenggoe soenggoehnja.

Setelah itoe maka tertawalah kedoewanja, serta katanja: ja adinda tjeritakenlah anak Moeda moedaham itoe, tatkala bertegoeh tegoehan djandji dengen Nahwan Siti itoe, sepaja kakanda denger.

Maka sembah toewan poetri jakakanda, boekankah kakanda hendak pergi pada hari ini, nantilah pada laen hari sadja beta tjerita, kerna hari soedanin tinggi mata hari.

Maka sahoet anak radja itoe, ja adinda, sekali

Soeltan Taboerat

80

poen tijada djadi kakanda pergi pada hari ini, tijadi kakanda ini maoe, djikaloe belon adinda menjeritaken Moeda moendaham itoe.

Setelah itoe maka kata toewan poetri baeklah toewankoe.

AlKaisah maka adalah soewatoe kampoeng, maka tijada sijapa lagi jang di kasihinja seperti istrinja, maka soewaminja itoe namanja Moeda moedaham diseboet orang, maka dalem kampoeng itoe adalah seorang perempoewan terlaloe amat sabar lagi boediman.

Maka Moeda moedaham poen menaro birahi kepadanja sebab boedinja tetapi Moeda moedaham sangka jang Nahwan Siti sanget berakal, lagi dengen sabarnja.

Adapoen maka adalah antara berapa lamanja, anak Moeda moedaham bertjinta tjintahan itoe, serta bertegoeh tegoehan djandji, bahoewasanja jang besok noesa djikaloe istri Moeda moedaham bertjere atawa mati, maka tijadalah Moeda moedaham beristri laen dari pada Nahwan Siti itoe, maka laloe menaroken soempa jang amat besar.

Maka Nahwan SIti poen amanlah hatinja sebab pada ketika itoe, Moeda moedaham dengen sesoenggoe soenggoehnja, tijadakennanja moengkir lagi.

Adapoen maka Nahwan Siti, poen berpeganglah di atas perdjandjian itoe, dengan jakinnja, maka tijada lepas dari pada hatinja. Maka beberapa orang kaja jang maminang dija, tetapi tijada djoega ija maoe, sebab takoet sekali pada djandjinja den soempanja, maka heranlah sekalijan orang melihat lakoenja Nahwan Siti tijada hendak bersoewami, maka warta itoe sampelah kepada Moeda moedaham. Maka Moeda moedaham poen terlebi sanget birahi hatinja aken Nahwan Siti, kerna dengen soenggoeh hatinja serta jakinnja aken barang djandjinja. Maka adalah pada soewatoe hari Moedah moedaham hendak mentjari istrinja, dari pada sanget kasih sajangnja dengen Nahwan Siti, maka chabar itoe sampe kepada Nahwan Siti, maka Nahwan Siti poen terbang rasa hatinja serta soeroe orang memanggil Moeda moedaham itoe. Maka laloe dateng dengen sigranja, maka kata Moeda moedaham apakah chabar, Hai soedarakoe: memanggil kita ini. Maka sembahnja Nahwan Siti dengen hormatnja, ja toewankoe: bahoewasanja beta denger chabarnja toean hendak tjari istri toewankoe, djanganlah toean tjari istri toeankoe, kerna djikaloe toewan tjari djoega nistjaja beta tijada menoeroet kata toewankoe, kerna toewankoe mampoenjai anak seorang perempoean, lagi beta poen maloe bersoewamiken toewan, djikaloe di katanja beta merampas soewami orang, sebaek baeknja toewankoe sabar dehoeloe, insaallah tjiada lah beta moengkir dari pada djandji. Setelah itoe maka dari pada sanget Moeda moedaham, kasih den sajang pada Nahwan Siti, maka tijada lagi di tjarinja itoe.

Sjahdan maka adalah pada soewatoe hari, istri Moeda moedaham poen mendapet sakit, serta poelanglah kerahmatoellah, maka laloe di tanem oranglah, adalah di antara doewa lapan boelan lamanja itoe, Moeda moedaham poen terkenengken djandjinja, maka laloe pergi mendapetken Nahwan Siti itoe, maka laloe di tegornja seraja katanja: Hai adinda apakah chabar dinda, ada-alag kaboel mana seperti djandji adinda ini.

Maka sembah Nahwan Siti, jatoewankoe sepatoetnja beta menoeroet seperti djandji toewan, tetapi lebi lebi maab den ampoen toewankoe, maka harep beta baeklah toeankoe menimbang rasa dehoeloe, soepaja djangan toeankoe menjesel di belakang harinja, kerna beta seorang jang amat hina, lagi miskin, kaloe kaloe mendjadi seselan atas toeankoe.

Maka kaka Moeda moedaham, tijadalah akoe moengkir dari pada djandji, maka akoe bersoempah di hadepanmoe, bahoewasanja laen dari padamoe tijadalah akoe beristri laen, den djikaloe akoe beristri laen, karemlah akoe kedalem boemi pada hidoepkoe, hingga matikoe tijadalah akoe moengkir dari pada djandji.

Maka sembah Nahwan Siti, jatoewankoe djanganlah toewan bersoempah demikijan, kerna kita hidoep dengen banjak aradnja, adalah seperti pantoen kita ini.

Djangan telandjoer kita berkata,
Pikir dehoeloe jang rata rata,
Beloen di ketahwi toelisan kita,
Antalah apa oentoengnja kita.


Setelah Moeda moedaham mendenger pantoen itoe, maka laloe tersenjoem serta di peloeknja den di tjijoemnja, serta katanja: Hai adinda sedeng sekejan lamanja kita kenengken, masah ken sekarang kita tinggalken, tijadalah kita berobah djandji, sekalipoen ada jang lebih baek parasnja den terlebih kaja, tijadalah kita maoe beristri laen itoe.

Setelah itoe maka Nahwan Siti poen pertjaja itoe, maka trimalah apa barang kata Moeda moedaham dengen jakin, maka hendak di kawin tiga boelan antaranja, maka laloe berkasih kasihan serta bermoehoen poelang.

Maka Nahwan Siti poen hareplah dengen pengharepan jang amat sanget serta membaeken djandjinja.

Adapoen maka moeda moedaham poen sehari hari tijada lepas hatinja dari pada mengenengken Nahwan Siti ampoenja boedi sijang den malem, djadi pikiran dengen sesoenggoe soenggoenja hati, Moeda moedaham tida maoe beristri laen dari pada Nahwan Siti, sijapaken taoe dateng aradnja aken di haroe biroe setan.

Maka datenglah seorang dari laen kampoeng aken menanjaken kepada Moeda moedaham, istri seorang kaja lagi berbangsa, maka pikirannja Moeda moedahan poen sanget mesgoel, sebab telah berdjandji kepada Nahwan Siti, dari pada lobah tamaahnja den sanget berkehandaknja, sebab telah berdjandji kepadanja aken kesenangan doenia, maka moengkirlah dari pada djandji, sebab mengenengken kelakijan itoe, maka laloe trima katanja mengenengken terlebih orang kaja itoe, serta berdjandji hendak di kawinken pada seorang jang lebih kaja, maka habar itoe terlebi lebih terdenger kepada Nahwan Siti, maka sabarlah Nahwan Siti seperti tida mendenger, demikijanlah kelakoewannja orang boediman.

Maka pada soewatoe hari Moeda moedahan poen dateng kepada Nahwan Siti, serta di boedjoeknja seperti mana adatnja sedia kala pada, sangkanja Nahwan Siti belon taoe, tetapi dari pada doeloe Nahwan Siti mendapet chabar itoe, maka dari pada sanget kasi sajangnja dengen dija soeatoe poen tijada apa katanja. Setelah adalah pada soewatoe hari Nahwan Siti mentjoba hatinja Moeda moedaham, serta katanja: ja kakanda djikaloe ada idjin toewankoe, beta ini hendak bermoehoen pergi pada laen desa, djikaloe di beri oleh kakanda beta pergi, djikaloe tida di beri maka tidalah beta ini pergi.

Setelah itoe maka soekalah hati Moeda moeda ham, serta katanja: baeklah mana djcega hendak adinda kakanda toeroet.

Sachdan maka kata toewan poetri Mahroem Siti kepada anak radja, ja kakanda: itoelah tandanja orang jang koerang kasihnja, den koerang tjinta, djikaloe soenggoe di kasinja djanganken Nahwan Siti seorang perempoean, sekalipoen laki laki djoega tijada patoet di kasinja pergi, maka dari pada sebab ada gantinja jang lebih kaja den lebih bagoes, loepa dija ini perdjandjiannja, maka djikaloe beta bertemoe jang seperti itoe haram beta, bijar beta mati di makan andjing di patok boeroeng tijadalah akoe berkehandak kepada orang jang moengkir djandji.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen memeloek leher istrinja, serta katanja: pandai soenggoe toewan membawa tjerita, maka tjerita poela soepaja kakanda denger kesoeda soedahannja dija.

Maka sembahnja toewan poetri Mahroem Sari, ja kakanda: tida beta ini tjeritaken kesoedahannja, kerna takoet kaloe kaloe jang di belakang kali takoet mendengar djandji orang.

Maka kata anak radja, tijada mengapa, kerna orang jang seperti Moeda oedaham itoe orang tida imannja, den lagi tida taoe boedinja orang seperti pengarangnja djoega, kerna manoesija itoe tijada dapet di samaken pada manoesija.

Kata toean poetri, ja kakanda: pada achirnja pada jang kaja tida di kawin, pada jang miskin hatinja dje oe, maka dalem hal jang Nahwan Siti telah mendenger chabar itoe, den telah di ketahwi jang ija tijada menaro tjinta padanja, dari pada sebab ija orang boediman tidalah di njataken, sebab masi teringet boedinja Moeda Moedahan jang telah soeda-itoe, sedari ada istrinja sampe dateng hari ini, maka adalah seperti pantoen, orang.

Sepoeloe djahat orang laen kota,
Sekalipoen terang atawa njata,
Atawa di lihat dengen doewa mata,
Sajang tjinta timbangan kita.

Itoe semoewa kita poenja timbangan,
Sekalipoen lagi di larang djangan,
Tida oesah pake laen bilangan,
Itoelah jang di dapet keseringan.

Maka tidalah di seboetken hal Nahwan Siti itoe ampoenja sabar, maka tidalah di seboetken Moeda moedaham ampoenja maloe, terseboetlah perkataannja toewan poetri Mahroem Sari menantiken scewaminja, belon djoega aken dateng, laloe di soeroenja panggil pada doewa orang dia jang dajang itoe kedalem taman, serta bertemoe Sahbanda kedoewa Sahbandi, serta katanja: Habidoewandi manakah toewan radja moeda itoe?

Maka sahoetnja apakah chabar.

Sahoetnja titah di panggil oleh toewan poetri, kerna segala alat telah soeda hadlir.

Maka anak radja poen terkedjoet serta Katanja: Hai adinda marilah kita berhadirlah serta memake tjara laki laki, betoel seperti roepa demang Airawan, serta berdjalan keami atnja menoedjoe kedalem astananja, serta bermoehoen kepada ajah boendanja, serta masoek teroes bertemoeken toean poetri Mahroem Sari. Setelah sampe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen soedjoet pada kaki toewan poetri serta di samboet.

Maka kata toewan poetri kepada anak radja, mengapakah padoeka lama, tidakah kakanda djandji kakanda hendak berdjalan pada hari kemaren dateng sekarang, djikaloe beloen di soeroenja panggil nistjaja beloen toeankoe dateng, apakah jang tocankoe tantang makanja sampeken loepa pekerdjaan.

Maka anak radja poen tertawa serta berkata, asiknja kita mendenger tjeritanja Indra Paulana Tamsil Maripat djadi hajal kita dateng.

Setelah itoe maka sembali Indra Paulana Tamsil Maripat, ja toeankoe boekannja beta ampoenja salah beta tida maoe menjeritaken beta ini hendak di paloenja.

Setelah toewan poetri mendenger kata Indra Paulana Tamsil Maripat djadi ija tersenjoem.

Setelah itoe maka laloe memake pakejan.

Setelah soeda lengkep laloe berdjalan serta naek ka atas gandarannja kereta dari pada mas, jang berkoeda aken ampat poeloeh serta berdjalan menoedjoe kesebelah selatan negri Mahran Langga Sari itoe, maka di habarken orang, tida berapa antaranja sampelah kedalem negri Mahran Langga Sari itoe.

Maka di habarken oranglah pada Soeltan Bahroen jang ananda dateng doewa laki istri, laloe di soeroenja samboet dengen segala boenji boenjijan.

Soeltan Taboerat

81

Setelah sampe maka laloe di peloeknja den di tjioemnja serta di soeroenja doedoek, maka boenji boenjijan poen tida berhentinja di paloe orang.

Adapoen maka doedoeklah sekoetika, maka hidangan persantepan poen di bawanja orang, maka laloe makan den minoem.

Setelah soeda makan den minoem, maka siri jang ada pada poewan jang kaemasan poen di sarangken baginda, seraja katanja: santeplah toowan siri ajahanda.

Setelah soeda bersoeka soeka maka haripoen djadi malemlah baginda poen berangkat masoek.

Arkijan maka setelah soeda toean poetri berkasih kasihan dengen iboenja, di hadep pada sekalijan dajang dajang itoe, maka laloe berangkat masoek beradoe.

Maka anak radja poen beradoe di atas getajang bertachta ratna moetoe menikem, den Sahbanda kedoewa Sahbandi poen beradoe di bawa geta baginda, serta Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, maka pada tengah tengah malem Indra Paulana poen bangoen serta doedoek sambil menarik narik napas, pandjang pendek.

Setelah Sahbanda melihat hal Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, maka di artiken mananja, bahoewasanja Indra Paulana Tamsil Maripat sanget masgoel, sebab malihat lakoenja anak radja dengen istrinja.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat kepada Sahbanda ija berkata: Hai soedarakoe pada malem ini tijada sedep rasanja badanbadankoe, djikaloe akoe taoe seperti ini tidalah akoe maoe mengikoet kemari.

Maka kata Sahbandi, mengapa toewan berkata demikijan, kerna patek melihat sampe djoega toewan di kasihi oleh baginda, kasih jang mana lagi toewankoe ini berkehendak.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, soenggoeh beta di kasihi oleh baginda, adalah seperti tahi lalar jang pada toeboeh baginda itoe. Kata Sahbanda soenggoe kata toewankoe, kerna tahi laler tida berpisa barang sesaat senantijasa pada toebah kita selama lamanja.

Setelah baginda soenggoeh beradoe tidaken poeles, sebab sanget melihat lakoe Indra Paulana Tamsil Maripat, kerna handa toeroen kebawa tempat tidoer takoet kaloe kaloe istrinja mendoesin, tetapi baginda mengarti arti kata Indra Paulana Tamsil Maripat, den Sahbanda kedoewa Sahbandi tida mengarti.

Maka kedoewanja poen tida bisa beradoe sebab memikirken kata Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, maka pikirnjá kaloe kaloe besok akoe tanjaken pada baginda arti kata ini.

Setelah itoe maka datengken sijang hari, seorang poen tijada dapet beradoe, hanja poetri Mahroem Sari djoega jang njedar tidoernja.

Setelah sijang hari, maka baginda poen menitahken kepada Indra Paulana Tamsil Maripat katanja: pergilah angkau memasaken akoe aer panas.

Adapoen maka soenggoe anak radja Indra Paulana Tamsil Maripat, tetapi di isaratken kepada Sahbanda dengen ekor matanja, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen pergi masak aer panas.

Setelah sampe pada tempat memasak, maka kata Sahbanda soedalah toean djangan toean memasak dija, bijarlah patek jang masak hingga tocan doedoek sadja.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, biiarlah akoe jang di titahken bijarlah akoe mengerdjakennja dija.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen memasak aer panas serta menarik napas.

Setelah soeda di masak laloe di bawa masoek serta berhadir, seperti mana adatnja.

Adapoen maka Baginda poen bangoen doea laki istri, serta pergi mandi kedoeanja.

Setelah soeda mandi maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen menjoetji pembasoehnja, den kaen persalinnja poen di beri baginda.

Adapoen maka di dalem demikijan Indra Paulana Tamsil Maripat hatinja sanget ngerannja dari pada takoet oleh baginda di tahannja sebole bolenja.

Setelah soeda bersalin maka laloe berangkat masoek, serta di iringken Indra Paulana Tamsil Maripat, den Sahbanda kedoewa Sahbandi.

Setelah sampe pada medja tempat minoem kopi den thee itoe, maka baginda doedoeklah pada korsi jang keemasan doewa laki istri, den Indra Paulana Tamsil Maripat poen menoewang ken aer panas itoe, sambil berdiri pada pendjoeroe medja, maka hatinja sanget ngeren rasanja.

Setelah soeda maka baginda makan den minoem, maka aer pembasoeh tangan poen di beriken pada baginda, maka baginda poen mamegang djari Indra Paulana Tamsil Maripat sambil tersenjoem.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen bertamba sakit hatinja, seperti tijada tertahan rasa hatinja.

Setelah socda toean poetri membasoch tangan, maka kata toewan poetri kepada Indra Paulana Tamsil Maripat, Hai socdarakoe: bawalah makanan ini kebawa, serta makanlah soedara kita tiga berkawan.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen mengangkat makanan itoe, serta di makannja tiga berhamba, maka hati baginda bertamba belas.

Setelah soeda makan itoe, maka baginda melihat lakoe istrinja kepada Indra Paulana Tamsil Maripat sanget tage mengambat hati, seperti soenggoe soenggoe lakoenja orang berhambaken diri, maka pikir baginda djikaloe demikijan baeklah akoe ini bersanda sanda, soepaja bijasa hati istrinja den hati Indra Paulana Tamsil Maripat, maka baginda poen berkata sambil tersenjoem, katanja: Hai Sahbanda, semalem kita kata soedara kita dari pada hal masaallah, kasih sajang kita dari pada soedara kita apakah di katanja? Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen tersenjoem sambil memelengken moekanja.

Setelah tocan poetri melihat hal itoe, maka soekalah tertawa, sebab pikirnja djikaloe demikijan Indra Paulana Tamsil Maripat patoet radja moeda kasi padanja, sebab sanget sekali taoe menjoekaken hati kita, maka pertjajalah toean poetri aken soewaminja, jang Indra Paulana Tamsil Maripat itoe seorang laki laki jang pandai mengambil hati sahbatnja, maka hilanglah tjemboeroewan' hatinja.

Maka toewan poetri poen laloe memanggil Indra Paulana Tamsil Maripat, serta katanja: Hai soedarakoe marilah toewan deket deket ajoenda.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen menjembah toean poetri serta hampir.

Maka toewan poetri memegang tangan Indra Paulana Tamsil Maripat, serta di ariknja deket keroesinja, serta toewan poetri bertanja: apakah toewan kata jang semalem tadi, jang anak radja sajang toewan seperti apa?

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen maloe sambil tersenjoem, katanja semalem beta bersanda sanda kata pada kakanda Sahbanda, padoeka toewan patek sajangnja kepada beta seperti tahi laler.

Setelah toean poetri mendenger boenji katanja, maka laloe tertawa kelak kelak serta memandang baginda, serta katanja: soenggoelah angkau anak anak bitjaranja belon kebeneran.

Maka toewan poetri poen tertawa kepada radja, serta katanja: ja kakanda apakah arti kata Indra Paulana Tamsil Maripat itoe? beta beloen mengarti.

Maka baginda poen tersenjoem serta katanja: tjoba tjoba toewan bertanja kawannja, arti kata itoe.

Maka toewan poetri bertanja kepada Sahbanda, tapi Sahbanda tijada mengarti, den Sahbandi poen tida mengarti, maka tocan poetri poen melihat pada Indra Paulana Tamsil Maripat, serta katanja: anak ini satoe sebagi, kasih orang di katanja seperti apakah mana itoe?

Maka sembah Indra Paulana Tamsil Maripat, ja toewankoe beta tijada taoe, terlebi maloem toean djoega doewa laki istri.

Setelah toewan poetri mendenger kata itoe, maka toewan poetri bertanja kepada anak radja katanja: ja kakanda apakah arti kata itoe, maka baginda poen berkata sambil tertawa, ja adinda: arti kata itoe bahoewa soenggoe tahi laler leket pada badan kita sijang den malem tida berpisah, tetapi tida di akoenja di kata laler jang ampoenja dija, maka itoelah arti kata Indra Paulana Tamsil Maripat.

Setelah toewan poetri mendenger kata soeaminja, maka toewan poetri poen tertawa, serta katanja: pandai soenggoe anak ini mengeloearken seloeka.

Maka kata toewan poetri, sepatoetnja tahi lalar itoe tijada maoe di akoe orang, sebab tatkala ada kepada badan tijada ketahoewan dari mana den tahoen mana sampenja den boelan mana mochoenken idjin aket leket pada badan kita, kerna kaki badan den tangan itoe, tatkala di peranaken iboe kita ija telah dateng sama-sama, den djikaloe tahi lale tatkala kita di peranaken iboe kita soewatoe poen tijada pada badan, den tijada ketahoean oemoer brapa bahroe bertahi laler, maka sepatoetnja dija tijada seorang maoe mengakoe padanja.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen merah padem warna moekanja seperti tijada tertahan rasanja.

Setelah anak radja melihat hal itoe, maka anak radja poen mengerling dengan ekor matanja kepada toewan poetri, maka tocan poetri poen tersenjoem serta di ketahwinja jang Indra Paulana Tamsil Maripat menaro goesar.

Maka anak radja dari pada sanget tjintanja dengan Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, maka laloe berkata ija soepaja sedjoe hatinja, demikijan katanja: ja adinda Indra Paulana Tamsil Maripat djanganlah tocan berkata kita sajang seperti tahi laler, dengan lagi djik aloe kita tjinta seperti tahi laler, nistjaja baroesan tadi kakanda menaro goesar dengan diri.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen berkata dengan goesarnja, mengapa toean goesarken beta apakah beta mentjoeri harta tocankoe, apa beta boeat pedaja boenda toeankoe, beta bockan asal pentjoeri aken mentjoeri harta orang.

Setelah itoe maka Kata anak radja sambil tersenjoem, boekannja kita kata diri pentjoeri, kerna ada djoega kesalahan diri.

Maka sahoetnja apalah kesalahan beta, berilah nasnja jang benar pada masa ini, soepaja di ketahwi orang jang beta seorang hamba aken menaro marah pada toeankoe, djikaloe soenggoe beta menaro salah, sepatoetnjalah beta ini di hoekoem oleh toeannja, reldalah beta mati di boenoeh di hadepan toean jang perempoean.

Setelah itoe anak radja poen dijamlah, takoet kaloe kaloe ija mendjadi goesar soenggoe soenggoe, nistjaja mendapet bahla jang amat besar, sebab negri mertoewanja kaloeken mendjadi soewatoe hal apalah soedahnja itoe.

Adapoen setelah Indra Paulana Tamsil Maripat melihat anak radja berdijam, maka katanja poen bertamba tambah sakitnja, serta berkata mengapakah toean radja berdijam, djikaloe soenggoe toeankoe anak radja besar lagi boediman, sakitnja baek kataken atas kesalahan hambanja, den djangan mendjadi pertjoema nama anak radja.

Setelah itoe maka anak radja poen tersenjoem, den poetri poen dijamlah tida berkata kata, serta pikir apa djoega jang di kasih oleh baginda orang ini, sanget berani lakoenja dija, seperti boekan hamba dengan toewannja lakoenja dija.

Setelah itoe maka kata anak radja, Hai Indra Paulana Tamsil Maripat, djikaloe akoe kata kesalahanmoe djangan diri goesar, inget inget diri sebab ini boexan negri kita sendiri, den djikaloe diri menaro goesar inget inget diri, sebab ini boekannja negri kita sendiri, den djikaloe diri menaro goesar, beta tida maoe kataken kesalahanmoe.

Maka sahoetnja tijada beta goesar, sekalipoen toewan tijada maoe kataken beta tijada berani goesar dengen toeankoe, masahken hamba berani menggoesari toeannja.

Setelah itoe maka kata anak radja, Hai adindakoe Indra Paulana Tamsil Maripat, tatkala akoe menjoeroeken diri memasak aer panas, adakah diri kerdjaken?

Maka sahoetnja, djikaloe tijada beta masak dari mana datengnja aer thee itoe, jang sekarang toeankoe minoem.

Maka kata anak radja, adakah diri memasak adakah aer jang panas?

Maka sahoetnja boekan aer jang panas beta masak, aer jang dingin beta panasken.

Maka anak radja poen tertawa, serta katanja: itoelah kesalahannja diri kita, soeroe masak aer panas, mengapa aer jang dingin diri masaken itoe.

Setelah toean poetri mendengar hal itoe, maka laloe tertawa djadi besar.

Adapoen maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen bertambah tambah marahnja, tetapi asalnja kemarahan itoe sebab bitjara, jangsebener benernja marahnja itoe ada laen perkara, lebi maloemlah oleh pembatja atawa jang mendenger, sebab apa marahnja itoe adalah seperti pantoen jang mengarang.

Sakit soenggoeh djadi soeldadoe,
Waktoe roesoe pergi herperang,
Sakit soenggoe badan di madoe,
Rasa di soemsoem di toelang toelang.

Ada oen maka Indra. Paulana Tamsil Maripat poen sanget goesarnja, tetapi di tahanken, kerna sebab takoet sekali dengen djangdjinja, maka seboleh boleh di tahankennja.

Setelah itoe maka hidangan poen di angkat orang, den ajahanda boenda den baginda Soeltan poen datenglah, serta santep bersama sama, den Indra Paulana poen mengangkat makanan itoe, serta Sahbanda kedoewa Sahbandi, maka pada ketika itoe Indra Paulana Tamsil Maripat poen mengangkat piring persantepan itoe, den sabanda poen mengargkat aer pembasoeh tangan, den Sahbandi mengangkat tempat sajoer, setelah hampir di hadepan soeltan, maka Indra Paulana poen mendjatohken piring itoe, maka habislah petjah piring jang bersoesoen itoe kelimanja piring itoe petjah semoewanja.

Maka anak radja poen sanget maloenja serta tersenjoem djoega, sebab takoet di ketahwi baginda serta katanja: soedalah ambil piring jang laen, maka Sahbanda poen mengambil piring jang laen, serta di berinja baginda, maka laloe santeptah keampatnja.

Setelah soeda santep maka minoeman jang ada pada pahor jang kaemasan poen di djatohken oleh Indra Paulana Tamsil Maripat, maka habis habislah toempa dengen isinja, den kaki pahor poen patah, den segala gelasnja poen habis petjah.

Maka anak radja poen sabar djoega, sebab maloe dengen mertoewanja.

Toewan poetri poen berobah aer moekanja.

Maka kata anak radja, Hai Sahbanda soedalah djangan soeroe Indra Paulana Tamsil Maripat, sebab dija koerang biasa dari pada pekerdjaan itoe.

Setelah itoe maka Sahbanda poen membawa pahor jang laen, serta terisi minoeman.

Adapoen maka pikirnja Indra Paulana Tamsil Maripat, mengapa orang tida menggoesari akoe, soepaja akoe di hoekoem, kerna tijada akoe menanggoeng penjakit ini, den djikaloe ija tijada goesar djoega, nistjaja akoe boeat jang terlebi dari pada ini, soepaja akoe disoeroenja menganterken poelang kedalem negrikoe.

Setelah itoe maka tempat siri poen di angkat orang, setelah Soeltan kedoewa laki istri soeda santep siri, maka laloe berangkatlah dengen sigranja, sebab telah maloemlah hal anaknja den mantoenja jang hendak menggoesarı hambanja, kerna maloe ada Soeltan bersama sama, maka itoelah sebabnja baginda berangkat dengen sigranja.

Setelah soeda Soeltan berangkat masoek kedoewa laki istri itoe, maka anak radja poen memanggil Indra Paulana Tamsil Maripat, serta katanja: Hai Indra Paulana Tamsil Maripat, mengapa perangimoe seperti setan, tidakah koe berdjandji padamoe, den jang mana akoe larangken itoe angkau kerdjaken.

Maka sembanja ja toeankoe: boekannja patek sengadjaken, kerna apa jang patik pegang djoega terlepas, apalah hendak di kata, kaloeken soeda oentoeng patek mendapet maloe di hadepan radja, djanganken piring den pahor sekalipoen njawa patek keloear tida dapet patek larangken, dalem itoe mana hoekoem toeankoe patek trima dengen redlanja sekali.

Setelah itoe sahoet toewan poetri, soedahlah djangan di hoekoem dija, tetapi pada hari jang laen diri djangan berboeat demikijan, kerna djadi koerang indanja dengen Soeltan, kerna jang mendapet maloe diri sendiri boekan orang laen.

Maka sembanja soenggoeh seperti kata toewan poetri itoe, beta poen tijada djoega hendak memberi maloe atas toewan patek, tetapi djikaloe beta inget beta djagaken, den djikaloe ada djoega chilap patek mintalah di ampoenken, den djikaloe toewan maloemken sepatoetnja beta trima hoekoem toeankoe.

Setelah itoe maka hari poen malemlah, maka baginda poen masoek beradoe, den Sahbanda kedoewa Sahbandi poen tidoerlah di bawa geta toean poetri, serta dengen Indra Paulana Tamsil Maripat.

Maka tatkala malem itoe, anak radja tidoer dalem peradoewan serta bersanda goeroe dengen toean poetri, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen tijada beradoe tetapi poera poera tidoer djoega, maka hatinja seperti tertoenoch rasanja, beberapa istigapar den menjeboet tobat tidaken hilang, maka laloe terkenengken iboe bapanja serta bertjoetjoerlah aer matanja, serta pikirnja djikaloe dimekijan akoe ini binasahken djoega negri Mahran Langga Sari ini, soepaja akoe di hoekoemnja oleh Soeltan negri, sekalipoen akoe mati redlalah akoe.

Setelah itoe maka di lihatnja Sahbanda kedoewanja Sahbandi telah soeda tidoer, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen bangoen doedoek serta memeloek loetoet dengen aer matanja.

Adapoen maka anak radja poen melihat Indra Paulana Tamsil Maripat dari dalem tiri kelamboe "itoe, maka pada ketika itoe toean poetri hendak bersanda goeroe.

Maka kata anak radja, ja adinda marilah kita beradoe, kerna mata kakanda, sanget garibnja hendak tidoer.

Maka beberapa toean poelri berkata kata dari pada bersanda sanda.

Tapi anak radja poen berdijem djoega, serta menarik narik napasnja itoe.

Setelah itoe maka toean poetri poen berbalik serta memboeka tiri, maka dilihatnja Indra Paulana Tamsil Maripat lagi doedoek, maka kata toewan poetri, Hai Indra Paulana Tamsil Maripat mengapa angkau tijada beradoe.

Maka sahoetnja ja toeankoe, patok tijada dapet beradoe, kerna hidoeng patek pilek patek berbalik kakiri pempet jang kiri, berbalik kekanan pempet jang kanan, dari itoe djadi patek tida bisa tidoer.

Setelah itoe maka toean poetri poen tersenjoem, serta katanja: ambilken akoe poewan akoe hendak bersantep siri ini.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen bangoen serta menggosok aer matanja, serta di ambilnja poewan serta di bawanja pada toean poetri, hingga hampir pada tangan toewan poetri, maka laloe di lepas sampe djato poewan itoe pada oebin, maka soewaranja poen sanget kedengerannja.

Maka anak radja poen terkedjoet, serta mengangkat kepalanja.

Setelah itoe maka toean poetri poen marah, serta katanja: anak ini mati di boenoe, den lagi koerang sekali pengadjarannja, selakoe lakoenja seperti orang tjemboeroewan, apa pada rasamoe madoemoe akoe ini, apakah hambamoe akoe ini, den djikaloe di negri Tadjir tida moealim bijarlah akoe soeroeken moealim dari negri Langga Sari pergi mengadjar orang Tadjir soepaja djangan seperti angkau.

Setelah itoe maka sahoet Indra Paulana Tamsil Maripat, mengapa beta di berinja salah, boekankah toean poetri soeda menjamboet dari tangan beta.

Maka kata toewan poetri, itoelah sebab soeda dari awaluja toewanmoe mengadjar angkau koerang adat, maka pada orang laen poen hendak di boewat seperti toewannja sendiri, anak mati di boenoeh maitnja di makan boeroeng gagak ini.

Maka sahoet Indra Paulana Tamsil Maripat, ja toeankoe djikaloe, beta jang salah sepatoet nja beta ini di goesari, djanganlah asal beta di seboet seboet, den negri beta di seboet seboet, den djanganlah toean beta jang tijada taoe apa apa.

Setelah itoe maka laloe kata mengata.

Maka anak radja poen bangoen perlahan lahan dengen marahnja, serta di lihatnja dari dalem tiri, maka di lihatnja Sahbanda kedoewa Sahbandi masi tidoer djoega..

Maka anak radja poen bertambah tambah marahnja, serta toeroen dari atas geta serta mengambil tjoemeti koeda serta di tjamboeknja Sahbanda kedoewa Sahbandi, serta katanja: Hai hamba jang bedebah den bebel, pergilah angkau ke- tiga keloear pada malem ini djoega, den djangan banjak bitjaramoe lagi, den bawalah Indra Paulana Tamsil Maripat pada tempat mantri, di sanalah beradoe angkau ketiga, tijadalah angkau taoe ini negri orang boekan negri sendiri.

Setelah itoe maka Sahbanda kedoewa Sahbandi poen bangoenlah serta takoetnja, sambil memegang tangannja Indra Paulana Tamsil Maripat, serta katanja: marilah toewan kita keloewar. Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen di bawanja keloewar pada malem itoe. Maka tida berapa saatnja haripoen djadi sijang lah. Kata Sahbanda: ja toeankoe mengapa toean dimikijanlah, tijadakah toean inget, perdjandjian toean itoe?

Maka sahoetuja ja Sahbanda, djikaloe demiki jan baeklah akoe di boenoenja mati, redlalah akoe dari pada menanggoeng penjakit selakoe ini.

Setelah pagi pagi hari Soeltan moeda poen da- tenglah keroema mantri, serta katanja: ja adinda mengapakah toewan sanget sekali bantahan, tidakah toewan kasih dengen kakanda, dari awalnja kakanda kata djangan mengikoet, den adinda hendak mengikoet djoega, den sekarang adinda berboewat maloe aken kakanda.

Maka sembahnja Indra Paulana Tamsil Maripat, Hai kakanda: djikaloe kakanda tijada hendak menganterken beta poelang kenegri Tadjir, nistjaja beta pergi mengembara barang kemana di djandjikennja Allah.

Maka kata Soeltan moeda, sabarlah toean tiga hari lagi kita nin poelang kenegri Toral Arkan, kerna disini tida ada tempat boeat toean tiga berhamba, sebab di negri orang, den sabarlah toewan dehoeloe.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen dijemlah.

Maka anak radja poen memberiken harta, serta berkata kepada Sahbanda, Hai soedarakoe baeklah memeliharaken hati Indra Paulana Tamsil Maripat djangan memberi kitanin maloe, kaloe kaloe mendjadi chilapnja kita apalah soedahnja, setelah itoe maka soeltan moeda poen berangkat masoek.

Sjahdan maka sepeninggalnja anak radja itoe, Indra Paulana Tamsil Maripat poen bertambah tambah sakit hatinja, serta katanja: Hai Sahbandi, beta ini sanget sekali bermaen maen pada desa orang, aken meliboerken hatikoe.

Setelah itoe maka Sahbandi poen berkata baeklah toeankoe.

Setelah itoe maka laloe berdjalan ketiganja berkoeliling pasar.

Adapoen maka ramelah orang mengataken hamba radja jang kasi oleh toewannja, maka habislah segala orang Mahran persembahken makanan den harta banda, maka banjaklal sahbat handenja, kerna seorang pada seorang soekalah melihat roepanja.

Setelah soeda maka Indra Paulana Tamsil Maripat masoek kedalem soewatoe desa, maka pada pertengahan djalan bertemoe seorang toewa lagi bangsa deroewis, serta katanja: tocankoe ini hendak kemana?

Maka sahoetnja, akoe hendak bermain main kedalem desa ini, den apakah namanja desa ini?

Maka sembahnja orang itoe, ja tocankoe inilah desa Ranggit namanja, kaloc ada keredaan hati djanganlah toean singga di sana, kerna toeankoe seorang jang laen negri lagi berilmoe.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, apakah sebabnja.

Maka sembanja ja toewankoe, bahoewasanja orang dalem desa itoe semoewanja menoentoet ilmoe jang tijada menepaat.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, ilmoe jang mana jang di toentoetnja.

Maka sembahnja bahoewasanja sekalijannja hamba allah dalem desa itoe mengambil kekajaan, seperti menjoempang den mengepet, maka seorang poen tijada jang menoeroet perenta Sareat, hanja hamba djoega, serta keloewarnja hamba jang tijada menoeroet.

Setelah itoe maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat tijada mengapa, marilah kita pergi bersama sama.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen sampe pada seboewah roemah, serta di hampirinja.

Maka kata jang ampoenja roemah, mari'ah toewan singgah pada tempat ini, beginilah roemah hamba.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen masoeklah serta dilihatnja soenggoelah seperti habar itoe, maka di lihatnja dalem roemanja poen moestaib djoega, seperti mana adat bijasanja, den di lihat kebon kebonnja poen sanget djadi, maka heranlah Indra Paulana Tamsil Maripat itoe.

Adapoen maka terdengerlah habar itoe kepada kepala desa, jang soedara radja moeda itoe dateng kedalem desa, maka segala orang desa poen dateng membawa persembahan bocah boeahan, seperti kelapa den oebi keladi den laen laen djoega, maka ramelah dalem kampoeng desa Rankit, maka segala orang kaja kaja dalem desa itoe semowanja soeka mengambil sahbat dengen dija.

Maka banjaklah segala parmainan seperti angkloeng den topeng, den salawakoeng atau pentja, maka banjaklah orang menonton itoe.

Adapoen maka Indra Paulana Tamsil Maripat bermaen maen itoe sampeken malem hari, maka bertambah tambah ramenja laki laki perempoean poen habis dateng.

Setelah djaoeh malem maka Sahbandi poen berdateng sembah, katauja: jatoewankoe marilah kita poelang, kaloe kaloe di tjari oleh kakanda toeankoe.

Sahoetnja hai Sahbandi nantilah dehoeloe, kerna akoe hendak bermaen maen hampirken sijang hari.

Setelah soeda djabeh malem, maka segala orang desa poen maboklah semoewanja.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen membakar desa itoe, maka dengen takdir toehannja, api itoe poen besarlah serta makan segala roemah orang desa, den segala kebon kebon orang desa, maka api menoenoelen desa itoe sebagi api memakan roempoet alang alang jang kering, maka tijada boleh dapet di toeloeng lagi api itoe sebrang menjebrang sembilan madjehab, maka rijoe randalah soewaranja orang desa, laki laki perempoewan mendjerit djerit, den segala orang desa inget hartanja masing masing, tijada sekali inget menoeloeng api itoe. Maka dengen sekoetika itoe habislah desa Ranggit, maka kentroengan poen di paloe oranglah terlaloe amat ramenja seperti kijamat lakoenja itoe.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen larilah tjeree beree kesana kemari.

Adapoen maka habar itoe sampelah kepada anak radja, jang Indra Paulana Tamsil Maripat membakar desa orang, maka anak radja poen terkedjoet sebagi terbang rasa njawanja, sebab takoet kaloe kaloc Indra Paulana Tamsil Maripat di boenoe orang sebab djahatnja, maka laloe memakeken koedanja serta di toenggangnja sambil berlari lari tida mendoereta lagi, den segala raijat dalem negri poen habis keloewar serta kaampat mantri sebab api itoe sanget besarnja seperti naek kelangit roepanja.

Maka segala hoeloebalang mantri den pengga- wa semoewanja berlari serta sendjata tertjaboet, maka gemerlapan roepanja, maka bertambah tambah ngeres mata malihat itoe, maka pompa poen keloewar dari toedjoeh madjhab negri, serta menjirem api itoc, maka orang pompanja bek ano adalah jang pata kakinja den tangannja, den beek itoe patah lehernja di giling pompa No. 8.

Adapoen maka anak radja soewatoepoen tida jang di perdoeli, malinken Indra Paulana Tamsil Maripat djoega jang di tjarinja kesana kemari, tetapi tijada djoega bertemoe, maka sangetlah sekali masgoel hatinja, kerna takoet kaloe kaloe telah mati di boenoeh, atawa di bakar. Adapoen maka Sahbanda melihat toeannja jang demikijan, maka laloe teringet Indra Paulana Tamsil Maripat, setelah di lihatnja poen tijada, laloe ija pergi mentjari takoet ija di lihat oleh toewannja, maka laloe ija lari teroes kedalem hoetan itoe.

Kalkijan maka dari pada sanget banjaknja segala raijat den mantri hoeloebalang itoe, maka api itoe poen pademlah, maka desa itoe djangan ken roemah boleh tinggal, sedang kebonnja jang banjak segala poehoen poehoen jang besar besar, seperti poehoen nangka den doerien, doekoe den. tjempadak, poehoen kelapa den arend semnewanja habis di makan api.

Setelah seleseh dari pada itoe, maka segala mantri hoeloebalang poen poelanglah dengen selamat, den jang menang pompa No. 8.

Setelah itoe maka terseboetlah perkataannja anak radja itoe mentjari Indra Paulana Tamsil Maripat itoe tijada dapet, maka hatinja poen sanget mesgoelnja, serta pikirnja djikaloe demikijan nistjaja akoe ini mendapet maloe, jang amat besar sekali kepada Soeltag den djikaloe ija di dapetnja oleh orang nistjaja di tangkepnja, den djikaloe di bawanja kepada radja histjaja Soeltan menghoekoemken dija, kerna masahken sebab ija seorang di alahken jang banjak, kerna maloe aken di akoe nistjaja boekan adil namanja, den lagi nistjaja mendjadi hoeroe hara dalem negri, kerna segala isi negri mendjadi sakit hati kepada radja jang tida memegang perentah jang adil, den djikaloe ija terhoekoem oleh radja nistjaja akoe mati djoega sebab ia istrikoe jang akoe kasih ini.

Setelah soeda berpikir demikijan, maka anak radja poen kelengerlah, den pangsan tijada habarken dirinja, setelah inget dari pada pangsannja, maka laloe ija meminta doa kepada Toehan Rabboel alamin, maka laloe naek poela keatas koedanja, maka dengen koewasanja Toehan jang melakoeken atas jang mengarang, maka kelihatan Indra Paulana Tamsil Maripat di tepi hoetan, lagi berdjalan seorang dirinja dengen goepoenja.

Maka anak radja poen melariken koedanja, maka pada pertengahan djalan Sahbahda hendak keloewar dari dalem hoetan, aken memboeroe Indra Paul: na Tamsil Maripat itoe, setelah sampe maka laloe menjembah kaki toewannja.

Maka anak radja poen sanget marahnja, serta katanja: Hai Indra Paulana, inilah perboeatan diri, den sekarang ini terlebih baek angkau poelang kedalem negri Toral Arkan serta Sahbanda kedoewa Sahbandi, den djangan angkau lama di sini, kerna djikaloe angkau ada pada tempat ini, nistjaja angkau di hoekoem oleh Soeltan.

Maka sahoetnja Indra Paulana Tamsil Maripat, mengapa kita di socroenja poelang kenegri Toral Arkan, den djikaloe tanggoeng tanggoeng poelang di Toral Arkan, baeklah toeankoe kirim beta poelang kedalem negri beta sendiri.

Maka kata radja, Hai Mahroem Siti: djangan banjak bitjaramoe, den djikaloe akoe pegal batang lehermoe pada tempat ini sijapa lagi hoekoem akoe, den djikaloe akoe kata mengataden bangkit membangkit apalah goenanja, kerna tijada kesoedahannja, dari doeloenja telah akoe mengataken padamoe djangan mengikoet, den angkau handa djoega den sekarang sijapa angkau maoe menjalahken, kerna diri ampoenja sala sendiri, den sekarang baeklah adinda poelang kedalem negri Toral Arkan, kerna djakaloe angkau ada pada tempat ini, nistjaja akoe beroleh maloe.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, sepatoetnja kakanda beroleh maloe, sebab kakanda berboewat beta jang demikijan, kakanda dengen senang di dalem peradoewan dengen poetri Mahroem Sari, tinggallah beta di bawa peradoewan, maka itoelah tandanja bales membales.

Setelah itoe maka anak radja poen tersenjoem serta memangkoe istrinja, katanja Hai Mahroem Siti: djanganlah toewan berkata demikijan, den sekarang baeklah toewan poelang djoega kedalem negri Toral Arkan, kerna djikaloe ada toewan pana tempat ini, kakanda tijada dapet melawan pada orang desa, den djikaloe toewan telah hilang serta Sahbanda kedoewa Sahbandi, nanti kelak kakanda terkah kepada, orang itoe, soeroe ija aken pergi mentjari.

Setelah itoe maka pikir toean poetri, soenggoehlah seperti kata ini maka sembahnja Hai kakanda: tidalah akoe maoe kenegri Toral Arkan, djikaloe beloen akoe berboeat binasa dalem negri ini, kerna sakit hati beta sebab toewan poetri Mahroem Sari memake make beta pada malem itoelah.

Maka kata anak radja, soedalah toewan djikaloe ija taoe toean istri kakanda, masa ija berani berboewat demikijan itoe.

Setelah itoe sembahnja baeklah toewankoe, mana djoega titah toeankoe patek- djoendjoeng, tetapi djikaloe kakanda telah poelang kedalem negri Toral Arkan, maka kirimlah hambanja ke negri Tadjir, soepaja beta bertemoeken ajahanda boenda, maka dalem ija berkata kata itoe sambil berhamboeran aer matanja, sebab terkenengken iboe bapanja.

Setelah itoe maka anak radja poen belaslah hatinja serta menangis, den Sahbanda kedoewa Sahbandi poen menangis.

Setelah itoe maka kata anak radja, ja adinda: baeklah, djikaloe kakanda poelang kenegri Toral Arkan, maka kakanda hanterken toean poelang kenegri Tadjir. Setelah itoe maka laloe bermoehoenlah, serta di peloeknja den di tjioemnja serta di berinja bekal lima riboe ringgit, serta berdjalan tiga berhamba, masoek hoetan keloear hoetan menoedjoe. kedalem negri Toral Arkan.

Maka tijada terseboet lagi, maka terseboetlah perkataanja soeltan Bahroen doedoek di hadep segala mantri hoeloebalangnja, aken menanjaken habar itoe, jang di desa Ranggit di makan api apa sebabnja.

Maka laloe di persembahken oranglah hal jang

Indra Paulana Tamsil Maripai, serta hambanja jang membakar itoe.

  Maka soeltan poen memangil segala kepala kepala desa Ranggit itoe sekalijan.

  Maka sekalijan poen mengadoeken. halnja keroesakan den kebinasahan, den keroegiannja seperti-Kerbau sampinja den kebon kebonnja, den oeda pedatinja setengahnja pengempang ikan tambra atawa goeramenja habis kering.

  Maka soeltan poen menjoeroehken memanggil mantoenja.

  Maka laloe datenglah dengen takoetnja.

  Serta katanja: Hai anakoe apakah halnja hamba anakoe, telah berboeat binasa di dalem desa orang, den sekarang apakah bitjara anakoe, kerna hoekoem itoe tijada boleh meinberatken seorang, atawa mengentengken seorang, sekalipoen dirinja sendiri berboeat kesalahan, sepatoetnja di hoekoemken oleh hakim.

  Maka sembah Indra Boeganda Aspandar Sah, Sebenernjalah kata,toewaukoe itoe, tidalah hamba ini salahken lagi, mana djoega hoekoem toeankoe, tetapi dalem itoepoen nistjaja ada kerna jang seperti itoe, kerna segala pekerdjaan tentoe adalah dengen sebabnja, maka djikaloe ada derma toean koe, hamba hehdak memereksa doeloe, kepada segala kepala kepata desa itoe.

  Setelah itoe maka kata baginda baeklah.

  Sekoetika toe anak radja poen memangil segala orang isi desa itoe, maka sekalijan poen menjembah, serta mengadep anak radja itoe.

  Maka kaianja: Hai soedarakoe sekelijan, apaKah moelanja, makanja Indra Paulana Tamsil Ma'ripat boleh sampe keroema toewan toewan sekalijan.

  Maka sembanja ja toewankoe, sebab telah beberapa lamanja hamba sekalijan ini di ambil aken sahbat oleh Indra Paulana Tamsil Ma’ripat, maka adala pada soewatoe hari kami sekalijan memanggil permainan, serta makan den minoem bersoeka soeka, itoelah sebabnja toeankoe.

  Maka kata anak radja, Hai soedarakoe sekalijan pada tatkala itoe telah -berapa lamanja toean- toean aken mengambil sahbat, maka tijada soewatoepoen perboeatannja, den telah sekejan lamanja bahroelah ija. berboeat demikijan, kaloe-kaloe ada djoega di perboeatken diri jang tijada patoet padanja.

  Maka sembahnja ja toeankoe tida sekali kali.

  Maka kata anak radja, djikaloe tijada mengapa sekejan lamanja tijada koerang soeatoe apa, maka bahroelah ini hari ija berboeat jang demikijan, kaloe kaloe di dalem loepa moe den mabok moe, sijapaken taoe dateng soewatoe pekeran atawa perkataan jang kedji, kerna di dalem hilapmoe.

  Setelah itoe maka segala orang desa poen dijimlah, tijada dapet berkata kata lagi.

  Maka anak radja poen sanget marahnja, serta katanja: Hai toean toean sekalijan sekarang ini terlebih banjak kesalahanmoe, kerna kaloe kaloe dalem hal itoe. angkau telah beroenijaja pada

nja, antalah angkau telah memboenoeh mati padanja, seorang poen tida taoe, den sekarang telah hambakoe tijada dateng pada tempat ini, dari selamanja angkau bersoeka soeka, dateng sekarang ijapoen tida poelang -poelang, kaloe kaloe angkau sekalijan telah berboewat perboeatan jang tijada memberi menepaat, dan sekarang angkau sekalijan misti pergi mentjeri padanja hingga bertemoe, den djikaloe tida bertemoe nistjaja angkau telah -boenoeh_padanja, dari pada angkau takoet djadi angkau bakar roemahmoe sendiri den sekarang djikaloe angkau tijada beroleh hambakoe ketiganja, maka angkau akoe boenoeh.

  Setelah itoe maka segala orang desa poen genterlah mendenger kata anak radja itoe, serta masing masing ketakoetan.

  Maka baginda poen tersenjoem, serta pikirnja soenggoeh seperti kata anakkoe itoe.

  Setelah itoe maka segala orang desa poen bermoehoen poelang masiyg masing pergi mentjari, adalah antara tiga hari lamanja sekalijannja poen kembali mengataken tijada bertemoc, den djikaloe mati sekalipoen tijada beroleb chabarnja, maka masing masing poen mengadep Soeltan dengen takoétnja, den setengahnja bersoempah jang tijada berboewat hijanat kepada Indra Paulana Tamsil Maripat, den hamba sekalijan harep sepaja di ampoen hal kesalahan hambamoe.

  Setelah itoe maka kata anak radja, soenggoeh tijada angkau berboewat hijanat kepada Indra

Paulana Tanisil Maripat, maka akoe ampoeni apa barang salahmoe, tetapi di atasnja keroegianmoe djanganlah angkau minta di ganti, den lagi ba- rang sijapa tijada menoeroet parenta sara, akoe binasahkennja kampoeng itoe dengen perang, serta menirisken darah segala jang berdosa, den memenggel lehernja, sebab akoe telah mendenger chabarnja dalem desa Ranggit banjak sekali orang kaja dengen ilmoe setan, den djikaloe laen kali akoe mendapet chabar jang demikijan, akoe soeroehken tangkep segala isi desa, den soeroehken boewangken kedalem laoet serta hartanja se kali.

  Setelah itoe maka sekalijan poen gemeter anggautanja, serta bermoehoen poelang masing masing mendirixen langgar den mesdjit adanja itoe wallahoo Alam.

  Setelah itoe maka bahroelah Soeltan Bahroem mendapet chabar jang desa Ranegit banjak menapeek, maka: soekalah hatinja radja melihat hoekoem itoe.

  Maka titah baginda, Hai anakkoe: betapakah halnja hamba anakkoe ketiganja itoe, djikaloe soenggoe seperti kata mane hes antalah di boenoenja orang.

  Maka sembah anak radja, jatoeankoe hamba bertemoeken, den hamba soeroehken ija kembali kedalem negri Toral Arkan; kerna hamba maloe. sekali kali.

  Maka kata radja, soekoerlah anakkoe, kerna ajahanda takoet kaloe kaloe ia mati, nistjaja

anakkoe djadi ketjil hati aken ajahanda orang jang toewah.

Setelah itoe maka anak radja poen bermoehoen poelang ketempatnja, serta hertemoeken istrinja itoe, setelah sampe, maka semba istrinja: ja kakanda apakah habarnja hamba toeankoe ketiganja itoe, kaloe kaloe mati di boenoeh orang desa itoe.

Maka anak radja poen tersenjoem serta katanja: masahken ada seorang jang berani padanja, sedeng orang neeri poen takoet padanja, istimewa orang desa poela berani padanja, kerna ija itoe anak perdjoerid di negri Tadjir.

Maka kata toewan poetri, sajangnja dija djika loe mati, tetapi beta tida pertjaja jang dia anak orang berbangsa, tetapi roepanja poen. patoet jang dia anak orang berpangkat, tetapi adatnja seperti orang pentjoeri, den sanget berani pada toewannja.

Setelah itoe maka kata anak radja boekan demikijan, kerna anak masi moeda belon sampe akalnja.

Setelah itoe maka toewan poetri poen tersenjoem, katanja: pandenija orang mendjadi toean, sepoeloeh djoega salah hambanja di katanja bener.

Setelah itoe maka baginda poen tertawa, serta masoek beradoe kedoea laki istri.

Sachdan maka di tjeritaleen oleh pengarang jang sanget bodo lagi hina itoe, maka selamanja anak radja Toral Arkan di dalem negri Mahran

Langga Sari itoe, maka habislah segala jang tjemer itoe menjadi bersi, demikijanlah adanja.

Maka adalah pada soewatoe hari anak radja itoe mengadep ajahanda boenda, aken hendak bermoehoen poelang.

Maka titah Soeltan den permaisoeri nantilah dehoeloe, kerna belon lagi djemoe mata memandang toewan kedoewa.

Maka sembahnja jatoeankoe, tijadalah lama hamba kembali poela mengadep toeankoe.

Maka sabda radja baeklah, tetapi jangan berbanta-banta toean kedoewa laki istri.

Setelah itoe maka laloe berangkat serta perbekelan, maka laloe: naek keatas keretanja jang koedanja delapan belas pasang, serta berdjalan teroes menoedjoe negri Toral Arkan.

Setelah sampe laloe di samboet dengen segala boenji boenjian, maka tijada hamba pandjangken kalam itoe.

Adapoen maka terseboetlah perkataanja Indra Paulana Tamsil Maripat, setelah mendenger anak radja masoek kedalem astanah, maka teringetlah aken djandji anak radja hendak menganterken poelang kenegri Tadjir, maka terlaloe amat soeka hatinja,

Adapoen maka selamanja Indra Paulana Tamsil Maripat poelang kanegri Toral Arkan, tida keloewar keloewar dari dalem taman, sebab ija agi memboewat sepatoe soelam, den tali iket pinggang dari pada laken inera jang di kemkembangken dengen benang mas, den tempat roko dari pada soelaman kembang boerdil, kerna pikirnja Indra Paulana Tamsil Maripat hendak meninggalken tanda mata soewaminja, kerna sangkanja soenggoeh soenggoeh hendak di hanterken kedalem negrinja, maka itoelah sebabnja ija berboewat segala pakejan soewaminja itoe.

Adapoen maka beberapa riboe hartanja itoe, di belikennja segala roepa perkakas itoe, maka habislah soeda di perboeatnja, maka ada berapa lagi ija berboeat dari pada kasmir jang di boerdil aken boewat oeles tempat tidoer itoe, den beberapa dinding dari pada kaen soetra jang hidjo den mera den koening, maka semoewanja di kembangken dari pada benang mas, aken dinding tempat tidoer.

Setelah soeda maka Sahbanda kedoewa Sahbandi poen heran malihat perbocatan itoe, dengen selengkep pakejan radja, den langit langit dari pada taboer serta taplak medja djoega dari pada taboer dan benang mas.

Kalkijan maka sekoetika lagi datenglah anak radja serta di lihatnja, maka anak radja poen tersenjoem serta memegang istrinja, katanja: apa kah pekerdjaan adinda ini, sebagi orang hendak berlajar djaoeh roepanja.

Maka sembahnja ja toeankoe padoeka kakanda, inilah persembahannja beta aken kakanda, tanda nja kita di perhamba akeu kakanda, kaloe kaloe soeda oentoengnja beta kembali kedalem negri beta, maka inilah tanda mata beta aken kakanda. Setelah Indra Paulana Tamsil Maripat melihat seorang penjamoen, maka laloe teringet pedangnja, setelah dilihatnja soeatoe poen tijada di bawanja, maka heranlah dirinja sebab tijada membawa sendjata, maka dari pada sanget sakit hatinja itoe, maka redlalah mati dari pada hidoep serta berdjalan, setelah sampe maka dilihatnja penjamoen itoe memegang seboewah pestol berinoeloed doewa, maka hilanglah pikirannja serta menahan gandali koeda itoe, serta berdjalan perlahan lahan.

Setelah hampir maka kata penjamoen, Hai menoesija berhentilah angkau! den dari mana datengmoe ini?

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen berhenti serta takoetnja, katanja: akoe ini dari negri anoe hendak pergi di anoe, dengen membawa titah seorang soedager kepada sahbatnja.

Maka kata penjamoen, Hai orang moeda koeda ini sijapa jang ampoenja dija?

Maka sahoetnja tocan soedagar jang ampoenja dija.

Maka kata penjamoen, Hai orang moeda marilah beriken akoe koeda itoe, djikaloe tijada angkau beriken akoe, nistjaja akoe boenoe padamoe.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, Hai penghoeloe penjamoen, betapakah akoe membri padamoe, kerna boekan akoe jang ampoenja koeda ini, kaloe kaloe akoe mendapet soewatoe hoekoem dari padakoe, kerna soedager itoe sanget sekali garangnja, den takoetlah akoe di kenaken hoekoem atas dirikoe.

Maka kata penjamoen, djikaloe angkau di tanja oleh soedager itoe, angkau mengataken jang angkau di rampas orang di tengah djalan.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, tijadalah akoé berani hanja akoe harep djanganlah angkau hijanat padakoe, kerna akoe hamba orang jang mendjoendjoeng titah.

Maka kata penjamoen itoe. Hai orang moeda djangan banjak bitjaramoe, kerna manalah lebih baek angkau hidoep dengen selamat, dengen angkau mati di dalem sasat.

Setelah itoe maka pikir Indra Paulana Tamsil Maripat, serta katanja: Hai penjamoen, soenggoeh lah katamoe itoe, maka Indra Paulana Tamsi Maripat poen toeroen dari atas koedanja itoe, serta di serahken kendali koeda itoe kepada penjamoen, katanja: soenggoehlah katamoe itoe, Hai penghoeloe penjamoen tetapi dalem itoepoen. akoe kembali ini apakah jang akoe kataken kepada soedager jang ampoenja koeda, sebab tijada soewatoe tanda jang memberi alamat kepada toean soedager jang ampoenja koeda, jang patoet akoe mengataken jang akoe di rampas orang.

Maka kata penjamoen itoe, Hai orang moeda jang boediman serta jang back roepamoe, djikaloe jang demikijan marilah akoe pasang pestol koe pada leher badjoemoe, sepaja mendjadi tanda jang angkau di rampas orang.

Kata Indra Paulana Tamsil Maripat baeklah. Maka laloe di pasangnja pada leher badjoenja Indra Paulana Tamsil Maripat, laloe berlobanglah.

Maka kata Indra Paulana, 'djika demikijan baeklah angkau pasang poela kepada tangan badjoekoe, sepaja akoe mengataken jang akoe melawan padamoe, maka inilah tandanja jang akoe terpasang dengen pestolmoe.

Maka laloe di pasang poela, laloe berlobang poela tangan badjoenja itoe.

Adapoen setelah pestol penjamoen itoe telah kosong kedoewanja. Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen meloempat keatas koeda, serta di rampasnja kandali koeda itoe. Maka Doermansah poen menergem penjamoen itoe, serta di toebroek moeka penjamoen itoe, maka laloe djato tjelentang keboemi, maka Doermansah poen mengiles ngiles penjamoen itoe, maka habislah petjah peroetnja, maka laloe mati penjamoen itoe den Doermansah ampoenja marah.

Maka Indra Paulana Tamsil Marapat poen melariken koedanja itoe, barang kemana sampenja.

Setelah itoe maka anak radja poen tjoetjoerlah aer matanja, serta katanja: ja adinda pada rasanja kakanda tijada terlepas adinda poelang, den djikaloe adinda meninggalken kakanda apalah djadinja kakanda ini.

Setelah itoe maka sahoet toean poetri, djanganlah kakanda moengkirken djandji, kerna tida lama djoega hamba kembali, maka beberapa di boedjoeknja tijada djoega maoe, ija hendak poelang djoega. Setelah itoe maka kata anak radja itoe, Hai adinda: baeklah, tetapi nanti dehoeloe kerna kakanda bahroe djoega dateng, den rasanja poen masih lelah.

Maka kata põetri itoe, itoclah toewan nanti dehoeloe, doewa tiga hari pekerdja-an beta poen beloenlah habis semawanja, kerna toetoep medja itoe beloen lagi habis, den beta handak boeatoeken padoeka ajonda Mahroem Sari sewatoe selampee den tali leher dari pada mata merdjan den bidoeri.

Setelah itoe maka kata anak radja, baeklah toewan boeatken dehoeloe, djikaloe soeda habis. marilah kita kembali bersama-sama kakanda.

Setelah toean poetri mendenger kata soewaminja, maea soekalah hatinja.

Adapoen maka anak radja poen bermalemlah di sana, setelah sijang hari, maka laloe berangkat masoek kedalem astanah.

Maka toean poetri poen bertanja, dari mana kakanda ini?

Maka sahoetnja kakanda dari dalem astana, ajahanda membatja hikajat pada semalem tadi, maka kakanda tijada dapet beradoe, kerna tjeritanją terlaloe amat sedep sekali.

Kata toean poetri hikajat apa, jang di batja itoe.

Kata anak radja hikajat Indra Mangendara Djohan Perwira, terlaloe amat sanget inda tjeritanja.

Maka toean poetripoen ingin membatja, katanja: Hai kakanda djikaloe telah habis di batjanja beta handak memindjem dija.

Maka sahoetnja baeklah.

Setelah itoe maka laloe makan den minoem serta bersoeka-soeka, setelah malam hari anak radja tidocrlah.

Adapoen adalah antara berapa lamanja, Indra Paulana Tamsil Mari, at mengharep harep anak radja tida djoega dateng, maka hatinja poen mesgoel poela, serta berpikir djikaloe demikijan mistjaja akoe ini hendak di perdajaken djoega, den djikaloe demikijan baeklah akoe berboewat soewatoe moeslihat sepaja ija goesar kepada akoe poela, den djikaloe tijada djoega ija maoe memenganterken akoe poelang, maka baeklah akoe mengamoek soepaja senang hatikoe, tetapi bebrapa kali akoe berboeat demikijan tijada djoega ija maoe menggoesari akoe.

Setelah soeda, berpikir demikijan, maka laloe memake tjara laki laki selengkep pakejan seperti perdjoerid roepanja, maka laloe memerentahken Sahbanda memakeken koedanja jang bernama Doermansah itoe, setelah lengkep laloe di naekennja.

Maka kata Sahbanda, jatocankoe hendak kemana kiranja toeankoe ini?

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, akoe hendak bermain main keroemah anak mantri, kerna telah lama akoe tijada bertemoe dija.

Setelah soeda maka Sahbanda kedoewa Sahbandi poen pertjajalah, sebab selamanja dateng dari Mahran Langga. Sari, soeatoe poen tijada bersakit hatinja.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen berdjalan menoedjoe keloear taman, maka laloe. kerpikir seorang dirinja, bahoewasanja Doermansah ini jang amat di kasihinja oleh anak radja, kerna koeda ini setengah dari pada menoesija aken boedi pekertinja, den djikaloe di djoewal orang dengen seboewah negri tida di djoewalnja, dari pada sanget kasihnja aken koeda ini, tetapi djikaloe demikijan baeklah akoe bawa, koeda ini pada pendjoeroe negri ini, sepaja akoe djoewalken padanja, bijar anak radja mendjadi goesar aken akoe soepaja di boenoehnja akoe, atawa di kirimnja akoe kedalem negri Tadjir.

Setelah itoe maka laloe ija memetjoet kooda itoe menoedjoe ketepi hoetan, serta djalan sedjalan djalannja, menoeroetken kahendak kaki koeda itoe berdjalan.

Sjahdan maka dengen sekoetika itoe laloe bertemoe seorang penjamoen jang amat djahat, keloear dari dalem hoetan serta membawa pestol bermoeloet doewa, serta berdiri pada djalan itoe.

Setalah soedah makan Indra Paulana Tamsil Maripat poen berdjalan, menoedjoe pada pendjoeroe negri itoe, setelah tengah hari panas poen sedeng sangetnja, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen berhenti poela, maka djikaloe mata hari dari masrik, Doermansah poem berdiri dari sebelah masrik, den djikaloe matahari sampe di sebelah magrib, Doermansah berpindah dari sebelah magrieb, aken berlindoengken Indra Paulana Tamsil Maripat dari pada panas matahari, setelah soeda hilang lelahnja laloe naek poela koedanja serta berdjalan.

Adapoen maka setelah sampe pada soewatoe tempat maka laloe bertemoe poela seorang gijar dari pada orang Badoewi jang amat djahat, lagi garang serta membawa sabilah pedang jang amat pandjang dengen tadjemnja, maka laloe berkata: Hai orang moeda berhenti angkau, hendak pergi kemana angkau, den dari mana angkau, den djikaloe angkau tida memberi akoe koedamoe itoe, akoe penggel batang lehermoe ini.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen toeroen dengen sigranja dari atas koedanja, serta berkata: Hai Gijar Badoewi, apa chabar angkau menjoeroehken akoe ini berhenti.

Maka sahoet Gijar itoc, Hai orang moeda: angkau ini orang dari mana, den hendak kemana, den apa kahendak moe ini dateng kemari?

Maka sahoetnja, hamba ini seorang hamba radja, den kerdjaankoe ini di titahken oleh radja moeda mentjari soewatoe sendjata jang baek, lagi jang patoet aken radja radja memake di dalem peperangan, maka inilah akoe hendak pergi pada pendjoeroe negri, kerna di sanalah ada chabarnja seorang Gijar ada ampoenja sendjata jang baek, maka itoelah akoe hendak membawa koeda ini aken boewat toekarannja.

Setelah itoe maka kata Gijar itoe, Hai orang moeda: djikaloe demikijan kepada akoe ada sabilah pedang jang baek, lagi poesaka dari nene mojangkoe, den djikaloe angkau hendak menoekarken baeklah kepada akoe, djikaloe angkau tijada hendak menoekar padakoe, maka akoe rampas koedamoe, den akoe penggel batang lehermoe, den maitmoe akoe boewangken kedalem hoetan ini.

Setelah itoe maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, Hai gijar Badoewi takoetlah akoe kepada radjakoe, kerna titah radjakoe menjoeroekén akoe pergi kepada orang pendjoeroe negri, kaloe kaloe di kenalnja jang sendjata laen boekan dari pada pendjoeroe negri.

Maka kata Gijar itoe, Hai orang moeda: djangan banjak bitjara.

Setelah Indra Paulana Tamsil Maripat berpikir, sekoetika katanja: backlah, ambilah angkau koeda ini.

Maka Gijar poen menjambet tali koeda itoe, serta memberiken pedangnja kotangan Indra Paulana Tamsil Maripat itoe.

Setelah Indra Poulana Tamsil Maripat menjamboet pedang itoe, maka laloe meloempat keatas. koeda, serta memotong tangan pegangannja Gijar hingga poetoes kedoewa tangannja dari sebab tadjemnja pedang itoe, laloe mati Gijar itoe.

Maka Doermansah poen meloempat lari tijada terkira-kira.

Kalkijan maka terseboetlah ada'ah seorang saudager kaja, maka di sanalah Indra Paulana Tamsil Maripat sampe, serta ija masoek kedalem kampoeng itoe, maka laloe bertemoe entje soedager Mastari namanja, serta memberi salam katanja Aassalamoealaikoen toean soedager.

Waalaikoem salam djawabnja tocan soedager itoe.

Maka kata toewan soedager doedoeklah toean, apakah chabar?

Maka sahoet Indra Paulana Tamsil Maripat, hamba ini handak mendjoewal koeda, kaloe-ka- loe sadja toewan handak membeli dija.

Maka kata toean soedager, sahdjanja maoe djoega kita membeli, maka laloe di pereksanja koeda itoe laloe berkenanglah koeda itoe, serta bertanja berapa harganja.

Maka sahoet Indra Paulana Tamsil, Maripat, djikaloe toean handak membeli lima ratoes darhrm.

Maka toean soedager poen tijada menawar lagi, serta di bajarnja harga koeda itoe. Maka haripoen djadi malemlah, Indra Paulana Tamsil Maripat poen bermalemlah di sana, maka pada malem itoe doedoeklah bitjara pada toewan soedager, serta di hadepnja oleh sekalijan hamba sahjanja.

Maka kata toewan soedager, Hai orang moeda: toewan ini dari mana?

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, Hai Ma toewa djangan banjak bitjaramoe, djikaloe angkau takoet, orang menanjaken dari mana barang ini, angkau kataken namakoe Indra Paulana Tamsil Maripat jang mengasih, dijalah soedara dari radja moeda di dalem negri Toral Arkan namanja.

Maka kata, orang toewa kami tida maoe, kaloe kaloe angkau pentjoeri, den angkau membawa akoe ini kedalem tjilakanja.

Setelah itoe maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, djikaloe angkau tijada maoe menoekar nistjaja akoe boenoe kepadamoe.

Setelah orang toewa mendenger itoe, maka laloe di berinja serta dengen takoetnja.

Setelah Indra Paulana Tamsil Maripat memboeka pekejannja, serta di berinja pada orang toewa itoe, den pakejan orang toewa itoe di pakenja maka laloe ija berdjalan mengindit bakoel itoe jang terhisi segala daoen-daoenan.

Maka orang toewa itoe poen terlaloe amat sekali soeka hatinja, serta berdjalan poelanglah ija keroemanja.

Adapoen maka setelah Indra Paulana Tamsil Maripat itoe berdjalan, maka laloe di ambilnja doeli jang pada djalan itoe, serta di sapoe kepalanja den ramboetnja poen di dawoel-dawoelkennja, den moekanja poen di sapoenja dengen kembang teleng jang ada pada hakoel itoe, serta di remes-remesnja maka di sapoe pada moekanja maka laloe makan siri, den loedanja poen habislah di tjolat tjoletnja pada djanggoetnja den pipinja, den hoedjoeng hidoengnja di tjoletken kapoer sedikit, den anak ramboetnja poen di hoereken kemoekanja hingga dahinja, maka roepanja seperti perempoean jang soeda toewa, serta memake kaen jang tida ada pinggirannja, den badjoenja tambelan, maka lakoenja betoel seperti orang jang gila.

Setelah itoe maka laloe berdjalan menoedjoeh ketepi hoetan, serta dengen mengindit bakoel daoen daoenan itoe.

Adapoen maka setelah sampe di pertengahan djalan, maka laloe dilihatnja ada doewa belas orang keloewar dari dalem hoetan, maka Indra Paulana Tamsil Maripat sigra mengambil harta itoe, jang harga koeda itoe di taronja kedalem bakoel, serta di toetoepnja dengen segala daoen daoen, setelah hampir maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen sigra mengambil tampinan siri, serta di makannja, maka loedahnja poen di sengadjaken mengalerken pada moeloetnja, serta malija lija pada djanggoetnja, serta sisik tembakonja seperti pemaloe gong besarnja.

Setelah di lihat oleh segala penjamoen itoe, maka laloe di hampirinja, serta katanja: Hai orang toewa! hendak kemana angkau ini?

Maka sahoetnja ja toeankoe, toewan radja jang lebi besar, tijada: nenek hendak pergi mendjoewal lalap lalapan kedalem negri ini.

Maka kata penjamoen adakah jang telah lakoe? djikaloe ada wangnja marilah beriken akoe.

Maka sahoetnja ja toeankoe toean radja, nenek mendjocwalan belon lagi ada jang lakoe.

Maka kata penjamoen itoe, Hai toewah bangka djanganlah angkau djoesta, kelak akoe boenoe padamoe.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, ja toewankoe radja besar ada djoega doewit kami anem cent aken bekel kami berdjalan, djikaloe kami lapar maka inilah bakal kami ini belandja, djikaloe toean radja besar maoc kami kasih,maka handaklah kami di hidoepken djanganlah kami di matiken.

Maka kata penjamoen itoe, marilah anem cendjoega baek.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen mengambil doewit itoe, serta laloe di berinja pa penjamoen itoe.

Maka penjamoen mengambil doewit anem cent itoe serta berdjalan.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat kangoen berdjalan, serta mengendong bakoel itoe.

Adapoen maka ditjeritakennja oleh jang mengarang, maka Indra Paulana Tamsil Maripat berdjalan itoe, segenepnja ija herdjalan bertemoe segala roepa orang djahat, maka heranlah dirinja melihat kelakoean di negri itoe, sekalijan itoepoen tijada memboenoe dija, maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen sampelah ke dalem negri dengen selamatnja, maka di bawa poehoen kajoe sambil menantiken lelah tjapenja itoe demikijan adanja.

Alkaisah maka terseboetlah perkataannja radja moeda Indra Boeganda Aspandar Sah itoe masoek kedalem taman, maka di lihatnja Sahbanda kedoewa Sahbandi lagi mesgoel hatinja.

Maka anak radja poen bertanja istrinja.

Sahoetnja hamba ini dari dalem negri, den kerna hamba sampe kemari, sebab hamba ini seorang dagang jang bijasa moesapir, pada ketika di tahoen ini banjak sekali patek beroleh roegi, djadi patek berdjoewalnja koeda, tatkalah itoe lantas Indra Poulana berkata teroes mena- nja kampoeng itoe apa namanja.

Maka kata toewan soedager, inilah kampoeng Karang Sari di seboet orang.

Setelah itoe maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, Hai toewan soedager mengapakah roepanja tempat ini seperti orang jang bahroe kematijan.

Sahoetnja: soenggoe toewan kerna istri beta bahroe mati.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat apa sebabnja.

Djawab toewan soedagar, kerna anaknja jang tida maoe iboenja bersoewamiken patek.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, berapa bidji anaknja perempoean itoe.

Maka kata toewan soedager, hanja seorang laki laki.

Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen menggeraken kepalanja, serta katanja: boekannja anaknja tijada maoe, kerna adjaib sekali jang satoe iboe takoet kepada anaknja, djanganken anaknja seorang jang melarang, sekalipoen poen satoe loesin atawa doewa belas anaknja jang melarangken, djikaloe soenggoch soenggoeh hati djadi djoega, tetapi perempocan itoe tijada soeka sekali bersoewami jang halal, ija soeka berdjina djoega kerdjanja selama lamanja.

Maka sahoetnja tocan soedagar soenggoehlah seperti katar toewan itoe, kerna doeloenja ija berdjandji laen dari pada patek ija tijadaken maoe sekali kali bersoewami, den telah bersoempah kepa da patek, lagi ija soeda taoe bersobat kepadapatek.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, tetapi kata orang toewa toewa djikaloe perempoean jang baik lagi berbangsa, djikaloe ija maoe mengambil sobat dehoeloe maka djangan kita ambilken istri, kerna nistjaja ija soeka berboeat pedaja dari mata kita ini.

Maka kata toean soedagar, sesoenggoehnja kata toean itoe, kerną tatkala masi ada soewaminja ija telah soeka bermain main mata kepada patek. Setelah itoe maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen tertawalah.

Maka adalah antara doewa djem lamanja berbitjara itoe, maka toean soedagar poen masoek tidoer.

Maka Indra Paulana Tamsil Maripat poen tidoerlah sambil berkata: hamba ini djikaloe tijada djaoeh malem hamba tjeritaken hal orang jang seperti toewan soedagar itoe, terlaloe amat sedep tjeritanja.

Maka kata toewan soedagar, backlah kelak laen hari. Setelah itoe maka tidoerlah masing-masing.

Setelah sijang hari Indra Paulana bermoehoen poelang serta berdjalan, den soedager poen mengiringken bersama-sama, serta katanja: back back toewankoe berdjalan kedalem negri, kerna pada djalan ini sanget banjak orang penja. moen.

Maka kata Idra Paulana Tamsil Maripat, Insaallah, maka laloe berdjabat tangan serta ber djalan menoedjoe keloewar kampoeng itoe.

Sachdan setelah sampe keloewar kampoeng itoe, maka Idra Paulana Tamsil Maripat poen bertemoc seorang perempoewan toewah, terlaloe amat hina sekali roepanja, serta mengindit bakoel jang rombeng pinggirannja, serta katanja: Hai orang toewah sijapa namamoe? den handak pergi di mana, den apa jang di bawa itoe di dalem bakoel.

Maka sahoetnja orang toewa itoe, nama kami Ma Soemengring di seboet orang, den kerdja-an kami handak masoek kedalem kampoeng Karang Sari, aken mendjoewal segala daoen-daoenan den lalap-lalapan, maka inilah roepanja segala daoen-daoen, den sajoeran atawa lalap-lalapan.

Setelah itoe maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat. Ilai orang toowa: marilah kita toekar pakejanmoe itoe kepada pakejankoe, den bakoelmoe itoe akoe toekar dengen pedang ini.

Maka kata orang toewa itoe kami ini tida maoe,

sebab kami takoet kaloe-kaloe di kata orang kami boleh mentjoeri.

  Maka sembahnja Sahbanda kedoewa Sahbandi, ija toewankoe baroesan tadi ija memake selengkep pakejan, serta dengen bergandaran Doermansah, maka patek bertanja katanja handak bermain-main.

  Setelah itoe maka anak radja poem masoek beradoe serta bernantiken istrinja, datengken sore ija tida poelang, maka anak radja poen koerang sedep hatinja sebagi di haroe setan rasanja, maka laloe bangoen pergi mentjari kesana kemari, maka tijada djoega bertemoe hingga sampe datengken malem, maka anak radja poen seperti orang jang gila, laloe tjoetjoer aer mata serta katanja: djikaloe demilijan apalah hal maka datenglah tiga hari lamanja tida joega bertemoe.

  Maka Soeltan Taboerat poen terlaloe amat bingoeng rasa hatinja, melihat anaknja tida makan den tida minoem den tida tidoer, maka toean poetri Mahroen Sari poen heran melihatken lakoenja anak radja itoe, maka telah seoda tiga malem keampatnja ini tida magoelk kedalem astanah, maka sakitlah hatinja ‘serta qnemanggil soewatoe tabib jang meshoer serta di boewatnja soewatog hikmat pembentji, maka dengan koewasanja toehan, maka anak radja poen mendjadi marah kepada Sahbanda kedoewa Sahbandi, serta katanja: mengapakah angkau tida memeliharaken Indra. Paulana Tamsil Maripat, den sekarang djikaloe tida dapet Doermansah nistjaja batang lehermoe aken gantinja, kerna koeda itoe boe boekanja sembarang-barang koeda, den sekarang djoega angkau pergi mentiari hingga dapet dji- loe tijada angkau dapetken, djangan angkau ini embalik hingga mati angkau bersama-samk de- ngen Indra Paulana Tamsil Maripat.

Setelah itoe maka Sahbanda kedoewa Sahbandi poen bermochoen serta berdjalan, menoedjoe keloewar negri dengen masgoelnja.

Adapoen maka anak radja poen masoek kedalem astanah, dengen terlaloe amat marahnja. Setelah sampe maka kata toean poetri, Hai kakanda: apakah chabarnja Indra Paulana Tamsil Maripat.

Sahoetnja antalah mati di boenoe orang, den kakanda poen tijada perdoeli lagi padanja, kerna seorang jang tijada taoe boedi orang, apalah goenanja kita ini kasihi kapada dija, den djikaloe ija poelang koedakoe tijada di bawanja, nistjaja akoe boenoe kepadanja, sepaja djangan ada lagi anak tadjir jang tijada sekali menerima kasih orang.

Maka kata toewan poetri itoelah. kakanda, sepoeloeh di djoendjoeng djoendjoeng djoega kerna orang dari negri laen itoe, soenggoe sahbat tapi seperti satroe.

Maka kata anak radja itoe, soenggoeh kata adinda.

Adapoen maka di tjeritaken oleh orang jang berhikajat, maka Sahbanda kedoewa Sahbandi berdjalan itoe keloewar negri dengen takoetnja, maka tida berapa lagi laloe di lihatuja seorang toewa perempoewan itoe, lagi doedoek pada bawa poehoen kajoe itoe.

Maka setelah di hampirinja, maka di lihat toewannja, maka Sahbanda poen terkedjoet, serta katanja: ja toewankoe mengapa toewan berlakoe demikijan ini.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, Hai soedarakoe, bahoewasanja makanja beta ini berlakoe demikijan, sebab beta pergi pada pendjoeroe negri, maka pada djalan itoe terlaloe amat banjak sekali penjamoen den pentjoeri, maka tatkala beta pergi adalah kedar doewa orang jang beta boenoe dari pada kepala pentjoeri itoe, kemdijan beta sampe di sana, maka beta djoealken Doermansah pada seorang soedagar, maka dari pada itoe beta hendak poclang, maka beta hendak membawa harta harga koeda itoe, maka dari pada beta takoet di ramjasnja orang, makanja djadinja beta berlakoe sepertiini, sepaja djangan di sangka dengen segala pentjoeri jang beta ini membawa harta, den djikaloe tijada beta berakajang demi kijan, nistjaja matilah beta den di rampasnjalah, beta ini.

Setelah itoe maka sahbanda kedoewa Sahbandi poen heranlah, mendenger hal itoe, maka habislah di tjeritaken olehnja, dari pada awal moelanja hingga sampeken achir kesoedah soedahannja.

Maka kata Sahbandi ja toewankoe sekarang betapakah hal kita ini ketiga, sebab padoeka kakanda telah moeřka dari pada hal itoe koeda, kerna terlaloe amat di kasihi olehnja. Maka sahoetnja itoelah sebabnja, maka akoe handak mendjoew al koeda itoe, sepaja djemoe matanja melihat akoe sepaja ija kirim akoe poelang kenegri Tadjir, kerna taijda tanggoeng rasanja hatikoe, den sekarang ini soedalah djangan soedarakoe takoet, den lagi soedarakoe dari pada hal koeda itoe jang beta telah mendjoewal dija, maka di hoekoem beta ini terima.

Maka kata Sahbanda ija toewankoe, tidakah toewankoe takoet kelak di moerkai padoeka kakanda?

Maka sahoetnja tijada sekali-kali, hingga mati sekalipoen akoe ini reldalah.

Maka kata Sahbanda djikaloe demikijan patek persembahken padoeka kakanda, jang toewan telah mendjoeal koeda itoe.

Maka sahoet Indra Paulana Tamsil Maripat baeklah.

Kata Sahbanda, baeklah toewan berkata demikijan, marilah kita berdjalan poelang bersama sama, kerna djikaloe tijada toewan bersama sama patek takoet, kerna kata radja moeda kaloe tijada dapet koeda itoe, nistjaja mati kita ketiganja, kerna sekejan lamanja patek mengikoet padanja beloen ada sebagi ini, kerna sanget sekali berbedahan barang lakoenja, takoetnja patek kaloe kaloe ada djoega oetoesan orang itoe, antalah sijapa garangan memboewat dija.

Maka kata Indra Paulana Tamsil Maripat, mana djoega kahendaknja toehan, tetapi beta ini tijada hendak poelang kedalem negri lagi, kerna djikaloe demikijan bentjilah toewan radja moeda melihat kita, den baeklah soedarakoe kataken jang koeda itoe kita djoewalken pada pendjoeroe negri, pada seorang soedagar Moestari namanja, di dalem kampoeng Karang Sari, sepaja ija taoe dalem negri banjak segala jang tjemer tjemer, dari pada penjamoen di djalanan itoe.

Maka kaia Sahbandi, toewankoe nantiken djoega pada tempat ini, den djanganlah toewan pergi kemana mana.

Sahoetnja baeklah: tijadalah akoe laloe pada tempat ini, kerna djikaloe akoe laloe angkaulah kena di hoekoemnja, maka tijadalah akoe ini maoe berboewat nama jang kedji atas soedarakoe kedoewa, mati akoe di boenoe Soeltan, tida akoe takoet mendjawab dija.

Setelah itoe maka Sahbanda poen pergi, serta di persembahken pada Soeltan moeda.

Setelah Soeltan moeda mendenger chabar itoe, maka merah pedem warna moekanja, serta bersikep dengen selengkepnja, serta berkata: Hai bedebah kedoewa! di mana adanja si bebel itoe? sekarang koeboenoe djoega padanja itoc, sepaja poewas rasa hatikoe.

Maka sembahnja adalah toewankoe, pada loewar negri.

Maka anak radja poen sigra keloewar dengan marahnja, den Sahbanda poen sanget ketakoetan, serta dengen mengiringken dari belakangnja. Setelah sampe keloear negri, maka anak radja poen melihat roepanja seperti saekor kera jang toewa, serta moeloetnja penoeh dengen loedah siri, maka bertambah-tambahnja, seperti tijada menantang larang lagi lakoenja, serta katanja: Hai perempoean jang bebel! lagi tijada taoe di kasihi orang belonkeh sampe angkau mengadoe biroe hatikoe, telah soeda berapa kali, maka sabar djoega akoe, den sekarang mengapa angkau mendjoewal koedakoe? tijadakah sampe akoe memberi angkau belandja setijep-tijep hari, Hai perempoewan tjilaka, itoelah tandanja jang engkau menirima kasih orang.

Setelah itoe maka dari pada keras derapnja hikmat, maka anak radja poen sanget marahnja, serta mengoenoes pedangnja serta handak di belah kepalanja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, maka dengan takdir toehannja sebab beloen lagi sampe djandjinjn, Sahbanda poen sigraken merampas pedang itoe serta tangisnja, katanja: ija toewankoe ampoenilah kira barang salah bebelnja toewan patek ini, den djanganlah toewan memboenoe dija.

Maka Sahbandi poen menangkep toewan poetri, serta di bawanja lari.

Maka beberapa anak rakja itoe mengraken dirinja handak memboenoch istrinja, maka tijada djoega bole, maka tangan anak radja poen dapet mendjambak ramboet istrinja maka di himpasken keboemi laloe djato.

Maka Sahbanda poen mereboet djoega, maka laloe terlepas.

Kata anak radja: Hai Sahbandi bawalah perempoewan doerdjana ini kedalem hoetan, den boewangken dija sepaja djangan angkau bawa masoek kedalem den boewangken dija, sepaja djangan angkau bawa masoek kedalem negri, kerna djikaloe akoe melihat roepanja nistjaja akoe boenoeh djoega.

Maka sembah Indra Paulana Tamsil Maripat, baeklah toewankoe boenoe sekali djangan di perboewat jang demikijan.

Sahoet anak radja dengen marahnja, Hai perempoean malaoen djanganlah banjak bitjaramoe, Hai Sahbandi sigralah angkau bawa dija kedalem hoetan, sepaja mati dija di makan binatang hoetan, den djikaloe tijada angkau membawa dija, nistjaja lehermoe akoe penggel hingga berpisah dengen badanmoe.

Setelah itoe maka Shabanda dari pada sanget takoetnja, maka laloe di bawanja ija masoek kedalem hoetan dengen tangisnja.

Maka toewan poetri soewatoe poen tida seselnja lagi.

Setelah sampe ketengah-tengah hoetan, maka Sahpandi poen menangislah di bawa kaki toewan poetri, seraja katanja: ija toewankoe, ampoenilah kiranja barang hilap bebel hamba kedoewa soedara ini, den djanganlah toewan dendem-dendem di hati aken bamba, kerna pekerdja-an ini boekan patoetnja atas toewankoe ini.

Maka sahoetnja poetri Mahroem Siti, soedalah djangan angkau menangis, den bijarlah selamat

angkau tinggal pada toewanmoc, di sertaken

djangan koerang soewatoe apa-apa, den baek-baeklah angkau memeliharaken tocwanmoe, den akoe jang djahat patoet di boewang, den soeda dengen takdir toehan Rabboel Alamin jang melakoeken atas jang mengarang itoe, den boekan dengen kehandak toewan hamba, kerna soeda djandjikoe mendapet maloe jang demkijan, apalah handak di kata lagi, den sckarang soedalah soedarakoe Sahbandi poelanglah angkau dengen sigra, kaloe-kaloe di goesari toewanmoe, den akoe ini di dalem hoetan bijarlah angkau serahken akoe kepada Allah soebhana wata-allah dari pada hatimoe djangan bersangka jang akoe tijada menerima. kasimoe, den sajangmoe den tjintamoe, tetapi akoe harep bijarlah angkau rela jang angkau mengawali akoe dengen sepertinja, hingga tijadalah akoe dapet membales kebadjikkanmoe, maka hareplah kepada toehan jang befsipat Rahman, seperti kata dalilhal:-Djadjaoel Ihsan Alal Ihsani, artinja hal jang baek di bales dengen baek.

  Maka sahoctnja, scbenernja kata toey rankoe itoe, maka Sahbandi poen bermoehoen serta mentjioem kaki toeannja dengen tangisnja, dari pada sebab sanget tjintanja.

  Maka kata toewan poctri, Kataken pada toewanmoe akoe ampoenja sembah soedjoed kebawa kaki padoeka. kakanda orang jane boediman, moeda moedahan di selamatken allah didalem tahta keradjaan, djangan sampe koerang apa apa, sepaja dapet selamat dari hidoep sampe mati, bijarlah berkasih kasihan doewa laki istri itoe. Setelah itoe maka Sahbanda poen berdjalan, serta menoedjoe keloewar hoetan iioe.

Maka toean poetri itoe melihat Sahbandi soeda djaoeh, laloe. ija teringet kepada Mahroeman, maka laloe menjeboet namanja, serta katanja, Hai bajan: manakah perdjandjianmoe kepada akoe, jang tandanja angkau bertegoeh tegoehan setija kepada akoe, sekejan lamanja tijada akoe inget, maka bahroelah hari ini akoe sanget teringet padamoe, den djikaloe soenggoe angkau anak djin jang pada poelau tjinta b rahi, maka marilah angkau menoeloeng akoe di dalem sasatkoe.

Adapoen maka dengen sekoetika itoe djoega, berkiper kiperlah saekor bajan jang amat hidjo, matanja dari pada mira dalima serta berpantoen.

Bajan berkibar berdateng semba,
Dari oedara terlajang lajang,
Soenggoeh seger kembang di goeba,
Seger terpake lajoe terboeang.

Toewankoe ini apa soekernja,
Hamba di panggil dengen sigranja,
Soenting jang lajoe apa goenanja,
Goegoer di boemi lenjep baoenja.

Djikaloe boengah djatolr di tanah,
Hilang baoenja tida bergoena,
Sertanja rontok sini den sana,
Dipoengoet lagi koerang sampoerna.

Setelah itoe maka boeroeng bajan poen memboeka kedoewa sajapnja di bawa kaki toewan

poetri, selakoe lakoe orang menjembah, serta katanja: apakah chabar toewan memanggilken akoe, sekejan lamanja bahroelah pada hari ini toewankoe memanggil hamba.

Maka kata toewan poetri, Hai soedarakoe: bahoewasanja djikaloe diri ada poenja belas kesihan, akoe harep angkau membawa akoe poelang kedalem negri Tadjir, maka inilah perboewatan toewanmoe, tetapi tida mengapa, sebab akoe jang berboeat salah boekan toewanmoe jang salah, hanja akoe djoega jang ampoenja salah, den toewanmoe poen sampe sabar den sampe berboedi, dengen seriboe soekoer akoe menerima kasihnja, den tida terbales olehkoe barang boedi toewanmoe, hanja akoelah jang berdosa padanja, maka itoelah sebabnja akoe di boeangken kedalem hoetan besar ini, den sekarang harepkoe sepaja angkau membawa akoe poelang kedalem negri Tadjir.

Setelah itoe maka boeroeng bajan itoepoen berpantoen.

Pangarang menoelis terlaloe haloes,
Berhenti toelis menarik napas,
Moeloetnja kalis hatinja tida toeloes,
Hatinja birahi tida terlepas.

Sambil toelis menarik napas,
Sebab terkeneng boedi si anoe,
Hati birahi tida terlepas.
Hati di dalem bagi di toenoe.

Setelah soeda boeroeng bajan berpantoen, maka toean poetri poen tjoetjoer aer matanja, sebab teringet tatkala di dalem negrinja, tempo soeaminja mendjadi pengarang baboe djangan pada roemahnja nene Rambanan itoe, maka semingkin sanget menangis, bertambah-tambah terkeneng iboe bapanja.

Setelah itoe maka boeroeng bajan poen meroepaken dirinja seperti goerda, serta katanja: naeklah toeankoe pada bahoe hamba, maka laloe di terbangken kaoedara serta terlajang-lajang, maka tidalah hamba seboetken lagi hal toewan poetri Mahroem Sari poelang itoe.

Maka terseboetlah Sahbanda, telah djaoeh maka di liatnja kebelakang pada tepat toewan poetri itoe, maka berdebarlah hatinja serta menangis, hinggah aer matanja poen semingkin berhamboeran, sebab takoet di makan hantoe hoetan itoe.

Setelah itoe maka dari pada sanget takoetnja kepada tocannja, maka laloe ija berdjalan dengen sigranja, setelah 'sampe kehadepan toewannja itoe.

Maka berkata Indra Boeganda Aspandarsah, Hai, bedebah: mengapa angkau sanget lamanja, den soedakah angkau memboewang si djahanam itoe?

Maka sembanja soedalah patek ini memboewang, maka dalem berkata-kata itoe, aer matanja poen berhamboeran djoega, tida tertahan dari pada merasahken belas kesihan kepada toewannja jang perempoean.

Setelah anak radja itoe melihat jang Sahbandi menangis itoe, maka katanja: maoekah angkau mengikoet dija bersama sama? pergilah angkau kedalem hoetan, mengapakah angkau kembali ini, Hai hamba jang tida berboedi.

Maka sembanja Sahbandi, ja toewankoe patek menangis ini sebab patek takoet hati toewankoe mendjadi moeda, seperti penjakit jang kamboe lagi, kerna selamanja patek mengikoet toeankoe, adatnja toewankoe seperti tjahja kilap jang ada pada tepi langit, tatkala masi hendak hoedjan, sekedjap mata hilang, itoelah jang patek ini tangiskennja.

Setelah itoe maka kata anak radja itoe, tijadalah akoe mengenengken seorang jang djahat, kerna adatnja poetri Mahroem Siti itoe adalah seoepama penawar jang bertjampoer dengen ratjoen jang tida di sengadja, seperti obat jang menjemboehken segala penjakit pada adatnja jang soeda soeda kemdijan maka tertjampoer dengenratjoen tijada di ketahwi oleh jang ampoenja obat, demikijanlah halnja toewan poetri Mahroem Siti, maka barang sijapa jang sakit keliwat sanget, hendak memakan obat itoe, sebab barang sijapa jang makan boleh mendjadi baek, maka djikaloe di makannja oleh orang jang sakit itoe apalah djadinja, sebab bertjampoer dengen ratjoen tidalah jang taoe, demikijanlah oepamanja.

Setelah itoe maka bagi jang taoe, baeklah kita memboewang ratjoen itoe sebab mendjadiken tjilaka di ataskoe.

Setelah itoe maka sembah Sahbandi, sebenernjalah seperti kata toeankoe itoe.

Maka kata anak radja itoe, Hai Sahbanda: marilah kita pergi menjoesoel koedakoe jang ada pada soedager itoe.

Maka sembahnja baeklah toewankoe, kerna djikaloe kita berlambatken pekerdja-an ini, kaloe kaloe di bawanja kepada radja-radja jang besar besar nistjaja di belinja dengen sigra harganja, kerna djikaloe jang mengetahwi hal koeda itoe, maka berapa riboe den keti ija lantas berani membeli.

Setelah itoe maka laloe berdjalan ketiganja, menoedja aken kampoeng Karang Sari, maka tida berapa lamanja di djalan, maka laloe bertemoe toedjoe orang penjamoen dari dalem hoetan itoe, serta menghampiri anak radja itoe, serta katanja: Hai orang moeda, hendak kemana angkau? marilah hartamoe den bandamoe, sepaja angkau hidoep dengen selamat, den djikaloe kiranja angkau tida maoe memberi nistjaja akoe boenoe padamoe itoe.

Setelah itoe maka anak radja poen marah serta katanja: Hai Gijar den penjamoen djangan banjak bitjaramoe, djikaloe telah soedah pata hoedjoeng pedangkoe, maka di sanalah aken angkau memboenoe akoe.

Setelah itoe ketoędjoenja penjamoen itoepoen sanget marahnja, maka laloe mengoenoes pedangnja masing-masing, serta memerang kepada tiga orang itoe, maka laloe djadi motong memotong, maka seorang poen tijada jang tiwas.

Setelah itoe maka anak radja poen memerang penjamoen itoe kedoewa kakinja, maka laloe menggero-gero seperti sampi di gorok tenggorakannja.

Setelah penjamoen itoe melihat hal temennja tiwas itoe, maka laloe bertampik, katanja: Hai kawan-kawan tiwaslah soedara kita di perangnja oleh orang ini.

Setelah soeda bertampik, maka dengen sekoetika keloewarlah segala penjamoen ampat ratoes orang banjaknja, den masing masing membawa sendjatanja soewaranja betoel seperti boeroeng koesapi jang keloear dari lobang goewanja masing masing memboeroe dengen sendjata terhoenoes.

Setelah di lihat anak radja hal itoe, maka laloe larilah dengen sigranja ketiga hambanja.

Maka segala penjamoen bertampi, katanja: Pegat! pegat! den anak radja poen lari masoek kedalem negri kombali boekan, kerna takoetnja, den lagi djikaloe sebab di pandjangken akalnja, kerna djikaloe ija melawan nistjaja ijalah, sebab segala penjamoen itoe sanget banjaknja itoe, kedoewanja lagi djikaloe akoe mati tiga berhamba ini, nistjaja selama lamanja isi negri mendapet soeker, sebab tiada-dapet segala dagang, pergi dateng kesana kemari, den djikaloe demikian baek akoe persembahken ajahanda boenda, dari pada hal kerajaan ini.

Setelah sampe kedalem negri, maka laloe radja poen masoek mengadep, padoeka ajahanda Soeltan Taboerat, maka laloe di tegornja serta katanja: Hai anakoe apakah kabar toean dateng ini?

Maka sembanja ja toewankoe kita handak persembahken soewatoe hal dalem negri toewankoe, maka laloe di habarken segala hal ichwal jang seperti itoe.

Maka heranlah baginda mendenger sembah anaknja itoe, serta katanja: djikaloe demikian baeklah kita menjoeroehken segala hoeloebalang mantri, djikaloe kita tinggal berdijem dari hal itoe, nistjaja tijep tijep hari bertambah segala kedjahatan.

Setelah soedah berpikir demikijan, maka Soeltan poen menjoeroehken mantrinja berlengkep dari pada alat peperangan.

Maka mantri poen menjembah, serta menggerakken segala hoeloebalang raijat, maka masing masing poen berhadlirlah.

Setelah kaesokan harinja dari pagi pagi hari maka segala raijat poen haldirlah dengen segala kelengkepan, maka mantri jang toewah poen mengadep baginda. serta di persembahken. Maka kata baginda, baeklah angkau pergi bersama-sama anakoe aken mengadep segala penjamoen itoe, den barang titah anakoe djangan laloeken den djangan sekali berbantah.

Setelah itoe maka anak radja poen bermoehoen, serta memake seperti mana adat anak radja-radja, setelah soeda memake laloe berdjalan, serta di iringken Sahbanda kedoewa Sahbandi itoe.

Maka titah anak radja. Hai mamanda mantri segala boenjian seperti gendarang perang den seroeni den napiri atawa gamelan djangan diberi paloe atawa berboenji dahoeloe, sepaja djangan kedengeran oleh segala penjamoen, kerna djikaloe ija mendenger nistjaja ija lari bersemboeniken dirinja.

Setelah soeda maka laloe berdjalanlah hingga sampe pada tepi djalan itoe, maka segala raijat jang banjak itoepoen bersemboeniken dirinja, hanja doewa tiga orang dari pada hoeloe balang jang berkoeda, pergi pada tempat itoe.

Setelah sampe maka segala penjamoen itoe poen keloear dari dalem hoetan ampat orang banjaknja, serta berkata: Hai hendak kemanakah angkau, den tinggalken segala pakejanmoe, maka bahroela angkau boleh berdjalan, den djikaloe tijada angkau meninggalken pakejanmoe den koedamoe, maka nistjaja akoe penggel dengen sendjatakoe ini, den mait moe koe boewangken kedalem hoetan besar.

Maka sahoet hoeloe, balang itoe. Hai pentjoeri! Tidalah akoe hendak memberi pakejankoe, djikaloe belon njawakoe keloewar dari dalem badankoe, maka tiada haroes akoe sedekah pada tjetjongormoe. Hai pentjoeri tidakah angkau takoet kepada radja jang di dalem negri ini.

Maka sahoetnja djangan banjak bitjaramoe, djanganken radjamoe sekalipoen nene radja itoe dateng pada tempat ini, tida nanti akoe takoet, den tida dapet lepasken dari pada rampasankoe ini.

Setelah hoeloebalang mendenger kata jang sanget kedji itoe, maka merah padem warna moekanja, serta tijada menantang larang lagi, serta menjerang kepala penjamoen itoe, maka laloe di salahinnja, serta penjamoen memerang kaki koeda itoe.

Maka koeda itoepoen meloempat, sebab telah bijasa di dalem perang, maka sigralah perang poela, maka laloe kena tanganuja jang kiri, maka laloe kena tangan poela jang kanan, maka laloe poetoes doewa maka laloe menggero hendak lari.

Maka Hoeloebalang jang laen memerang dari atas koeda. maka laloe di belah lantas kepalanja, maka penjamoen jang laen dateng dari bala koeda serta hendak memerang pinggang hoeloebalang, maka koeda itoepoen meloempat, maka laloe kena boentoet koedanja poetoes doewa, maka koeda itoe merasahken sakit sigra menjeroeboeken dirinja kedalem penjamoen itoe.

Setelah penjamoen itoe melihat jang kawannja telah mati seorang, serta terbela doewa kepala, maka laloe bertampik seperti jang telah soeda itoe, maka segala penjamoen poen keloewarlah dari dalem hoetan, di kira toedjoe ratoes banjaknja, betoel seperti rajap tatkala di boengkar roeman a, den soewaranja seperti lawa lawa jang keloewar dari lobangnja masing masing dengen alatnja.

Adapoen maka setelah anak radja melihat halnja itoe, maka laloe menjoeroeken Sahbanda melariken koedanja kesebalah selatan serta membawa tiga ratoes raijat jang gagah gagah dengen seorang mantri, den ampat hoeloebalang.

Setelah soeda masing masing berhaldir itoe, maka anak radja poen menijoep napiri, seperti belah rasanja telinga mendenger soewara napiri itoe.

Maka segala raijat itoe mendenger soewara napiri, maka sekalijan poen madjoe berhadepan antara kedoewa pihak dengen soeraknja.

Setelah itoe maka laloe anak radja bertitah kepada ampat poeloeh hoeloebalang itoe, membawa seratoes raijat masoek kedalem hoetan itoe serta dengen obat pasang di soeroenja bakar segala hoetan itoe, maka laloe di bakarnja, den setengahnja di hoedjanken dengen pelor den panah.

Setelah soeda hadlir sekalijan, maka anak radja poen berdiri di atas koedanja serta lari sambil mengoenoes pedangnja, serta laloe memoeter moeter pedang atas kepalanja itoe.

Setelah segala orang jang memaloe boenji boenjian, den jang menijoep soeling den bangsing itoe somoewanja memaloe maloe boenji boenjian den menijoep soeling den bangsing itoe semoewanja memaloeken itoe, maka terlaloe amat ramenja itoe.

Setelah segala raijat jang berperang me ndenger soewara boenji-boenjian itoe, maka semoewanja poen bertampik dengen segala soeka hati, maka bertamba-tamba rijoeranda soewaranja itoe.

Setelah soeda maka anak radja poet masoek kedalem hoetan dengen delapan poeloeh hoeloebalang itoe serta mengoesir segala penjamoen itoe dari tempatnja, maka habislah penjamoen itoe lari tjeree bere tida berketahoewan, laki laki perempoewan ketjil besar, maka mana jang bertemoe tida di hadepken lagi hanja mati djoega, sedang jang oemoer toedjoe hari anaknja diboenoe orang, setangahnja jang lagi boenting diboenoe orang, maka habislah di dalem kampoeng penjamoen itoe di bakar orang, maka bapa penjamoen den anak pentjoeri atawa ma'perampas den tjoetjoe pembegal, habislah mati semoewanja den segala harta penjamoen itoepoen habis di bakar orang, seorang poen tijada jang soedi mengambil dija, maka dari pada sanget derapnja segala raijat ampat pendjoeroe itoe, maka seorang poen tiada jang bisa dapet melariken njawanja, habislah semoewanja mati.

Adapoen maka di tjeritaken oleh orang jang berdjenaka, maka pada tatkala itoe adalah seorang raijat namanja bapa' Galempong memake

kopja poeti tida ada hoedjoengnja pinggiran kopja itoe ada petjah sedikit den matjemnja dekil, orangnja djarang soeka memake badjoe atawa tjelana, malinken kaen singgan dengkoel iket penggang dengen kaen poeti kira kira satoe elo setengah pandjangnja, ija mendapet seboewah peti dari pada perak, maka di boekanja dalemnja berisi gelang merdjan den kaloeng moetijara, maka soekalah hatinja serta di bawanja berdjalan, serta katanja: Kita mendapet harta ini den boeat memberi kepada istrikoe, kaloe kaloe ija pergi kondangan pada kampoeng Nordwijk pada tempat orang kawinan, maka di lihatnja pada kawannja seorang raijat nama Djago, maka laloe di rampasnja, serta katanja: Harta ini tida sah di berinja anak istri, kerna harta haram sebaek baeknja akoe jang ampoenja dija, sebab nijatkoe hendakkoe djoewalken, soepaja doewitnja akoe boeat bermain kelas bidji asem.

Setelah itoe maka kata bapa Gelempong, ini lagi satoe sebagi, diri hendak mengambil jang kawan telah beroleh, tijada hendak mentjari sendiri, kerna harta ini tijada haroes di perboeatnja maen wangnja, kerna djikaloe oentoeng bertambah poela dosanja, kerna djikaloe kita oentoeng nistjaja kita beliken segala makanan, maka djikaloe kita makan pada segala anak istri, maka djadi dara daging dari makanan itoe maka inilah kelak dalem acherat di masoeken kedalem naraka, sebab dagingnja djadi dari harta ini.

Maka sahoetnja akoe tijada djadiken dara daging, hanja akoe boewang kembali dari pada laen tempat djalannja itoe.

Setelah itoe maka laloe djadi banta berbanta kedoewanja, maka sedeng asik berbanta bantahan itoe, maka datenglah kawannja serta di rampasnja peti itoe serta di boewangnja kedalem api, demikijanlah halnja.

Sachdan maka telah segala raijat melihat segala penjamoen habis mati, maka setengahnja jang lari di hoesir poela, hingga dapet di boenoenja, maka habislah seorang tijada jang tinggal.

Maka anak radja itoe poen berdiri poela di atas koedanja, serta berpaling kesana kemari serta mendojongken hoedjoeng pedangnja, kesebelah selatan itoe sekalijan, den jang berkoeda berlari dengen koedanja, den jang berdjalan lari dengen sigranja, den segala raijat poen mengikoet Sahbanda kedoewa Sahbandi, barang kemana larinja, maka dengen sekoetika djoega poen berhimpoen masing masing, segala raijat sama raijat, den mantri samanja mantri den hoeloebalang samanja hoeloebalang.

Setelah soeda maka anak radja poen berpaling dari pihak segala boenji boenjian, serta mengangkatken pedangnja ka oedara serta di toeroenken pedangnja, serta ija poen doedoek lantas di atas koedanja, maka segala boenji boenjian poen berhentilah,

Setelah soeda berhenti boenji boenjian itoe, maka anak radja poen hampirken, setelah hampir anak radja itoe, maka Sahbanda kedoewa Sahbandi poen toeroen dari atas koedanja, maka sekalijan poen toeroenlah masing masing dari atas koedanja, serta anak radja berpaling kepada segala raijat, serta mendjatohken hoeloe pedangnja ketanah serta, hoedjoengnja di pegannja, maka segala raijat poen menoeroenken toembaknja den senapannja masing masing, maka anak radja poen menjaroengken pedangnja, maka sekalijan poen menjaroengken pedangnja itoe semoewanja. Setelah soeda maka anak radja poen menjaboet mahkotanja dari kepala, maka sekalijan makanan poen di hadlirken orang, demikijanlah alamatnja, maka makanlah masing masing.

Setelah soeda makan, maka anak radja poen berkata pada Sahbanda, Hai soedarakoe: marilah kita pergi di kampoeng Karang Sari, serta ampat poeloeh orang, den jang laen di soeroe kembali mengadep ajahanda.

Maka sembahnja Sahbanda baeklah

Maka laloe ija menitaliken orang, laloe kembalilah segala raijat dengen kemenangan, den setengahnja mengikoet anak radja itoe.

Setelah sampe kedalem negri, maka di persembahken orang kepada soeltan hal kemenangannja, maka soekalah radja dalem negri, maka dipersembahken anaknja pergi mentjari koeda jang di djoewal oleh sahbatnja.

Maka Soeltan poen djadi tersenjoemlah demikian adanja.

Aapoen maka terseboetlah anak radja lan, serta ampat poeloe orang menoedjoe kedalem kampoeng Karang Sari, serta sambil memereksa segenepnja djalan, kaloe-kaloe ada orang jang djahat.

Setelah sampa maka segala orang kampoeng itoe semoewanja terkedjoet, di sangkanja orang dateng hendak merampas, maka rijoe randalah soewaranja, maka kepala desa poen dateng serta menjembah kepada anak radja itoe.

Maka anak radja poen menjoeroeh memanggil Soedager kaja jang bernama Moestari, maka laloe di panggilnja orang, serta dateng menjembah pada kaki anak radja itoe dengen takoetnja.

Maka titah anak radja. Hai soedarakoe: Adakah soedarakoe membeli saekor koeda kepada seorang moeda Indra Paulana Tamsil Maripat namanja?

Maka sembahnja adalah toeankoe.

Saloet radja itoe maka itoelah sebabnja kita dateng ini hendak mengambil, sebab itoelah kita ini jang ampoenja.

Setelah Soedager mendenger kata anak radja itoe, sigralah menjoeroeken hambanja mengambil koeda itoe, serta di bawanja kehadepan anak radja.

Setelah anak radja melihat koeda itoe serta di bawanja laloe di panggilnja, serta katanja: Hai Doerman Sah! maka koeda itoepoen berbangir-bangir serta meloempat-loempat maka heranlah segala jang memandang lakoenja koeda itoe. Setelah itoe maka Soedager poen heranlah sekali melihat koeda itoe.

Maka anak radja poen melihat hal kampoeng itoe den djalanannja, maka heranlah, sebab Indra Paulana Tamsil Maripat boleh sampe kemari, kerna tida bersangkal kepada akal ija bisa sampe kemari, sebab di djalan banjak pentjoeri itoe, den lagi ija taoe memboenoe doewa orang penjamoen itoe, den pada tatkala poelangnja ija mendapet selamat.

Adapoen maka dateng pikirannja jang baek, bahoewa saja djikaloe tijada kernanja, nistjaja kita belon mendapet taoe dalem negri ini banjak penjamoen, den lagi patoet ija aken membakar desa Seranggit, kerna banjak orang menapeek.

Setelah soeda berpikir demikijan, maka anak radia poen mendjadi terkeneng, serta sigra bermoeloen kepada kepala desa, den kepada soedager Moestari serta naek kaatas Doermansah serta berdjalan dengen sigra serta menoedjoe pada tempat memboeang istrinja, serta berkata: Hai Sahbanda, di manakah dehoeloe angkau meninggalken toewan poetri itoe.

Adapoen maka segala orang jang ampat poeloe itoepoen heran mendenger kata anak radja itoe, maka masing masing poen berpikir, bahoewa sesoenggoenja perempoean djoega Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, kerna djikaloe boekan perempoean mengapa di seboetnja toewan poetri kerna istrinja ada dalem peradoewan, kerna istrinja tijada hanja Indra Paulana Tamsil Maripat djoega jang di goesari.

Adapoen maka di tjeritaken bahoewa anak radja itoe telah mendjadi gila, kerna barang bitjaranja tida bertentoe, serta katanja: Hai Sahbanda di manakah adanja adinda itoe? moeda jang manis sampoerna akalnja.

Adapoen rahsija itoe poen njatalah, bahoewa sanja jang di birahiken Indra Paulana Tamsil Maripat djoega.

Setelah itoe maka anak radja poen menangis sambil mentjari kesana kemari, seraja katanja: wah adinda boewah hati kakanda oetama djiwa, sampe hati toewan meninggalken kakanda ini, kemana garangan toewan pergi.

Setelah itoe maka kata Sahbanda, ja toeankoe: djanganlah toean berlakoe demikijan, marilah kita ini poelang.

Maka sahoet anak radja sambil menangis, katanja: Hai Sanbanda pada hari ini tijada akoe poelang, djikaloe beloen akoe bertemoe poetri Ta'djir.

Setelah itoe maka keampat poeloenja orang itoe semoewanja taoe dengen njatanja, jang Indra Paulana Tamsil Maripat itoe perampoewan djoega, lagi poetri dari negri Ta'djir, maka terboekalah rahsija itoe, maka masing masing orang ampat poeloe itoe berkata: Pada rasa patek dari dehoeloe djoega patek rasa perampoewan.

Maka sahoet seorang betapoen hendak mengata perempoean patek takoet kaloe kaloe di goesari. Maka kata seorang, roepanja djoega semimpir mimpir perempoewan, maka masing masing berkata tida bertentoe.

Maka beberapa di adjaknja poelang, tijada djoega ija maoe.

Aatta maka datengken harikan malem, maka kata anak radja, Hai kamoe sekalijan raijat, barang sijapa jang hendak poelang, maka sigralah poelang kerna patek ini tidaken poelang, hingga aken bertemoe dengen istrikoe, maka bahroelah akoe poelang, maka njatalah habar itoe.

Maka Sahbanda kedoewa Sahbandi poen heran, sebab melihat toewannja terlaloe sanget gilanja, sebab rahsija jang di larang ijapoen memboeka sendiri.

Adapoen maka segala raijat itoe, adalah setengahnja jang poelang den setengahnja jang hendak mengikoet anaknja radja, sebab hendak melihat termasa segala negri, maka adalah kedar doewa poeloe orang mengikoet, den doewa poeloe orang poelanglah.

Maka kata anak radja itoe, Hai sekalijan raijatkoe: katakenlah kepada ajahanda boenda den toewan poetri, patek pergi tidaken lama aken mentjari Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, kerna patek tida poelang sebab djikaloe patek poelang nistjaja bertambah penjakit patek, djadi tida lapet di obatnja oleh segala tabib, sebab segala bekas tangannja ada di dalem taman seperti jang di perboeat, maka itoe sebab patek tijada poelang, den djangan ajahanda boeat selempang hati. Setelah itoe maka setengahnja raijatnja kembali, den setengahnja mengikoet anak radja itoe laloe berdjalan sekalijan.

Maka anak radja poen berangkat menoedjoe sebelah selatan negri Tadjir.

Alkaisah maka terseboetlah perkataannja Soeltan Taip dalem negri Tadjir, lagi mesgoel hatinja sebab anaknja seorang perempoewan telah toedjoeh tahoen di tinggalnja, tetapi soeltan poen dapet sehalai soerat dari pada saekor boeroeng bajan, jang menerbangken soerat itoe, maka telah di ketahwinja jang anaknja telah mengikoet soewaminja, maka adalah senang sedikit hatinja, sebab anaknja tida boleh hidoep roekoen dengen soedaranja, jitoe toewan poetri Tjindra Hairani, maka itoelah sebabnja dari dija tinggal dengen pitnah baeklah ija mengikoet soewaminja, maka itoelah sebabnja mendjadi senang hatinja baginda, maka di dalem itoepoen telah sekejan lamanja beloen mendapet soewatoe chabar dari pada anaknja atawa mantoenja, maka itoelah sebabnja hatinja soeltan sanget niesgoelnja, kerna kaloe kaloe ija di oenijaja orang, den barangkali soewaminja ada istrinja, antalah hidoep antalah mati maka itoelah sebabnja soeltan sanget mesgoel, den toean poetri Tjindra Sari kedoewa iboenja terlaloe amat soeka hatinja, sebabnja ija boleh hidoep senang dengen iboe bapanja.

Adapoen maka, Soelthan Taip sijang malem tida merasahken makanden minoem, sebab mengenengken anaknja itoe. Maka sembah permei Soeri, ja kakanda: Soedahlah djangan kakanda sanget mesgoelken ananda poetri Mahroem Siti, sebab ija telah bersama soewaminja, masaken soewaminja bendak berboewat nama jang kedjii kerna anak mantoe itoe orang boediman.

Maka sahoet radja, ja adinda: Sijapa taoe hilapnja dija.

Setelah itoe maka hari poen malemlah, maka segala dajang dajang poen masoek tidoer.

Setelah djaoe malem, maka dalem peradoean toewan poetri Mahroem Siti, di dengernja ada seperti soewara ada orang jang tidoer, maka segala dajang dajang poen memboeka tiri kelamboe, maka laloe berkata toewan poetri, Hai dang Rekawati: ada baek diri? Setelah dang Reka Warna mendenger soewara orang, maka segala dajang dajang poen bangoen, maka dang Reka Wati den dang Reka Warna poen mengenali soewara toean poetri, maka laloe ija menangis serta mentjioem kaki toewan poetri serta ratapnja. Wai toeankoe sampe hati toewan meninggalken beta sekalijan ini den dari manakah toewankoe dateng ini, den manakah soewami toewankoe,

Maka kata toewan poetri Hai dang Reka Wati djanganlah diri menangis, dijemlah diri dehoeloe kelak di denger padoeka ajahanda, nistjaja ija dateng kemari, tetapi akoe hendak bersiram dehoeloe.

Maka sekalijan dajang dajang berkata baeklah toewankoe. Maka dajang poen memboeka Lemari katja itoe, serta mengambil pakejan jang inda inda den bahoewan bahoewan, maka toewan poetri poen pergi mandi, pada malem itoe.

Setelah soeda mandi den berbedak den berlangir den berloeloer, maka masing masing berlangirken toewan poetri, seperti orang nadjar lakoenja, serta soeda bersalin pakejan laloe memake bahoe bahoewan.

Adapoen roepanja toean poetri itoe, seperti bida dari kaindraan jang baroe toeroen dari soerga loka.

Setelah itoe maka laloe masoek kedalem peradoewan, serta doedoeklah masing masing mengadep toewan poetri pada malem itoe, maka segala tangloeng pendil den pelita di pasang orang, maka berserilah warnanja segala astana itoe.

Setelah itoe maka segala dajang dajang poen bertanja hal toewannja masing masing, maka laloe di tjeritakenlah oleh toewan poetri, dari permoelaannja dateng kesoedasoodahannja, maka segala dajang dajang poen bertanja hal toewannja masing masing, hingga soekalah hatinja den setengahnja doeka.

Setelah soeda di tjeritaken, maka segala dajang dajang poen laloe mentjeritaken hal kelakoewan soedaranja, selamanja toewannja tijada, maka sekalijan dajang dajang poen persembahken segala hal itoe. Adapoen maka terseboetlah perkata'annja Njai dalem datoe Bandaharan itoe, memdenger soewasoewara rijoe randa dalem astana anaknja, maka laloe menjoeroeken soewaminja pergi melihat.

Maka tatkala itoe lantas kaki Rembanan pergi melihat, maka di lihatnja adalah seorang poetri roepanja seperti istri anak nja, maka berdebar hatinja dan bebrapa di lihat kesana kemari tijada kelihatan anaknja, maka heranlah dirinja, serta kembali keroemahnja, serta di kataken kepada istrinja poen berdebar hatinja serta toeroen berdjalan pada malem itoe, maka di lihatnja njata istrinja anaknja, maka laloe masoek serta menangis memeloek toean poetri, sambil menanjaken anaknja itoe.

Maka kaki Rembanan poen masoek laloe menangis kedoewanja, serta meweek meweek moeloetnja.

Maka nene Rembanan dari pada sanget tangisnja, maka kedengeran kepada orang jang menoenggoe pintoe itoe, maka penoenggoe pintopoen masoek melihat, kerna di sangkanja ada maling di dalem astanah, maka di lihatnja roepa toean poetri Mahroem Siti, maka penoenggoe pintoe persembahken kepada mantri jang toean poetri ada di dalem astana.

Adapoen maka hari poen sijanglah, maka mantri poen masoek kedalem astanja, maka di lihatnja njata toean poetri Mahroem Siti, maka mantri poen persembahken kepada Soltan.

Adapoen setelah Soltan mendenger kata itoe, maka beloen lagi bersantep sigra berangkat masoek kedalem astanah, maka toean poetri poen menjembah baginda serta aer matanja, maka baginda poen memeloek ananda serta di tjijoemnja sambil menangis.

Katanja: Hai anakoe toean, sampe hati toean meninggalken ajahanda ini orang jang soeda toe wa.

Setelah itoe maka laloe bertangis tangisan, maka permaisoeri poen memeloek toean poe serta menangis, den toean poetri Tjindra Sari poen menangis, berpeloek den bertjijoem.

Setelah soeda maka itoe laloe mentjeritaken hal ichwalnya, maka baginda poen bertanja anak radja itoe.

Maka sembahnja, ja toewankoe Padoeka kakanda Indra Boeganda Aspandar Sah itoe ada dalem negrinja dengen istrinja, maka toewan poetri poen memberi taoe perihalnja, tatkala ada di dalem negrinja.

Maka segala jang mendenger poen terlaloe belas hatinja serta menangislah.

Maka toean poetri Tjindra Sari Serta iboenja menjesel dirinja, aken berboewat pitnah itoe, maka djadi bertambah tangisnja seperti poetoes rasa harepannja, serta katanja: Wai adinda sesel ajanda sekarang ini.

Maka bahroelah, toewan poetri menaro tjinta den sajang dengen soedaranja, serta katanja: Hai adinda soedalah djangan adinda pergi pergi lagi, kerna ajanda tijada poenja soedara lagi, hanja adinda, djikaloe adinda pergi mengoembara lagi alangka sakitnja, karna ajanda tida ada soedara doewa tiga, hanja toewan seorang. Adapoen maka setelah soeda berkasih kasihan itoe, maka persantepan poen di angkat oranglah, maka laloe makan den minoem itoe.

Maka tijada terseboet lagi orang berkasih kasihan itoe.

Maka Soeltan poen bertanjaken kepada anaknja sijapa jang membawa toewan kemari.

Maka sembanja, ja toeankoe jang membawa beta kemari ini seorang sahbat beta dari pada anak Djin, maka heranlah segala jang mendenger itoe.

Maka titah Soeltan, ja anakoe apa sebabnja maka toewan poelang tijada bersama sama soewamimoe, maka laloe di tjeritaken halnja jang dija di boewangken kedalem hoetan, den di tjeritaken, kerna anak radja itoe ada istrinja serang poetri Mahran Langga Sari.

Setelah baginda mendenger kata anaknja, maka merah padem warna moekanja, seperti api bernjala njala demikijanlah tjeritanja, adanja wallahoe alam.

Arkijan maka terseboetlah anak radja itoe berdjalan, masoek hoetan keloewar hoetan naek goenoeng toeroen goenoeng, den beberapa menjebrangken soengei jang ketjil ketjil dengen aer matanja. soewatoe poen tijada di makannja barang makanan aka segala jang mengikoet poen heranlah melihat anak radja itoe.

Adapoen anak radja itoe berdjalan, adalah antara ampat poeloe hari dengen malemnja, maka laloe kelihatan seboewah goenoeng terlaloe amat tingginja. Maka titah anak radja, Hai soedarakoe sekalijan, marilah kita pergi hampiri kepada goenoeng itoe.

Maka sembahnja segala hoeloebalang itoe, baek lah toewankoe.

Adapoen maka masing masing memetjoet koedanja, maka dengen sekoetika itoe laloe sampelah.

Hatta maka segala orang tapa itoe, melihat jang segala hoeloebalang itoe hampir kemari di bawa goenoeng itoe, maka segala orang tapa poen persembahkan kepada berhamana itoe.

Maka kata berhamana baeklah, tetapi orang ini jang dateng boekan barang barang, kerna ijalah anak radja jang mentjari istrinja, tetapi tijada mengapa pergilah kamoe sekalijan bertemoeken dija, kerna kebadjikan djoega boekan kedjahatan.

Setelah itoe maka anak, radja poen naek kaatas goenoeng itoe serta koedanja di iketken di kaki goenoeng itulah.

Adapoen maka segala orang tapa itoepoen mengaloe ngaloeken anak radja itoe.

Setelah anak radja melihat orang laloe terkedjoet serta membri salam, Asalamoealaikoem hai hamba allah, sijapakah toewan hamba ini, dari pada kaoem manoesija atawa Djin den hantoe.

Maka sahoetnja waalaikoem salam, bahoewa hamba sekalijan ini dari pada bangsa manoesija, den dari pada kaoem islam.

Maka segala hoeloebalang poen berdjabat ngan masing masing, maka di lihatnja dalem goenoeng itoe, adalah segala roepa kebon kebonan, seperti oebi den tales kentang kembili atawa kimpoel, teboe djagoeng den pisang.

Setelah itoe maka kata orang tapa, Hai toean toewan sekalijan, marilah singgah pada goeroe hamba.

Maka masing masing poen berdjalan, menoedjoe kedalem roemah berhamana itoe.

Setelah berhamana itoe melihat roepanja anak radja itoe, maka laloe di tegornja, serta katanja: datenglah toewan anak radja moeda.

Maka anak radja poen terlaloe amat heran dirinja, serta soedjoet menjembah kepada berhamana itoe, serta doedoek masing masing.

Maka sembah anak radja, jatoeankoe sijapa nama padoeka Berhamana ini.

Maka sahoetnja bahoewa nama hamba ini Berhamana Tjoendara Niti Dewa di seboet orang, den pekerdjaan hamba aken bertapa, maka itoelah segala anak moerid pada hamba, den lagi mengapa toean ini sekali menaro rindoe aken istri sampe meninggalken keradjaan, tetapi toean pada hari jang dateng ini, sanget besar mendapet soesa.

Setelah anak radja itoe mendenger kata Berhamana Niti Dewa, maka heranlah dirinja, serta berkata: jatoewankoe betapakah toewan berkata demikijan.

Maka sahoetnja berhamana itoe, ja anakkoe sebeloennja anakkoe naek di atas goenoeng Tepi Bengawan ini, den patek mengetahwi jang toewan hendak singgah kemari, kerna toewan lagi mentjari toewan ampoenja istri itoe.

Maka sembahnja soeggoeh kata toewankoe.

Adapoen maka djikaloe toewan ada soeka, serta karedlaan hati, baeklah anakkoe berhenti dehoeloe kedalem negri Tadjir, kerna djikaloe anakoe pergi pada tempat itoe, nistjaja anakoe mendapet maloe.

Maka sembah anak radja itoe, ja toeankoe tijada mengapa hamba mendapet maloe, kerna boekan hamba hendak berboeat binasa, pada pikir hamba djikaloe telah tentoe ija ada pada ajahanda boenda, maka senanglah hatinja hamba sebab hamba menjoesoel ini, kerna takoet kaloe kaloe ija tijada dapet negrinja, den djikaloe ada soekoerlah, demikijan pikirnja hamba.

Maka kata Berhamana, ja anakoe soedalah djangan anakoe mendjadi mesgoel, tetapi istri toewan telah ada dalem astananja.

Setelah itoe maka anak radja poen senang hatinja, mendenger kata Berhamana itoe, tetapi dalem akalnja beloen menerima, sebab perdjalanan jaoeh lagi, seorang poen tijada dapet djalan, sedeng akoe seorang laki laki lagi telah taoe djalannja, maka mendjadi sesat, sampe djato kemari, istimewa istrikoe seorang perempoewan tijada sekali di pertjajanja, maka segala hal ichwalnja telah di ketahwi, maka segala hoeloebalang mantri poen heranlah melihat saktinja Berhamana Djoendara Niti Dewa itoe.

Setelah itoe maka persantepan poen di bawa orang oleh segala moeridnja, seperti oebi den tales pisang tandoek di reboes den teboe itoelah serta aer panas, laloe makanlah masing masing segala reboes reboesan itoe, jang tida bergarem.

Setelah soeda makan maka beriboe soekoer dengen segala terima kasi aken berhamana itoe.

Setelah soeda maka anak radja itoepoen tida dapet menahanken rasa hatinja, dari pada rindoe nja dengen istrinja, maka anak radja naek di atas mertjoe goenoeng itoe, serta di iringken dengen segala orang tapa den Berhamana, den segala hoeloebalangnja poen mengikoet sekalijan.

Setelah sampe di atas gooenoeng itoe, maka di lihatnja adalah tepi pantai, maka bertanja anak radja itoe kepada Berhamana, ja toewankoe! Laoet manakah itoe?

Sahoetnja Berhamana, Hai anakoe inilah laoet jang anakoe menjebrang, tatkala kembali dari dalem negri ta'djir.

Setelah anak radja mendenger kata Berhamana itoe, maka hatinja semingkin gila, maka djadi terkenangken tatkala aken menjeksa istrinja, laloe ija menangis serta tjoetjoer aer matanja tida tertahan lagi hatinja, serta katanja: Ja toewan koe hendak bermoehoen djoega, kerna tida dapet tertahan lagi hatinja, serta katanja: Ja toewankoe hamba ini hendaklah bermoehoen djoega, kerna tida tertahan rasanja hati hamba, mati poen patoet sebab hamba jang ampoenja kesalahan.

Maka kata Berhamana, Hai anakoe: Djangan lah toewan menoeroetken hawa den napsoe, kerna djikaloe anakoe pergi djoega, nistjaja djadi haroe biroe hati toewan sendiri, den djikaloe toewan tida djoega mendapet menahan hati anakoe, baeklah toean berboeat soewatoe soerat, den menjoeroeh ken seorang hamba toewan membawa, soepaja mendapet chabar, tetapi perdjalanan ini masi sanget djaoenja, den djikaloe toewan pergi djoega, nistjaja toewan mendapet tjidra jang lebi besar, den hilang nama toewan jang seorang anak radja jang termeshoer.

Setelah itoe maka pikir anak radja itoe, soenggoehlah seperti kata ini, tetapi hatikoe tijada boleh tertahan djoega.

Setelah itoe maka hari poen hampirken malem, maka anak radja poen kembali keremahnja Berhamaan itoe, den segala hoeloebalang poen toeroen di kaki goenoeng . . .oe, serta memberi makan koedanja masing masing, maka setelah soeda tidoerlah sekalijan, maka hingga anak radja djoega jang tida dapet beradoe, kerna hatinja terlaloe amat sanget mengenengken toean poetri itoe, maka pada malem itoe hendak keloewar seorang dirinja, serta hendak toeroen dari atas goenoeng itoe.

Maka tatkala itoe di lihatnja oleh Sahbanda, maka laloe berkata: ja toewankoe hendak kemana toewankoe ini, tidakah toewan inget tatkala binasa di dalem laoet, sebab toewan tida mendenger sekali kata orang, den pesenan orang.

Setelah itoe maka anak radja poen doedoeklah serta menangis.

Maka datenglah Berhamana itoe, serta tersenjoem, katanja: Ilai anakoe boewatkenlah soeatoe soerat, sepaja hamba kirimken kedalem negri itoe, den djikaloe telah mendapet chabar, maka di dalem itoepoen mana djoega timbangan toewan sendiri, tetapi akoe memberi chabar pada anakoe, djanganlah berangkat dehoeloe, kerna bahla jang amat besar toewan ini mendapet, tetapi akoe ini memberiken chabar, boekan sebab mendjadi oentoeng atawa roegi, kerna akoe djadi memberi taoe djoega kepada anakoe, sebab anakoe sesat djato kemari, maka itoelah tandanja anakoe mendapet pertoendjoekan dari pada toehanmoe atas jang mengarang.

Setelah itoe maka anak radja poen berkata: menerima kasih toewankoe.

Setelah itoe maka anak radja poen berboewat soewatoe soerat pada goenoeng itoe, tida sekali kertas barang sehalai, den tida ada da'wat barang setitik, maka laloe ija mengambil dastarnja jang poetih serta di tjaboet dari kepalanja, maka laloe di tjoreknja sepotong serta di potong, dengen pedang.

Adapoen maka di tjeritaken oleh orang jang berhikajat, maka anak radja itoe dari pada sanget keras hatinja, den tida boleh terlarang apa barang kahendaknja, maka djari jang kanan ditjotjonja dengen hoedjoeng panahnja hingga terbit darahnja, maka darah itoelah jang di boewatnja aken menjoerat.

Setelah soeda di soeratken, maka segala anak moerid berhamana poen heran melihat kalakoe wannja anak radja itoe, setelah soedah laloe di lipetkennja, serta katanja: Ja, toeankoe berhama na sijapakah jang boleh dapet membawa soerat ini.

Maka sahoetnja berhamana itoe. Hai anakoe marilah akoe soeroeken anakoe.

Sotelah itoe maka berhamana memanggilken anaknja jang bernama Tansib, terlaloe amat se kali saktinja. maka laloe datenglah serta menjem bah.

Maka kata bapa'nja, Hai Tansib: Pergilah ang kau membawaken soerat soedaramoe ini kepada Soeltan di negri Ta'djir.

Maka sembahnja baeklah toewankoe.

Setelah itoe maka anak radja poen tijada per tjaja dalem hatinja, jang ija boleh mendapet sampe di negri Ta'djir, kerna perdjalanan itoe sanget sekali djaoenja, lagi menjebrang laoet.

Maka berdateng semba anak radja itoe, ja toeankoe berhamana apakah gandarannja soeda hamba ini, aken berdjalan menjebrang laoet.

Maka Berhamana poen ketahwiah jang anak radja beloenlah aman hatinja, mala laloe tersenjoem, serta katanja: HaiTansib kekloewarenlah kepandejanmoe, sepaja anak hamba melihat hal anakoe berdjalan ini.

Setelah itoe maka anaknja poen meloempat keatas oedara, sekoetika hilang maka laloe keliha tan poela, maka di lihatnja anaknja Berhamana itoe lagi bersilah di antara boemi den langit.

Maka heranlah segala hoeloebalang raijat anak radja itoe, den Sahbanda kedoewa Sahbandi poen heranlah melihat saktinja anak berhamana itoe, kerna ija bersila di antara doenija, seperti saekor boeroeng prit jang tatkala berkiperken sajapnja, demikijanlah saktinja anak Berhamana itoe, serta itoe maka laloe gaiblah dari pada mata orang, serta membawa soerat itoe.

Maka anak radja itoepoen bernantilah pada goenoeng itoe, menoenggoeken chabar soeratnja.

Alkaisah maka terseboetlah perkataannja padoeka Soeltan Taib itoe, sedeng doedoek pada bale penghadepan, serta di hadep dengen seka lijan mantri hoeloebalang, maka dengen sekoe tika itoe datenglah seorang oetoesan, serta membawa sehalai soerat.

Maka orang itoe poen menjembah serta soedjoed kepalanja laloe ketanah, serta di persembahkennja soerat itoe.

Maka laloe di samboet oleh Soeltan, serta di soeroehnja batja oleh mantri, maka mantri poen memboeka soerat itoe.

Adapoen maka setelah soeda di boeka soerat itoe, maka di lihatnja soerat itoe dari pada kaen dastar, dan toelisannja itoe poen dari pada darah, maka heranlah barang jang melihat, serta di batjanja demikijanlah boenjinja.

Dahoeloe allah den waba'dah rasoelnja, kemdijan inilah sepoetjoek soerat dari pada hamba Indra Boeganda 'Aspandar Sah, jang sasat pada segenep hoetan rimba belantara, jang mendjalanken segala goenoeng den poelau poelau, maka adalah hamba memberi chabar kehadepan padoeka toewankoe di sini, serta sembah soedjoed kebawa doeli telapakan padoeka toewankoe, serta hamba moehoenlah ampoen den maab, di perbanjak banjak barang bebel hambaapnja hank menanjaken habar dari pada padoeka ananda siti Mahroem siti, adakah ija pada ajahanda atawa tida? kerna padoeka ananda itoe pergi tijada dengen setahoe hamba, maka itoelah dari pada chilap bebel hambanja barang pekerdjaan tijada dengen pereksa lagi, maka inilah djadi seselan atas hamba, maka dalem itoepoen djikaloe ada pada ajahanda, maka adalah hamba diperbanjak banjak terima soekoer toehannja, den djikaloe ananda tijada pada ajahanda, maka barang di mana djoega hamba soesoelken, hingga pertemoe hamba bahroelah kembali.

Setelah itoe maka baginda poen sanget heran mendengar boenji soerat itoe, serta toendoek berpikir sekoetika, maka baginda poen taoelah hal itoe, maka baginda poen berangkat masoek membawa soerat itoe.

Maka segala jang mengadeppoen kembalilah masing masing pada tempatnja.

Maka baginda poen masoek kedalem astana padoeka ananqa sendiri, demikijanlah hal baginda, sebab anaknja sanget sekali di kasihi.

Setelah sampe maka di lihatnja toean poetri lagi sedeng bermain kepada segala dajang dajangnja.

Maka titah baginda. Hai anakoe boewa hati ajahanda? inilah soerat dari pada soewami toean, serta di berinja soerat itoe.

Maka toean poetri poen menjamboet soerat itoe, dengen berdebar debar hatinja, serta di lihatnja soerat itoe maka toewan poetri maloemlah, jang anak radja itoe ada di dalem daroerat, kerna dastarnja jang di boewat kertas, den daranja jang di boewat dawat, maka mendjadi rembeslah aer matanja.

Setelah soeda di batjanja, maka toean poetri poen memboewat soerat, setelah soeda maka laloe di berinja kepada ajahandanja, maka ajahandanja poen membatja soerat itoe demikijanlah boenjinja.

Hai anak radja Soeltan Taboerat! telah akoe soeda trima soerat jang telah angkau kirim, den lebi mengarti akoe di dalem soerat itoe, tetapi djikaloe istrimoe tijada di dalem negri, den djikaloe bekas tanganmoe den bekas pemaloemoe ada pada negri Tadjir, den djikaloe perempoewan jang sisah sisah pemboewanganmoe ada, den oesir oesiranmoe ada, ja'ni istrimoe jang bernama si Mahroem Siti tijada ada pada negri Tadjir, djikaloe beloen rontok pintoe kota Tadjir japoen boleh angkau bertemoe dengen poetri Tadjir ini.

Setelah itoe maka baginda soeda membatja soerat itoe, maka baginda poen tersenjoem serta katanja: ja anakoe mengapa toewan berkata demikijan, kaloe kaloe ija mendjadi goesar, kelak ija dateng menjerang negri kita.

Soeltan Taboerat

92

Maka sembahnja ja toewankoe tijadalah djadiomengapa, atas hambalah lawanannja, kerna ija

lah telah menjeksa bamba, maka sekarang ini bijarlah ija merasahken seksa.

Setelah itoe maka baginda poen menjoeroehorang jang membawa soerat itoe, masoeklah kedalem astana.

Maka orang itoepoen masoeklah serta menjembah.

Setelah itoe maka titah toewan poetri: Hai soedarakoe di manakah adanja anak radja itoe?

Maka sembahnja, ja toewankoe bahoewa sanja ija adalah pada tempat hamba di atas goenoeng pertapa-an hamba.

Maka kata toean poetri: Hai penjoeroe seka rang ini angkau membawa soerat akoe, den angkau kataken pada toewanmoe, djangan sauget meroesak hati, kerna di dalem negri Toral Arkan sanget banjak perempoean jang bagoes bagoes.

Maka datenglah segala anak radja radja, serta soedjoet menjembah masing masing. Maka di samboetnja oleh bagida, serta di soeroenja doedoek pada koersi jang ke emasan, maka masing masing doedoeklah sekoetika, maka poewan poen di periderken oranglah.

Setelah soeda bersantap siri, maka titah baginda apakah chabar toean toean sekalian ini? Den dari mana toean toean, den sijapa nama toean toean, den radja mana toean toean, den dateng kemari apakah chabar? Maka sembah segala anak radja radja itoe, ja toeankoe sech-alam nama hamba inilah Moegajat sah, anak radja dalem negri Poera Sari.

Maka sembah seorang, poela, nama hamba Djamdjam Bahroem, den nama hamba Sehat Roem.

Maka semba seorang poela, nama hamba Bahar Zaman, anak radja dalem negri Mahran Poera.

Maka semba seorang poela, nama hamba Mashoen Sah, anak radja dalem negri Mahran Djohar.

Maka sembah seorang poela, nama hamba Na-am Alam anak radja Bahrab Djindra namanja.

Maka sembah seorang poela, nama hamba Goelamaidin anaknja radja Warginas.

Adapoen maka sekalijan poen persembahken namanja.

Setengahnja adala radja indra, den anak radja dewa, den anak radja kajangan, maka masing masing persembahken halnja kepada radja, serta masing masing memberi sepoetjóek soerat, serta perse bahken barang kahendaknja.

Setelah baginda poen sanget mesgoel hatinja, serta katanja: Hai toewan toewan sekalijan, apalah goenanja toewan dateng ini, kerna anak ajanhenda hanja seorang, den sebaginja lagi jang seorang ada soewaminja, tetapi dalem itoe poen ajahenda belpem berani trima, sebab ajahanda ini takoet kerna istri orang boekan tanggoengan ajahenda, den lagi djikaloe ajahenda trima apa lah halnja, kerna anak ajanda hanja doewa orang, den jang dateng ini terlaloe amat sekali banjaknja, tetapi ajahenda tida tampik atawa tida terima, tetapi ajahenda trima djoega segala anak radja ampoenja kehendak, maka dalem itoepoen ajahenda minta tempo di dalem ampat lima poelan anakoe bernanti dahoeloe soepaja ajahenda memberi habar kepada soewaminja di dalem negri Toral Arkan, djikaloe ija tijada berkahendak lagi dengen istrinja, maka di sanalah ajahenda memberi chabar poela aken anakoe.

Maka sembah segala anak radja, ja toewankoe mengapa sekejan lamanja hamba bernanti ini.

Maka sahoet baginda kerna negri Toral Arkan itoe sanget sekali djaoenja, aken perdjalannan laoet tige boelan lamanja itoelah.

Setelah itoe, maka anak radja radja poen di jemlah masing masing, aken Lerpikir di dalem hatinja.

Adapoen dalem itoepoen adalah setengahnja maoe menoeroet kata, den adalah setengahnja tijada maoe menoeroet kata baginda.

Maka sembahnja seorang, ja toeankoe djikaloe demikijan apalah goenanja patek kemari ini, den djikaloe ada dateng soewaminja atas hambalah jang melawan anak radja Toral Arkan, den djikaloe ajahanda tijada memberi di pinang orang, nistjaja hamba membinasahken negri Tadjir ini dengen perang.

Maka sahoet seorang, jatoeankoe tijadalah hamba bernanti lagi dari pada anak radja Toral Arkan, di beri hamba pinangken tida di beri hamba pinangken.

Setelah itoe maka baginda poen terlaloe amat mesgoel hatinja, serta berkata: backlah djikaloe demikijan bijarlah ajahanda berhabar dengen anak ajahanda, djikaloe ija maoe, maka ajahanda toeroet, den djikaloe ananda toean poetri tijada maoe menoeroet, mana djoega kehandaknja toewan toewan sekalijan.

Setelah itoe maka makanan poen di angkat orang, maka laloe makanlah masing masing, setelah soeda makan den minoem, maka baginda poen berangkat masoek, maka sekalijan anak radja radja masing masing kembali kedalem kapalnja.

Schadan maka baginda poen masoeklah kedalem astanahnja toewan poetri itoe, maka tatkala itoe toean poetri dén permeisoeri lagi sedeng doedoek bermain main kedoewanja, serta di hadep segala dajang dajang biti biti perwira, maka sekoetika itoe datenglah baginda dengen mesgoel, serta memeloek toeboeh toean poetri Mahroem Siti, serta katanja: Hai anakoe toean boewah hati ajahenda, apakah bitjaranja anakoe sekarang.

Setelah itoe maka laloe di berinja soerat itoe, maka orang itoepoen menjemba serta berdjalan keloewar astana, maka dengen sekoetika itoe djoega gaiblah.

Arkijan maka di tjeritaken oleh orang jang berhikajat, maka anak radja itoepoen dijemlah di atas goenoeng itoe, serta dengen pertjinta'an nja, maka dengen sekoetika itoe datenglah Tansib itoe membawa soerat, serta di berinja kepada berhamana itoe, maka berhamana poeu memberi kepada anak radja itoe.

Maka anak radja poen memboeka soerat itoe serta di batjanja, setelah habis di batjanja itoe, maka anak radja poen dijem sebentar serta berpikir seorang dirinja serta di berinja soerat kepada berhamana.

Maka berhamana poen membatja soerat itoe, setelah soeda di batjanja, maka kata berhamana, ja anakkoe apakah kata hamba, dan sekarang pegimana pikiran anakoe, bahoewasanja perkata-an soerat itoe barang barang bitjaranja, den djikaloe anakoe hendak djoega bertemoe dija, nistjaja djadinja mendjadi laoetan merah, den boekit gading (artinja laoetan dara den boekit kepala manoesija) den djikaloe ada maksoed anakoe, baeklah anakoe berhenti dahoeloe di sini, barang satoe boelan doewa boelan, aken beladjar ilmoe kesaktijan dahoeloe, kerna hal anakoe ini nistjaja mendapetken mengadep pekerdja'an perang, den djikaloe anakoe tijada mentjari ilmoe ke saktijan, nistjaja anakoe mendapet soewatoe maloe di hadepan segala anak radja radja.

Setelah itoe maka pikir anak radja, djikaloe akoe berhenti pada tempat ini, nistjaja mendjadi lambat pekerdja'ankoe, kerna hatikoe tijada tertahan lagi rasanja. Setelah itoe maka berhamana poen taoelah hati anak radja itoe.

Maka semba anak radja itoe, ja toewankoe djikaloe ada rahim toewankoe hamba ini hendak bermoehoen djoega, mana djoega takdirnja toehan rabboel Alamin.

Maka berhamana poen tersenjoem serta katanja: baeklah mana djoega kahendak anakoe tiadalah hamba menegahken.

Setelah itoe maka pada pagi pagi hari, anak radja itoe oen bermoehoen serta berangkat toeroen dari atas goenoeng itoe.

Maka heranlah segala berhamana jang ada pada goenoeng itoe, melihatken hawa napsoenja anak radja itoe tida boleh dapet sekali terlarang.

Setelah itoe maka anak radja itoepoen berdjalan masoek hoetan keloewar hoetan, masoek rimba terbit rimba, aken menoeroetken hawa napsoenja.

Maka tida terseboet anak radja itoe berdjalan, serta dengen hoeloebalangnja sekalijan.

Maka terseboetlah anak radja radja jang laen negri itoe, adalah kedarnja doewa poeloeh lima negri itoe, mendengar chabarnja toean poetri Mahroem Siti itoe poelang kedalem negri Tadjir, maka chabar itoe meshoerlah kepada segala negri dari pada paras toewan poetri itoe demikijanlah aken adanja.

Sjahdan maka terseboetlah perkataannja negri Tadjir, selamanja padoeka ananda toewan poetri Mahroem Siti itoe poelang kedalem negrinja, maka segala toenangannja jang dehoeloe dehoeloe itoe, semoewanja dateng dengen perkakas perang, maka penoeh sesek di tepi laoet dengen segala kapal perang den bahtar jang terseboet namanja kapal kapal perang itoe, seperti Anderdjit den Madja Djindra, den Goeba Menara, Soemba Warna, Tjakra Wala den laen laen namanja tida di seboetkennja oleh jang mengarang.

Maka segala orang isi negri poen heranlah melihat hal itoe sekalijan. Maka Soeltan poen mendjadi terlaloe amat mesgoel hatinja, kerna orang negrinja sanget sekali sedikitnja, den lagi kehandaknja itoe beloen keroewan dan beloen ketahoewan.

Adapoen maka datenglah kahesokan harinja, maka segala anak radja radja itoepoen melnasang merijem, maka laloe di sahoeti poela dari dalem negri.

Maka soeltan Taip poen menjoeroeken orang mengaloe ngaloeken dengen mantrinja keampat serta boenji boenjian.

Maka segala anak radja radja poen naeklah sekalijan, masing masing dengen segala pakejan nja, maka seorang anak radja dengen seorang mantri, maka sekalijannja poen demikijan djoega.

Setelah sampe pada waktoe itoe, baginda sedang doedoek pada bale penghadepan di hadep pada segala mantri hoeloebalang.

Maka toean poetri katiganja poen terkedjoet mendenger kata baginda, serta katanja: Hai ajah koe, apakah moelanja makanja ajahkoe berkata demikijan, Maka kata baginda, ja: anakoe pegimanakah bitjara toewan, kerna selamanja toewan ada dalem negri ini, den banjaklah segala anak radja radja jang dahoeloe itoe dateng meminang toewan, den telah ajahenda kataken jang toean ada soewami, maka sekalijan tijada djoega aken menoeroet seperti bitjara ajahenda, maka masing masing hendaklah membinasahken negri ajahenda, den sekarang apakah bitjara anakoe, kerna ajahenda orang soedah toewah, mata koerang penglihatan den koeping poen koerang pendengeran, den pada pikir ajahenda hendak memberi chabar pada soewami toean di negri Toral Arkan, tetapi ajahenda maloe sebab ananda telah memberi soerat padanja, maka itoelah hati ajahenda sanget mesgoelnja, den sekarang ini apalah bitjara anakoe, kerna djikaloe ajahenda tida terima, nistjaja binasalah negri kita, den djika loe ajahenda terima, maka apalah halnja toewan ada soewami, lagi toean hanja seorang den jang meminang banjak segala anak radja radja, dan sekarang kemana lagi ajahenda meminta toeloeng, kerna ajahenda tiada mempoenjai daja oepaja lagi.

Setelah permasoeri mendenger kata baginda, maka aer matanja poen rembeslah, den toean poetri Tjindra Sari poen menangislah, sebab menangislah, sebab mengenengken oentoeng soedaranja itoe, kerna takoet kaloe kaloe ija pergi lagi mengoembara apalah soedahnja, kerna soedaranja jang di kasihi lagi berboedi, serta aribnja dan sabarnja. Serta itoe maka toewan poetri melihat iboenja menangis, den soedaranja menangis, maka laloe ija djadi toeroet menangis.

Serta katanja: wai ajahanda boenda soedalah djangan menangis apalah handak di kata, tetapi sekarang ini kerna telah djandji den toelisan apalah hendak dikata, bijarlah seboleh boleh ajahanda kataken kepada segala anak anak radja radja itoe, manalah barang ka hendak hatinja, tetapi dari pada hal hamba ini, tijadalah hamba maoe djoemie lagi laen dari pada soewami hamba, kerna hamba telah bersoempah tidalah hamba bersoewami laen dari pada Indra Boeganda aspandar Sah, den dari pada hal demikijan baeklah kelak pada besok hari bijarlah hamba keloear berperang kepada segala anak radja radja, maka di sanalah ajahenda djikaloe telah mati ananda, maka di sanalah sampe kahendaknja radja radja itoe.

Adapoen maka setelah baginda mendenger kata anaknja, maka hatinja poen bertambah tambah mesgoelnja, kerna boekan lawanannja seorang perempoean itoe berperang kepada laki laki, maka kata baginda: Ja anakoe toean berperang bijar ajahenda keloear melawan segala anak radja tradja itoe, dengen segala mantri hoeloe balang Ta‘djir ini.

Maka sembah toean poetri, ja ajahkoe tida mengapa, bijarlah ananda memake tjara laki laki, den djikaloe ajahkoetakoet hamba tertangkep oleh segala anak radja radja, maka segala ajahanda keloewar djoega berperang dengen segala raijat, den bijarlah hamba mendjadi Djohan Pahlawan, maka djanganlah ajahkoe boeat mesgoel hati, di sanalah ajahanda melihat kelakoean ananda berperang.

Setelah itoe maka kaboellah seperti kata itoe.

Adapoen maka sembah toewan poetri Tjindra Sari, djikaloe adinda keloear berperang kam poen mengikoet bersama sama, tijadalah kami maoe di tinggal adinda, kerna kaloe kaloe toean mati bijarlah kami mati bersama sama.

Maka sahoet toewan poetri Mahroem Siti, ja ajoenda ta'oesahlah ajoenda mengikoet, kerna ajoenda tijada biasa bijarlah adinda sendiri de hoeloe, djikaloe soeda mati adinda, maka itoe poen mana djoega aken kehendaknja boenda, kerna pakerdjaan perang itoe boekannja moeda

Setelah itoe maka persantepan poen di angkat oranglah, maka makanlah keampatnja itoe. Setelah soeda makan den minoem, maka baginda poen berangkat masoek ke dalem astana, serta toewan poetri Tjindra Sari den permaisoeri

Sahdan maka pada malem itoe, toean poetri

Mahroem Siti poen memanggil anak Djin itoe.

Maka laloe dateng serta soedjoed pada kaki toean poetri Mahroem Siti, sembahnja: ja toeankoe apalah chabar toewankoe memanggil hamba ini sepoeloeh orang.

Maka sembahuja baeklah toewankoe, tetapi djikaloe demikijan nantilah hamba kembali dehoeloe kepada ajahanda boenda hamba, kerna hamba tijada koewasa dari pada hal ini.

Maka kata toewan poetri Mahroem Siti baeklah.

Maka anak Djin poen bermoehoenlah pada malem itoe.

Adapoen maka toewan poetri poen beradoelah seorang diri.

Setelah sijang hari, maka baginda poen keloear di penghadepan di hadep oleh segala mantri hoeloebalang.

Setelah deedoek sekoetika, maka datenglah seorang oetoesan dari laoet, membawa soerat dari pada segala anak radja radja.

Maka baginda poen membawa soerat itoe, serta di soeroenja batja dengen mantrinja.

Maka mantri poen memboeka soerat itoe serta di batjanja demikijan boenjinja.

Bahoewa inilah soerat dari pada hamba sekalijan anak radja radja, jang meminang toewan poetri Mahroem Siti, den sekarang djikaloe ditrima dengen segala selamat hamba dateng, den djikaloe tijada ditrima hareplah di negri Tadjir mendjadi laoetan dara, atawa boekit kepala laki.

Setelah baginda mendengar boenji soerat itoe, maka baginda poen sanget marahnja serta katanja: Hai oetoesan kataken pada radjamoe tijada akoe trima barang kahendak anak radja radja, adakah padakoe hari jang mana djoega anak radja radja itoe hendak membinasahken negrikoe, adalah sahdjanja akoe ini bernanti.

Setelah itoe maka oetoesan itoepoen serta djalan keloewar kota, teroes menoedjoe ketepi laoet, maka laloe toeroen kesekoetjinja.

Setelah sampe maka laloe naek kekapal, sertaken memberi chabar kepada segala anak radja itoe.

Setelah anak radja radja mendenger kata, maka sekalijan poen berhadir dari pada sekijan alat peperangan.

Sachdan maka di tjeritaken oleh orang jang berhikajat, maka setelah disiang hari dari pagi pagi hari, maka anak Djin itoepoen datenglah mengadep Soeltan, maka baginda poen terkedjoet melihat roepa segala laki laki itoe dengen moeda balijannja, serta sekalijan baek parasnja

Maka titah baginda. Hai sekijan toean toean, apakah kahendak toean toean sekijan ini?

Maka sahoetnja ja toeankoe bahoewa ini hamba sekalijan, hendak mengikoet kepada toean poetri Mahroem Siti berperang.

Adapoen maka setelah baginda mendenger kata itoe, maka laloe di soeroehnja masoek aken bertemoeken toean poetri.

Maka pada masa itoe toean poetri sedeng berhadir sendjata, memake tjara laki laki.

Adapoen maka roepa poetri itoe seperti Betara Kemadjaja jang bahroe toeroen dari Kaindraan.

Maka toean poetri Tjindra Sari poen sanget heran melihat soedaranja ampoenja bidjaksana, betoel seperti laki laki jang sebener benernja, di sertaken tingka den lakoenja itoe sebagi soenggoeh soenggoeh roepanja. Setelah itoe maka datenglah anak Djin itoe doewa belas orang serta menjembah kaki toean poetri.

Maka toewan poetri poen tertjengang tjengang, serta katanja: Hai kamoe sekalijan ini, den sija hamba sekalijan.

Maka toean poetri poen tersenjoem serta katanja: ja soedarakoe menerima kasi socdarakoc, bahoewa soedara toewan sekalijan ini, sijapa namanja, maka soepaja beta ketahwi namanja seorang seorang.

Maka sembanja Laila mengerna Indra, ja toeankoe inilah seorang docwa socdara ini, seorang bernama Mordjan Mordjin, di inilah docwa soedara djoega namanja Sahram den Sahrim, den ini doewa orang poela namanja Mansoer Mansir, den inilah doca orang poela namanja Moeksan den Moeksin, den inilah doea orang poela namanja Taroef den Saref, maka sekaijan ini anak Djin toeankoe, maka sekarang ini hamba serahken kepada tocankoe, mana djoega titah toeankoe patek sekalijan ini djoendjoeng.

Adapoen maka kata toean poetri, Hai soedarakoe sekalijan ini, seboet namakoe Djohan Pah lawan Nasib. Berdjaman, djangan di loepaken.

Setelah itoe maka segala raijat poen hadir dengen segala alatnja, den segala mantri hoeloebalang poen hadir bernanti dengen kelengkepannja.

Adapoen maka soeltan poen naek di atas kota negrinja, serta permaisoerinja den anaknja jang bernama toean poetri Tjindra Sari, serta segala pendita aken malihat orang jang berperang. Setelah itoe maka mantri jang pertama poen menjoeroehken orang memaloe gandarang perang, seperti seroeni den trompet bangsing den soeling maka terlaloe amat oeldmat soewaranja, di sertaken gembreeng tandji tamboer kempoel den gamelan.

Setelah itoe maka laloe berdjalan keloear kota serta berlapis lapir, maka selapis dari pada baris bedil den senapan, den selapis dari pada merijem den selapis dari pada merijem, den selapis dari pada barisan toembak, serta tameng, den selapis dari pada soempitan den djemparing, den selapir dari pada barisan panah itoe.

Maka sekalijan itoe berselang selang dengen koeda den boenji boenjian itoe, di hadepannja barisan itoe den di belakangnja poen demikijan djoega, serta orang jang besar besar masing masing bergandaran kooda berdjalan pada kiri kanannja barisan itoe.

Maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe ada pada sama tengah ra'jat, serta segala ka- wannja jang doewa belas orang itoe, serta pajoengnja aermas di atas poentjaknja satoe kemaal hidjo jang bersinar sinar tjahjanja, seperti tjahja mata hari roepanja, den serta benderanja koening dari pada soetra di roembeken inten dekarang, den poentjak bendera itoe pada seroepa binatang jang boewas dari pada mas tersepoe gintjoe, maka roepanja terlaloe amat perminja sekali kali.

Adapoen maka setelah soeda keloewar dari dalem kota, maka jang di atas kota masing ma- sing memandang roepa anaknja itoe, maka he- ranlah sebab tingka lakoenja seperti laki laki jang soenggoeh soenggeeh adanja.

Sachadan maka segala anak radja radja itoe mendenger segala boenji boenjian, maka seka lijan berhadir serta keloear masing masing, di sama tengah padang dengen sekalijan alat sen- djatanja serta ra'jatnja, maka roepanja padang itoe seperti laoet.

Adapoen maka setelah berhadep antara kadoea pihak itoe, maka laloe madjoe kehadepan segala raijat Radja Poera Sari itoe.

Setelah dateng berhadepan raijat Poera: Sari, jang terlaloe amat gagah beraninja, serta besar pandjang den bertjambang lagi berkoemis, na- manja Djamba Rambah serta berkata sambil me- megang toembaknja den memoeter moeter koe- misnja serta matanja di boekanja sambil melihat kiri kanan, katanja: Hai Pahlawan Ta’djir ma-— nalah jang kesohor kesohor namanja di dalem medan peperangan, soeroe dateng di hadepankoe, serahken toewan poetri Mahroem Siti itoe, djikaloe tida di serahken nistjaja binasahlah negrimoe ini.

Setelah itoe maka datenglah ampat orang hoe- loebalang serta berkoeda, maka laloe di tembak- nja pahlawan itoe, maka pahlawan itoe poen tertawa kelak kelak serta katanja: inilah tanda- nja negri ta’djir tida ada laki lakinja, hendak di kedjarnja. seperti orang menangkep anak roeroesa, kita seorang, hoeloe balang ampat orang serta memasang senapan.

Setelah soeda berkata kata itoe, maka Djamba Ramba poen mengangkat toembaknja keatas kepalanja serta bertampik.

Maka segala ra'jat Poera Sari poen soeraknja seperti soewaranja tager.

Maka segala jang melihat poen heranlah, maka beberapa kali di tembaknja, tida sekali ija rasahken hanja tertawa tawa djoega, den ijapoen tida membales, katanja: Hai orang Ta'djir sijapakah jang mengatoer perang ini, sepertiken perempoean boekannja perdjoerit laki laki jang toenggoeh.

Setelah itoe maka Djamba Rambah poen memoeter toembaknja kekiri den kekanan, serta ditoembaknja hoeloebalang itoe, maka laloe di tangkis dengen gagang senapannja, maka tijada seorang poen jang kena itoe.

Maka kata hoeloebalang Tadjir itoe, Hai pahlawan sijapa namamoe? den perangmoe betoel seperti andjing kebiri, kena angkau toembak tida kena angkau toembak, betoel seperti orang perang dengen topeng sarijan atawa wajang wong, den kaloe begitoe beloen sampe peladjaranmoe.

Maka sahoetnja namakoe Djamba Rambah, jang termeshoer gagah berani.

Setelah itoe beberapa di toembaknja tijada mengenaken oleh hoeloebalang itoe, maka dari pada sakit hatinja laloe di kedjarnja seorang hoeloebalang itoe, maka laloe mengoendoeri koedanja,

Soeltan Taboerat

94

maka pahlawan itoepoen mengoesir djoega hoeloebalang seorang itoe, maka hoeloebalang jang ketiga orang poen mengikoet dari belakang serta menembak nembak, maka tijada djoega di rasahken, dari pada sanget mabok dengen asep senapan, maka kenapoen di toembak sala poen di toembaknja, maka dari pada sanget derabnja pahlawan itoe, maka tijada sempet lagi hoeloebalang itoe menangkis laloe kena lamboengnja hoeloebalang itoe, hingga teroes dari kiri kekanan, maka laloe di angkatnja kaatas kepalanja serta di poeter poeternja seperti memoeter titiran.

Maka segala raijat Poera Sari poen soeraklah, betoel soewaranja seperti soeara tager.

Adapoen maka setelah segala hoeloebalang jang banjak melihat hal itoe, maka masing masing poen mengamoek kedalem tentara itoe.

Maka pada ketika itoe haroe biroelah orang berperang, den Djamba Ramba poen menjeroe boekan dirinja kedalem tentaranja negri Ta'djir, maka mendjadi haroe haralah, den ra'jatnja antara doewa pihak itoe poen hertjampoer baoer, maka banjaklah ra'jat tadjir jang roesak binasa di hamoek dengen pahlawan Poera Sari itoe maka sekoetika hilang laboe doeli itoe sebab tersiram oleh dara jang tarik keboemi itoe, maka orang berperang djadi semingkin njata sekali kelihatannja.

Adapoen maka ra'jat negri Ta'djir poen noedoe jang sebaris, dari pada barisan bedil itoe, maka asep bedil poen koerang, sebab segala raijat raijat bedil habis pada oendoer kebelakang, sama sekali.

Tatkala itoe kelihatanlah hal itoe kepada soeltan, den permaisoeri dari atas pintoe kota, maka soeltan poen terlaloe amat mesgoel hatinja.

Adapoen maka setelah pahlawan Tadjir malihat hal itoe, maka laloe menjoeroehken hoeloebalang raijat jang sebaris poela dari pada barisan marijem, maka laloe madjoe poela serta tampik soeraknja, maka segala barisan bedil dari belakang serta madjoe poela, maka laloe berperang poela, antara doewa pihak, maka segala raijat Poera Sari di bawa oleh pelor itoe, den segala raijat Tadjir poen demikian djoega, maka asep marijem poen menoetoep oedara, maka terang tjoewatja menjadi kalang kaboet, maka tida apa jang kelihatan lagi, den soewara segala toenggangan poen saling sahoet, den orang poen lari kesana kemari.

Maka waktoe itoe djadi perang besar, pada koetika itoe datenglah doewa orang anak Djin itoe jang bernama Mordjan kedoewa Moedjin, serta sambil berhadepan kepada pahlawan Djamba Ramba serta ditangkepnja djenggotnja jang toedjoe depah setengah serta di hambalangken keboemi maka djato dari atas koedanja serta tergoeling goeling dengen sendjatanja sekali.

Adapoen maka segala ra'jat Ta'djir melihat hal itoe maka laloe dateng serta membawa tali rantai, maka laloe di iketnja dengen sekoewat koewatnja, maka beberapa di kerasi dirinja da djoega terlepas djenggotnja dari pada anak Djin itoe.

Adapoen maka setelah pahlawan Djamba Ramba teriket, maka anak Djin poen kembal pada tempatnja.

Maka segala ra’jat Ta'djir poen soeraklah sekalijan.

Maka ra‘jat Poera Sari melihat jang pahlawannja teriket itoe, maka segala pahlawan jang gagah-gagah, den segala pahlawan jang berani, habislah sekalijan berhamoek hamoekan, maka satengahnja hendak di rampas Djamba Ramba tidakan berani, sebab tida di beri dengen hoeloebalang Ta'djir, maka djadi bertarik tarikan itoe.

Maka waktoe itoe djadi segala raijat samanja raijatnja berperang, maka koeda gandaran Djamba Ramba poen di naeken oleh seorang raijat maka koetika itoe tijada tertahan segala hoeloe, balang Poera Sari, di hamoek oleh raijat Ta'djir, maka laloe oendoer perlahan lahan.

Adapoen maka setetah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman melihat hal itoe, maka laloeberdiri di atas koedanja, serta mengambil pandji pandjinja dari tangan raijatnja, serta di angkat kaoedara serta di poeter poeternja sambil pandji pandjinja dari tangan raijatnja di angkat mem- beri isarat pada segala raijatnja, artinja, di soeroeken madjoe sekali, soepaja bisa djadi jekas mengoesir moesoenja itoe.

Maka segala anak Djin jang lima belas orang itoepoen semoewanja berdiri di atas koedanja. serta menggojang gojang tangannja menjoeroeh kensambil kehadepan.

Maka segala mantri poen tahoelah, maka laloe madjoe kehadepan, maka segala raijat poen mengamoek hingga tida tertahan lagi segala raijat Poera Sari, maka laloe larilah tjere bere kesana kemari.

Adapoen maka pada waktoe itoe banjaklah segala hoeloebalang dan pahlawan Poera Sari tertangkep, ada kira kira toedjoe belas orang jang gagah kena terikat.

Maka setelah mantri Poera Sari melihat hal itoe, maka laloe berdateng semba kepada radjanja, serta katanja: ja toewankoe sijhalam apakah titah toewankoe kerna raijat kita banjak jang mati.

Maka kata anak radja, baeklah kita oendoer perlahan lahan, kerna raijat kita tinggal sedikit, den djikaloe kita melaloe gandarang kembali nistjaja kita beroleh maloe kerna belon waktoe,nja.

Maka segala raijat poen oendoerlah.

Maka segala raijat Ta'djir poen menempoe barang sekahendak hatinja, maka habislah segala pahlawan den segala jang bernama habislah lari den tertangkep, den setengahnja jang sedeng mengamoek di tangkep orang, maka mendjadi haroe haralah segala raijatnja.

Hatta maka anak radja Djambal Kamar itoe oendoer serta raijatnja, maka tijada dapet oendoer lagi, sebab segala raijat Djandjam Bahroem terlaloe amat banjak tida termadai banjaknja, di belakang raijat itoe ada banjak poela raijat anak radja radja, djadi terdesak, maka laloe tertahan raijat Poera Sari, hingga tida dapet bergerak lagi, maka habislah di tempoe orang itoe.

Adapoen maka mahradja Djamal Kamar poen berpaling kebelakang, maka terlihat anak radja Sehat Roem itoe, maka laloe di isaratkennja dengen hoedjoeng pedangnja, jang di tahtaken dengen ratna metoe menikem itoe, artinja madjoelah toewankoe adalah hamba membantoe toewan.

Setelah itoe Mahradja Djamal Kamar poen berkata kepada mantrinja, Hai mantrikoe: djikaloe demikijan apalah soedahnja, marilah kita tampil berhadepan.

Maka sembah mantrinja, baeklah toewankoe hamba menoeroet.

Maka Mahradja Djamal Kamar poen menggertakken koedanja kehadepan kedoewa mantrinja, serta mengamoek, maka mana jang hampir habislah mati den pada loeka.

Adapoen maka segala raijatnja malihat hal demikijan, maka masing masing membaiki sendjatanja, serta tapik soeraknja sambil berhadepan mengikoet radjanja.

Maka pada ketika itoe banjaklah hoeloebalang den perdjoerid negri Tadjir jang mati itoe maka dari pada sanget dlarabuja baginda itoe, maka tida tertahan raijat negri Tadjir serta oendoer, maka setengahnja lari kesana kemari, maka itoelah ada djoega jang mati.

Maka Mahradja Djamal Kamar mengamoek itoe, tijada menantang lawan seperti saekor boewaja mengoesir kawanan hoedang lakoenja maka mana jang hampir tida ampoennja lagi, den mantrinja poen demikijan djoega sanget beraninja.

Setelah itoe maka hampirken petjah perangnja raijat negri Ta'djir, den toedjoe lapis jang telah di hamoeknja oleh mahradja Djamal Kamal itoe.

Setelah Pahlawan Nasib Berdjaman melihat jang segala raijatnja habis mati den lari itoe, maka terlaloe amat marahnja, serta memetjoet koedanja kehadepan, serta dengen lima belas kawannja, serta berhadep kepada mantri itoe.

Maka laloe berkata:

Hai orang moeda sijapa nama angkau ini?

Maka sahoetnja: Hai soedarakoe akoelah pahlawan negri Ta'djir Nasib Berzaman namakoe, den soedarakoe, sijapa nama Sanda ini?

Maka sahoetnja, akoelah mantri Mahradja Djamal Kamal namakoe Sachrandaja. Maka kata Djohan Pahlawan Nasib Berzaman, marilah datengken sendjatamoe padakoe.

Maka laloe di perangnja oleh mantri itoe dengen pedangnja, maka laloe di tangkisnja dengen pedang djoega, maka bebrapa kali di perangnja di tangkisnja poela, hingga bertoeroet toeroet doewa belas kali.

Setelah ganep doewa belas kali maka Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen toeroenken mata pedangnja, serta di perangnja kaki koedanja mantri itoe poetoes kedoewanja kaki hadepannja koeda itoe, maka laloe djato terdjeroemoes koe danja, mantri itoe poen goegoer kaboemi, maka koedanja itoepoen mati.

Setelah Djohan Pahlawan Nasib Berzaman malihat jang mantri itoe goegoer kebeemi, maka hendak di perangnja sekali.

Maka mantri itoepoen sigra bangoen berdiri sambil menangkis mata pedang itoe, sambil memerang kaki Djohan Pahlawan Nasib Berzaman itoe, maka Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen menjentak gandali koeda itoe, maka koeda itoepoen melompat menjalahken perangnja itoe, serta hendak mengindjek kepada mantri itoe.

Maka mantri Mahran daja poen menoesoek lamboeng koedanja itoe, maka laloe kenah betoel peroetnja koeda itoe, maka laloe petjahlah peroet koeda itoe, maka koedanja itoepoen tida tanggoeng sakitnja lagi, laloe terocs rebah sertanja mati.

Maka Djohan Pahlawan Nasib berzaman poen sigra bangoen berdiri, maka laloe sigra di perang, nja oleh mantri itoe, bertoeroet toeroet tiga kali maka laloe di tangkisnja.

Setelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berzaman, poen oendoerlah kebelakang sedikit menjalahken perangnja mantri itoe, serta hampir poela kepada koedanja Mahara Mahari itoe, maka Mahara meloempat toeroen dari atas koedanja, maka Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen meloempat keatas koeda itoe, serta memerang pada mantri itoe, maka dari pada sanget tahoenja bermain pedang, maka laloe kena di samber loher mantri itoe laloe poetoes doea, matilah mantri Mahrandaja.

Maka soeraklah raijat Ta'djir sepertiken goegoer rasanja langit, soewaranja orang bersoerak itoe.

Arkijan maka setelah Mahradja Djamal Kamar malihat hal itoe, maka laloe bertambah tambah marahnja, serta mengamoek tijada terkira kira, maka habislah ampat lapis raijat Ta'djir jang lari itoe kesana kemari, maka laloe berhadepan kepada mantri Ta'djir, serta ija bertoembak toembakan, maka sedeng lagi bertoembak toembakan kepada mantri Ta'djir itoe.

Maka di lihatnja mantrinja mati terpenggel itoe, maka djadi berdebar hatinja, serta ija menggertakan koedanja serta melantasken menoembak dadanja Djohan Pahlawan Nasib Berzaman itoe, maka beloen lagi seleseh dari pada memerang kepada mantri itoe, maka laloe menangkis toembaknja Mahradja Djamal Kamar ltoe, dengen belakang pedangnja itoe, maka laloe kena pada gagang toembaknja Mahardja Djamal Kamar itoe, maka mata pedangnja Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen toeroen kebawa, hendak di perangnja kaki koeda itoe, maka koeda itoe poen dari pada bijasa di bawanja berperang, maka laloe menoendoeken kepalanja aken hendak menjalahken perang itoe, maka dari pada sanget taoenja berperang, maka laloe terpenggel gandali koeda radja itoe, djikaloe koerang koerang pande mahradja Djamal kamar, nistjaja poetoeslah tangannja itoe. Setelah itoe maka radja poen sigra menjaboet pedangnja, maka laloe hendak memerang pinggangnja.

Maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen menghela gandali koedanja sekentjengnja, maka djadi koeda itoe mengadahken kepalanja, maka laloe kena terperang lehernja koeda itoe, maka laloe poetoes doewa.

Maka soeraklah orang Poela Sari, setelah goegoer keboemi.

Maka Mahradja Djamal Kamar poen memerang bertoeroet toeroet tiga kali, tetapi Djohan Pahlawan Nasib berdjaman poen meloempat menjalahken perangnja itoe.

Setelah maka Djohan Pahlawan Nasib berdjaman poen menjabet njabet dengan pedangnja kekanan dan kekiri, sambil menangkis pedangnja radja itoe, maka hoedjoeng pedang itoepoen kena lamboengnja koeda radja Djamal Kamar itoe laloe poetoes doewa tali sangka wadinja, den tali pinggangnja koeda itoe djadi poetoes sekali, serta kena tergaris peroet koeda itoe dengen hoedjoeng pedangnja, maka koeda itoe merasa sakit, maka laloe djadi lari kesana kemari barpoesing poesing.

Adapoen maka radja Djamal Kamar poen di atas koeda sanget sekali moesakat, kerna koeda itoe telah poetoes gendalinja, den poetoes ambennja, maka dari pada sanget panas hoedjoeng pedang itoe djadi ija tida tertahan lagi rasanja, serta lari kesana kemari seperti ikan gaboes tatkala terkena djoemparing lakoenja.

Maka selah koeda itoe goegoer keboemi, sebab dari pada sanget bidjaksananja, serta lagi bijasanja radja Djamal Kamar itoe, tijadalah goegoer keboemi serta memoeter moeter pedangnja, maka banjaklah raijat Ta'djir jang mati, maka dalem itoepoen sanget moesakat sebab tijada gandalinja den selanja, den koedanja itoepoen lari tida soeda soeda, sebab ija merasahken sakit lamboengnja.

Satelah itoe maka koeda itoepoen dari pada sanget lelahnja sebab lari kesana kemari, maka laloe djato sendirinja rebah keboemi, maka radja Djamal Kamar poen berdiri di boemi, serta ija teroes mengamoek, maka banjaklah segala hoeloebalang mantri ampoenja koeda di perang kakinja.

Adapoen maka pada tatkala itoe radja Djamal Kamar poen tida inget hidoep lagi, kerna ija hendak mati djoega.

Adapoen maka dari pada sanget loepanja radja Djamal Kamar itoe, maka tijada inget dirinja, laloe masoek kedalem tentara banjak, serta tijada bergandaran lagi hingga djaoeh dari pada segala raijatnja.

Setelah segala raijat melihat hal radja itoe di keroeboenginja radja itoe, serta di tangkepnja dengen segala raijat, maka dari pada sanget banjak raijat mengroeboengi radja itoe, adalah betoel seperti saekor laler jang mati di keroeboengi oleh semoed, demikijanlah roepanja, hingga tijada dapet kelihatan lagi radja Djamal Kamar itoe kerna sanget banjaknja raijat itoe.

Satelah radja Djamal Kamar tertangkep, maka laloe di iketnja oranglah, maka soeraklah raijat Tadjir serta mengamoek sekalijannja.

Maka setelah radjanja tertangkep, maka raijatnja poen habislah lari kesana kemari itoe.

Satelah itoe maka Mahradja Sahat Roem poen menjoeroehken memaloe gandarang kembali, kerna hari hampirken malem, maka titah Mahradja Sahat Roem itoe, Hai soedarakoe sekalijan djangan toewan toewan boewat ketjil hati, kelak hesok hari kita keloewar perang aken membela soedara kita.

Adadoen maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, mendenger gandarang kembali, maka laloe menjambait poela dengen gandarang kembali, antara kedoewa pihak.

Maka segala anak radja radja poen kembali kepada hemanja, den setengahnja kembali di kapalnja itoe; den Djohan Pahlawan Nasib berdiaman poen kembalilah kedalem kota Negrinja, dengen sogala kemenangannja.

Maka segala anak Djin poen kembalilah kepada tempatnja, den segala mantri hoeloebalang poen poelanglah djoega ketempatnja.

Setelah Djohan Pahlawan Nasib berdjamanpoen masoek kedalem astananja, serta memboeka pakejannja, serta doedoek sekoetika sekira kira hilanglah lelahnja, maka laloe pergi bersi ram badan pada malem itoe serta di iringken segala dajang dajang.

Setelah soeda mandi, maka laloe memake tjara perempoean serta memake bahoe bahoewan, maka roepanja seperti toewan poetri Dedaha, maka laloe santep, setelah soeda bersantep, maka laloe doedoek sekoetika di hadep oleh segala dajang dajang.

Maka sembah Dang Rekawarna, soenggoeh kita bertoewan seorang rasadnja seperti bertoewan doewa orang djoega.

Maka toewan poetri poen tersenjoem serta katanja: Ja kaka dajang, soenggoehlah kata diri, kerna kita poenja oentoeng apalah hendak di kata soeda dengen toelisan kita.

Adapoen maka sekoetika berkata kata itoe maka datenglah baginda kedoewa laki istri, serta padoeka ajoenda poetri Tjindra Sari serta berpeloek den bertjijoem kedoewa soedara, maka baginda poen bertjijoem kepala ananda serta aer matanja berhamboeran, serta katanja: Wai anakoe tijada ajahenda taksir sekali kali, jang toean táoe mengadep lawan, den pada pikir aja henda soedalah toewan djangan keloewar berperang kerna sanget sekali se'empang hati ajahenda

Maka sahoetnja permaisoeri, soenggoeh njalah kata toeankoe beta poen ada djoega menaro koewatir, kerna anak radja sanget sekali banjaknja, lagi toean ini seorang perempoewan djikaloe toean tiwas apalah halnja. Maka sembahnja toewan poetri, ja toeankoe: Serahkenlah hamba kepada Toehan Rabboel Alamin, jang melakoeken atas jang mengarang, sedeng lima tahoen hamba di negri orang tijada koerang apa apa, harep djoegalah ajahenda atas keselamatannja hamba. djikaloe belon hamba pendjaraken anak radja radja itoe, belonlah soeka rasa hati hamba.

Setelah soeda berkasih kasihan, maka baginda poen bermoehoen kembali pada tempatnja, den toean poetri poen tidoerlah.

Satelah sijang hari, maka radja Djamal Kamal serta mantri hoeloebalang, den pahlawannja di masoeken kedalem pendjara, den medan pepera ngan poen di perbaiki oranglah, den tanahnja poen di rataken orang mana-mana jang roesak di benerkennja orang.

Adapoen maka di malem hari Soeltan Taip poen mendjamoe orang makan den minoem serta bersoeka soeka. mana jang ikoet berperang itoepoen di persalini pakejan, maka ramelah pada malem itoe orang bersoeka soeka makan den minoem, satengahnja jang mabok, maka jang baek soewaranja poen bernjanji serta berganti ganti mengadoeken pantoen.

Maka jang pandai pandai menari laloe ija menari lah, serta bertepok tepokan tangan.

Satelah soeda bersoeka soeka-an itoe, adalah antara toedjoch hari lamanja, sakira kira kering medan peperangan itoe, maka laloe memoelahken gendrang perang poela. Maka toewan poetri Mahroem Siti berkirim, soerat kepada anak radja radja itoe, hendak memoelahkan perang pada esok hari, maka kaboellah seperti kata soerat itoe.

Setelah pada kaesokan harinja, dari pagi pagi hari, maka anak radja Sahat Roem poen berhadlir dari pada alat peperangan, serta mantri hoeloebalang den penggawa, den perdjoerit serta toenggoel pandji pandjinja, dengen serta gandarannja, maka terlaloe amat hebat roepanja, den segala anak radja radja itoepoen jang banjak ada mengiringken sekalijan dengen alatnja.

Maka gandarang perang poen berboenjilah hingga kadengeranlah kedalem kota.

Maka toean poetri poen memake tjara Djohan Pahlawan, den anak Djin poen datenglah dengen segala kelengkepannja serta dengen gandarannja, maka mantri hoeloebalang poen telah hadlir dengen sendjatanja den segala raijatnja poen demikijanlah djoega.

Setelah itoe maka keloewarlah sekalijan serta menoedjoe ketengah medan peperangan itoe, maka laloe berhadep antara doewa pihak itoe.

Setelah hampir maka bertemoe seorang pahlawan Tadjir jang bernama Tamsir Sah serta menantang lawannja, katanja: Hai laki laki manakah jang hendak merampas poetri Tadjir, marilah kita mengadoeken sendjata dehoeloe, kaloe kaloe ada jang oendoer orang Tadjir dengen hidoepnja, di sanalah angkau terima poetri Tadjir dengen senangnja. Satelah itoe maka datenglah hoeloebalang Djan-djan Bahroem serta berhadepanlah kedoewanja, serta katanja: Hai laki laki sijapakah nama sanda ini?

Maka sahoetnja, akoelah ini Pahlawan negri Tadjir, akoe ampoenja nama Tamsir Sah, jang meroentoeken kota negri Djandjam Bahroem, den diri sijapakah ini.

Maka sahoetnja akoelah hoeloebalang Djam-djam Bahroem jang meshoer namanja akoelah di antara toedjoe kota negri, namakoe ini jang tersohor Djambal Roehbal, maka akoelah penghoeloe radja Djamdjam Bahroem.

Maka sahoet pahlawan itoe, sijapa namanja radjamoe?

Maka sahoetnja nama radjakoe Sahat Roem jang mampoenjai Samsar dari pada besi ada beratnja seriboe lima ratoes toedjoe poeloe tiga kati setengah, aken ija mengangkat dengen sebelah tangannja. Maka setelah soeda itoe, maka kata jang penghoeloe hoeloebalang, katanja: Hai Tamsir sah, marilah serahken toean poetri Mah roem Siti itoe, jang roepanja seperti Diwi Soeparaba kepada akoe, soepaja di selamatken negrimoe den sekalijan radjamoe den raijatmoe sekalijan, serta boleh doedoek selamat di atas keradja-annja.

Maka satelah pahlawan mendenger kata itoe, maka terlaloe amat sanget marahnja, serta memoeter moeter pedangnja dari atas koedanja, serta di perangken hoeloebalang itoe, maka laloe di tangkisnja.

Adapoen maka dari pada keras jang memaloe, den dari pada keras jang di paloe menangkis perangnja itoe, maka soewaranja pedang itoe beradoe samanja pedang, maka seperti hali lintar membela boekit soewaranja, maka habislah toenggangan radja radja terkedjoet, serta berlompat lompatan kesana kemari sebab mendengar soewara itoe, apalagi sekalijan manoesija habis terkedjoet.

Setelah itoe maka laloe perang memerang, tangkis menangkis. potong memotong, maka soewara orang bersoerak seperti batoe roeboeh, maka asiklah orang melihat penggawa kedoewa-itoe berperang, maka dari pada sanget sama sama bijasa, maka seorang poen tijada jang beralahan, hingga mata pedang itoe seperti gergadji.

Setelah hoeloebalang Djamal Rambal melihat mata pedangnja seperti gergadji itoe, soewatoe poen tijada jang mengenai, maka laloe di tariknja gandali koedanja, sakira-kira satoe toembak djaoenja, maka laloe di lontarnja pahlawan itoe dengen pedangnja, maka Tamsirsah poen menangkis dengen pedangnja dengen sekoewat koewatnja, maka pedang itoe djadi terlempar sakira kira doewa belas toembak djaoenja, maka habislah segala raijat Djamdjam Bahroem itoe loeka, sebab kena tersantoe mata pedang hoeloe balangnja sendiri.

Setelah Djamal Rambal melihat itoe, maka laloe sigra di hampirinja, serta hendak menoembak lamboeng Tamsirsah, itoe.

Satelah Tamsir Sah malihat itoe, maka laloe ija melontarken pedangnja kedalem raijat Djam-djam Bahroem itoe, maka raijat Djamdjam Bahroem kedjatowan itoe serta menangkis toembak itoe dengen parsinja, maka kedjatohan pedang itoe banjaklah jang mati, maka dari pada sanget keras toembak itoe djato di atas parsi, maka mata toembak itoe poen tertantjep kepada parsi Tamsir Sah, maka beberapa di koewatkennja menghela toembak itoe tijada djoega tertjaboet dari pada gagangnja, dari pada sanget bagoes perboewatan toembaknja orang Djamdjam Bahroem, maka djadi saling hela.

Satelah itoe maka Tamsir Sah poen manjentak parsinja dengen sekoewat koewatnja, maka Djambal Rambal poen hampir djato dari atas koedanja.

Maka Tamsir Sah poen mengoenoes toembaknja dengen tangan kanannja, serta di toembaknja peroet Djambal Rambal, laloe teroes dari kiri sampe di kanan laloe mati, serta goegoerlah ija keboemi menjemboer njemboer darahnja, maka Tamsir Sah poen menoembak koedanja sekali laloe mati bersama sama koedanja.

Maka soeraklah orang negri Tadjir, seperti ombak di laoet soewaranja.

Maka Tamsir Sah poen menari di atas koedanja, serta katanja: marilah Hai laki laki Djam-djam Bahroem mengambil poetri Mahroem Siti dari hoedjoeng sendjatakoe. Adapoen maka satelah segala hoeloebalang malihat jang penghoeloenja telah mati, maka sekalijannja poen mengamoek serta mengepoeng Tamsir Sah, den segala pahlawannja poen menjeroeboengken dirinja kedalem tentara Tadjir itoe, maka terlaloe amat sanget ramenja orang berperang itoe.

Setelah Tamsir Sah merasahken dirinja di kepoeng orang itoe, maka laloe mengamoek kekanan den kekiri, maka banjaklah jang mati antara kedoewa pihak itoe, bangkae poen seperti gedebong pisang, den adalah jang petjah peroetnja terindjek koeda.

Tatkala itoe maka Tamsir Sah poen tijada tertahan lagi memboenoe orang, den segala hoeloebalang poen menempoe tijada terkira kira lagi, maka dari pada itoe sanget tida tertahan, maka Tamsir Sah poen oendoer perlahan lahan.

Satelah segala raijat melihat pahlawannja itoe oendoer, maka sekalijannja poen oendoerlah masing masing.

Satelah Djohan Pahlawan Nasib berdjaman melihat hal itoe, maka laloe madjoe berhadepan itoe.

Maka segala anak Djin poen habis menangkep segala perdjoerid jang gagah gagah itoe, serta di iketnja sekali.

Satelah Mahradja Sahat Roem melihat jang pahlawannja jang di harep harep itoe hampir habis tertangkep, den jang mati mati itoe, maka terlaloe amat marahnja seperti oeler berbelit belit, serta memetjoet koedanja serta berhadepan dengen tentara Tadjir, maka mantrinja poen mengikoet dari belakangnja.

Setelah segala raijatnja melihat radja masoek berperang itoe, maka sekalijannja poen tambah beraninja, serta madjoe masing masing dengen goemiranja, serta memoeter moeter sendjatanja, maka mendjadi terlaloe haroe biroe orang berperang itoe.

Satelah itoe maka Tamsir Sah melihat Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman madjoe, maka laloe menggertaken koedanja laloe madjoe berhadepan maka sedeng asik ija memerangken segala raijat itoe, maka tidalah berketahoewan lagi mantri radja Sahat Roem itoe dari kiri menoembak lamboengnja, maka laloe teroes kelamboeng kanannja laloe matilah.

Adapoen maka dari pada sanget keras hatinja Tamsir Sah itoe, maka toembak itoepoen telah teroes, maka masi djoega hendak mengamoek, maka koeda itoepoen meloempat loempat laloe terlepaslah gagang toembak itoe dari pada tangan mantri itoe, maka koeda itoepoen lari kesana kemari, maka roepanja pahlawan Tamsir Sah di bawa koeda kesana kemari, adalah seperti boeroeng jang kenah djemparing, maka mata toembak itoe jang teroes pada lamboengnja Tamsir Sah itoe, habislah menggaris orang jang hampir padanja, setengahnja jang loeka den satengahnja jang mati, maka tangannja Tamsir Sah tijada berhenti dari pada memoeter moeter toembaknja, seperti orang masi hidoep lakoenja.

Satelah hampir kepada radja Sahat Roem itoe, maka laloe di kedjarnja dengen toembaknja, betoel dadanja, maka laloe goegoerlah keboemi.

Maka radja Sahat Roem poen menoembak koedanja sekali, maka laloe matilah koeda itoe.

Adapoen maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman malihat jang mantri itoe menoembak Tamsir Sah dari liringannja kiri, maka laloe di hampirinja dari belakang, serta di belahnja kepalanja dari belakang dengen pedangnja, maka dari pada sanget keras orang jang marah memerang itoe, den lagi pedang itoe pedang nene mojangnja, telah toeroen temoeran dari padoeka Soeltan Taip toeroenannja jang ketoedjoe, maka dari pada sanget wasijatnja pedang itoe, maka mantri itoepoen terbelah doewa serta koedanja sekali terbelah doewa itoe.

Setelah mantri itoe mati maka Djohan hendak laman dengen radja Sahat Roem itoe, maka koe dianja poen berbaliklah.

Satelah koeda itoe berbalik. Maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, hendaklah memerang kepalanja radja Sehat Roem itoe, laloe liwat sedikit laloe terkena ekor koedanja radja Sahat Roem itoe, maka laloe berdjingkat djingkat, maka radja Sahat Roem terlaloe amat marahnja den maloenja serta hendak mati sekarang djoega, sebab melihat koedanja tijada berekor lagi, maka laloe menjeroeboeken dirinja kedalem tentara banjak itoe, maka laloe habislah segala raijat Tadjir itoe lari sana kemari, maka bertamba haroe hara orang berperang itoe.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen mengamoek.

Tatkala bertemoe Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman kepada radja Sahat Roem itoepoen mengoenoes pedangnja serta memerang pada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen menangkis dengen pedangnja.

Maka laloe tangkis menangkis, den perang memerang, maka satelah radja Sahat Roem merasahken maloe dirinja, sebab koedanja tida berekor itoe, maka laloe berpikir di dalem hatinja, djikaloe demikijan inilah orang moeda jang memotong ekor koedakoe, maka djadi bertambah tambah marahnja, serta mengoenoes samsarnja jang beratnja seriboe lima ratoes toedjoe poeloe lima kati, serta di angkat keatas kepalanja hendak memaloe pada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman iioe.

Setelah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman melihat hal itoe, maka tijada berdaja lagi, nistjaja matilah akoe pada hari ini, sebab tijada dapet tertangkis, maka satelah samsar itoe hampir djato atas kepalanja, maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen sigra melompat dari atas koedanja, maka samsar itoepoen menimpa koeda itoe, laloe masoek kedalem boemi serta pakejannja sekali, maka mendjadi gepeng koeda itoe seperti tatempee katjang kadelee, demikijanlah roepanja,

Adapoen maka satelah radja Sahat Roem melihat jang Djohan Pahlawan, Nasib Berdjaman itoe goegoer keboemi, maka laloe di oesirnja dengen koedanja, setelah hampir, maka bahroelah hendak di paloenja dengen samsarnja, maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen memerang kaki koedanja laloe di penggelnja kedoewanja, maka radja Sahat Roem poen goegoer keboemi serta berhadep kedoewanja itoe.

Satelah segala hoeloebalang raijat Djamdjam Bahroen itoe melihat hal itoe, maka laloe sekalijan hendak mengroeboengi Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman.

Maka datenglah anak Djin itoe, serta menangkep segala raijat itoe, satengahnja di boenoenja mati.

Adapoen maka radja Sahat Roem laloe di tangkep oleh segala anak Djin, serta di iketnja.

Satelah segala raijat melihat jang radjanja tertangkep, maka semoewanja poen lari Tjeree beree sana kemari, tijada berketahoewan lagi, den Djohan Pahlawan Nasib berdjaman poen meloempat naek keatas koedanja anak Djin itoe, maka tijada di lihat oleh bangsa manoesija lagi, maka jang mana masi ada gandarannja, semoewanja meroepaken dirinja seperti manoesija.

Arkijan maka satelah di lihatnja oleh anak radja Mahran Poera itoe, maka terlaloe amat mesgoel hatinja, serta tijada di berinja memaloe gandarang kembali dehoeloe, bijarlah akoe madjoe berhadepan.

Maka segala raijat Djamdjam Bahroen poen mendjadi satoe kepada raijat Mahran Poera serta berhamoek hamoekan, maka terlaloe amat rijoé randa soewaranja, maka dari pada sanget banjak orang jang mati, maka medan peperangan itoe mendjadi laoetan dara, seperti bernang rasanja gandaran itoe pada laoetan dara, den kepala segala laki laki seperti boekit rasanja, maka orang berperang itoe bertjampoer baoer antara tiga pihak itoe adanja.

Maka berperanglah poela, raijat samanja raijat, den hoeloebalang bertemoe sama hoeloebalang, den penggawa bertemoe samanja penggawa Pahlawan samanja Pahlawan, den mantri samanja mantri.

Maka laloe djaoe berhamoek hamoekan, jang memerang di perang orang, den jang menoembak di toembak orang, den jang memanah orang, den jang mengoesir di oesir orang, maka bangkai poen bertamboen tamboen, naka darah poemengaler kedalem soengai seperti ombak soewaranja.

Setengahnja kepalanja menoesia berhanjoet hanjoetan seperti kelongkongan kelapa jang hanjoet pada kali jang amat deres aernja itoe, maka habarnja orang berperang itoe seperti kijamat lakoenja.

Satelah itoe maka segala raijat ta'djir, tiada tertahan lagi rasanja di hamoek oleh doewa boewah negri itoe. maka hampirken petjah perangnja raijat ta'djir itoelah.

Maka Mahradja Bahroel Djoemadjoema anak radja dalem negri Mahran Poera itoe, adalah seorang Pahlawannja terlaloe amat gagah beraninja serta saktinja, namanja Toegangga sakti, maka itoelah pengamoeknja jang tiada terkira kira, kerna orangnja besar pandjang lagi hitam warnanja, seperti besi roepanja, maka laloe ija bertemoe dengen seorang pahlawan Tadjir namanja Djamar Kamar itoe.

Maka sama gagahnja den sama braninja, den sama warnanja, maka laloe mengadepken tjakmarnja, maka soewaranja derapnja itoe sampe kelanget rasanja, betoel seperti belah rasanja telingah mendengar soewaranja tjakmar itoe, beradoe samanja, tjakmar.

Maka segala raijat jang mendenger poen amat herannja dirinja, pada pikirnja apa djoega garangan ini, soearanja seperti terbelah rasanja telingah.

Adapoen maka tjakmar itoepoen di paloe kepada parsi, maka gemerempijang soewaranja dari pada sebab kerasnja pemaloe itoe, laloe pata pingang koedanja antara kedoewa pahlawan itoe, maka sama sama berdiri di boemi, serta berpaloe paloehan.

Setelah, segala raijat Mahran Poera melihat jang pahlawan kedoewa itoe sama sama berdjedjak di boemi, maka sekalijan poen dateng mengroeboengi, masing masing membawa tali rantai hendak mengiket pahlawan Tadjir itoe.

Satelah segala raijat Tadjir melihat, jang segala raijat Mahran Poera itoe mengroeboengi, maka masing masing toesoek menoesoek, tabok menabok toembak menoembak tendang menendang den banting membanting.

Satelah itoe maka dari pada sanget riboetnja orang jang berperang itoe, maka radja Bahroel Djoemdjoema itoe poen bertemoe dengen Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, maka laloe bertoembak toembakan, maka sama sama tijada mengenai, kerna sama sama pendekar bidjak sananja.

Setelah itoe maka koedanja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen melanggar koedanja radja Bahroel Djoemdjoema itoe. serta di gigitnja den di tendangnja, maka koedanja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen meloempatken koedanja radja Bahroel Djoemdjoema, maka radja Bahroel Djoemdjoema poen menoembak peroet koeda itoe, maka laloe kena betoel poeser koeda itoe teroes pada toelang belakangnja koeda itoe.

Maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen meloempat dari atas koedanja keboemi, serta memerang kaki koedanja radja Bahroel Djoem-djoema itoe, laloe poetoes sebelah kaki belakangnja jang kanan, maka koeda itoepoen berdjingkat djingkat kesakitan, serta di gertaken kendalinja, maka koeda itoe poen berdjalan dengen tiga kakinja serta terpintjang-pintjang. Satelah itoe maka radja Bahroel Djoemdjoema poen sama berdiri di boemi, serta berpaloe-paloehan.

Satelah maka segala anak Djin malihat Djohan Pahlawan Nasib berdjaman itoe berpaloe-paloehan, maka laloe di taboknja moeka anak radja Bahroel Djoemdjoema itoe, hingga pangsan tijada habarken dirinja, laloe ija djato tergoeling-goeling keboemi, maka laloe di iket oranglah serta di bawa kedalem negri.

Adapoen maka pahlawan Toegangawati itoe, sama-sama berbantingan di boeri.

Satelah itoe maka sedeng asik ija berperang, maka laloe mengamoek tida terkira-kira, setelah di lihatnja jang pahlawan Toegangawati sedang berhela-helahan itoe, maka laloe mengoenoes pedangnja, serta hendak ija memerang pahlawan Tadjir, maka dari pada sanget marahnja mantri itoe, laloe di koewat-koewatkennja dengen soenggoe-soenggoe hati memerang itoe, maka dari pada sanget tadjemnja mata pedang itoe, den sanget keras sekali jang memerang laloe kena terperang kedoewa-doewanja, hingga mati pahlawan kedoewanja itoe.

Satelah mati kedoewanja, maka heranlah mantri itoe melihat jang kawannja sendiri di boenoenja, maka sedeng dahsatnja melihat kawannja, maka datenglah pahlawan Tadjir jang terlebih gagah berani itoe, menoembak betoel pahanja teroes serta koedanja sekali, laloe mati.

Adapoen maka segala raijat melihat radjanja, den pahlawannja habis mati, maka masing masing poen habis lari kesana kemari, tjerai berai tida berketahoewan lagi kawan dengen lawan, maka mendjadi tjampoer baoer itoe.

Satelah itoe maka haripoen socdaken hampir petang, maka gandarang kembalilah di paloe orang, maka kembalilah masing masing, den anak radja jang tinggal itoepoen kembalilah pada kapalnja. Satelah sampe di kapalnja, maka laloe makan minoem masing masing mana adat sedija kala, itoe waktoe soedah malem tidoerlah masing masing segala anak radja radja itoe, maka tida di seboetken segala anak radja radja itoe, maka terseboetlah segala perkata-annja raijat Tadjir masoek kedalem kota, serta makan dén minoem dengen bersoeka soeka.

Sachdan maka segala anak radja-radja jang sampe kedalem kapalnja, maka masing-masing bermesoewarat kepada kawannja, dari pada pekerdja-an perang itoe, kerna telah beberapa banjak radja radja jang mati den jang tertangkep, maka djadi hatinja terlaloe amat mesgoel, sebab segala raijat negri Tadjir terlaloe amat gagah gagah lagi berani-berani.

Setelah itoe maka kata mahradja Mashoensah kepada mahradja Kamsaril, Hai soedarakoe! apakah bitjara diri dari pada perkara pekerdja-an perang ini, kerna pahlawannja itoe sanget sekali bidjaksananja, den tida dapet kita ini berhadepan kepadanja.

Maka sahoet mahradja Kamsaril, Hai soedarakoe! kaloe-kaloe anak radja djoega menjamarken dirinja, kerna tatkala kita ini dateng kemari, soewatoepoen tijada ada jang kita lihat orang itoe.

Satelah itoe maka sahoet mahradja Mahroen Ma'an, Hai soedarakoe! kaloe-kaloe itoelah bakal mantoenja padoeka Soeltan Taib, kerna selamanja kita berperang tijada pernanja kita malihat Soeltan Taib keloear berperang, kerna ijalah jang di harep'harep.

Maka kata seorang poeloe, lai soedarakoe! djikaloe demikijan baeklah kita mengroeboengi sama sekali, sepaja kita hoedjanken dengen anak panah, kerna djikaloe tijada kita mengroeboengi dija, mistjaja tijada terlawan oleh kita ini.

Maka sahoet seorang soenggoelah seperti kata toean-toean sekalijan, kerna pada pikir kita baeklah kita datengken dengen ampat pendjoeroe, se erti seorang radja dari kanan, den seorang dari sebelah kiri, den scorang dari hadepan, den seorang dari belakang.

Maka sahoet saorang poela baekla kami ini menoeroet sadja, mana djoega kahendak soedara kita.

Maka kata seorang, djikaloe demikijan baeklah kita berhenti dahoeloe berperang, sakira kira satoe boelan sembilan poeloe lima hari, soepaja kita koempoelken segala raijat radja radja jang telah tertangkep itoe, kita mendjadiken satoe dengen raijat kita.

Maka sahoet saorang, kaboellah tocankoe sedan paketan ini, kerna medan peprangan seperti basa dengen darah belon lagi kering. Maka sahoet poela seorang, djikaloe demi, kijan backlah kita berbocat soewatoe soerat soepaja kita memberi chabar kepada Soeltan Taibjang kita hendak bernanti dahoeloe barang satoe boelan satengah, atawa ampat poeloe lima hari, soepaja medan peperangan di perbaiki dahoeloe, kerna kita hendak perang jang terlaloe amat besar sekali.

Maka sahoetnja sekalijan baeklah.

Hatta maka laloe di perboeat satoe soerat serta di kirim kepada padoeka Soeltan Taip, maka Soeltan Taib poen kaboelken saperti kata dalem soerat itoe, maka tijada terseboet perkata-an itoe, serta kami tijada seboetken lagi segala radja radja jang dalem negri Tadjir, maka pengarang berhentiken dahoeloe, sebab hendak mengambil tjeritanja jang laen.

Alkaisah maka terse oetlah perkata-annja toean poetri Mahroem Sari, selamanja segala hoeloebalang jang doea poeloe orang itoe kembali dari kampoeng Karang Sari, serta mengataken jang anak radja Tarol Arkan tijada kembali sebab mentjari istrinja segenep hoetan, maka ha- tinja sanget menjesel kerna seselnja: Mengapa sampe hatinja tijada berkata bener.

Satelah itoe maka di lihatnja Sachbanda kedoewa Sachbandi poen tijada, maka titah toewan poetri Mahroem Sari. Hai dajang: Marilah kita pergi kedalem hoetan melihat tempatnja Indra Paulan Tamsil Marifat itoe.

Setelah itoe maka segala dajang dajang poen berlengkeplah, maka laloe berdjalan serta mengiringken toean poetri.

Setelah sampe di taman, maka di lihatnja perhijasan roemah itoe terlaloe amat heran dirinja, betoel seperti roemah radja radja dengen kelengkepannja, kerna sanget taoenja orang ini mengatoer roemah tangganja den di pereksanja di peradoewannja, maka terlaloe amat heran dirinja, serta di lihat tiri kelamboenja dari soelaman den alesnja den bantal bantalnja seperti tida perna di lihat orang, serta katja den tangloeng serta tandil pelita di atoernja, seperti tijada tertoelat den tertiroe oleh kita ini, den segala dajang dajang poen soekalah melihat padjangan roemah itoe sanget baeknja.

Setelah itoe maka toean poetri Mahroem Sari poen masoek kedalem bilik, maka di lihatnja adalah soewatoe tempat seperti astana roepanja, den djendelanja dari pada katja', maka di lihatnja dalem roemah itoe segala pekerdjaan perempoean, seperti soelaman den teketan boerdelan den songketan dari pada segala roepa warna kembang, den boengah bertjabang, den boewah berrantang serta kajoenja den adalah djoega dari pada roepa boeroeng den hewan, maka sekalijan itoe belon lagi habis, kerna adalah jang lagi satengah di kerdjaken den adalah jang telah seleseh.

Setelah itoe maka heranlah toean poetri Mah roem Sari, serta berpikir di dalem hatinja, djikaloe demikijan perempoewan djoega Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, kerna pekerdja-annja ini jang menoendjoeken, den lagi dari dahoeloe telah hamba kataken pada hati, Indra Paulana Tamsil Maripat ini perempoewan djoega, tetapi hatikoe masi tesangkal, sebab tahoenja ija bermain koeda, den sanget pandenja bermain sendjata di atas koeda, seperti perdjoerit, maka dalem itoe poen patoetlah kakanda kasih den sajangkaloe kaloe anak radja di negri Tadjir ini menjamarken dirinja kerna segala chabar oleh orang telah njata, jang ija itoe seorang prempoеwan.

Maka pikir toean poetri. Hai Indra Paulana Tamsil Maripat, mengapa toean tijada berkata benar, sesellah akoe telah berboeat demikian, den lagi taoenja orang herhambaken diri, maka toean poetri Mahroem Sari poen mengoetjap sepandjang taman, serta berkata: Ajoehai toean, djikaloe toean berkata bener sedikit poen tida kaka goesari, akoepoen tida ampoenja soedara, maka soekalah akoe bersoedaraken diri kerna sanget berboedi lagipoen taoe menahan hati, aken memaliharaken soewami, den djikaloe akoe taoe jang diri perempoean, maka akoe samboet toean dengen sepoeloeh djari, sajanguja tida maoe berkata benar, den sekarang toewan memberi kaka rindoe.

Satelah oedah berpikir demikijan, maka sembah Dang Poespa Sari kedoewa Dang Kentjana Sari, jatoewankoe: Sampenja hati toean beroleh kawan tijada di ketahwinja, djikaloe toean katahwi alangka sedepnja, kerna jang beta lihat sanget sekali orang itoe boedimannja, den sanget taoe mengambil hati, lagipoen pandenja menahan sakit hati. maka djikaloe beta inget adalah seperti sijang tebeatnja Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, djikaloe mengenengken Indra Paulana Tamsil Maripat ampoenja boedi, nistjaja jang mengarang roesak hatinja, den jang membatja poen teringet djoega djalan jang tempo tempo doeloe masi djenaka.

Salelah itoe maka toean poetri Mahroem Sari poen tersenjoem, mendenger kata Dang Poespa itoe, serta katanja: soenggoehlah toean-toean ini, den djikaloe demikijan baeklah kita menjoesoel. kepada dija di dalem negrinja, kerna ingin sekali kita boeat soedara padanja itoe.

Maka kata Dang Poespa Sari, adalah seperti pantoen anak sekarang.

Orang taoe membawa boedi pekerti,
Kerna boedi tambatan hati,
Boedi jang baek di seboen pasti,
Tidaken hilang sampeken mati.

Dengerlah toean awang den dajang,
Boedi jang baek djangan di boeang,
Djikaloe ada sertanja wang,
Sampeken mati tidaken hilang.

Orang berboedi soesa di tjari,
Djarang di dapet dalem negeri,
Kaloe kedjahatan banjak terperi,
Banjak sekali kanan den kiri.

Dengerken pantoen hamba seorang,
Orang berboedi di dapet djarang,
Hamba berkatalah teroes terang,
Kebanjakan dapet akal jang koerang.

Satelah toean poetri Mahroem Sari mendenger pantoen, maka ijapoen djadi tersenjoem serta berangkat poelang ke dalem astana.

Maka setelah sampe kedalem astana, maka hatinja tida keroewan serta berpikir seorang dirinja.

Adapoen maka pikirnja toeau poetri, djikaloe demikijan akoe tinggal dalem negri dengen seorang dirikoe, nistjaja segala radja-radja jang bekas toenangankoe dahoeloe-dahoeloe itoe mendenger Indra Boeganda Aspandar Sah tijada di dalem negri, nistjaja ija meminang akoe, maka dari pada sanget sakit hatinja segala anak radja radja nistjaja di binasahken antara kedoewa boewah negri ini, antara negri Mahroem Langga Sari dengen Taral Arkan, den lagi djikaloe belonkoe bertemoe dengen Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, poetri mana garangan dija, maka beloen poeas rasa hatikoe, den lagi apalah goenanja akoe hidoep djikaloe boekan sama-sama padoe ka kakanda itoe. Setelah soeda berpikir demikijan itoe, maka persantepan poen di angkat oranglah, maka toean poetri Mahroem Sari santep sedikit laloe soedah, tatkala itoe hari poen djadi malemlah soeda.

Setelah djaoeh malem maka toean poetri poen bangoenlah searang dirinja, serta mengoetjap mengaloe ngaloe serta berpikir, djikaloe demikijan baeklah akoe lari djoega pada malem ini, kerna tijada beta rasanja akoe di tinggal dalem negri ini.

Satelah soeda berpikir, maka laloe membangoenken dajang dajanguja, seraja katanja:

Hai Poespa Sari kedoea Kentjana Sari marilah diri bangoen.

Maka dajang kedoea poen bangoen dengen goepoepnja, serta toeankoe apakah chabar?

Maka sahoetnja toean poetri. Hai Dang Poespa kedoewa apakah bitjaramoe sekarang ini, akoe ini hendak pergi mengembara aken mentjari padoeka kakanda, den djikaloe angkau hendak mengikoet bersama sama marilah, den djikaloe angkau tida bendak mengikoet tinggalah angkau baek baek di dalem negri bijarlah akoe berdjalan sendiri.

Maka sahoetnja dajang kedoewa, ja toeankoe mengapa toean selakoe ini, tidakah toean inget iboe bapä toean hendak bertemoe dengen toean jang laki laki, masaken koerang segala hoeloe balang raijat pergi mentjari, den lagi masaken tida hari ini sijang, kerna ini sedang djaoe malem, kaloe kaloe di tangkep orang.

Maka sahoet toean poetri. Hai Dang Poespa, kaloe kaloe telah soeda djandjikoe selakoe demikijan, tetapi djikaloe angkau berkahendak marilah mengikoet, den djikaloe angkat tida maoe bijarlah akoe seorang, kerna djikaloe kita ken kepada ajahanda boenda, nistjaja tijada di beri sebab kita anak perempoean, den lagi nistjaja di beri taoe pada orang negri, maka mendjadi segala isi negri mendjaga kita, nistjaja kita tida dapet keloear den sekarang apalah bitjara toean-toean.

Maka sembah dajang kedoewa, djikaloe demikijan baeklah hamba mangikoet, kerna djikaloe hamba tinggal, nistjaja habislah mati di boenoenja hamba oleh ajahanda boenda toean, sebab hamba kedoewa ini jang terlebih hampir kepada toeankoe, den djikaloe pada pikir beta sepatoetnja toeankoe mati beta mengikoet bersama sama.

Satelah toean poetri mendenger kata hamba hambanja itoe, maka mendjadi terlaloe amat soeka hatinja, serta katanja: Hai dajang-dajang kedoewa, apakah akal kita soepaja djangan di kenal oleh orang dalem negri ini.

Maka sahoetnja, antalah bamba kedoewa ini tida mampoenjai akal sekali-kali, mana djoega akal toeankoe hamba ini djoendjoeng.

Maka sahoet toean poetri, djikaloe demikijan baeklah kita ini memake tjara laki laki jang seperti perdjoerid, den angkau memake pakejan hoeloe balang.

Maka sembahnja baeklah patek menoeroet djoega, apa barang titah toeankoe ini.

Satelah itoe maka toean poetri memake pakejan soewaminja seperti laki-laki, serta bersendjata pedang den toembak panah dengen parsinja, maka berbagi-bagi sendjata di pakenja, den dajang dajang kedoewa poen memake seperti laki-laki, maka terlaloe amat hebat roepanja betoel seperti Raden Galoe Tjindra Kirana, tatkala mendjadi dalang gamboe Pengoeda asmara Danta, tatkala mengembara di negri Gergelang, demikijanlah roepanja toewan poetri itoe, maka laloe bersalin nama pada malem itoe, serta katanja: Hai dajang dajang, sekarang ini angkau seboet namakoe Indra Mardjoenoel Alam, den angkau akoe namaken Migat Ningroem den seorang Migat Ningsi, itóelah toekarannja.

Maka dajang kedoewa itoepoen terlaloe amat soeka hatinja, serta berpikir: padenja toean poetri ini menoekar nama, berpatoetan dengen roepanja den tingkah lakoenja.

Satelah itoe maka titah Indra Mardjoenoel Alam, Hai Nigat Ningroem kedoewa Migat Ningsi, maka bawalah angkau seorang sebantak anak panah dengen boesernja sekali, den seorang bawa soempitan dengen djemparingnja sekali, soepaja kita masoek di dalem hoetan seperti lakoe orang memboeroe soepaja djangan sampe kita di ketahwi orang, den nanti kelak akoe membawa senapa serta dengen sekalijan perkakasnja.

Satelah soeda memake pedang masing masing itoe, maka laloe berangkat keloewar dari dalem astana itoe, serta ija naek keatas djendela, maka laloe teroes keloear menoedjoe kebelakang negri.

Satelah sampe pada pintoe belakang itoe, maka di lihatnja pengawal pintoe masi berdiri djoega kedoeanja. maka Indra Mardjoenoel Alam itoe poen pergi pada bilik jang sebelah kanan, serta naek keatas pager ketiganja, serta kelocar pada malem itoe, serta masoek kedalem rimba besar.

Maka segala dajang-dajang di dalem astana toean poetri, itoe poen semoewanja habis pergi mentjari kesana kemari, toean poetri serta dajang-dajang itoe hilang tida ketahoean, satelah itoe soearánja orang rijoe itoe hingga kadengeran di dalem poeri.

Maka Soeltan poen bertanja gemper apa itoe di dalem astana ini?

Laloe menjahoet orang itoe, jatoeankoe: bahoewa kata orang, gemper itoe toean poetri hilang dalem poeri dengen tiga berdajang.

Adapoen maka satelah Soeltan kedoewa laki istri mendenger kata itoe, serta terkedjoet laloe bangoen kedoeanja serta menoedjoe kedalem astana toean poetri itoe.

Maka segala dajang-dajang melihat jang Sooltan dateng kedoewa laki istri, maka masing-masing poen soedjoed menjembah dengen tangis nja, katanja: Wai toeankoe dengen mati di boenoe hamba poen trima, sekarang ini mana djoega hoekoem toeankoe tidalah hamba moengkir lagi, bahoewasanja ananda toean poetri telah gaib dari dalem astana.

Setelah baginda mendenger titah jang demikijan, maka laloe tjoetjoer aer matanja, den permaisoeri poen pangsan tida habarken dirinja, maka laloe di pertjiken aer mawar, maka laloe bangoen serta ratanja permaisoeri demikijan katanja. Hai toean boewah hati hoenda mengapakah toean berlakoe demikijan, belon lagi hilang hatikoe, dari pada mesgoelken soewami toean pergi dengen tijada bermoehoen, den sekarang toean poela memboewang diri, maka pada pikir boenda djikaloe padoeka kakanda tida mengapa, kerna ija anak laki laki, den lagi telah tentoe adanja di di dalem negri Tadjir sebab menjoesoel Indra Paulana Tamsil Maripat, den lagi padoeka kakenda toean membawa djoega kawan doea poeloeh hoeloebalang serta alat sendjatanja, den sekarang toean djoega berboeat mesgoel poela aken ajahanda boenda, kerna toean orang perempoewaan lagi tida berketahoean kemana perginja, den di mana ajahanda boeda menjoeroehken menjoesoel toean, serta toean tida berkawan dengen tiga orang. Hai masmira toean sampe hati toean meninggalken boenda orang jang toea ini.

Satelah soeda bertangis tangisan itoe, maka titah Soeltan. Hai adinda: soedalah djangan sanget di tangisken, marilah kita soeroehken orang mentjari barang di mana, den serta kita soeroe memberi habar kepada soedara kita dari hal itoe, kedalem negri Mahran Lanhga Sari itoe.

Satelah itoe maka Soeltan poen berboeat soerat, serta menjoeroe doea belas orang bantara membawa soerat itoe kepada Soeltan Bahroen di negri Tadjir.

Maka laloe berdjalan dengen sigranja, den segala raijat mantri hoeloe balang di soeroenja

mentjari segenep hoetan rimba belantara, den segenap doesoen den kampoeng desan den goenoeng, den laoet atawa soengai, maka beberapa negeri di soeroenja djoega mentjari.

Maka sekalijan raijat poen pergilah mentjari toean poetri itoe.

Arkijan maka terseboetlah perkata-annja Soeltan Bahroen di dalem negeri Tadjir itoe, sedeng doedoek di dalem astana dengen istrinja, maka hatinja itoe sanget mesgoelnja, sebab telah anem boelan tida pergi pergi melihat anaknja djadi sanget kangennja.

Satelah itoe maka sekoetika poela datenglah seorang hambanja persembahken, bahoesanja ada oetoesan Toral Arkan membawa soerat.

Maka titah Soeltan di soeroenja masoek sekalijan.

Satelah sampe laloe di persembahken soerat itoe, maka laloe di samboetnja serta di batjanja.

Maka soeltan poen djato dari tempat doedoeknja, serta pangsan tida chabarken dirinja.

Tatkala itoe permaisoeri poen djadi terkedjoet serta mengambil aer mawar laloe di pertjikennja pada moekanja Soeltan itoe, maka Soeltan poen sedar laloe menangis.

Satelah itoe maka titah permaisoeri, Hai kakanda apakah chabar itoe.

Maka laloe berkata Soeltan Bahroem serta dengen aer matanja berhamboeran, demikijan katanja: Hai adinda bahoewasanja kata dalem soerat itoe aken memberi chabar kepada kita doe laki istri jang anak kita Indra Boeganda Aspandar Sah soeda pergi kenegri Tadjir menjoesoel Indra Paulana Tamsil Maripat itoe, serta segala hoeloebalang kira kira doewa poeloe orang, den adalah antara tiga hari padoeka ananda itoe pergi dengen tida bermoehoen lagi adanja.

Maka pada malem jang keampat padoeka ananda Siti Mahroem Sari hilang dari dalam keraton, serta Poespa Sari den Kentjana Sari, tida bertahoewan kemana perginja.

Adapoen maka satelah permaisoeri jang anaknja hilang doewa laki istri, maka laloe rebah pangsan serta tida chabarken dirinja, maka laloe di pertjiken aer mawar serta sedarlah.

Satelah inget dari pada pangsan, laloe pangsan poela adalah kira kira toedjoe kali pangsan, maka laloe menangis kedoewanja, den segala dajang dajang poen semoewanja menangisken toewannja.

Maka segala dajang dajang itoe bagi bagi boenji ratapnja.

Kata Dang Roekoem itoe, ajauhai toewan: sampe hati toewan dateng rasanja, toewan meninggalken hamba sekalijen ini.

Kata Dang Soendari, di seboet orang si Mijanah poetih, katanja: adoeh toean sampe hati sekali orang jang mengarang ini, aken memboewat tjerita jang selakoe demikijan, aken memberi piloe hati orang Mahran Langga Sari, wai: pengarang sampe hati soenggoeh aken mamisahken hamba ini dengen toeannja, ajauhai pengarang jang bebel tida mengetahwi sakit hati orang, di boewatnja tjerita toewan patek di pisahken dengen iboe bapanja, itoelah tandanja pengarang itoe orang jang bodo lagi tidaken berboedi.

Satelah itoe maka titah Soeltan Bahroen. Hai adinda: djikaloe demikian apalah goenanja djikaloe kita ini menangis djoega, kerna nistjaja tida soedanja, djikaloe demikian baeklah kita soeroenja orang mentjari barang adanja, adalah kita hendak kata sebab soeda lakoeken oleh toehan malikoel adil atas jang mengarang aken melakoeken kita, demikijanlah ada hendak di kata lagi.

Satelah itoe maka Soeltan poen menjoeroehken raijatnja pergi mentjari segenap tempat demikijanlah.

Alkisah maka terseboetlah perkata-annja Indra Mardjoenoel Alam berdjalan masoek rimba terbit rimba, maka bebrapa melaloeken padang jang besar besar den goenoeng jang tinggi, den djoerang jang deras deras den batoe jang miring miring den soengai jang tenang tenang, sijang malem di dalem hoetan, maka barang di mana bertemoe binatang jang besar atawa jang ketjil den jang galak galak, laloe di kedjarnja dengen sendjatanja den barang di mana ada tempat berhenti, di sanalah ija poen bersiram badan den barang di mana bertemoe goenoeng pertapa an, maka laloe naeklah ija serta singga bermain main tiga berhamba itoe, den ija berladjar ilmoe hikmat kepada segala pengadjar pengadjar den berhaman, maka banjaklah ija mendapet ilmoe laki laki, seperti ilmoe peperangan den ilmoe kesaktijan, maka beberapa ija memboenoe Harimau den Banteng Gadjah den Singa dengen sendjatanja, den hambanja kedoewa itoepoen demikijan djoega.

Setelah itoe maka haripoen hampirken malem, maka Indra Mardjoenoel Alam poen berhenti dalem hoetan itoe, di bawa poehoen nagasari serta laloo beradoelah ketiganja.

Satelah sijang hari maka dari pagi pagi hari Indra Mardjoenoel Alam poen bangoen, serta doedoek memeloek loètoetnja, maka di lihat hambanja kedoewa lagi sedeng tidoer, hatinja poen mendjadi rawan rasanja, sebab terkenangken dalem negrinja.

Satelah itoe maka laloe ija membangoenken Magat Ningroem kedoea Magat Ningsi, serta katanja: Hai kaka' marilah bangoen, kerna hari soedanen sijang ini.

Maka pada masa itoe hambanja kedoewa poen bangoenlah, serta mengoetjek ngoetjek niatanja sambil berkata: dingin soenggoeh rasanja kaki tangan patek, seperti menjilem di dalem aer rasanja.

Satelah itoe maka hambanja kedoewa poen pergi mentjari boewa boewahan barang sedapet dapetnja.

Satelah Magat Ningroem berdjalan pergi mentjari boewa boewahan, maka banjaklah di perolehuja boewah boewahan itoe, seperti boewah Djamboe den boewah Bidara serta di bawanja kepada toewannja, maka laloe di makannja.

Maka Magat Ningsi poen naeklah pada soeatoe poehoenpoen mangga jang amat besar den tinggi, poen beberapa di lilitnja dengen segala ojot-ojotan jang merambat pada poehoen itoe, telah sampe ija keatas poehoen itoe, maka laloe di lihatnja adalah saekor koeda terlaloe amat besarnja, den Wana boeloenja seperti daoen pisang jang moeda, maka mendjadi heranlah Magat Ningsi melihat koeda itoe, kerna seoemoer hidoepnja belon perna malihat koeda jang demikijan.

Satelah itoe Magat Ningsi poen sigra toeroen dari atas poehoen itoe, serta berlari bertemoeken toewannja.

Satelah sampe maka katanja: Ja toewankoe bahoewasanja adalah hamba melihat saekor koeda terlaloe amat heran sekali kali hamba memandang warnanja koeda itoe.

Maka sahoet Indra Mardjoenoel Alan, di manakah adanja koeda itoe?

Maka sembahnja adalah di sebelah sana.

Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam sigrah bangoen memake selangkep pakeijan serta sendjatanja, maka laloe menghampiri pada tempat koeda itoepoen berbengeer, seperti orang mengaloe ngaloeken Indra Mardjoenoel Alam itoe.

Satelah di lihatnja koeda itoe, maka hatinja mendjadi timboel birahinja laloe di hampirinja. Maka koeda itoepoen berdijam dirinja, satelah hampir dekat hendak di tangkapnja, koeda itoe poen lari poela sakira kira tiga ampat toembak djaoenja laloe berhenti poela.

Maka laloe di hampirinja poela koeda itoe, satelah hampir kena hendak di tangkepnja, maka koeda itoepoen lari kesana kemari serta dengen berdjingkrak djingkrak, selakoe lakoe orang jang soeka roepanja.

Adapoen maka beberapa kali demikijan djoega kelakoewannja koeda itoe, maka dari pada sanget sakit hatinja Indra Mardjoenoel Alam, maka laloe di tembaknja beberapa kali tida mengenaken padanja.

Adapoen maka beberapa di ikoetnja koeda itoe barang kemana perginja, maka laloe sampe pada soewatoe tempat terlaloc amat inda inda roepanja, maka di sanalah ada sepasang poehoen baringin besar, den pagernja berkoeliling dari pada poehoen soelatri.

Maka koeda itoepoen masoek kedalem pintoe itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen mengikoet djoega.

Satelah sampe kedalem pager itoe, maka koeda itoepoen gaib tida kelihatan, maka heranlah Indra Mardjoenoel Alam itoe, serta berhenti di bawa poehoen baringin besar itoe serta sesel dirinja dengen lelahnja, sambil ija menantiken dateng hambanja.

Maka datenglah hambanja kedoewa, serta katanja: ja toewankoe kemanakah djalannja koeda itoe. Maka sahoet toewannja, Hai soedarakoe: masoek kemari koeda itoe tadi, den sekarang marilah kita masoek kedalem sekali kaloe kaloe ada jang poenja koeda itoe roepanja.

Maka sembah hamt anja kedoewa, jatoewankoe djanganlah kita masoek kesitoc kaloe kaloe tempat etan Djin den Hantoe, den djikaloe ija ketahwi nistjaja habislah kita ini di makannja.

Maka sahoet toewannja, Hai soedarakoe: tidalah mengapa djikaloe boekan toelisan kita nistjaja tidalah di makannja, djikaloe kita soeda dapet perdjandjian di mana dapet kita salahken lagi.

Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen masoek ketiga hambanja, waktoe ija sampe kedalem, maka di lihatnja adalah soewatoe tempat terlaloe amat back perboewatannja, den banjak segala boengah boengahan den taman permandijan dari pada batoe akik, terlaloe amat tjernih aeruja den ikaunja dari pada mas den perak, den soewasa matanja dari pada inten bidoeri den djambroet, terlaloe amat maha elok roepanja, di sanalah Indra Mardjoenoel Alam bermaen maen mengliboerken hatinja.

Satelah itoe maka laloe berdjalan poela, laloe di lihatuja adalah soewatoe pager dari pada boenga melati, ada djoega sepasang dari pada poehoen kemoening kiri kanan pintoenja, maka Indra Mardjoenoel Alam poen masoek kedalem pager melati itoe, maka di lihatnja adalah seboewah roemah dari pada batoe, den permidangan nja pintoenja dari pada mas batoe sembilan, den toetoep pintoenja dari pada batoe merdjan jang amat merah.

Satelah itoe maka Indra Mardjocnoel Alam poen menghampiri roemah. itoe, laloe di lihatnja pintoenja terkoentji.

Maka titah Indra Mardjoenoel Alam. Hai Magat Ningroem memberi salamlah socdarakoe pada roemah ini, kaloe kaloe ada jang mendjawab- ken solam kita.

Maka Magat Ningroem memberi salam; Assala moealaikoem bai hamba Allah dari pada kaoem apa tocankoe, atawa Djin atatwa manoesija ini.

Maka jang ampoenja roemah poen mendenger soewara orang n emberi salam, laloe di djawab salamnja serta memboeka pintoe, katanja wa alaikoem salam..

Satelah di lihatnja adalah seorang laki laki terlaloe amat back parasnja, maka Indra Mardjoenoel Alam poen melihat roepanja laki laki itoe sanget moeda balija, lagi poen sabar roepanja, maka laloé masoek serta menjembah.

Maka jang ampoenja roemah poen memberi hormat, serta katanja: Doedoeklah toeankoe.

Maka Indra Mardjoenoel Alam poen doedoeklah serta menjembah serta katanja: Jatoeankoe orang moeda, sijapakah toean ini den dari pada bangsa apa?

Salioetnja, jatoeankoe bahoewa hamba ini dari pada kaoem Moeslimin, den bangsakoe dari pa da dewa kaindra-an di dalem doenija, den namakoe Windatawati di seboet orang, den toean sijapa nama toean.

Maka sahoetnja, bahoea bangsa hamba dari pada manoesija, jani kaoem Moeslimin djoega, nama hamba Indra Mardjoenoel Alam, tetapi soedarakoe apa sebabnja ada pada tempat ini, den apa moelanja toean boleh toeroen dari kaindra-an apakah djoega jang toewan nantiken di sini.

Satelah itoe maka sahoet Widanta wati jatoewankoe, sebab hamba toeroen dari kaindraan sebab soedara patek, kerna patek ada bersoedara ampat laki laki, maka dari pada sanget besar kesalahannja soedara patek kepada iboe bapa hamba, maka di soempahken ketiga soedara hamba, maka mendjadi seperti roepa binatang, hingga hamba djoega jang tijada berboewat dosa, setelah soedara hamba kena moerka maka mendjadi seperti sackor koeda, laloe di hoesirnja dari kaindraan toeroen keboemi, maka dari pada hamba sanget kasih den sajang dengen soedara hamba, djadi hamba mintaken idjin mengikoet soedara hamba serta laloe di berinja, maka inilah djadi hamba berboeat tempat pada hoetan ini serta dengen soedara hamba keampatnja.

Sahoetnja Indra Mardjoenoel Alam, Hai soedarakoe: sekarang kemanakah soedara hambamoe ini.

Maka sahoetnja jatocankoe, bahoewasanja soedara hamba jang seorang ada pada tempat ini djoega, bersama sama dengen hamba, den jang doewa orang lagi mentjari mega lantaran kerna pesen ajahenda hamba demikijan katanja: Hai anakoe Widanta Wati sekarang ini djikaloe angkau toeroen kedalem doenija, maka djikaloe beloen angkau bertemoe seorang manoesija namanja Indra Mardjoenoel Alam, maka beloenlah soedaramoe boleh kembali roepanja seperti dehoeloe, maka itoelah sebabnja soedara patek jang kedoewa pergi mentjari nama seorang hamba allah namanja demikijan.

Adapoen maka satelah Indra Mardjoenoel Alam mendenger kata jang demikijan, maka laloe tersenjoem serta berdijem dirinja, maka sekoetika. laloe berkata, Ilai soedarakoе Widanta Wati sanda ini dari pada anak sijapa?

Maka sembahnja baboea hamba ini anak radja seorang Dewa kaindraan bernama mahradja Widanta Sakti, maka di tanah Dewa Dewa seorang poen tijada ada jang lebih besar dari pada ajahenda hamba ampoenja keradjaan, maka dari pada telah di djandjiken jang hamba dengen soedara hamba mendjadi hamba orang, apalah hen dak di kata lagi malinken hamba ini misti trima.

Maka kata Widanta Wati. Hai soedarakoe apakah moelanja, maka soedarakoe sampe kemari.

Sahoetuja Indra Mardjoenoel alam, bahoewa hamba ini ada seorang jang sasat, djadi hamba masoek kedalem hoetan, maka hamba melihat ada sackor koeda terlaloe amat inda roepanja, djadi hamba mengoesirlah dija hinggaken sampe kemari, itoelah moelanja. Maka sahoet anak Dewa itoe, ja: toewankoe soenggoehlah seperti titah toeankoe itoe, kerna itoelah soedara hamba jang bernama Doerman Maha Soeni namanja, den tatkala masi seperti hamba roepanja di namaken oleh ajahanda hamba Dewa Danta Dewa itoe. Maka sahoet Indra Mardjoenoel Alam itoe.

Hai soedarakoe djikaloe ada derma soedarakoe baeklah patek moehoenken dija kerna hamba ini lagi mengadepi perang kerna chabarnja di dalem negri Tadjir banjak sekali anak radja radja berperang sebab poetri Tadjir.

Maka sahoetnja anak dewa itoe, soenggoehlah seperti chabar itoe, kerna soedara patek kedoewanja ada pada tempat itoe, den djikaloe toeankoe hendak kedalem negri Tadjir baeklah patek ini menoeroet bersama sama, kaloe kaloe sigra hamba bertemoe dengen soedara patek.

Satelah itoe maka hari poen malemlah, maka anak radja kedoewa poen bermalemlah pada roemah itoe, satelah soeda tengah tengah malem Indra Mardjoenoel Alam tidoerlah.

Maka Widanta Wati poen bertanja kepada hambanja kedoewa itoe, serta katanja: Hai soedarakoe sijapakah nama soedarakoe?

Sembahnja ja toeankoe nama hamba ini kedoea seorang Magat Ningroem den seorang Magat Ningsi.

Maka kata Widanta Wati. Hai soedarakoe jang di pertoean itoe sijapa namanja, pateh ini loepa.

Maka sahoetnja ja toewankoe, toewan itoe na manja Indra Mardjoenoel Alam, anak dari pada Padoeka Soeltan Bahroen di dalem negri Mahran Langa Sari.

Satelah anak Dewa mendenger kata itoe, djadi teringetlah pada pesenan ajahandanja, maka pikirnja djikaloe demikijan sigra djoega kita bertemoe ini den serta djoega ajahanda serta den bioenda.

Satelah sijang hari dari pagi pagi hari Widanta Wati telah berhadlir koeda itoe, satelah soeda maka laloe masoek serta di lihatnja Indra Mardjoenoel Alam telah bangoen dari pada tidoernja, maka laloe di adjaknja mandi kedalem taman angsoeka namanja terlaloe amat haroem di dalem taman itoe.

Satelah soeda mandi laloe bersantap segala boewah boewahan.

Maka kata Widanta Wati, jatoewankoe djikaloe ada dermanja toeankoe, bahoewasanja koeda jang seperti kehandak toeankoe, telah hamba ini hadlirken.

Maka Indra Mardjoenoel Alam poen terlaloe amat heran, melihat boedinja anak dewa ini, serta katanja: Hai soedarakoe apalah wasijatnja koeda ini.

Maka sahoetnja, jatoeankoe bahoewasanja koeda ini, djikaloe di dalem peperangan sangetlah bijasanja, den lagi laoetan dapetlah di loempatkennja, maka sebab hamba persembahken kepada toeankoe koeda ini, kerna hamba hendak mengiringken toeankoe bersama sama kedalem negri Tadjir, kerna di sana adalah soedara hamba nja.

Sahoetnja Indra Mardjoenoel Alam soekoerlah djikaloe soedarakoe hendak mengikoet bersama sama, kerna hambapoen tida ampoenja soedara.

Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen naeklah keatas koeda, maka laloe berdjalanlah keampatnja, mengikoet barang sakehendak kaki koeda itoe, masoek hoetan kelocar hoetan masoek rimba keloear rimba.

Adapoen maka adalah antara tiga hari dengen malemnja berdjalan itoe, maka laloe sampai ketepi laoet terlaloe amat besarnja, maka Doerman Maha Soeni poen berlompat sepertiken terbang roepanja.

Satelah sampe di sebrang, maka Indra Mardjoenoel Alam poen toeroen keboemi, maka Doerman Maha Soeni poen kembali mengambil ketiga orang itoe, serta di bawanja menjebrang.

Satelah sampe di sebrang, maka Indra Mardjoenoel Alam poen naeklah keatas koeda itoe, serta teroes berdjalan menoedjoe kedalem negri Tadjir, demikijanlah.

Alkaisah maka terseboetlah perkata annja Soltan Moehamad Sahrab itoe, selamanja di tinggal oleh sahbatnja Nachoda Mansoer Tabir itoe, maka hatinja djadi tida kerowan, laloe ija menjoeroehken seorang wazirnja doedoek keradjaan, mana ijapoen bermoehoen pergi kedalem negri Tadjir, kerna chabarnja banjak segala radja di sana aken maminang toewan poetri doewa orang itoe, maka itoelah sebabnja ija hendak mentjari sahbatnja di sana, kaloe kaloe ada pada tempat itoe, kerna segala dagang berlajar jang pergi dateng kedalem negri itoe aken menghabarken, bahoewasanja banjak orang bertemoe jang nachoda itoe ada pada tempat itoe, telah soeda mendjadi miskin sebab kapalnja binasa, maka itoelah hatinja Mochamad Sahrab tijadaken sedap rasanja, serta ija menjoeroehken mantrinja mondjadi wakil keradja-annja, maka kaboellah seperti kahendak itoelah, maka laloe menjoeroehken orang berlengkep dari pada kapal den bachtar.

Satelah soeda hadlir, maka laloe toeroenlah ija kedalem bachtor itoe, masing masing dengen alat sendjatanja.

Maka satelah soedaken lengkep, adalah pada soewatoe hari pada s'at jang baek, Moehamad Sachrab menjerahken keradja-annja kepada wazir, serta toeroenlah kebahtarnja serta di iringken dengen segala hoeloebalangnja, den mantri pendati den orang alim serta segala boenji boenjijan, den beberapa banjak membawa alat sendjata peperangan.

Satelah sampe di tepi laoet, maka laloe toeroen lah kesekoetji itoe serta menoedjoe pada kapalnja.

Adapoen maka laloe ija naek di kapal, tida berapa lama lagi djangkarpoen di bongkar orang laloe berlajarlah, serta aken menoedjoe ketengah laoet, sijang den malem tida berhenti lagi, serta di tijoep oleh angin di poekoel oleh ombak demikijanlah chabarnja.

Sjachdan maka tida terseboet jang berlajar itoe maka terseboetlah perkata-annja anak radja moeda itoe berdjalan masoek hoetan keloewar hoetan, serta dengen hoelcebalangnja itoe, maka laloe sampe pada tepi lacet laloe berhentilah ija di sana aken bermalem, satelah itoe, maka pikirlah anak radja itoe, bahoewasanja djikaloe dengen ketiga Sach banda Sachbandi dapet akoe ini menjebrang dengen Doermansah ini, bahoewa segala hoeloebalang ini apalah halnja, kerna koedanja itoe tida pandai menjebrang pada laoetan.

Satelah itoe maka kata anak radja. Hai soedarakoe sekalian marilah kita bermalem di sini, kerna laoetan ini sanget sekali besarnja, kaloe kaloe hesok hari ada kapal kapal jang berlajar, maka djikaloe ia singga kemari aken mengambil aer, maka di sanalah kita ini menoempang, kerna adatnja sehari hari djikaloe ada kapal dagang berlajar, nistjaja ia berhenti mengambil aer pada tempat ini. den djikaloe tida bertemoe kapal, pada kehanda hati soedarakoe sekalian, tetapi akoe hendak menjeberang pada hesok hari.

Adapoen maka djikaloe angkau bertemoe pada kaoem laen orang, maka djangan angkau menjeboet namakoe lagi, den djangan angkau mengataken pada seorang jang akoe anak radja Toral, Arkan, kerna akoe hendak menjamarken dirikoe kedalem negri Tadjir, kerna akoe sanget sekali maloe kepada Soeltan negri Tadjir, den kepada tocan poetri Mahroem Siti, maka sekarang angkau seboet namakoe Indra Maulana Mahthoel Alam, den Sachbanda akoe namaken Mahbat Roem, den Sachbandi akoe namaken Mahbat Laila.

Maka semba sekalian raijat hoeloebalang, baeklah toewankoe.

Satelah itoe maka laloe tidoerlah masing masing di bawa peroet koedanja setengahnja tidoer bersama sama koedanja itoe, hingga di waktoe sijang hari maka masing masing bangoen dari pada tidoernja, maka laloe membasoeh moekanja dengen aer laoet, serta memberi mandi koedanja den mengangon koedanja, setengahnja adala jang pergi mentjari rezakinja.

Adapoen maka satelah tinggi mata hari, maka bahroelah kelihatan seboewah kapal dengen isinja, maka kapal itoe dari pada soewasa tepinja dari pada mas batoe sembilan, den tijangnja dari pada perak jang amat poetih, lajarnja kesoembah den benderenja dari pada tjindee, maka terlaloe amat besarnja, serta banjak segala raijat di dalemnja,

Satelah itoe maka kapal itoepoen singgah pada empat itoe.

Maka satelah sampe pada tempat itoe, maka laloe menoeroenken sekoetjinja dengen bergasnja.

Kata djoeragan kapal itoe. Hai soedarakoe sekalijan, marilah kita naek bermain main pada tempat ini, kerna chabarnja orang di sinilah tempatnja berhenti segala kapal aken mengambil aer, den lagi hamba mendenger chabar pada tempat ini adalah seboewah goenoeng, banjak sekali orang tapa den berhamana.

Maka sahoet segala mentri hoeloebalang baeklah toeankoe.

Adapoen maka Moehamad Sachrab toeroenlah keperahoe, maka itoe ada satoe tanda orang berkasih kasihan dengen soenggoeh soenggoeh hati, tida lekas lambat lambat poen bertemoe djoega, sebab kasih sajangnja soeda di toelis di hati.

Satelah sampe kedarat itoe, maka Mochamad Sahrab poen melihat banjak laki laki, adalah doewa poeloe tiga orang banjaknja, serta koedanja masing masing seorang saekor koeda itoe, maka terlaloe amat heran Mochamad melihat orang itoe.

Maka segala mantri hoeloebalang berdateng sembah, ja toewankoc: Itoelah roepanja segala penjamoen aken hendak merampas kita ini, den marilah kita balik kembali sahadja toeankoe.

Sahoetnja Moehamad Sachrab. Hai soedarakce tida mengapa, kerna kita ini laki laki djangan takoet samanja laki laki, kerna djikaloe telah kita mengadepken dengen segalanja hormat, den dengen segala patoet, maka ija hendak djoega menganijaja kita, apalah hendak di kata, maka dengen itoepoen djikaloe kita takoet baeklah kita menjerahken djiwa kita den harta kita, den djikaloe kita ada maksoed berani melawan dija, maka kita lawanlah seboleh bolehnja, den djikaloe kita soeda hampir, maka kita menjerahken diri kita djikaloe kita ini merasa maloe jang kita menjerahken djiwa kita, terlebih baek kita mati dari hidoep menanggoeng maloe, demikijan saratnja laki laki namanja, tetapi djikaloe kita oendoer dengen tijada adjab kaboelnja apalah goenanja jang kita namanja laki laki jang berani keloewar dari dalem negri, terlebi baek kita tinggal di dalem negri kita sendiri.

Satelah itoe maka segala mantri hoeloebalang poen tersenjoem, mendenger kata anak radja Bahroel Alam itoe serta berkata kata sama te- mennja, itoelah tandanja jang toean kita soeda bijasa bersahbat kepada orang jang berilmoe, barang katanja patoet di dengar, tida banjak sedikit ija mengikoet djoega seperti nachoda itoe.

Maka sahoet seorang begitoelah selamanja toean kita mendapet sahbat orang boediman, djadi apa barang katanja patoetlah di dengernja.

Maka kata seorang, sajangnja sahbatnja itoe tida berketahoewan asal bangsanja, tetapi pada kira kirakoe asalnja nachoda itoe asal orang berbangsa.

Maka segala mantri hoeloebalang poen sekalijan tertawa.

Adapoen setelah hampir itoe, maka Indra Mau- lana Maptehoel Alam, den Mahbat Roem kedoe- wa Mahbat Laila poen tahoelah jang Moehamad Sahrab anak radja Bahroel Alam itoe, maka In dra Maulana Mapthoel Alam poén berdebar hatinja, tetapi seboleh bolehnja di tahanken, den Mochamad Sahrab poen tida mengenal dija, kerna terlaloe amat sanget lamanja ija berpisah itoe. Satelah hampir maka Moehamad Sahrab poen memberi salam, serta katanja: Hai soedara dari pada apa toean toean ini, Aldjainoen atawa Kalinsan. Maka sahoetuja Indra Maulana Mapthoel Alam, Hai soedarakoe, bahoewa hamba sakalijan ini darı pada bangsa islam lagi manoesija, boekan nja Djin atawa Setan atawa peri.

Kata Indra Maulana Mapthoel Alam, apa toelanja toean dateng kemari.

Tiadalah toeankoe kerna hamba hendak mentjari soedara hamba, den toean ini hendak kemana. Maka sahoetnja tida toeankoe kerna hamba sekalijan ini, hendak bermaen dengen soedarakoe sekalijan.

Den apa sebabnja toeankoe bermain pada tempat ini, den sijapa soedara kita ampoenja nama.

Maka sahoednja bahoewa hamba ini bernama Indra Maulana Mapthoel Alam, dateng hamba dari atas goenoeng bertapaan, den kahendak hamba aken pergi kenegri Tadjir, kerna kabar orang banjak anak radja radja pada negri itoe, aken meminang toewan poetri Tadjir, chabarnja orang terlaloe amat baek parasnja, dan hamba ini boekan sebab hendak meminang toewan poetri kerna hamba hendak pergi kedalem negri Tadjir kerna mentjari seorang sahbat hamba laki laki namanja nachoda Mansoer Tabir. Adapoen maka satelah Mochamad Sahrab mendenger habar itoe, maka hatinja poen berdebar debar, serta berpikir di dalem hatinja, orang manakah garangan ini, ija taoe bersahbat dengen sahbatkoe.

Maka sahoet Moehamad Sahrab. Hai soedarakoe hamba poen demikijan djoega, tetapi djikaloe soedarakoe hamba poen demikijan djoega, tetapi djikaloe soedarakoe tida taoe menjebrang baeklah naek di kapal hamba, kerna hamba djoega hendak melihat sahbat hamba.

Maka sahoet Maulana Maptehoel Alam itoe. Hai soedarakoe, toean ini dari mana den nama toeankoe sijapa.

Maka sahoetnja, bahoewasanja, nama hamba ini Moehamad Sahrab, tetapi boekan hamba me ngangkat diri atawa mengada-ngada, kerna hamba takoet berkata serta, toean hendak pertjaja poen baek tida pertjaja poen soeda, bahoewasanja hamba ini seorang anak radja dalem negri Bahroel Alam, den nama ajah hamba Soeltan Daral, Madsoed, den kahendak hamba mentjari soedara hamba di sana kerna habar orang ada pada tempat itoe, den djikaloe toean hendak mengikoet baeklah aken bersama sama hamba ini.

Satelah itoe maka tida djadi Moehamad Sahrab bermain main itoe, serta toeroen kedalem peraoe sekalijan hoeloebalang mantrinja, serta dengen koedanja sekali laloe kembali naek keatas kapalnja serta berlajar poela menoedjoe kedalem negri Tadjir. Maka dengen sekoetika itoe djoega kapal itoe poen sampe kepelaboewan Tadjir, maka di lihatnja kapal dalem moeara itoe terlaloe amat banjaknja seperti boengah teratee di tengah rawa, hingga penoeh sesek.

Adapoen maka soewara segala orang dalem kapal itoe seperti taon, dari pada sanget banjaknja manoesija itoe.

Satelah itoe maka marijem poen di pasang oranglah, maka di samboet poela.

Adapoen maka satelah Indra Maulana Mathoel Alam melihat hal itoe, maka hatinja seperti di toenoeh dengen api rasanja, serta menggeraken kepalanja.

Adapoen maka segala hoeloebalang mantri swkalijan poen dengen soekanja, makan den menoem dalem kapal itoe, hanja Indra Mapthoel Alam djoega jang mesgoel serta Mahbat ning- roem den Mahbat Laila djoega jang tijada soeka makan dan minoem.

Adapoen maka pada ketika itoe, orang dalem negri sedeng berperang sanget ramenja, maka soewara merijem den senapan den gandarangnja poen sampe kedengeran di laoet, den asep sena- pan den merijem poen njata kelihatan sampe di pelaboewan, den segala anak panah melesat kesana kemari, semoewanja kelihatan dari pelaboewan.

Maka hatinja Indra Maulana Mapthoel Alam tida tertahan rasanja, seperti hendak terbang toeroen kedarat. Satelah itoe maka berdateng sembah Indra Maulana kepada Mochamad Sahrab, ja toeankoe bahoewasanja hamba ini hendak bermoehoen aken toewankoe, toeroen kedalen negri pada hari ini.

Maka sahoetnja Moehamad Sahrab, Hai soedarakoe seorang poen tijada dapet toeroen dehoeloe kedarat, kerna dalem negri itoe sanget ramenja orang berperang, den hesok harilah kita toeroen, dari pagi pagi hari dengen hamba bersama sama.

Maka Indra Maulana Mapthoel Alam poen ber dijem dirinja, serta pikirnja apalah soedanja hatikoe ini, laloe di sabarkennja sekoetika, maka laloe dateng poela pikirannja jang tijada keroewan, sebab mendenger soewara orang berperang itoe sebabnja.

Maka laloe berdateng sembah poela jatoeankoe, djikaloe ada derma toeankoe hamba moehoen kenlah toeroen dehoeloe kedarat, kerna hamba hendak melihat orang berperang.

Maka sahoet Moehamad Sahrab, Hai soedarakoe sabarlah dehoeloe hesok hari kita bersama sama naek kedarat.

Maka Indra Maulana Mapthoel Alam berdijem poela dirinja, serta di sabar sabarken, maka terdenger poela soewara merijem den senapan, maka hatinja tida bisa terlarang lagi, laloe bangoen serta toeroen kebawa kapal tempat Mahbat Roem, serta katanja: Hai soedarakoe maõekah angkau mengikoet akoe, kerna akoe tida bertahan me nantiken hesok hari, den pada pikirkoe sekarang djoega akoe hendak naek kedarat.

Maka sembah Mahbat Roem itoe, ja toeankoe sabarlah toean kerna ini hari telah Soree, kerna tida berapa lagi orang berperang itoe berhentilah.

Maka sahoet Indra Maulana Maptehoel Alam, djikaloe angkau tijada hendak mengikoet bersama sama bijarlah angkau tinggal di kapal, serta segala hoeloebalang jang doewa poeloe itoe, kerna akoe tida bernanti lama lagi.

Maka sahoet Mahbat kedoca itoe, tiadalah patoet di tinggal sekalipoen toean mati patek bersama sama.

Maka sahoetnja baeklah djikaloe demikijan beri taoe kepada segala orang, maka laloelah di berinja tave, maka laloe sekalijan poen tinggallah dalem kapalnja itoe.

Maka sahoet segala hoeloebalang ja toeankoe tempat jang mana hamba bertemoe toeankoe.

Maka sahoetnja dalem peperangan akoe bernantiken angkau sekalijan, tetapi rahasija ini djangan angkau boeka.

Sahoetnja Mahbat kedoewa baeklah toeankoe hesok hari hamba naek kedarat, maka koeda hamba djangan di tinggal bawalah kedoewanja.

Maka sahoednja segala hoeloebalang backlah.

Setelah socdah Indra Maulana Mapthoel Alam sigrah bermoehoen kepada Mochamad Sahrab, jatoeankoe djanganlah toean mendjadi ketjil hati, bahoewa segala hoeloebalang, hambalah kirim pada toewankoe, hingga hesok hari toewankoe tocroen, serta toewankoe bawa segala kawan hamba soepaja mendjadi kawan toewankoe, tetapi hamba hendak bermoehoen pada hari ini djoega, hanja tiga orang djoega dengen hamba ampoenja kawan, seorang Mahbat Roem seorang Mahbat Laila.

Maka sahoetnja Moehamad Sahrab. Hai soedarakoe apa tocankoe dengen boeat, sebab sekoe tjinja tida jang menoeroenken, kerna segala ma troes' semoe wanja lagi lelah den tjape, kerna se bab bekas berlajar tadi.

Sahoet Indra Mapthoel Alam, bijarlah hamba menambangken dengen perahoe tambangan sadja.

Maka kata Mochamad Sahrab, Hai soedarakoe kerna negri lagi haroe hara, tida dapet perave tambangan liwat menambangken orang demikijan adat segala negri, sabarlah toewan dehoeloe, pada hesok hari bersama sama hamba kitanan naek kedarat.

Maka kata Indra Maulana Mapthoel Alam, bijar lah hamba toeroen sekarang djoega, dengen koeda hamba.

Sahoot Moehamad Sahrab, djanganlah: Kerna pelaboewan ini banjak sekali ikan jang besar besar, kaloe kaloe di makannja toewan apalah soedanja.

Maka sahoednja tida mengapa tocan, bijarlah. Satelah itoe laloe bermoehoen djoega, serta mengambil Doermansah itoe, laloe di naekennja. Maka Moehamad Sahrab melihat hal itoe, laloe berkata: Hai soedarakoe djanganlah toean toeroen dengen koeda, bijarlah hamba beriken penganak prau,

Sahoetnja Indra Maulana Mapthoel Alam, taoesalah toean bersoesa soesa hati maka koeda itoepoen meloempat toeroen kedalem laoet, serta membawa tiga berhamba itoe, maka laloe bernanglah Doermansah kedalem laoet. Maka segala anak radja radja poen heran melihat kelakoewan koeda itoe bernang kedalem laoet, maka ramelah segala isi kapal habis melihat koeda itoe bernang, maka satengahnja mengataken ija djato, satengahnja mengataken di sahdjanja

Maka seorang berkata apalah goenananja djikaloe di sehadjanja, kerna boekan adatnja koeda djalan di laoetan.

Sahoetnja seorang poela, djikaloe boekan di sehadjanja, maka ketiganja itoe diatas koeda ija bersiri.

Adapoen maka habislah segala isi kapal mengataken hal itoe, maka Moehamad Sahrab poen terlaloe amat heran melihat kelakoean seorang hamba Allah, tida dapet manahanken hawa napsoenja, dan adatnja seperti sahbat kita djoega adanja, den apalagi orang isi kapal amat heran sekali kali tabeatnja orang itoe.

Maka segala hoeloebalang Toral Arkan poen masing masing menggrakken kepalanja, den mengoeroet dadanja sambil berkata Massa-Allah. Sjahdan maka koeda itoepoen bernang tida be- rapa lamanja, maka laloe sampe ketepi pantai.

Setelah sampe kedarat, maka orang jang di darat poen habis dateng melihat hingga penoe sesek di tepi pantai itoe, maka satengahnja jang bebel di katanja orang gila ketiganja orang ini.

Maka Indra Maulena Pathoel Alam poen tida sedar lagi kata kata orang itoe, maka laloe naek kedarat.

Satelah di lihatnja segala hema anak radja- radja pada pinggir negri itoe, seperti waroeng di pasar roepanja, den toenggoel pgndji pandji seperti boengah dadap di taboer rasanja, den segala toembak den lambing soempitan seperti doeri landak jang berdiri, den segala barisan senapan seperti pager djaro roepanja,

Satelah itoe maka Indra Maulana Pathoel Alam masoek kedalem tantara banjak, serta di masoeken koedanja kedalem tantara itoe serta saekor koeda dengen tiga orang.

Maka segala raijat malihat hal itoe, sekalijan poen berdijem djoega, sebab sangkanja kawan kawan segala anak radja radja, djadi seorang poen tijada jang mengadoe biroe dija. sebab ia poen tijada memboenoe orang hanja berdjalan djalan djoega, maka saorang pada saorang poen berdijem, hanja tersenjoem djoega melihat hal itoe.

Adapoen Indra Maulana Pathoel Alam berdjaland jalan itoe, melanggar segala raijat, adalah antara tiga djem lamanja belon djoega ija sam pe kehadepan, pada tempat segala orang berperang.

Satelah sampe laloe di lihatnja orang berpeeang itoe terlaloe amat ramenja, maka hatinja Indra Maulana Pathoel Alam tijada kerowan rasanja, pada pikirannja hendak membantoe orang Tadjir.

Sajchdan maka Doermansah berdjalan itoe sampe pada medan peperangan, maka kakinja koeda itoe tida bisa tertahan hendak masoek kedalem tantara djoega, kerna telah soeda bijasa koeda itoe, maka beberapa di tahanken tida bisa tertahan lagi, maka dari pada sanget di tahan kennja habislah kakinja menjepak njepak den menendang-nendang selakoe lakoe koeda nakal, maka habislah segala hoeloebalang di tendangnja.

Maka dari pada sanget sakit hatinja hoeloebalang itoe, maka laloe mengoenoes pedangnja hendak memerang kaki Doermansah jang belakang itoe, maka koeda itoepoen mengangkat kakinja doewa doewa keatas kepalanja, serta di tendang kepala hoeloebalang itoe, hingga djatoh keboemi.

Maka satelah hoeloebalang itoe goegoer keboemi, maka Mahbat Roen poen maloempat keatas koe da itoe, serta mengoenoes pedang laloe memerang leher hoeloebalang itoe hingga penggel doewa.

Maka Mahbat Laila poen tinggal ke doewa toeannja, maka Doermansah poen menoebroek noebroek kesana kemari, laloe menerdjang seorang mantri dari belakang, maka mantri itoepoen djafo dari koedanja, serta di lihatnja, maka laloe handak bangoen serta mengoenoes pedangnja hendak memerang kaki koeda itoe, maka Doermansah mengiles ngiles mantri itoe laloe mati keloewar isi peroetnja sekali. maka Mahbat Lailapoen mengambil koedanja, serta naek seorang saekor koeda, maka laloe mengamoek lantas tida membilang lawan lagi.

  Adapoen pada ketika itoe sanget ramenja orang berperang, sebab di hadepan perang den di belakang berperang, djadi sanget sekali haroe biroe.

  Maka segala anak radja radja poen banjak mati di boenoeh oleh orang Tadjir itoe, maka sekoetika berperang hari poen djadi malemlah, maka gandarang kembali poen di paloe oranglah.

  Maka segala anak radja radja poen masing masing kembalilah kepada tempatnja, den Indra Maulana Pathoel Alam poen menoedjoe kedalem hoetan ketiga hambanja, maka haripoen malemlah soeda.

  Satelah sijang hari maka terseboetlah perkataannja Moehamad Sahrab poen menoeroenken sekoetjinja, serta toeroen sekalijan dengen alatnja, serta naek kedarat sekalijan serta berboewat hema, berdjedjer kepada hema segala anak radja radja itoe, dan segala hoeloebalang jang doea poeloeh itoe bermoehoen kepada Moehamad Sahrab, serta berdjalan pada sagenep hema segala anak radja radja itoe, maka di lihatnja toeannja kesana kemari tida djoega bertemoe, maka tidalah lagi di seboet halnja itoe.

  Alkaisah maka terseboetlah segala anak radja radja jang tinggal itoe, maka masing masing mesoewarat pada anak radja radja itoe, dari pada hal berperang itoelah.

  Maka kata Mahradja Mashoensah kepada radja Kamsaril, den kepada radja Mahroem Naam dengen sekalijan radja radja.

  Katanja: Hai soedarakoe sekalijan, apalah bitjara sekalijan toean toean ini, kerna pekerdjaan perang ini boekan barang barang soekernja, sebab orang moeda itoe boekannja moeda kita melawan dija, den ada berapa radja di tangkep padanja seperti boeroeng menjamber walang lakoenja, den djikaloe pada pikir kita ini baek lah pada hari jang laen kita menempoe sama sekali sadja, sebab djikaloe kita melawan perang dengen perang bertanding nistjaja kita tida dapet melawan dija, den lagi bahroe kemaren kita melihat ada tiga pahlawan jang bahroe kita melihat dija, dateng membantoe poela antara dari mana datengnja kaloe kaloe anak Djin, den lagi Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe dari mana datengnja, kaloe kaloe itoelah bakal mantoenja Soeltan, den djikaloe demikian baeklah kita rame rameken sekali, soepaja djanasn ija dapet melawan lagi.

  Sahoetnja segala anak radja radja baeklah, soepaja kita kidari medan itoe dengen raijat kita sekalijan. Maka sahoet seorang, baeklah soepaja kita roentokken kotanja sekali.

Satelah soeda moefaket itoe, maka gandarang alamat poen di paloe orang, segala mantri poen memberi parenta kepada segala hoeloebalang itoe aken berperang pada hari itoe mendjadi satoe.

Maka segala raijat poen hadir aken mendjadi satoe. serta mengroeboengi negri Tadjir itoe, maka medan peperangan poen di perbaiki orang.

Adapoen maka satelah dateng ketiga harinja, maka Soeltan Tadjir poen terlaloe amat soekernja hatinja, kerna chabar itoe telah mashoerlah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman hendak dikeroeboengi segala anak radja radja itoe.

Maka Soeltan poen memberi tahoe jang hesok hari Soeltan sendiri hendak keloewar berperang, maka segala raijat poen berhaldir.

Adapoen maka Soeltan poen masoek kedalem astana bertemoeken toewan poetri di peloeknja den di tjjjoemnja anaknja, serta katanja: Hai anakoe den boewah hatikoe, hesok hari ajahandak hendak pergi keloear berperang bersama sama dengen toean, kerna habarnja toewan hendak di keroeboengi dengen banjak banjak anak radja radja, itoelah sebabnja ajahanda hendak mengikoet bersama sama toewan, sebab djikaloe tijada ajahenda bersama sama nistjaja tijadalah toean tanggoeng melawan segala radja radja itoe.

Maka sembah toean poetri, ja ajahkoe djanganlah toewankoe keloear berperang dehoeloe, serahkenlah hamba kepada Allah, maka djikaloe mati hamba, maka bahroelah ajahanda keloear berperang, Insaallah djikaloe hamba masih ada hajat djanganlah ajahenda boewat koewatir, den inger inger hati, bijarlah ananda menangkep segala anak radja radja itoe sekalijan.

Maka kata oeltan ja anakoe tida mengapa, kerna djikaloe ajahanda tijada sekali keloewar membantoe toewan, apalah kelak di kata orang, den apalah tandanja jang ajahanda kasih sajang dengen toewan.

Adapoen maka beberapa di larangken oleh toean poetri, tijada djoega ija maoe menoeroet maka ija hendak djoega mengikoet, mak toean poetri poen dijemlah.

Sjahdan maka satelah sijang hari, maka gandarang perang antara kedoewa pihak seperti goegoer rasanja boemi soewaranja.

Maka toewan poetripoen memake seperti pakejan Djohan Pahlawan, laloe keloewar serta diiringken dengen doewa belas kawannja, satelah sampe di bale penghadepan, maka Soeltan Taib poen haldir dengen gadjahnja, serta hoeloebalang mantri, laloe keloewar menoedjoe medan peperangan. Djohan Pahlawan Nasib Berdjamanpoen mengiringken dari belakangnja.

Satelah sampe pada medan perang itoe, maka hatinja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen tida sedap rasanja serta berdebar debar hatinja, maka terlaloe amat heran dirinja serta berdjalan djoega. Satelah sampe katengah medan, maka sambil berhadep seorang anak radja dari dalem negri Mahran Djoepah, jang bernama Mahradja Mashoensah serta moeter moeter pedangnja.

Katanja: Hai Mahradja Tadjir, sekejan lamanja akoe bernantiken angkau, maka bahroelah sekarang akoe bertemoe padamoe, den sekarang marilah poetri Mahroem Siti kedoewa poetri Tjindra Sari itoe, angkau serahken padakoe soepaja djangan negri Tadjir ini mendjadi leboer binasa, den djikaloe angkau serahken kepada akoe nistjaja santausalah negrimoe, den radjamoe poen selamat den segala ba'atenteramoe tida jang mati.

Satelah Soeltan Taib mendenger kata anak radja radja itoe, maka terlaloe amat sanget ma- Jahnja, serta memoeter moeter toembaknja, bertoeroet-toeroet tiga kali tida djoega di rasahken serta di tangkisnja dengen parsinja.

Maka radja Mansoersah poen mengoenoes pedangnja, serta memerang Mahradja Soeltan Taib itoe dengen pedangnja, maka tijada djadi apa-apa.

Adapoen tatkala itoe mendjadi perang jang amat besar, kerna radja bertemoe samanja radja, den Indra samanja Indra, den Mambang samanja Mambang den menoesija poen demikijan djoega, maka terlaloe amat ramenja orang berperang itoe.

Hatta maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, poen bertemoe kepada Mahradja Kamsjah, laloe berperang den berbangkit kangkitan koetika gelaplah di medan peprangan dengen asep senapan den merijam, betoel seperti meega jang mengandoeng aer hoedjan roepanja, maka sekoetika hilanglah laboe doeli itoe, sebab tersiram oleh darah segala laki laki, maka semakin lamah perang itoe semakin sanget besarnja.

Adapoen maka pada tatkala itoe Indra Maulana Mapthoel Alam sedeng melihat segala radja-radja berperang itoe, maka pikirlah dalem hatinja, anak radja ini sanget saktinja taoe berboedi sendjata.

Satelah itoe maka sekoetika poela tida tertahan segala raijat Tadjir, dari pada sanget banjaknja raijat anak radja radja itoe, maka laloe oendoer perlahan lahan kebelakang.

Adapoen maka satelah oendoer itoe, maka segala radja radja poen menjoeroehken mengamoek sama sekali dengen tijada terkira kira.

Maka pada ketika itoe ditemponja sekali laloe oendoer tijada tertahan raijat Tadjir, maka laloe habis lari masing masing masoek kedalem kota.

Adapoen maka satelah Indra Maulana Pathoel

Alam malihat hal itoe, maka laloe berpikir, djikaloe demikijan nistjaja binasa negri Tadjir ini, maka laloe menjoerahken Mahbat Laila masoek kedalem tantara itoe, maka laloe masoek ketiganja serta berhamoek hamoekan itoe.

Adapoen segala anak Djin melihat hal itoe, maka masing masing masoeklah kembali berpe- rang serta mengamock poela, maka mendjadi haroe haralah perang itoe, tida bertahoewan mana kawan den lawan.

Maka sekoetika poela haripoen malemlah, maka segala raijat antara kedoewa pihak itoepoen kembalilah masing masing pada tempatnja.

Maka Indra Maulana Pathoel Alam poen kembali kedalem hoetan itoe.

Satelah itoe maka titah Indra Maulana Pathoel Alam, Hai soedarakoe Mahbat Roem, sijapa orang moeda itoe jang bernama Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, terlaloe amat sekali pandekar den bidjak sananja main sendjata, den sekarang pergi lah angkau menjamarken dirimoe melihat kedalem negri Tadjir, kaloe kaloe soewami toean poetri Mahroem Siti, kerna roepanja terlaloe amat baek sekali.

Maka sembah Mahbat kedoewa. baeklah toewankoe, maka Mahbat kedoewa poen berdjalan masoek kedalem negri, serta menjamarken dirinja sebagi mana bidoewan radja itoe, serta masoek kedalem astana toean poetri, maka dilihatnja dalem astana itoe sedang rame orang bermain main, den toean poetri poen sedang doedoek di hadep segala dajang dajang den biti biti itoe, den Soeltan poen ada bersama sam permaisoeri, den poetri Tjindra Sari sedang menangis sebab pada pikirnja tida hendak memberi soedaranja keloewar berwasa lagi.

Maka pada tatkala itoe, Mahbat Laila kedoewa Mahbat Roem poen terlaloe amat belas hatinja, malihat roepa toean poetri itoe, kerna badannja

terlaloe amat koeroes kering, den pada pikirnja mengapa itoe toean poetri ini di lawat orang kaloe kaloe ija sakit djoega.

Maka pada ketika itoe soewatoepoen tidak jang kadengaran hal negri itoe, maka Mahbat kedoewa poen berpikir, sijapa garangan laki-laki jang bernama Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, den djikaloe soeami toean poetri, nistjaja pada waktoe ini ada bersama sama den djikaloe demikijan baeklah kita melihat pada tempat segala pahlawan radja, maka Mahbat kedoewa poen berdjalan menoedjoe pada tempat segala hoeloebalang itoe, maka dilihatnja seorang poen tijada seperti roepa Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, maka laloe berpikir sijapa garangannja itoe.

Satelah itoe maka segala pengawal poen bertanja kepada Mahbat itoe. Hai soedarakoe: Sijadakah kamoe jang bitjara pada malem ini.

Maka sahoetnja: Hai Seranta Majoe, akoelah ini.

Maka pengawal poen heranlah jang orang itoe taoe menjeboetken namanja, laloe di hampirinja serta di lihatnja biboewanda radja, tetapi Seranta Majoe tida mengenal orang itoe, maka laloe di kedjarnja dengen senapannja, serta katanja: Njatalah pentjoeri ini jang amat bijasa, taoenja sekali menjeboet njeboet namakoe.

Satelah itoe segala pengawal poen bangoenlah masing masing sebab mendenger soewara orang berbanta.

Adapoen maka setelah Mahbat kedoewa memelihat segala pengawal itoe bangoen, maka hatinja poen berdebar serta lari kesana kemari, maka laloe bertemoe kepada penghoeloe hoeloebalang negri, maka laloe di tanjaken sijapa kamoe? berdjalan pada malem ini, tidalah angkau taoe negri lagi sedeng berperang, tida dapet seorang berdjalan pada waktoe jang sanget malem.

Mahbat poen kenallah jang ija kepala ronda itoe soedaranja Seranta Majoe, serta katanja: Abang Djangkoeng tidakah kakanda mengenal hamba ini.

Maka sahoet Seranta Madi, hendak kemanakah angkau ini pada tengah malem hari ini.

Sahoetnja hamba hendak pergi melihat pengawal dalem egri, sebab ada titahnja jang dipertoewan, kerna takoet kaloe kaloe banjak penjamoen, sebab banjak segala anak radja jang menjamarken dirinja.

Maka kata Seranta Madi baeklah.

Maka laloe berdjalan poela.

Adapoen maka Mahbat kedoewa poen kembali pada toeannja,

Satelah sampe maka laloe di persembahken pada toeannja, kerna hamba hendak melihat seorang seperti Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman.

Adapoen maka Indra Maulana Pathoel Alam poen laloe berpikir dalem hatinja, kaloe kaloe soewaminja toean poetri Mahroem Siti djoega.

Adapoen maka tida hamba seboetken poela halnja anak radja radja itoe, maka terseboetlah perkataannja segala anak radja radja jang masi ada tinggal itoe.

Satelah sijang hari dari pagi pagi hari bintang poen beloen padem tjahjanja, maka segala anak radja radja poen haldir dengen alat sendjatanja pada medan peperangan serta segala boenji boenjijan, den toenggoel pandji pandji den segala sendjata poen terhoenoes gemerlapan tjahjanja kena sinar matahari itoe, den segala makkota radja radja jang bertahta mata menikem atawa inten bidoeri itoe.

Adapoen maka gandarang perang poen di paloe orang antara kedoewa pihak poen keloewarlah serta dengan tampik soeraknja, den toean poetri poen memake tjara laki laki serta sendjatanja.

Adapoen maka pada tatkala itoe, anak Djin poen datenglah serta persembahken koedanja jang amat sakti, serta katanja: Ja toewankoe inilah koeda persembahan hamba, Doerman Mahasoera namanja koeda ini.

Alkaijsah maka terseboet perkataannja anak radja jang tiga boewah negri itoe, bertemoe kepada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, maka di keroeboenginja ketiganja.

Maka sekalijan itoepoen masing masing mendatengken sentatanja pada Djohan Pahlawan Nasih Berdjaman itoe, maka tijda tertahan rasanja itoe, tangkas darabnja anak radja itoe ketiganja, maka dari pada sangat tida tertahan itoe, maka koedanja itoepoen jang bernama Doerman Maha Soera poen seperti, patah rasa pinggangnja, maka koeda itoepoen meloempatlah dengen sekoetika djoega gaiblah Djohan Pahlawan Nasib Berdjakan, dari pada mata anak radja radja itoe, mama mendjadi heranlah sekalijan jang melihat itoe.

Adapoen maka satelah baginda Soeltan Taib melihat hal itoe, maka laloe berhadepan serta menempoe segala raijat Tadjir, hingga hampir petjah perangnja, dari pada kebanjakan segala raijat anak radja-radja itoe, maka tidak bertahan rasanja lagi.

Adapoen maka pada tatkala itoe berdateng sembah Moehamad Sahrab, kepada Indra Maulana Pathoel Alam, beriboe riboe ampoen toean koe djikaloe demikijan baeklah kita membantoe orang Tadjir, sebab roepanja perang ini hampirken petjah.

Maha sahoet Indra Maulana Pathoel Alam sesoenggoehnja seperti soedarakoe ini, tetapi pada pikir hamba djikaloe kita membantoe dija kaloeken ija reldo, djikaloe tida ija reldo apalah goenanja, kerna kaloe kaloe poetri dalem negri ini Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman aken soewaminja, nistjaja bertambah tambah sokernja sekali kepada kita.

Maka kata Moehamad Sahrab, ja toeankoe pada pikir hamba jang hina ini djikaloe poetri Tadjir ada soewaminja, nistjaja negri Tadjir aken mendjadi jang demikijan.

Maka sahoet Indra Maulana Pathoel Alam, soenggoelah seperti soedarakoe itoe.

Arkijan maka pada tatkala itoe orang berperang di lihatnja tida bisa tertahan rasanja raijat Tadjir, seba kebanjakan orang jang mengroeboengi.

Adapoen maka pada tatkala itoe Soeltan Taib poen tertangkep oleh radja radja Mahiran Na'am, sebab ija anak radja mambang asalnja, den dalem tanah mambang tida sijapa lawannja.

Adapoen maka satelah raijat Tadjir melihat kekanan den kekiri, di lihatnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman tijada lagi dalem medan peperangan, den di lihatnja Soeltan toewah telah tertangkep, maka sekalijan poen larilah ke- sana kemari tida berketahoewan lagi, maka masing masing lari masoek ke dalem kota.

Adapoen maka satelah raijat radja radja tiga boewah negri itoe, melihat hal jang demikijan, maka laloe di hoèsirnja sekali masoek kedalem kota, serta segala raijat Tadjir malihat jang segala raijat tiga boewah negri mengocsir dija, maka laloe sigra menoetoep pintoe kotanja sekali.

Adapoen maka satelah soeda raijat itoe masoek kedalem kota, serta pintoe kotanja di toetoepnja itoe, maka jang tinggal itoe segala orang besar besar, seperti mantri hoeloebalang den pahlawan, kerna ija jang paling di pertjaja lagi di moelijaken radja, sebabnja ija berani mati dari pada maloe, maka laloe masoek teroes djoega ija mengamoek masing masing, sebab handak merampas Soeltan itoe, maka beberapa di lawannja tida djoega terlawan, dari pada sanget banjaknja orang jang mengroeboengi itoe, maka banjaklah orang besar besar den orang jang berpangtjang ada maloenja, sebab di ketahwi dirinja noegrahan Soeltan, maka semoewanja habis mati, hanja jang tinggal itoe segala mantri hoeloebalang jang bernijat takoet mati, sebab tida inget pengasi radja, maka pada hari itoe banjaklah darah menoesija jang toempah keboemi, sebab 11 embela Soeltannja.

Adapoen maka pada tatkala itoe Indra Maulana Pathoel Alam poen tida tertahan hatinja, melihat padoeka ajahandanja Soeltan Taib, serta teringet boedinja tatkala baboedjangan aken mengembara dalem negrinja, maka laloe menggertaken koedanja jang bernama Doermansah itoe, serta madjoe kehadepan, sambil mengoenoes pedangnja serta memerang kekanan den kekiri, maka banjaklah segala raijat jang mati.

Maka Moehamnd Sahrab poen demikijan djoega, sebagi djago saboengan dengen segala raijat nja, den Mahbat Laila kedoea Mahbat Roem itoe poen mengamoek.

Maka sekalijan itoe poen habislah berterbangan kesana kemari, sebab ija boekan lawanannja, sebab radja ketiga itoe seorang asal dari pada Mambang, den seorang dari pada asal Dewa, den seorang poela dari pada asal radja Indar Mengendora, itoelah sebabnja di dalem negri Tadjir tida dapet tertahan melawan, den djikaloe laen dari pada itoe nistjaja segala Djin den Mambang tida nanti maoe bertjampoer.

Satelah itoe maka segala anak radja poen oendoer perlahan lahan, den setengahnja jang pada mati itoe.

Maka segala hoeloebalang mantri melihat jang ada doewa anak radja radja terlaloe amat gagah braninja aken membantoe dija, maka masing masing poen tampil berhadepan, seperti mantri bertemoe samanja mantri hoeloebalang samanja hoeloebalang den raijat samanja raijat, maka terlaloe amat ramenja orang berperang itoe, seperti aken kijamat rasanja.

Maka tatkala itoe Soeltan poen bertemoe dengen anak radja jang bermana Mahran Na-am, maka Mahradja Mahran Na-am melihat adalah seorang jang gagah berani membantoe orang Tadjir, den di tanjakennja: Sijapa jang soeda menjoeroehken angkau?

Maka sahoetnja. Hai Mahran Na-am djangan banjak bitjaramoe lagi, baeklah kamoe lepasken Soeltan itoe dengen iketnja sekali.

Maka Mochamad Sahrab poen terlaloe amat marahnja, serta belas hatinja laloe di hampirinja den di rampasnja.

Adapoen maka satelah Mahbat Roem melihat hal itoe, laloe membantoe merampas serta di boekanja tali iketnja, den segala raijat jang membawa itoepoen habis mati di boenoc oleh Mahbat Laila kedoewa Mahbat Roem.

Adapoen maka Mahradja Kamsaril soeda memboenoeh orang adalah sekedarnja seriboe jang mati itoe, maka dalem itoepoen belon lagi sampe kepada tempat Mahbat itoe, sebab dari pada sanget banjaknja menoesija itoe.

Adapoen maka satelah Soeltan itoe dapet pada tangan Moehamad Sahrab, maka laloe memetjoet koedanja, serta menjoeroe Mahbat Roem kedoewa Mahbat Laila itoe membawa Soeltan kedalem raijatnja, maka laloe di bawa orang serta di djagaken koelilingnja oleh segala raijat, kerna sebab takoet di rampas oleh radja itoe.

Sjahdan maka Mochamad Sahrab poen bertemoe dengen Mahradja Kamsaril, den Indra Maulana Pathoel Alam bertemoe dengen Mahradja Mashoensah, den hoeloebalang bertemoe samanja hoeloebalang, den raijat bertemoe sama samanja raijat, den pahlawan bertemoe samanja pahlawan, mantri samanja mantri, maka terlaloe amat ramenja orang berperang itoe.

Maka antara doewa pihak itoe poen banjak matinja, den darah poen mengaler toeroen kedalem parit seperti menggero rasa soewaranja itoe.

Satelah itoe maka hari poen malemlah, gandarang kembali poen di paloe orang, maka kembalilah masing masing antara kedoewa pihak itoe, den Mahradja Kamsaril kedoewa Mahradja Mashoesah poen kembali pada hemanja, serta di iringken sekalijan hoeloebalang mantrinja.

Maka Indra Maulana Pathoel Alam poen masoek kedalem balatentara itoe, serta membawa Soeltan Taib.

Adapoen maka tidalah hamba seboetken perkataannja itoe, maka hamba seboetken segala rai jat den segala mantri hoeloebalang Tadjir di dalem negri itoe, aken memberi taoe jang Soeltan itoe, maka habislah menangis isi negri den astana itoe, den permaisoeri poen menangis tida terkira kira lagi.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen menangislah tijada terkira kira lagi rasanja, serta membanting banting dirinja, laloe memanggil anak Djin itoe, katanja: Hai soedarakoe pergilah diri malihat di mana adanja padoeka Soeltan Taib, antalah di hoekoem oleh anak radja radja itoe.

Maka tatkala itoe anak djin pergi malihat kedalem hema segala anak radja radja itoe, maka beberapa di lihatnja tijada djoega kelihatan, maka anak Djin poen terlaloe amat heran dirinja, serta teroes pergi masoek kedalem hoetan, laloe di lihatnja adalah seboewah hema dalem hoetan itoe, maka di sanalah di lihat adalah seorang moeda terlaloe amat elok roepanja, seperti roepa anak radja radja lakoenja, maka di sanalah dilihatnja ada radjanja sedeng doedoek berbitjara, maka anak Djin itoepoen sigra kembali memberi taoe toeannja, serta sembahnja: Ja toewankoe bahoewasanja padoeka ajahanda toewankoe adalah pada tangan seorang moeda tetapi hamba sekalijan ini tida taoe orang moeda itoe dari mana datengnja.

Satelah itoe maka toean poetri Mahroem Siti poen terlaloe amat herannja mendenger kata anak Djin itoe, sebab padoeka ajahanda tatkala ketangkep pada tangan Mahradja Kamsaril kedoewa Mahradja Mashoensah, den sekarang mengapa ada pada tangan orang laen, maka pikir toean poetri itoe, djikaloe demikijan baeklah akoe menjoeroehken anak Djin ini mentjoeri dija, sepaja dapet di bawa kembali.

Satelah soeda berpikir berpikir itoe, maka kata toean poetri; Hai soedarakoe sekalijan, djikaloe demikijan baeklah toewankoe sekalijan pergi mentjoeri padoeka ajahanda den toewan bawa kemari.

Maka sembah anak Djin itoe, baeklah, maka laloe bermoehoen serta kembali kepada tempat anak moeda itoe.

Maka sembah anak Djin itoe, baeklah, maka laloe bermoehoen serta kembali kepada tempat anak moeda itoe.

Adapoen maka pada tatkala itoe ija lagi sedeng bertanja kepada orang moeda itoe, demikijan pikirnja Soeltan, orang ini dari mana datengnja sanget sekali baik roepanja, den serta boedi pekertinja, kerna ijalah jang mengeloearken akoe dari matikoe, pada pikir Soeltan sajanguja anakoe ada soewaminja, den djikaloe anakoe tida soeaminja nistjaja ijalah akoe mengambil mantoe, soenggoeh ada anakoe Tjindra Sari kaloeken ija tida maoe sebab boekan bandingnja, den djikaloe kepada Mahroem Siti seperti hoeroef dengen noktanja, sajang ija tida berketahoean dari mana datengnja, maka dalem berpikir itoe radja poen hendak bertanja ija takoet, sebab ija inget dirinja seperti tawanan. Satelah itoe maka Mahbat Roem kedoea Mahbat Lailah poen mengangkat persantepan kehadepan Indra Maulana Pathoel Alam, maka Moehamad Sahrab poen mengadjak radja berdahar.

Maka kata Soeltan Bismilahken toewankoe dehoeloe, kerna hamba belon boleh bersantep sebab hati hamba terlaloe amat soeker.

Maka satelah Indra Maulana Pathoel Alam mendenger kata Soeltan itoe, maka hatinja poen terlaloe amat belas rasanja, seperti hendak memberi taoe kepada radja di dalem Negri Toral Arkan, soepaja ija taoe jang ija mantoenja, tetapi dari pada sanget takoetnja mendjadiken maloenja djadi seboleh-bolehnja di tahankennja.

Maka laloe berkata Indra Maulana Pathoel Alam itoe, ja toeankoe boeat apalah toeankoe ini menjoesahken den mesgoelken den djikaloe sekalijan anak radja radja itoe di atas hamba jang mengoesir dija.

Maka sahoet Mochamad Sahrab apalah jang di mesgoelken lagi, sedang dari pada mati telah di lepasken oleh toehan Malikoel Adil, jang melakoeken atas jang mengarang hikajat ini, apalah di boewat soesah.

Satelah itoe maka Soeltan poen toendoek sebagi orang maloe roepanja, serta makanlah bersama sama.

Satelah soeda seleseh dari pada makan minoem itoe, maka sembah Indra Maulana itoe, ja toeankoe apakah moelanja, makanja di negri Tadjir di datengken oleh segala radja radja itoe. Maka kata Soeltan jatoeankoe orang moeda, bahoewasanja segala anak radja radja itoe hendak meminang anakoe jang moeda, maka pikir ajahanda ini tida henda memberi, sebab anak ajahanda ada soewaminja, itoela takoet hamba menerima kepada segala radja radja, sebab soewaminja anak hamba anak radja besar lagi alim serta berboedi itoelah sebabnja hamba takoet kepada kekajaannja atawa kelaki lakijannja, jang hamba takoet itoe nama jang kedji di seboet orang, itoe lah moelanja djadi negri ajahanda roesak binasa ini.

Adapoen maka satelah anak radja itoe mendenger kata radja itoe, maka laloe terkenangken boenji soerat itoe, jang tatkala di kirimkennja, maka henda bertanja poela takoet kaloe kaloe terboeka rahsija jang dehoeloe berdijam dirinja serta henda tjoetjoer aer matanja, tetapi di samarken dengen tersenjoem.

Satelah itoe maka datenglah Mahbat Roem itoe, ja toeankoe apakah moelanja negri Tadjir ini mendjadi roesak binasa, apakah tida ada Pahlawan jang gagah atawa mantri mantri jang kesohor kesohor makanja mendjadi selakoe ini.

Maka sahoet Soeltan itoelah sebabnja, den djikaloe ada Pahlawan jang terbilang atawa mantri jang bidjaksana masa ajahanda kena tertangkep.

Maka berdateng sembah poela Mahbat Laila, ja toewankoe Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe apa pernanja kepada toeankoe, kerna pada penglihatan ijalah sampe laki laki jang mendjadi pendjawat radja, seorang poen tijada jang dapet mendjawat saktinja atawa melawan pada medan peperangan, sajangnja adalah terlaloe ketjil badannja djikaloe di lihat pada medan peperangan tatkala ija menantang lawannja, adalah seperti boeroeng pingit tatkala di tengah padang roepanja.

Sahoet Mahbat Roem sebenernjalah seperti kata soedarakoe, pada, mata hamba poen demikijan lakoenja di dalem perang, djikaloe ija sedeng mengoesir segala raijat, lakoenja betoel seperti teloer boeroeng jang berhanjoet di tengah laoetan.

Adapoen Indra Maulana Pathoel Alam mendenger segala orang berbitjara itoe, maka mendjadi terlaloe amat soeka hatinja, sebab pikirnja anak radja itoe, sesoenggoehnja ija ini pandai sekali memboeka djalan pada bitjaranja, kerna sebagi chabar itoe, maka pandenja ija memoelaken bertanja kabar itoe, sebab kernanja toean poetri Mahroem Siti.

Satelah soeda Indra Maulana Pathoel Alam berpikir demikijan itoe, maka laloe berdijemlah sekoetika, serta mentjarai akal dalem hatinja soepaja djangan mendjadi njata barang kerdjanja.

Adapoen maka sekoetika berpikir, maka dapetlah pikiran dalem hatinja, maka laloe berdateng sembah, ja toewankoe djikaloe ada kiranja hamba dapet melawan anak radja jang doewa orang itoe, apalah aken balesnja atas hamba.   Satelah itoe maka Soeltan poen tersenjoem manis moekanja. serta berkata: Ja anakoe ajahanda ini orang jang toewa lagi tida berboedi lagi bebal, soewatoepoen tijada aken pembalesnja, malinken Allah Soebhana Wata-alla djoega jang membales kebadjikan seorang pada seorang, kerna toewan djoega jang terlebih ma’loem, sebab anak hamba hanja doewa orang djoega, den djikaloe seorang belon bersoewami apalah salahnja lagi, aken toewan pembales ajahanda ini, den sekarang apalah hendak di kata, toewan hendak berhambaken anak ajahenda jang toewa, masa sijapa mengalahken dija, dalem itoepoen toean djoega terlebi ma‘loem, djikaloe anak hamba tida soewaminja nistjaja anakoelah ajahanda berkirim diri.

  Adapoen maka satelah itoe, maka Indra Maulana Pathoel Alam poen terlaloe amat belas hatinja mendenger kata Soeltan itoe, maka katanja Indra Maulana Pathoel Alam itoe, ja toewan koe djkaloe demikijan bitjara toewankoe baek lah hamba menoeroet djoega, den sekarang adakah angkau hendak kembali kedalem negri, djikaloe toeankoe hendak kembali. kedalem negri, nantilah hamba soeroe hanterken toeankoe kedalem negri pada malem ini, den dari pada hal anak radja atas hamba jang melawan.

  Maka kata Soeltan ja anakoe orang boediman lagi beriman, djikaloe ada derma anakoe handaklah ajahanda kembali kedalem negri dengen selamat, kerna djikaloe ajahanda tida kembali, nistjaja anak boewah ajahanda den mantri ajahanda sekalijan, memboenoeh dirinja, kerna takoet ija mendjadi djarahan kerna di sangkanja akoe mati, djikaloe ada belas kasihan anakoe, handaklah ajahanda kembali kedalem hegri, pada masa itoe terlebi ampoen anakoe, den beriboe soekoer aken toeankoe atas toehan rabboel Alamin, dalem itoepoen pertoeloengan toewan tida pembalesnja, malinken Allah.

Satelah itoe maka Indra Maulana Pathoel Alam berkata kepada Mahbat Laila kedoewa Mahbat Roem, katanja: Hai soedarakoe hanterkenlah Soeltan kedalem negri, maka Mahbat kedoewapoen menghanterken Soeltan, maka Soeltan poen memberi hormat pada Indra Paulana Pathoel Alam.

Maka Indra Paulana Pathoel Alam poen bangoen dari pada tempat doedoeknja, serta katanja: Ja Soeltan djangan memberi hormat hamba, kerna takoet hamba mendjadi toela den papa, sebab toeankoe radja jang bermahkota lagi radja jang toeewah, soedalah toewan djangan berlakoe jang demikijan, ampoenlah kebawa doeli telapakan toeankoe Soeltan, tetapi djangan toeankoe berobah djandji.

Maka sahoetnja Insaallah, tidalah hamba berobahken djandji.

Satelah itoe maka Soeltan poen bermoehoen kembali pada tengah malem itoe, serta di iringkenja oleh Mahbat kedoewa.

Sjahdan maka pada tatkala itoe, datenglah anak Djin itoe, di lihatnja Soeltan itoe lagi berdjalan handak masoek kedalem negri itoe, maka laloe di hampirinja serta katanja: Hai soedarakoe, handak kemana soedarakoe membawa Soeltan ini.

Maka sahoet Mahbat kedoewa itoe, Hai soedarakoe: akoe ini di titahken radja patek membawa Soeltan ini kedalem negeri, kerna bahroe djoega ija di rampas oleh radja patek dari pada tangan satroenja.

Satelah anak Djin kedoewa itoe, mendenger kata itoe, maka mendjadi terlaloe amat soeka hatinja, serta di hampirinja sekali laloe berdjabat tangan, serta katanja: Hai soedarakoe, bahoewa hamba ini lagi di titahken oleh radja kami pergi mentjari Soeltan ini, telah tiga hari lamanja bahroe sekarang hamba bertemoe, djikaloe ada derma toewan toewan ini kedoea, bijarlah hamba membawa radja ini kedalem negri.

Maka pikir Mahbat Laila, djikaloe demikian tida patoet sekali kali pekerdja-an ini, maka Mahbat Laila bertanja kepada Mahbat Roem, Hai soedarakoe: apalah bitjara toean, kerna pada rasa patek takoetlah memberi pada tangan orang ini, kerna negri Tadjir ini lagi sedeng haroe hara, kaloe kaloe asoetan orang atas Soeltan, nistjaja atas batok kepala kita ini kedoewa.

Maka sahoet Mahbat Roem, sekarang sesoenggoehnja kata soedarakoe.

Satelah itoe maka Mahbat Laila pon oendoer ke blakang.

Maka Mahbat Roem poen dateng berhadepan, serta Katanja: Hai toean toean kedoewa ini dari mana datengnja, den siapa jang ampoenja perenta.

Sahoetnja ja toewan kedoewa, bahoewasanja jang menitahken hamba, itoelah toewan poetri Mahroem Siti, sebab kita kedoea inilah hambanja.

Maka Mahbat Roem poen dijemlah sekoetika, serta berpikir.

Satelah soeda ia berpikir, laloe berkata: ja toeankoe adakah toeankoe kenal pada orang moeda ini ?

Maka sahoetnja Soeltan soenggoelah doewa orang ini, hamba kepada anak hamba.

Maka Mahbat Roem berkata: djikaloe demikian baeklah toean mengikoet kepadanja masoek kedalem negri.

Sahoet anak Djin itoe, ja soedarakoe jang bidjaksana lagi berboedi, oesahlah toean kedoewa beasoesah soesah aken menganter kedalem negri, maka biarlah hamba kedoewa djoega membawa Soeltan ini.

Satelah Mahbat Laila mendenger kata anak Djin itoe. maka laloe berpikir di dalem hatinja, serta katanja: Hai soedarakoe kedoewa dalem itoe poen djangan toean berkata demikian, tetapi djikaloe soenggoe demikian, marilah kita keampat membawa, silahkenlah toean ini ke dalem negri, soepaja pekerdja-an kita dengen teroes terang, kerna seperti kata pantoen.

Djangan soeka denger moeloet manis,
Kerna itoe pengadjar iblis,
Harta banda sekalian habis,
Tinggal badan doedoek meringis.

Djangan pertjaja orang tida di kenal,
Banjak tipoenja serta akal,
Soeltan di bawa kita di tinggal,
Mahbat kedoewa leher terpenggel.

Satelah anak Djin mendenger kata itoe, maka laloe berpikir dalem hatinja, djikaloe demikijan apakah dajakoe lagi, sebab negri ini lagi samoen den lagi daroerat, djikaloe akoe adjak masoek kedalem negri sijapa taoe ija berboeat binasa dalem negri, entalah apa tipoe dajanja nistjaja dja di hoeroe hara dalem negri pada malem ini, kerna segala manoesija jang berboeat binasa, segala akal ada padanja, maka takoetlah akoe kaloe kaloe ija asoetan segala radja radja itoe.

Satelah soeda berpikir demikijan itoe, maka laloe berdateng sembah, Hai soedarakoe: Oesalah soedarakoe mengikoet bersama sama kedalem negri, bijarlah hamba kedoewa membawa kedalem negri.

Maka sahoetnja Mahbat Laila, djikaloe demikijan tidalah hamba memberi toean toean mem- bawa padoeka Soeltan ini, kerna pesen radja kamidi soeroenja menghanterken kedalem negrinjasekali, maka itoe hamba tida berani melepasken Soeltan ini kepada soedarakoe.

Satelah itoe maka kata anak Djin itoe, djikaloe demikijan baeklah kita bernanti sijang hari sadja, soepaja kita masoek mengadep keampatnja ini.

Maka sahoet Mahbat, Hai soedarakoe kedoewa, patek ini tida dapet bernanti sampe sijang hari, kerna malem sekarang patek handak kembali kepada radja patek.

Kata anak Djin itoe, djikaloe demikijan tidalah hamba memberi toean masoek kedalem negri pada malem hari, kerna boekan adatnja djikaloe adat jang sesoenggoeh soenggochnja, nistjaja sijang harilah pekerjaan ini.

Maka Mahbat Roem djikaloe demikijanlah tida akoe memberi angkau membawa Soeltan ini, kerna takoet akoe kaloc kaloe angkau orang penjamoen, kerna negri sedang droerat, den akoe telah demikijan djoega tidalah akoe memberi angkau membawa Soeltan ini, den djikaloe angkau handak membawa djoega di beri keloewar njawakoe dehoeloe, maka di sanalah angkau dapet membawa Soeltan ini.

Satelah anak Djin mendenger kata Mahbat kedoewa itoe, serta katanja: Hai sahbatkoe, sijapa namamoe?

Maka sahoetnja, akoe Mahbat Laila den seorang Mahbat Roem, den angkau sijapa namamoe?

Maka sahoetnja, akoelah jang bernama Mordjan Mardjin, sekarang ini djikaloe akoe belon dapet membawa Soeltan kedalem negri Tadjir, tidalahh akoe menjesel djikaloe keloewar njawakoe, tida lah penasaran.

Satelah itoe maka laloe mengoenoes pedangnja serta memerang Mahbat kedoewa, maka laloe tangkis menangkis dengen hoeloe pedangnja serta memerang olehnja, maka laloe berhamoek hamoekan beberapa di tahanken oleh Soeltan, soewatoepoen tida di dengernja.

Satelah itoe maka mendjadi berpotong potongan itoe.

Adapoen maka pada malem itoe, mendjadi seperti perang lakoenja.

Adapoen sekoetika poela, maka datenglah segala Djin toeroen dari kaindra-an, tijada ter- kira banjaknja.

Maka Mahbat kedoeapoen memerang kepada Mordjan itoe, maka laloe di penggel leheernja. Maka sekoetika bertemoe poela, maka laloe di penggel lehernja sambil di amoeknja tida terkira kira, serta di paloenja den di potong-potongnja hingga poetoes poetoes doewa, laloe bersamboeng poela, maka heranlah Mahbat kedoewa itoe melihat kelakoewan segala manoesija itoe, dengen sekoetika itoe dateng beriboe riboe seperti kawan lawa lawa lakoenja.

Maka pikir Mahbat Laila djikaloe demikijan ini boekan lawanankoe, kerna kaloe iblis djoega ini aken mentjoba pada koe.

Satelah soeda berpikir demikijan itoe, maka laloe ija oendoer perlahan lahan.

Sjahdan maka Soeltan poen dapet ketangan anak Djin itoe, maka mahara mahari poen mem- bawa Soeltan kedalem negri, den segala Djin jang banjak itoepoen sekalijan dateng mengroeboengi kepada Mahbat kedoewa itoe.

Maka Mahbat kedoewa poen tida tertahan, maka lari masoek kedalem hoetan. Satelah hampir kepada Indra Maulana Pathoel Alam itoe, maka laloe terdenger soewaranja itoe, maka titah Indra Maulana Pathoel Alam kepada Moehamad Sahrab. Hai soedarakoe, soewara apa itoe seperti riboet.

Satelah itoe maka Indra Maulana poen tida sedep hatinja, takoet kaloe kaloe Soeltan djoega jang menjoeroehken menangken akoe, maka laloe sigralah berlengkep serta memake segala djimatnja, den segala sendjatanja.

Maka Mochamad Sahrab serta melihat kelakoewan soedaranja itoe, maka laloe berlengkep poela, serta mengambil anak panahnja ganda Sari itoe namanja.

Satelah itoe maka laloe berangkat keloewar kedoewanja.

Satelah sampe keloewar, maka boelan poen sedeng terangnja, maka dilihatnja njata Mahbat kadoewa sedeng lari, satelah ampir maka laloe menjemba Indra Maulana Pathoel Alam serta di persembahken hal ichwalnja, maka Indra Maulana Pathoel Alam poen sanget marahnja, serta hampir, maka laloe mengoenoes pedangnja kepada Sjahram Sjahrim, maka laloe kena bahoenja hingga poetoes doewa, maka sekoetika itoe bersamboeng poela, maka heranlah dirinja serta bepikir djikaloe demikijan satroe ini boekan bangsa manoesija, nistjaja Djin djoega ini.

Satelah soeda berpikir itoe, maka laloe teringet pengadjaran Indra Mengerna Laila itoe, tatkala ija mengadjar soewatoe isim Allah jang di oleh segala Djin den iblis setan itoe, maka laloe di amalken toedjoeh kali, maka dengen koedrat tochan segala anak Djin itoepoen boeroehlah sekalijan djato bangoen, tida dapet menggerakken dirinja lagi, maka abislah segala anak Djin itoe terlentang di boemi seperti tijada bertoeloeng rasanja, serta katanja: Ampoenlah toean ke kiranja hamba, den tidalah hamba berani melawan lagi.

Maka seorang berkata ampoenilah toeankoe.

Satelah itoe maka Moehamad Sahrab poen heranlah melihat hal itoe, laloe ija berpikir di dalem hatinja, bahoewa orang ini boekan barang barang saktinja itoe.

Satelah itoe maka Djin poen berdateng sembah, jatoeankoe ampoenilah barang bebei hambanja ini, tida tertanggoenglah rasanja penjakit ini.

Satelah itoe maka Indra Maulana Pathoel Alam poen handak memboenoe segala Djin itoe.

Maka sakoetika poela datenglah Indra Mengerna itoe, serta sembahnja: Ja toean djanganlah toewankoe memboenos soedara hamba sekalijan ini.

Satelah Indra Maulana Pathoel Alam melihat roepanja anak Djin itoe, maka laloe di kenalnja bahoewa ijalah jang mendjadi boeroeng bajan, maka laloe tersenjoem serta berkata: Hai soedarakoe tidalah diri mengenal akoe.

Maka sahoetnja ja toeankoe, tijadalah hamba mengenal toeankoe. Maka katanja: Hai Indra Mengerna, bahoewa akoelah anak radja negri Toral Arkan, akoelah jang bernama Indra Boeganda Aspandar Sah.

Adapoen maka satelah anak radja itoe mengataken namanja, maka Indra Mengerna poen sigra soedjoed mentjijoem kaki tocannja, serta meminta ampoen.

Maka kata anak radja itoe. Hai soedarakoe, sekarang ini akoe ampoeni barang dosamoe, tetapi sekarang segala anak Djin jang banjak itoe, djanganlah ija membantoe Soeltan Soeltan lagi, soepaja sekalijan mengikoet akoe, kerna akoe ini tida ada ampoenja raijat hanja Sahbanda kedoewanja Sahbandi djoega.

Maka sembahnja ja toeankoe mana djoega titah perentahnja Sjeh Alam hamba ini toeroet.

Satelah itoe maka titah anak radja itoe. Hai soedarakoe: Katakenlah kepada akoe, Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe sijapa? den perna apa kepada Soeltan? den berkatalah bener kepada akoe, djanganlah soedarakoe berdjoesta.

Maka satelah itoe Indra Mengerna poen toendoek tersenjoem, serta katanja: Ja toeankoe bahoewasanja jang mendjadi Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, bahoeasanja itoelah istri toeankoe jang bernama toean poetri Mahroem Siti, maka beberapa radja radja jang di tangkepnja den di pendjaranja, maka hambalah sekalijan soedara hamba jang mendjadi pendjawatnja di dalem perang.

Satelah anak radja mendenger habar itoe, maka laloe bertjoetjoer aer matanja, serta mengenengken oentoeng nasib istrinja, maka patoetlah ija tijada tahan melawan segala radja radja, den djikaloe demikijan baeklah sekarang djanganlah soedarakoe memboeka pekerdja-an ini, bijarlah hesok hari akoe keloewar berperang, tetapi angkau ini seorang poen djangan masoek kedalem negri, bijarlah akoe menjamarken dirikoe, soepaja akoe mendapet memboenoe segala radja radja itoe.

Satelah soeda itoe maka Djin poen toeroen masing masing, serta menjembah kaki anak radja itoe, maka masing masing poen bermoehoen kembali kepada goenoeng Mortjoe Sjinta Birahi, seorang poen tida masoek negri, masing masing poelang ketempatnja, maka djadilah djarahannja Indra Maulana Pathoel Alam.

Alkaisah maka terseboetlah perkataannja segala anak radja radja itoe, satelah sijang hari laloe keloewar masing masing serta alatnja den mantri hoeloebalangnja, jani: Terlaloe amat heebat sekali lakoenja.

Satelah sampe pada medan peperangan itoe, maka bertemoelah seorang hoeloebalang, jani: Seorang kepala perang jang gagah berani namanja Mardjoeb Kamsoen, serta katanja: Hai segala raijat Tadjir manalah Soeltan moe? marilah akoe toeroenken dari singgah sananja, serta akoe ambil toean poetri Mahroem Siti itoe akoe doedoeken dengen radjakoe.

Satelah Indra Maulana Pathoel Alam mendenger orang menjaboet nama istrinja itoe, maka moekanja seperti terbakar oleh besi jang amat panas, serta tida tertahan lagi rasanja, maka laloe sigra madjoe berhadepan sambil mengoenoes pedangnja itoe.

Maka segala raijat Tadjir melihat seorang moeda itoe dateng dengen marahnja, maka masing masing poen heranlah melihat lakoenja, maka dengen sekali perang djoega belah doea hoeloe- balang itoe, serta koedanja sekali

Satelah Doermansah melihat darah itoe, maka semingkin gembira hatinja seperti ada jang menjoeroeh, laloe masoek sekali kedalem tentara banjak itoe serta mengamoek.

Maka satelah Moehamad Sahrab melihat hal itoe, maka laloe masoek kedalem tentara serta raijatnja sekali, den Mahbat kedoewa itoepoen mengamoek.

Satelah segala raijat Tadjir melihat hal itoe, maka sekalijan itoepoen masoek berperang, maka pada ketika itoe terlaloe amat ramenja orang berperang.

Maka satelah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman melihat hal itoe, maka terlaloe amat herannja, serta katanja: Orang ini dari mana datengnja? telah berapa kali akoe berperang ija dateng membantoe akoe, den djikaloe demikijan baeklah akoe berhenti dahoeloe berperang, soepaja akoe dapet melihat gagah berani keampat orang ini.

Satelah itoe maka laloe di tjeritaken oleh orang jang berhikajat, maka pada tatkala itoe Soeltan ada melihat orang berperang dari atas pintoe kotanja itoe, kerna perdjandjian orang jang semalem itoe, maka di lihatnja njata ada serta raijatnja dalem peprangan, serta terlaloe amat pan- dai dari pada bermain sendjata.

Satelah itoe maka tidalah kami seboetken hal itoe, maka terseboetlah perkata annja seorang radja bertemoe kepada Indra Maulana Pathoel Alam itoe, sedeng berbanting bantingan kedoea, nja, maka seorang poen tida jang beralahan-kerna ija sama sama beraninja lakoenja seperti perdjoerid lakoenja.

Satelah itoe maka Moehamad Sahrab bertemoe, kepada anak radja Mashoensah.

Adapoen maka pada koetika itoe, radja Mashoensah melepasken anak panahnja jang amat sakti itoe, maka laloe kena dastarnja Moehamad Sahrab, maka pada koetika itoe terboekalah pengikat dastar itoe.

Satelah segala raijat itoe melihat hal itoe, maka sekalijannja poen soerak seperti tager soewaranja, dari pada sanget tida tertahan maloenja Moehamad Sahrab itoe, laloe di lilitnja dastar itoe pada batang lehernja, den kepada kepala hanja kopja djoega jang di pakenja itoe, maka roepanja seperti Adjar-Adjar Pangeran Bermasakti, tatkala berperang dengen Raden Maisa Prawira lakoenja, sekalijan radja radja poen heranlah melihat kelakoewannja itoe.

Satelah itoe maka Moehamad Sahrab poen menggertaken koedanja, serta berdeketan kepada radja Mashoensah itoe, serta ditangkep pinggangnja-laloe di lontarken keatas oedara, maka laloe terlajang lajang, den koedanjapoen di toembaknja sekali dengen Moehamad Sahrab, maka mati koeda itoe.

Adapoen maka satelah radja Mashoensah itoe goegoer keboemi, serta tida bisa bergerak lagi.

Maka Mahbat kedoea itoepoen menangkep dija serta di ikat tegoeh tegoeh.

Maka segala raijat Tadjir poen mendeser sekali, maka segala raijat anak radja kedoewa itoe poen oendoer perlahan lahan.

Sabermoela maka Indra Maulana Pathoel Alam poen menangkep Mahradja Kamsaril dengen moedahnja, serta di iketnja.

Satelah soeda anak radja kedoewa itoe tertangkep, maka gandarang kembali poen di paloe orang, maka segala perdjoerid poen semoewanja di tangkep orang den segala raijatnja poen habis menjerahken dirinja, serta katanja: Minta di hidoepken oleh radja.

Satelah itoe maka mantri Tadjir poen menjeroehken kepada Indra Maulana Pathoel Alam, dari pada radja kedoea itoe, serta katanja: Hai mamanda mantri bawalah anak radja kedoewa ini mengadep Soeltan, serta dengen akoe ampoenja sembah soedjoet kepada Soeltan, maka kataken bahoewasanja hamba harep pada perdjandji jan Soeltan djangan berobah.

Satelah itoe maka mantripoen menjembah serta berdjalan menoedjoe kota negri dengen segala kemenangan.

Sjahdan maka satelah malem hari, bagindapoen semajem kepada djongan astana serta dihadep oleh segala dajang dajang biti perwara, den per maisoeri ada bersama sama, den toean poetri Tjindra Sari kedoewa toean poetri Mahroem iti poen kata: Jatoeankoe Sjehalam, adakah ajahanda kenal laki laki kedoea itoe? den dari mana datengnja, kerna kelakoeannja sekoenjoeng koenjoeng dateng membantoe tadi, roepanja terlaloe amat boediman serta bidjaksana, tida jang tangtang dalem berperang lakoenja serta seperti orang bijasa, den seperti orang jang soeda di kenal kaloe kaloe ija taoe diri kepadanja.

Satelah itoe maka Soeltan poen tersenjoem, serkatanja: Soenggoelah seperti anakkoe, kerna orang itoelah jang menoeloeng ajahanda, den ijalah jang merampas akoe dari pada tangan anak radja Kamsaril dan pada rasa ajahanda dengen koewasa toehan kita, den djikaloe tida di kernaken dengen kedoewa orang itoe nistjaja matilah ajahanda oleh anak radja Kamsaril, den lagi soenggoenja ajahanda berdjandji kepadanja.

Maka sembah toean poetri, ja ajahanda: Apalah perdjandjijan ajahanda.

Sahoetnja Soeltan, ja anakoe, perdjandjian ajahanda djikaloe toean tida soewami hendaklah ajahanda mengambilken mantoe, sajangnja toean ada soewami, demikijanlah kata ajahanda.

Maka sahoet toean poetri, boekankah ajahanda beta soeroe kepada anak Djin pergi merampas ajahanda, mengapa ajahanda berkata demikijan itoe.

Ja anakoe, soenggoelah anak Djin hendak merampas kepada ajahanda, den tetapi sekarang segala anak Djin telah djadi tawanan kepadanja, den seorang poen tijada dapet menantang matanja, kaloe kaloe sekarang terpendjara sekalian anak Djin itoe, maka itoelah sebabnja ajahanda sanget takoet kepadanja.

Adapoen maka satelah toean poetri mendenger kata ajahnja, maka laloe doedoeklah terpekoer serta berpikir di dalem hatinja, djikaloe demikijan kenalah terdjemoe pada radja radja jang laen, den djikaloe demikijan baiklah akoe melawan seboleh-bolehnja, bijarlah akoe mati dengen sendjata tidalah menjesel pada rasa hatikoe, dari pada di perham a radja jang laen baiklah akoe mati sekali.

Satelah soeda berpikir jang demikijan, maka haripoen soeda djaoe malem, maka Soeltan poen berangkat masoek ka dalem kedoewa laki istri, den jang mengadep poen masoek tidoer masing masing. hanja toean poetri djoega jang tijada dapet beradoe, kerna dari pada sanget mesgoel hatinja, maka bebrapa di seboetnja nama anak Djin itoe seorang poen tida jang dateng, maka pikirnja soenggoelah segala Djin itoe telah di pendjaraken oleh radja itoe, den djikaloe demi kijan inilah radja jang dapet meroentoeken kota Tadjir djikaloe akoe lari dengen hidoepkoe nistjaja pertjoema sekali, sebab masi ada djoega jang di denger den di lihat, djikaloe akoe lari dengen hidoepkoe nistjaja di soeroenja tjari djoega kepada akoe jang di kehandaki, tetapi djikaloe jang demikijan baeklah hesok hari seboleh bolehnja akoe melawan djoega, djikaloe akoe mati dalem perang tida mendjadi sesel hatikoe, sebab tida melihat lagi hal ajah boendakoe antalah apa djadinja dija.

Satelah itoe maka haripoen sijanglah, maka bangoenlah masing masing, serta mamegang djoewatannja masing masing, den baginda poen bangoen serta pergi mandi doea laki istri, maka laloe memake.

Satelah soeda memake selengkep pakejan keradjaan itoe, maka baginda poen tijada keloewar di penghadepan hanja dalem astana djoega, maka banjaklah segala pegawee radja; den segala mantri hoeloebalang den orang kaja kaja, den orang besar besar jang melawati radja, sebab radja bahroe dateng dari pada tangan satroenja, maka masing masing poen dateng membri selamat, den memoehoenken doa kepada radja, maka djadi penoeh sesek dalem astana itoe serta makan den minoem.

Arkijan maka pada ketika itoe datenglah doewa orang moeda serta membawa sehalai soerat, seorang Mahbat Laila seorang Mahbat Roem, serta soedjoed menjemba kepada doeli Soeltan, serta di persembahken soerat itoe, katanja: beriboe riboe ampoen toeankoe bahoewasanja hamba toeankoe ini di titahken oleh radja kami membawa soerat inilah.

Maka radja poen menjamboet soerat itoe, serta di soeroenja batja oleh mantrinja, maka laloe di batjanja demikijan boenjinja.

Dehoeloe memoedji Allah den rasoelnja, kemdijan memoedji tahta keradjaannja Soeltan, maka sesoeda soedahannja membri sembah soedjoed kerta tadim den takrim, maka adalah saja minta chabar dari perdjandjijan Soeltan adalah kaboel seperti kata itoo? den djikaloe kaboel Alhamdoelillahi Rabbil Alamin, den djikaloe tida kaboel soedalah, bijarlah padoeka toeankoe memberi chabar kembali. djanganlah padoeka toewankoe boeat ringan ringanken hati, bijarlah hamba pergi perhambaken diri pada radja jang laen.

Satelah soeda mantri itoe membatja soeratitoe, maka Soeltan poen terlaloe amat soeka hatinjaseperti soenggoeh soenggoeh ija memantoe padanja djoega.

Maka segala jang mendenger poen soeka, serta katanja den boenjinja soerat itoe, patoet soenggoeh sajangnja padoeka radja moeda itoe tida ada pada negri ini, den djikaloe ada nistjaja sebanding dengen anak radja itoe.

Adapoen maka segala marika itoe memandang kepada Mahbat kedoea, satelah soeda di ketahwi dirinja di pandang orang laloe semingkin di baiki barang lakoenja, maka djadi bertambah tambah pantes barang kelakoewannja.

Satelah soedah dari pada itoe, maka kata Soeltan kepada Mahbat kedoewa itoè, ja soedarakoe: apakah salahnja lagi djikaloe ada oentoeng djodonja, tetapi kita ini tida dapet memoetoesken bitjara ini.

Sjahdan maka Soeltan poen menjoeroehken seorang pengawal.itoe, katanja: Hai kamoe, pergilah angkau panggil Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe kemari, kataken ada soerat dari pada radja jang melapasken akoe dari pada daroerat. ein median in blue

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen dateng serta pakejannia, serta soedjoed mendjoendjoeng doeli laloe doedoeklah di hadepan radja.

Maka segala jang mengadep itoepoen heranlah melihat kelakoeannja, ter aloe amat pandai berlakoe sebagi perdjoerit, sedikit poen tida salahnja lagi, satelah soeda maka laloe doedoek mengadep radja itoe.

Maka titah Soeltan. Hai anakoe; apakah bitjara toean sekarang? jang ija soeda mendeloeng akoe, serta ija menanjaken chabar poela kepada ajahanda.

Satelah ija mendenger kata ajahandanja itoe, maka laloe ija memandang kepada Mahbat kedoewa itoe, loeloe memegang hoeloe pedangnja serta di kisar hoedjoeng pedangnja kehadepan, serta di pindahken kakinja jang kiri di taronja dibawa, den kaki kanannja di taronja di atas, serta katanja: Hai soedarakoe kedoewa kataken kepada radja litoe, apakah ija hendak berdowa poela kerna ija dateng tida berketahoewan anak radja mana, den ija membantoe Soeltan tida jang soeroe, den boekan akoe minta pertoeloengan kepadanja, den kataken kepada radjamoe adakah pekerdja-an jang tida di prenta itoe boleh mendapet oepahnja? den lagi soenggoeh Soeltan negri ada berdjandji kepadanja, tetapi Soeltan itoe ada koewasa dari pada halnja dalem negrinja jang mati dapet di hidoepken den jang hidoep dapetlah di matiken, maka soenggoeh radja itoe seperti seboewah negri besarnja den koewasanja, maka angkau kataken pada radja moe itoe tijap tijap negri adalah kotanja, maka kota itoe nistjaja ada pintoenja, maka sekarang ini djangan angkau loepa kataken kepada radja moe jang tijada berboedi lagi bedebah, akoelah penoetoep pintoe kota negri Tadjir, djika ija maoe kenal akoelah jang bernama Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, djikaloe akoe masi ada hajat belon lagi dapet radjamoe minta perdjandjijannja, maka hesok harilah soeroe dateng di sini meroentoehken pintoe kota negri Tadjir dehoeloe, maka dapetlah ija seperti perdjandjijan radja itoe.

Maka laloe ija mengangkat pedangnja dengen doewa belah tangannja, serta katanja: Inilah patahken hoedjoengnja dehoeloe, maka dapetlah ija bertahta dengen poetri Mahroem Siti.

Maka Soeltanpoen tersenjoem melihat kelakoean anaknja itoe.

Adapoen maka Mahbat kedoewa orang jang paham, laloe ija berpikir dalem hatinja, djikaloe demikijan soenggoehlah seperti kata anak Djin itoe, kerna barang lakoenja den bitjaranja tida bersalah oleh Indra Paulana Tamsil Maripad itoe, tjantiknja seperti poetri Mahroem Siti djoega, maka Mahbat kedoewa itoe poen bermoehoen serta soedjoed menjembah, laloe toeroen kebawa setinggil itoe, serta keloewar astana teroes menoedjoe keloewar kota laloe masoek teroes kedalem hoetan menoedjoe pada tempat Indra Maulana Pathoel Alam.

Kalkijan makan pada tatkala itoe, Indra Maulana Pathoes Alam doedoek serta soedaranja jang bernama Moehamad Sahrab itoe, serta katanja:

Hai soedarakoe, tidakah toewan mengenal hamba ini? bahoewasanja hambalah jang mendjadi Nachoda Masoer Tabir, jang menghoekoemken pada negri Bahroel Alam tatkala masi ada hajatnja Padoeka Soeltan Daral Maksoed.

Satelah Monhamad Sahrab mendenger kata itoe laloe menangis, serta memelok kaki anak radja itoe, serta katanja: Wai toeankoe, sampenja hati toewan tida berkata bener, makanja hamba sampe kemari ini, sebab rindoe kepada kakanda itoelah sebabnja hamba sampe kemari ini boeka sebabnja meminang, kerna pikir hambar padoeka kakanda orang dagang nistjaja ija sampe kemari sebab negri Tadjir itoe sanget meshoer lagi sanget sekali ramenja, maka itoelah sebabnja makanja hamba ini dateng menjoesoe kedalem negri ini.

Satelah itu maka laloe berpeloek peloekan den bertjioem tjioeman serta bertangis tangisan.

Adapoen makat tidalah kami seboetken orang bertemoe sahabatnja itoe, maka terseboetlah Mahbat kedoewa itoe dateng serta menjembah, laloe di persembahken segala perkata-annja Djohan Pahlawan Nasib berdjaman itoe.

Maka anak radja itoe mendenger chabar, maka terlaloe amat soeka hatinja serta tersenjoem sambil berkata, baeklah besok hari kita melawan Pahlawan Tadjir.

Satelah itoe maka haripoen malemlah, maka anak radja poen memanggil segala anak Djin itoe.

Maka anak Djin itoe poen datenglah, serta sembahnja: apa chabar toeankoe memanggil hamba ini sekaijannja.

Sahoet anak radja itoe. Hai soedarakoe sekalijan, djikaloe ada derma toean toean sekalijan hamba hendak keloewar berperang, pada hesok hari, maka akoe hareplah toean toean sekalijan toeloeng mendjaga hamba, kerna pada pikirkoe hendak berperang tidaken soenggoeh, kerna kaloe kaloe hidoep kita toean djagaken, den toean poetri djangan sampe kena tjidra, den lagi takoe kita kaloe ija tida ketahwi jang akoe ini soewaminja, nistjaja perang dengen soenggoeh soenggoehnnja, apalah soedanja jang seperti hamba ini.

Maka sembah segala anak Djin itoe, sebenarnjalah kata toeankoe itoe.

Satelah soeda ija berpesen itoe, maka anak Djin sekalijan bermoehoen kembali, maka laloe gaiblah.

Maka anak radjapoen laloe tidoerlah masing masing.

Satelah sijang hari maka laloe bangoenlah dari pagi pagi hari, bintang poen belon lagi padem tjahjanja, den segala boeroeng belon keloear dari sarangnja, den segala oeler belon keloear dari pada beloekernja.

Maka segala raijat Tadjir poen telah hadirlah pada medan peperangan dengen segala alatnja, den mantri hoeloe balang poen mastaiblah dengen gandarannja, den segala boenji boenjian poen berboenjilah terlaloe amat oeldamat soewaranja seperti gandarang den tamboer soeling bangsing napiri, maka soewaranja seperti orang jang menjoedahi kasih roepanja, maka segala orang jang besar besar poen rembes aer matanja mendengar soewara segala boenji boenjian itoe.

Sjahdan maka toewan poetri Mahroem Siti soeda memake tjara laki laki terlaloe amat pantes barang lakoenja, serta menjembah kaki ajahanda boendanja den ajoendanja poetri Tjindra Sari itoe.

Maka Soeltan poen terlaloe amat belas rasanja melihat roepa anaknja itoe, seperti tida terlepas rasanja laloe menangislah ketiganja, serta katanja: Wai anakoe toewan boewah hati ajahanda boenda soedalah toean djangan keloewar berperang, karna boekannja lawanan toean, den lagi segala Djin telah djato pada tangan anak radja itoe, sijapa lagi membantoe toean kerna sehari hari anak Djin kawanan toewan itoe, maka adalah djoega hatikoe senang melihat, den sekarang sijapa lagi membantoe toean, soedalah bijarlah ajahanda terima sadja djandjinja anak radja itoe, sepaja ajahanda doedoeken dengen padoeka ajoendamoe Tjindra Sari masa kenapa, den tidalah ajahanda beriken toean, gila apakah ajahanda memberi istri orang pada laki laki jang laen.

Maka sembahnja toean poetri itoe, ja toeankoe: Sekalipoen padoeka ajahanda djoega, mengapaka kawini kepada segala orang jang tijada ketahoe di asal bangsanja, djikaloe ajahanda doedoenen djoega pada ajoenda Tjindra Sari kepadanja, bijarlah beta mati dehoeloe sepaja djangan beta melihat hal soedara beta, den djangan ajahanda boeat inger inger hati dari pada sebab tijada anak Djin itoe, kerna toehan ada jang memeliharaken atas hambanja, tidakah ajahanda malihat segala ibarat ibarat di dalem tjerita segala Nabi Nabi den wali wali sijapa peliharaken dija dari pada satroenja.

Satelah itoe maka Soeltan poen dijam tijada berkata kata lagi, serta menggosok aer matanja itoe.

Maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen bermoehoen serta keloear kota di iringken oleh ajahanda boendanja.

Satelah sampe keloear, maka laloe naek keatas koedanja, jang bernama Doerman Maha soeni itoe, serta keloear metioedjoe kedalem tantara banjak itoe, serta masoek kedalem medan peperangan serta di iringken segala penggawa mantri hoeloebalang itoe, maka roepanja seperti laoet.

Hatta maka Indra Maulana Mapthoel Alam itoepoen keloear serta raijatnja Moehamad Sahrab itoe, maka laloe madjoe berhadepan antara Kedoewa pihak itoe, maka satoe sama laen poen berhadepan menantang lawannja, serta katanja:

Hai segala laki Jaki Tadjir marilah kita bermaen maen sendjata mengadoeken kelaki lakijan, maka di sinilah tempatnja mengadoe gagah beraninja, barang sijapa jang loeka atawa mati tijada menjesel pada achirnja.

Satelah itoe maka datenglah seorang penggewa Tadjir Manggada Soerija namanja, serta katanja: Hai laki laki sijapa namamoe? inilah lawananmoe.

Maka sahoednja: Hai Manggada Soerija: akoe Mahmoed Ragem namakoe, maka akoelah toewa toewa dari negri Bahroel Alam, den sekarang datengkenlah sendjatamoe kepadakoe, soepaja akoe rasahken bekas tanganmoe.

Maka Manggada Soerija poen mengangkat gadahnja jang toedjoeh pesegi itoe keatas kepalanja, serta di paloeken kepada kepalanja Mahmoed Ragem itoe, maka Mahmoed Ragem poen menangkis dengen tjakmarnja, maka laloe beradoe kedoewanja besi itoe, maka soewaranja seperti halalintar membelah boemi.

Maka segala gandaran radja radja poen terkedjoed, mendenger soewaranja itoe.

Satelah itoe maka penggawa kedoewa itoepoen sama sama berpaloe paloewan den bertangkis tangkisan, den bersama sama mengeloewarken sendjatanja, sama sama tida beralahan kerna samanja perdjoerid lagi bijasa di dalem peprarangan itoe.

Maka tatkala itoe hoeloebalang poen bertemoe samanja hoeloebalang, den mantri bertemoensamanja mantri, den raijat poen bertemoe samanja raijat, maka sama sama aken berhamoek hamoekan.

Adapoen maka antara kedoewa pihak itoe, sama berpaloe paloehan den sama sama banjaknja orang jang mati itoe, den sama banjaknja djoega orang jang loeka.

Satelah itoe maka anak radja memandang kepada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, maka hatinja bagi di loeroet rasanja, maka tida dapet memandang kepada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman lakoenja itoe.

Satelah itoe maka anak radja poen memanggil anak Djin itoe, serta katanja: Hai soedarakoe apa kah bitjara soedarakoe sekarang, kerna akoe ini tida dapet malihat lakoenja toean poetri itoe; den djikaloe dimikijan rasa hati koe nistjaja akoe ini mendjadi Lalei, den dari pada sebab laleikoe den akoe boenoeh orang tijada ketahoean, kerna dalem perang itoe boekannja moeda, den jang seperti akoe ini ketahwi jang ija perempoean den lagi istrikoe, maka ija tida ketahwi jang akoe soewami padanja apalah hal koe ini, den djikaloe demikijan apalah soedanja.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman malihat roepa Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, maka hatinja mendjadi terlaloe amat marahnja, serta katanja: Hai Indra Maulana Mapthoel Alam marilah datengken sendjatamoe sepaja akoe mendatengken sendjatakoe kepadamoe, sepaja angkau rasaken oepatnja menoeloeng Soeltan.

Satelah anak radja itoe mendenger katanja, itoe maka laloe tersenjoem serta katanja: Hai Djohan Pahlawan Nasib Berzaman tijadalah akoe maoe mendatengken sendjatakoe padamoe, kerna akoe sajang melihat badanmoe itoe terlaloe tipis seperti roepa perempoean, den djikaloe akoe djatohken sendjata padamoe apalah djadinja toeboeh jang haloes, den sendjatamoe tijada jang sampe padakoe, malinken jang akoe harep toean poetri Mahroem Siti djoega, akoe handa pristiken dija sepaja ija merasahken bekas hoedjoeng hidoeng koe jang berlekat kepada pipinja kanan.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Ber zaman poen terlaloe amat sanget marahnja, sebab mendenger orang menjeboet nama poetri Mahroem Siti itoe, maka kata Djohan Pahlawan Nasib Berzaman: Hai Indra Maulana Pathoel Alam, boekan lajaknja jang seperti roepamoe dapet Mahroem Siti itoe, sijapa taoe angkau peranakan loetoeng den kera.

Maka Indra Maulana Pathoel Alam poen tersenjoem, serta katanja: djanganken peranakan loetoeng den kera, sedeng peranakan kampret dapet memakan boewah djamboe aer mawar, den kaloe peranakan loetoeng dapet poetri Tadjir jang moeda.

Satelah itoe maka Djehaw Pahlawan Nasib Berdjaman poen sanget marahnja, serta mengoenoes pedangnja laloe di perangnja Indra Maulana Pathoel Alam dengen sesoen¢ geoeh soenggoehnja hatinja.

Maka laloe di tangkisnja dengen bebrapa medaratnja.

Satelah itoe maka Indra Maulana Maptehoel Alam poen seperti tijada bernjawa rasanja, kerna berperang itoe dengen bitjara dalem hatinja itoe.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawau Nasib Berdjaman poen semingkin menjerang den memaloe kepadanja, hingga seperti tijada dapet di tangkisken lagi rasanja.

Adapoen maka satelah Moehamad Sahrab melihat lakoenja jang demikijan itoe, maka pikirnja djikaloe demikijan nistjaja mendjadi binasa djoega soedara kita ini, kerna orang dalem perang itoe tida boleh dengen laleinja, nistjaja mendjadi tjilaka. kerna lakoenja Indra MaulanaMaphoel Alam itoe seperti orang bitjara kepada perempoean dalem peradoean, den boekan seperti orang jang mengadep satroenja.

Satelah itoe maka Moehamad Sahrab poen amat bingoen sekali hatinja, serta mengambil anak panahnja jang bernama Ganda Sari, serta di panahnja koeda Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, maka laloe kena sama tengah dadahnja, maka koeda itoepoen gaiblah dari pada mata orang serta mendjadi poelanglah pada asalnja kembali itoe anak Dewa kaindra-an.

Satelah itoe maka mendjadi seorang laki laki terlaloe amat moedanja, serta roepanja betoel seperti Betara Kama Djaja, maka laloe menjamber Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, serta di bawanja terbang kaoedara.

Maka heranlah segala jang melihat itoe.

Sjahdan maka Indra Maulana Maptehoel Alam malihat jang Djohan Pahlawan itoe gaib, maka laloe terkedjoet malihat kanan den kiri tida kelihatan, laloe bingoene hatinja serta masoek ke dalem tantara Tadjir sekali serta mengamoek, maka habislah segala mantri hoeloebalang Tadjir jang lari itoe di hoesir oleh raijatnja Moehamad Sjahrab.

Satelah Moehamad Sjahrab malihat jang soedaranja mengamoekitoe, maka laloe mengamoek poela, den segala mantri hoeloebalang poen habis semoewanja mengoesir segala raijat Tadjir.

Adapoen maka Indra Maulana Maptehoel Alam itoe, soenggoeh berperang tetapi matanja tida terlepas dari pada melihat kesana kemari tida kelihatan djoega, maka hatinja poen semingkin tijada keroewan djoega.

Satelah itoe maka perang itoepoen petjahlah, perang orang Tadjir.

Satelah ija malihat jang Djohan Pahlawan Nasib Berzaman telah tijada, maka sekalijan poen lari masoek kedalem kota negri, serta tida tertahan di hamoek oleh Mahbat kedoewa itoe.

Sasoedahnja sampe segala raijat Tadjir itoe pada pintoe kota, maka laloe masoek sekalijan, den pintoe kota itoepoen di toetoepnja dengen sigranja serta di koentjinja.

Maka segala raijatnja Moehamat Sjahrab poen berhenti dari pada mengoesir.

Sjahdan pintoe kota tertoetoep itoe, maka sekalijan raijat poen djadi berkoempoel djadi satoe.

Adapoen maka Mahbat kedoewa melihat hal jang demikijan itoe, maka laloe berdateng sembah kepada Indra Maulana Pathoel Alam itoe, katanja: Ja toewankoe Sjeh Alam apalah bitjara toewankoe ini, djikaloe toewankoe menjoeroehken bongkar pintoe kota, bijarlah hamba titahken kepada segala raijat banjak itoe.

Maka titah Indra Maulana Pathoel Alam, Hai Mahbat: Soedalah djangan kita bongkarken, bijar kita bernanti djoega disini sakira kira doewa tiga hari, den djikaloe Soeltan itoe tijada moengkir dari pada djandjinja, Insja allah kita santausaken negrinja, den djikaloe ija tida tegoe setijanja kelak hesok hari dari pagi pagi hari kita binasaken kota negri ini dengan moedahnja.

Satelah itoe maka Moehamad Sjahrab poen menjoeroehkdn segala raijat memboeat astana pada pintoe kota itoe, maka laloe di perboeat oranglah dengen selengkepnja, satelah soeda itoe maka haripoen malemlah. den sekalijan raijat poen bermalemlah di sana.

Sjahdan maka tidalah kami seboetken dari hal anak radja radja itoe, maka kami seboetkenlah Djohan Pahlawan Nasib Bertdjaman itoe, tatkala gaib dari pada medan peprangan itoe, maka di bawa oleh doewa orang anak laki laki terlaloe amat baek parasnja den amat manis barang lakoenja, serta moeda balija de poetih koening warna toeboehnja, betoel seperti roepa dewa Kamadjaja jang bahroe toeroen dari kajangan, hingga tidaken djemoe mata memandang, maka laloe di bawanja melajang keatas oedara itoe.

Satelah sampe kedalem hoetan anak dewa itoe poen toeroenlah terlajang lajang, serta masoek kedalem hoetan itoe.

Satelah sampe di boemi, maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen sanget berdebar hatinja, seperti lenjep rasa njawanja serta berpikir sijapakah garangan laki laki ini, pandai terbang keatas oedara serta membawa akoe ini, den lagi roepanja terlaloe amat eloknja.

Satelah itoe maka Djohan Panlawan Nasib Berdjaman berdiri kepada boemi, serta mamegang hoeloe pedangnja, katanja: Hai orang moeda jang baek roepa, sijapa toean hamba? den angkau ketahwi jang kita lagi mengadep satroe itoe, mengapakah toewan hamba berani malariken akoe dari pada tempat ini, den sekarang apakah kehendaktoean hamba, baeklah toewan kataken soepaja akoe beri njata pada toean hamba ini.

Satelah itoe maka anak dewa itoepoen tahoelah jang Djohan Pahlawan goesarken dija maka laloe berdateng sembah ja toewankoe Sjeh Alam: daulat toewankoe beriboe riboe ampoen den maab kebawa hamparan tjerpoe jang di pertoean, patek ini boekannja hendak menganijaja toeankoe, maka bahwasanja hamba melariken toewankoe boekan dari sebab apa apa, hanja sebab hamba ini kena terpanah oleh Moehammad Sahrab tatkala di dalem perang, maka djikaloe tijada hamba membawa toewan kemari, nistjaj toewan dapet ketangan satroe toewankoe.

Maka sahoed Djohan Pahlawan Nisib Berdjaman, apakah moelanja makanja angkau berkata demikijan?

Sahoetnja anak Dewa itoe, jatoewankoe baahoewasanja hamba inilah jang bernama koeda Mahasoera, demikijanlah toewankoe, den asal hamba dari pada Dewa Widantoe, makanja hamba ini mendjadi seroepa koeda, sebab itoelah hamba kena moerka iboe bapa hamba maloe tinggal dalem negri hamba sendiri, maka hamba pergi di tandjoeng birahi lantas hamba di tandjoeng birahi lantas hamba di tangkep oleh radja Djin, maka di sanalah hamba mendjadi saekor koeda, bahroela hamba di persembahken kepada toeankoe hingga sampe dateng sekarang, den sebab hamba membawa toewankoe kemari kerna satroe toewankoe itoe boekan barang barang orang, kerna lagi pikir hamba djikaloe hamba tijada membawa toeankoe, nistjaja toewankoe dapet ketangan satroe toewankoe, sebab hamba melihat beberapa lamanja toewankoe ini di dalem medan peperangan tijada jang dateng membantoe toewankoe, den kedoewa segala raijat toewankoe banjak jang mati, den banjak jang loeka, den banjak jang tertangkep, den lagi boekan lawanannja toewankoe, den ketiga hamba ini telah kena sendjata Mochamad Sjahrab, maka dari pada itoelah telah poelang kembali seperti Dewa den sijapa lagi toenggangan toeankoe, sedang hambajang taoe dari pada hal ichwal perang itoepoen kala, istimewa demikijanlah pikir hamba, den dalem itoepoen djikaloe toewan handak goesar djoega kepada hamba apalah salahnja kerna hoekoem wankoe, den sekarang apa djoega barang kehanada kepada toedak toeankoe hamba toeroet.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib berzaman poen terlaloe amat belas mendenger tjeritanja anak Dewa itoe sebagiken tjoetjoer aer matanja.

Katanja: Wai soedarakoe Wai danta Sari, djikaloe demikijan toewan inllah anak radja Dewa, den djikaloe toean soedi ambil soedara aken hamba, maka bijarlah di beri ampoen sekalijan barang dosa hamba den barang sala bebel hamba, kerna senantijasa setijap tijap hari hamba gandarken di bela ang toewankoe, den hamba tempatken dengen satempat tempatnja, maka berilah ampoen aken hamba kerna hamba tida ketahwi sekali kali.

Maka anak Dewa poen tersenjoemlah mendenger kata Djohan Pahlawan Nasib Berzaman itoe, serta katanja: Hai soedarakoe djanganlah toewan berkata demikijan, kerna tida mengapah sebab orang jang tida taoe.

Satelah itoe maka hari poen malemlah, maka Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen bermalemlah pada hoetan itoe, maka pada malem itoe tiada dapet beradoe sebab ia berdoeka tjita dengen ajahanda boendanja, apalah halnja sepeninggal koe ini, kaloe-kaloe di pendjaraken orang den adalah halnja segala isi negri, den nistjaja djadi haroe hara di dalem negri ini, den soedarakoe poetri Tjindra Sari kemanakah garangan ia membawa diri.

Satelah soeda berpikir demikian itoe, maka hatinja handak kembali djoega kedalem negri pada masa itoe, maka di lihat anak Dewa itoe masi meleek matanja beloen djoega beradoe, katanja: Hai soedarakoe, marilah toewan ini kembali kedalem negrimoe.

Sahoetnja, ja toewankoe tiadalah hamba ini sekalian bantahken barang jang toewan kataken itoe, kerna sebab lamalah soeda patek tida kembali, djikaloe demikian marilah kerna tiada sedap sekali rasanja.

Maka sembahnja anak Dewa, baiklah besok hari kerna kita dalem hoetan pemali sekali-kali berdjalan kesana di waktoe malem hari, baeklah nantiken siang biarlah bersama sama hamba masoek kedalem negri.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen berkata kata, djikaloe akoe taoe djalannja nistjaja akoe keloewar djoega pada malem ini, maka dari pada sebab akoe takoet antalah djato terlebih djaoeh apalah soedanja, maka laloe di tahannja di waktoe sampeken siang hari.

Kalkijan maka satelah siang hari dari pagi hari, maka terseboetlah perkata-annja Indra Mardjoenoel Alam itoe.

Satelah ia bangoen dari tidoernja, maka di lihatnja adalah doewa orang laki-laki sanget moedahnja koelit toeboehnja sebagi temoegiring jang di patah warnanja, serta pake jasnja seperti perdjoerit, den selengkap sendjata di pakenja, maka heranlah hatinja serta katanja: Hai Magat Ningroem lihatlah dirinja orang moeda itoe roepanja betoel seperti anak anakan kentjana, den warna koelitnja seperti berkilat-kilat rasanja, tjobalah angkau pergi tanjaken dia apalah moelanja ia ada pada tempat ini, kaloe kaloe ijalah jang ampoenja hoetan ini, kerna segala hoetan itoe ada lah jang mendjaga kaloe kaloe seorang seorang pekerdjaannja, seperti matjan gadoengan atawa matjan agar ja itoe matjan djadi djadijan namanja.

Satelah itoe maka Magat Ningroem poen bermoehoen serta berdjalan bersama sama dengen anak Dewa itoe jang bernama Widanta Wati itoe. Sasoedanja hampir, maka Widanta Wati itoe malihat Widanta Sari, maka di kenalnja soedaranja, den Widanta Wati poen kenal soedaranja, maka laloe bertanja Hai soedarakoe: sijapakah nama soedara koe?

Maka sahoetnja hambalah Widanta Sari, anaknja padoeka Mahradja Wdanta Sakti dalem negri Tandjoemaja.

Satelah ija mendengar jang demikijan maka laloe berpeloek den bertjijoem serta bertangis tangisan kedoeanja kerna soeda berapa lama ija berpisah babroe sekarang inilah ija bisa bertemoe.

Satelah itoe maka Magat Ningroem poen terkedjoet melihat hal itoe. serta pikirnja soenggoelah soedaranja, kerna roepanja betoel sebagi pinang di bela doewa.

Sasoedahnja itoe kata Widanta Wati, wahi soedarakoe: Sakejan lamanja beta mentjari maka bahroelah sekarang beta ini bertemoe.

Maka tidalah kami seboetken orang jang bertjinta tjintahan dengen soedaranja, hingga tangkisnja djoega senggoek senggoek den perkataannja djoega poetoes poetoes rasanja.

Satelah itoe maka titah Djohan Pahlawan Nasib Berzaman, Hai soedarakoe inilah soedara toean.

Sahoetnja soenggoelah toeankoe, bahoewa inilah jang hamba tjari sakejan lamanja.

Satelah itoe maka titah Magat Ningroem, Hai soedarakoe: Ini seorang perna apa kepada toean. Maka sahoednja anak Dewa itoe, bahoewasanja inilah perna toean kepada hamba.

Kata Widanta Sari, ja toewankoe: Apakah moelanja selakoe sampe pada tempat ini?

Akoe ini lagi sedang berperang kepada Indra Maulana Pathoel Alam pada negri Tadjir aken maka inilah Pahlawan Tadjir aken sasat sampe kemari, sebab negri lagi roesak binasa di binasaken oleh seorang pendjoerid namanja Moehamad Sjahrab kedoewa Indra Maulana Pathoel Alam itoe.

Adapoen maka satelah Widanta Wati mendenger negri itoe, maka laloe tersenjoem serta katanja: akoe poen hendak pergi kesana aken melihat orang berperang, den djikaloe demikijan baeklah kita berdami djoega soepaja kita mengikoet bersama sama dengen anak manoesija itoe, kaloe kaloe sebab dari padanja kita sigra poelang pada astanah kita sendiri, kerna kata ajahenda inilah namanja Indra Mardjoenoel Alam, den kaloe kaloe kita bisa balik kembali poelang pada tempat kita sendiri.

Satelah itoe maka berdateng sembah Widanta Sari kepada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, ja toeankoe apalah bitjara toeankoe adakah toean maoe bermoefakat kepada Indra Mardjoenoel Alam.

Katanja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, mana djoega baeknja kepada soedara kita, maka baiklah pada hamba.

Kata Widanta Sari, djikaloe toean hendak sigra kembali pada tempat toewan, baeklah apa barang katanja Indra Mardjoenoel Alam toewankoe toeroet.

Sahoetnja toeroetlah ako djikaloe patoet. Satelah itoe maka titah Magat Ningroem, djikaloe demikijan sahdjanja toewan patek hendak masoek kedalem negri Tadjir, den djikaloe demikijan baeklah kataken dahoeloe kepada toewan patek, bahoewa inilah seorang pahlawan dari negri Tadjir itoe.

Maka kata Widanta Wati, soenggoelah seperti katanja soedara kita.

Satelah itoe maka Magat Ningroem poen laloe di persembahken kepada toewannja, serta sembahnja: ja toeankoe bahoewa sanja orang moeda itoe pahlawan dari negri Tadjir aken melariken dirinja kedalem hoetan, kerna negri roesak di binasaken oleh seorang perdjoerid Indra Maulana Noeroel Alam lagi soedara toewankoe Widanta Wati ada bertemoe perna soedaranja kepadanja telah berapa tahon ija bahroe bertemoe, den pada pikir hamba jang hina ini, baeklah toewankoe ini pergi menoeloengken dija, kaloe kaloe dengen sigranja kita bertemoe dengen padoeka kakanda Indra Boeganda Aspandar Sah.

Satelah Magat Ningsi mendenger kata Magat Ningroem itoe, maka laloe tersenjoem serta katanja Ini lagi satoe sebagi soeka sekali menimboelken riwajat, memberi kamboe sakit jang lama. Satelah itoe maka laloe tertawalah ketiganja. Maka kata Indra Mardjoenoel Alam, djikaloe demikijan baeklah akoe poen handak bersahbat dengen orang Tadjir, kerna telah meshoer sekali chabarnja orang, segala anak negri Tadjir baek boedinja, djikaloe demikijan baeklah diri memanggil ija kemari sepaja aken tanjaken kepadanja, apa moelanja negrinja djadi binasa.


Satelah itoe maka Magat Ningroem poen bangoen berdjalan, serta berdateng sembah kepada Djohan Pahlawan, katanja: Jatoewankoe bahoewasanja toewan persilahkeh oleh toewan patek.


Maka Djohan Pahlawan poen bangoenlah berdjalan, serta di iringken oleh ketiga orang itoelah.


Satelah sampe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen bangoenlah berdjalan serta berdjabat, tangan den anak Dewa itoe poen menjemba kaki Indra Maulana Mardjoenoel Alam itoe.


Satelah itoe maka laloe di soeroeng doedoek lah sekalijan.


Maka titah Indra Maulana Mardjoenoel Alam katanja: Hai soedarakoe, apakah sebabnja negri toewan hamba itoe di binasahken oleh segala radja radja.


Maka sembahnja Indra Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe ja toe wankoe: Bahoewasanja sebab negri patek djadi binasa itoe, kerna padoeka Soeltan Tadjir ampoenja doewa anak perempoewan, seorang poetri Mahroem Siti, namanja, den seorang poetri Tjindra Sari, itoelah babnja di pinang oleh orang den Soeltan Soeltan tijada aken menerima, maka itoelah sebabnja dari pada segala radja radja itoe menaro hati jang dengki, den telah ada ampat poeloeh koerang asa, hamba menangkep radja radja itoe dengen moedahnja, den sekarang adalah seorang moeda terlaloe amat saktinja, lagi pandainja ija bermain main dalem perang, itoelah jang hamba tida dapet menantang moekanja.


Maka kata Indra Mardjoenoel Alam, Hai soedarakoe: Mengapa Soeltan tiada itoe handak trima. segala radja radja itoe, den boekan terlebi patoet sekali kali jang anak radja itoe di pinang oleh radja.


Maka sembah Djohan Pahlawan Nasib Berzaman itoe ja toewankoe: Sebab poetri itoe hanja doewa orang djoega, jang meminang terlaloe amat banjaknja, den djikaloe Soeltan terima seorang den radja radja jang laen apala halnja, lagi poetri itoe adalah soewaminja itoe asal anak radja besar, itoelah sebabnja Soeltan maloe menerima, kerna takoet kaloe kaloe terdenger chabarnja kepada soewaminja, apalah kelak di kata orang Soeltan itoe mendjoewal istri orang, den lagi jang seperti hamba ini djikaloe tijada mendapet melawan segala radja radja itoe, apalah goenanja hamba jang di beri makan den pakee berapa lamanja hamba menerima noegrahan radja maka djikaloe hamba tijada dapet melawan satroenja, apalah goenanja hamba hidoep di dalem doenja kelak djadi tjerita orang, den djadi meshoerlah nama jang kedji, itoelah sebabnja toewankoe, djadi patek memboewang diri patek kedalem hoetan besar ini.


Maka sahoed Indra Mardjoenoel Alam, Hai soedarakoe: Sijapakah soewaminja poetri Tadjir. Sahoetnja jatoewankoe hamba poen tijada taoekerna chabarnja anak radja di dalem negri Toral Arkan, Indra Boeganda Aspandarsjah di seboet orang dalem negri itoe.


Adapoen maka satelah Indra Mardjoenoel Alam mendenger kata Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, maka pikirnja soenggoehlah anak radja itoe beristri lagi, djikaloe demikijan baeklah akoe tjoba tjoba djoega masoek mendjadi penghocloc perang kepada radja, sepaja akoe bisa dapet roepanja jang njata poetri Tadjia itoe, bagimanakah roepanja makanja ija di pinang seloeroeh alam doenja ini, bagimanakah bagoesnja den eloknja itoe.


Satelah itoe maka titah Indra Mardjoenoel Alam. Hai soedarakoe: mengapa soewaminja tida dateng menoeloeng istrinja itoe, den akoe mendenger chabarnja anak radja Toral Arkan itoe sanget boediman lagi bidjak sana, mengapa istrinja di rampas orang ija tida dateng menoeloeng.


Maka sahoetnja, itoelah toewankoe patek koerang pereksa, tapi kata orang jang kami denger negrinja itoe sanget sekali djaoenja, den lagi chabar orang anak radja itoe ada istrinja jang di kawininja oleh ajahnja sendiri di negri Toral Arkan, itoelah barangkali sebabnja ija tida dateng membantoe istrinja.


Satelah itoe maka kata Indra Mardjoenoel Alam. Hai soedarakoe: djikaloe demikijan apalah di takoetken kepadanja, kerna negrinja djaoeh, den lagi ija ada istrinja apalah kelak jang di harep lagi, den djikaloe pada hamba trimalah sadja segala radja radja jang laen, kerna kata jang mengarang atawa pembatja apalah goenanja kita mengharep harep hoedjan di langit, djidjikaloe mengharep harep hoedjan di langit adalah seperti jang mengarang, djadinja sekarang tinggal tida ada goenanja, den djikaloe demikijan baeklah hamba pergi berhambaken diri hamba kepada Soeltan, kaloe kaloe dapet patek mengoendoerken Indra Maulana Maftehoel Alam, kaloe ka loe patek di ambilken mantoenja, soepaja patek dapet doedoek keradja-an di dalem negri Tadjir.


Adapoen maka satelah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman mendenger kata Indra Mardjoenoel Alam, maka hatinja sangetlah bentjinja serta toendoek berdijem dirinja.


Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen berkata: Hai soedarakoc dengen sigranja kami dapet menangkep Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, adalah Soeltan maoe ambilkennja mantoe kepada kami ini.


Maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen bertambah tambah bentjinja, serta katanja: apalah salahnja djikaloe ada aken oentoeng djodonja.Satelah itoe maka kata Indra Mardjoenoeh Alam, djikaloe demikijan marilah kita ini berangkat masoek kedalem negri pada hari ini djoega, sepaja akoe dapet menantang moekanja Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, den djikaloe akoe beloen mengenaken dengen rantai besi hoersani kepada lehernja, beloenlah poewas pada rasa hatikoe.


Satelah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman malihat hal itoe, maka titah Diohan Pahlawan Nasib Berdjaman. Hai soedarakoe: persembah kenlah kepada Soeltan, den djikaloe Soeltan bertanja kapada hamba, toewan dari mana apalah kata hamba, kerna hamba belon taoe asal toewankoe.


Maka sahoetnja. ja soedarakoe: katakenlah bertemoe hamba dari dalem hoetan, katakenlah hamba orang hoetan, kerna kata pengarang djikaloe kita berkata soenggoeh soenggoeh kelak di kata orang kita paling bertingka tingka, den djangan soedarakoe takoet takoet kataken, den soe paja djangan di kata kita orang jang berbangsa, djikaloe ada jang lebih ketahwi itoe, barang sijapa jang berhambaken dirinja itoelah namanja hamba, kerna pekerdja-an ini belonlah tentoe jang kita dapat melawan Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, den tiadakah soerakoe mende nger pantoen jang demikijan.


 Harta tida di pandang orang,
 Boedi den bahsa djoega terbilang,
 Merendahken diri di negri orang,
 Djangan merendahken sembarang barang.

Soeltan Taboerat

110

 Djangan terlaloe kita memili,
 Kendati roepanja seperti koeli,
 Djikaloe ada tanda jang asli,
 Doegahan laen orang djangan perdoeli.

 Kendati kaja beriboe harta.
 Pandang baek back dengen doewa mata,
 Djangan perdoeli orang poenja kata,
 Pikir sendiri pada hati kita.

 Misti di pikir dengen teliti.
 Djangan di pake orang poenja hati,
 Pereksa betoel bijarlah pasti,
 Djangan sampe salah mengarti.


Satelah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman mendenger sair itoc, maka hatinja poen djadi bertambah tambah rawannja, serta memandang roepanja Indra Maulana Mardjoenoel Alam, laloe di amattinja kaloe kaloe takoet salah pandangannja, kerna teringet soewaminja serta pikirnja kaloe kaloe Indra Boeganda Aspandar Sjah menjamarken dirinja, maka di lihatnja dari atas sampe kebawa, den dari bawa sampe keatas, maka soewatoepoe tida ada tandanja, semangkin lama badannja seperti perempoean, den bibernja seperti bibir perempoean, maka laloe di pandang kepada Magat Ningroem den Magat Nangsi itoe, kaloe kaloe Sjahbanda, Sjahbandi, maka bera adi lihatujaa soewatoepoen bertemoe tandanja laloe ija berdijem dirinja dengen mesgoel hatinja serta terkenang berapa kenangan jang tida ter kira kira lagi, pada pikirnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe sajangnja boekan dalem negrikoe, den djikaloe ada pada negrikoe nistjaja akoelah jang bersahoet pantoen.

 Soedah berpanah lagi berpedang,
 Badannja lagi sedarhana sedang,
 Roepanja sebagi setadjo kembang,
 Barang lakoenja elok di pandang.

 Sebagi laki laki jang sampoerna,
 Terpandang lakoenjalah bedjaksana,
 Sebagi roepa di pati ardjoena,
 Jang handak menjerang negri Astina.


Satelah soeda berlengkep laloe naek keatas koedanja jang bernama Doerman Maha Soeni itoe, serta berdjalan masoek kedalem hoetan itoe di iringken dengen segala kawannja menoedjoe kedalem negri Tadjir itoe.


Maka tida berapa lamanja ija berdjalan itoe, laloe sampelah kepada pinggir negri itoe maka laloe ija berhenti di sana sekoetika.


Maka kata Indra Mardjoenoel Alam, Hai soedara koe Djohan Pahlawan Nasib Berzaman apakahbitja ra toewan sekarang? kerna ini soeda hampir negri. Maka sembahnja, jatoeankoe mana djoega titah sjeh Alam patek toeroet, tida lagi patek ini bantahken.


Maka kata Indra Mardjoenoel Alam, djikaloe demikijan baeklah kita soeroe Widanta kedoewa ini masoek dehoeloe kedalem kota kerna pekerdjaan ini boekannja moeda, sebab kaloe kaloe Soeltan telah tijada didalem negri, baeklah soeroe singgah doeloe di sana.

Sahoetnja ja toewankoe, soenggoelah kata toewankoe itoe.

Tatkala itoe di soeroehnja Widanta kedoewa masoek kedalem kota kota Indra Mardjoenocl Alam, Hai soedarakoe lekaslah angkau membri chabar kembali.

Sjahdan maka anak Djin kedoewa itoepoen laloe moehoen berdjalan, teroes menoedjoe kedalem kota itoe, maka ija bitjaralah kedoewanja, katanja; ja soedarakoe bagimanakah soedarakoe. kerna kita hendak di titah oleh toewankoe di soeroenja malihat segala mantri hoeloebalang raijat sekalijan.

Maka sahoetnja, ja kakanda apakah bitjara kakanda sekarang ini, kerna kita orang di perhamba orang, marilah kita masoek sekali kedalem negri, soepaja kita boleh lihat termasa negri itoe.

Sasoedahnja ija berkata kata itoc, laloe gaiblah serta terbang kaoedara menoedjoe kedalem negri itoe, maka tida berapa lamanja laloe sampelah.

Adapoen maka di lihatnja di dalem negri itoe sanget sekali rijoe randanja, sigra ija berdjalan teroes masoek kedalem astanah melihat permaisoeri kedoewa anaknja lagi sedeng bertangis tangisan.

Maka Soeltan poen lagi memoehoenken da toehannja, soepaja di laloeken segala bahja jang dateng ini.

Satelah anak Dewa poèn pergi melihat segala hoeloebalang mantri itoe lagi sedeng berperang itoe.

Kata saorang pada saorang, marilah kita melawan seboleh boleh, kernanja kita makan harepan radja, den sehari hari kita dengen bebrapa daulat jang kita trima, djikaloe tida ada sekali kali penoeloeng kita kepada Soeltan, apalah goenanja kita hidoep di dalem astananja,lebih baek kita mati,

Sahoet seorang soenggoeh seperti kata kakanda itoe, terlebih oetama kita mati dari pada hidoep dengen nama jang kedji.

Maka sahoet poela seorang, ja toewan toewan sekalijan itoe poen sesoenggoehnja kata soedara koe, tetapi dalem itoe poen segala pekerdja-an itoe maoe dengen setimbangnja, den djikaloe ada pekerdja-an besar den patoct patoetnja ibarat pikoelan boekan pikoelan kita adalah seperti jang terseboet di dalem tiga hoekoem, jä-ni hoekoem. akal den sarä atawa adat, maka itoelah maoe dengen Anwari Ausatoeha.

Sahoet seorang poen betoellah toewankoe. Maka pada tatkala itoe di persembahken kepada Soeltan dari pada hal ini, kerna pekerdjaan ini boekannja moedah.

Satelah itoe maka segala mantri hoeloebalang soeda moefakat laloe masoek kedalem astanah, serta mengadep doeli masing masing, serta sembahnja: Jatoewankoe apalah bitjara toewankoe sekarang ini dari pada hal negri.

Sahoet Soeltan dengen masgoelnja, Hai mantrikoe sekalijan: pergilah angkau mentjari anakoe Mahroem Siti, djikaloe ada bawalah kemari, den djikaloe ija tijada ada dalem negri ini, bijarlah seboleh bolehnja kita melawan djoega, den akoe hidoep poen pertjoema djikaloe selakoe demikijan, kerna tida ada anakoe Mahroem Siti itoe.

Sjahdan maka laloe berdateng sembah mantri jang toewah, baeklah toewankoe barang dimana adanja djoega patek ini handak mentjari, djika demikijan terlaloe amat soesahnja.

Maka tatkala itoe mantripoen pergilah mentjari sagenap tempat.

Arkijan maka terseboetlah jang berperang itoe tida hingganja djikaloe di tocroetinja, nistjaja waktoe kemaren djoega soedalah di roentoeken kota Tadjir itoe, kerna di katanja radja ini tida berboedi, den lagi telah tida beberapa lama djoebarangkali soeda dapet di rampasnja.

Maka tatkala itoe kata radja, Hai mantrikoe angkau taoe sendiri, den lagi djikaloe boekan asal oelama masahkan segala kerdjanja jang demikian ini.

Sahoet mantrinja, betoelah toewankoe.

Kata poela Soeltan, Hai mantrikoe jang amat boediman, jang akoe ini menerima beriboe soekoer kepada toehan jang maha koewasa, kena menambahi inget atas diri kita, den lagi demikijan akoe toeroet djoega seperti bitjaramoe, maka dalem itoepoen djikalae sesoenggoenja jang demikijan berboeni namanja negrikoe den namakoe, seperti kata segala negri, bahoewasanja sanget berboedi lagi tijada moengkir barang djandjinja, maka djikaloe akoe menoeroet hawa napsoekoe hilanglah namakoe den nama negrikoe jang meshoer itoe, maka dalem itoepoen djikaloe ija bermaksoed, tetapi toewan poetri Mahroem Siti tijada dalem negri, apakah kelak persembahankoe kepadanja.

Maka sembahnja sekalijan anak radja radja itoe sekalijan, ja toewankoe; djikaloe telah demikijan, maka toewan pesembahken toewan poetri Tjindra Sari, kerna ija hendak ganti poetri jang hilang djoega, maka di sanalah apa barang kehandaknja, maka djikaloe ija hendak mati dengen nama jang baik, den hamba poen hendak mati bersama sama dengen nama jang baek, kerna pada pikir hamba jang hina ini djikaloe ada hajat di dalem badan, maka berobahlah adat negri, den kelakoewan orang negri, kerna peri bahsa orang itoe kendati roesak negri djangan roesak adat, kata pengarang sekalipoen roesak diri djangan roesak nama kita.

Satelah itoe maka kata Soeltan, djikaloe demikijan baeklah pergi angkau sekalian mantrikoe, tetapi angkau djaga djoega dengen segala raijat, serta berlengkap dengen sendjatamoe, maka baliroelah angkau memboeka pintoe kota itoe, maka mendjagalah hati hati seorang, djikaloe ija hendak melawan dengen perang, baroelah angkau memboeka pintoe kota itoe, serta lawan djoega dengen perang, bijarlah negri ini leboer binasa tiadalah sesel rasa hatikoe.

Maka tatkala itoe mantri hoeloebalang raijat poen, menjoéroehken segala isi negri itoe keloewar mengadep moesoehnja itoe, kerna takoet kaloe kaloe djadi perang besar, nistjaja sekalijannja bisa dapet masoek kedalem negri, maka masing masing hendak lari sekalipoen, kerna djikaloe prampoewan nistjaja banjak bitjaranja, kerna di dalem perang soewatoepoen tida di larangnja, maka djadi segala isi negri semawanja menoeroet kata radjanja demikijanlah boedimannja orang negri Tadjir, soewatoepoen tida jang bertinggalan masing masing dengen boedi jang patoet.

Adapoen maka pada tatkala itoe, setengahnja adalah jang memotong ramboetnja soepaja djangan di kenalnja orang, masing masing dengen halnja.

Sjahdan maka pada tatkala itoe, anak Dewa ke doewanja itoe poen sigra kembali kepada toewannja, serta memberi chabar segala hal ichwalnja itoe, bahoewa radja dalem negri handak berdami kepada anak radja radja itoe.

Satelah Djohan Pahlawan mendenger chabar itoe, maka hatinja tidaken tertahan rasanja, serta sembahnja: Jatoeankoe marilah sekalijan masoek kedalem negri, kerna djikaloe Soeltan telah taloek kepadanja, apalah goenanja kita membantoe. Maka sahoet Indra Mardjoenoel Alam, marilah socdarakoe ini.

Satelah itoe maka laloe berdjalanlah keanemnja dengen alatnja, maka dengen sekoetika itoepoen sampelah, laloe di lihatnja penoehlah pada bilik negri itoe dengen segala laki laki itoe.

Adapoen maka satelah Indra Maulana Maptehoel Alam, melihat roepanja Djohan Pahlawan Nasib berdjaman itoe datengnja dari dalem hoetan, serta dengen membawa ampat orang itoe djadi hatinja sanget berdebar, maka sedang ija malihat satrija itoe dateng, maka pintoe kota poen sedang di boeka orang, maka djadi haroe hara sekoetika itoe, den segala raijat poen terkedjoet serta lari kesana kemari memegang sendjata nja masing masing.

Hatta maka Moehamad Sjahrab poen terkedjoet, serta naek keatas koedanja serta dengen sendjatanja, den Indra Maulana Pathoel Alam poen naek keatas koedanja serta dengen sendjatanja, kerna sekalijan raijatnja Mochamad Sjahrab itoe, ketahwi jang Djohan Pahlawan Nasib Berzaman itoe satroe oleh Indra Maulana Pathoel Alam, maka itoelah sebabnja djadi haroe hara.

Adapoen maka segala orang dalem negri, malihat jang pintoe kota terboeka, maka sekalijan poen terkedjoet di sangkanja Mochamad Sjahrab kedoewanja Indra Maulana Path toel Alam, maka itoelah sebab djadi haroe haranja di sangkanja ke doewanja itoe handa mengamoek, maka sekalijan mantri hoeloebalang poen membaiki sendjatanja. Maka segala raijat poen sangka jang ija handak berdami, maka djadi segala raijat memaloemken gandarang perangnja.

Satelah segala raijat Mochamad Sjahrab mendenger soewaranja gandarang perang, maka laloe sekalijan anak radja radja jang masi ada haldir poen berlengkeplah masing masing.

Maka koedanja Indra Maulana Mapthoel Alam, laloe ija melompat hendak menergam lakoenja.

Satelah hampir maka Indra Mardjoenoel Alam poen bertampik soewaranja, serta katanja: Hai Indra Maulana Mapthoel Alam inilah lawananmoe, den akoelah jang bernama Indra Mardjoenoel Alam radja segala laki laki, den akoelah jang memasoekken angkau kedalem pendjara dengen moedahnja, den akoelah jang dapet poetri Tadjir kedoewanja.

Satelah Indra Maulana Mapthoel Alam jang ija taoe menjeboet namanja, maka terlaloe amat marahnja serta bertampik poela, serta katanja: Hai Indra Mardjoenoel Alam. memang sahdjanja telah berapa lamanja akoe menantiken toenangan poetri Tadjir, bahroelah akoe bertemoe pada hari ini, den bahroelah akoe kenal jang nama Indra Mardjoenoel Alam, den inilah lawananmoe, den djikaloe akoe belon iket aken tali rantai kedoewa belah tanganmoe belon poewas rasa hatikoe kendatipoen hilang aken njawakoe, djikaloe sebab poetri Tadjir tijada ada sesal hatikoe, den matikoe mesemlah rasanja, den sekarang datengkenlah sendjatamoe tidalah akoe gentar.

Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen mengoenoes pedangnja, serta di perangnja kepada Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, maka laloe di tangkisnja dengen tjoemetinja, hingga tjoemetinja itoe poen penggel doewalah.

Satelah Moehamad Sjahrab malihat hal itoe,maka laloe memetjoet koedanja, satelah hampir pada Indra Mardjoenoel Alam itoe serta ija hendak menoembak lamboenja.

Maka sigralah ija memoeter hoedjoeng pedangnja maka laloe di sabetnja kebawa, maka laloe terkena pada peroet koeda itoe.

Maka laloe goegoerlah koeda Moehamad Sjahrab itoe serta mati, maka Moehamad Sjahrab poen goegoer keboemi serta kemaloe maloewan, laloe bangoen sambil mengangkat pedangnja serta hendak di perangnja sekali kalinja Doerman Maha Soera itoe.

Maka Doerman Maha Soera poen meloempat, serta kedoewa kakinja di angkat keatas kepalanja Mochamad Sjahrab, laloe di tendangnja kepalanja Mochamad Sjahrab itoe dengen doewa belah kakinja.

Satelah di lihatnja oleh Moehamad Sjahrab itoe sigra ija toendoek kepalanja laloe moendoer kebelakang, maka laloe liwat kakinja Doerman Maha Soera itoe, laloe kena djoega pada dastar nja, djadi terplanting atawa terpental pada moeka Indra Maulana Mapthoel Alam, maka sigra di tangkepnja dastar itoe serta di beriken kepada Moehamad Sjahrah.

Maka laloe di samboetnja oleh Moehamad Sjahrab serta di pakenja poela, maka laloe oendoerla ija kebelakang, den lagi djikaloe tijada Moehamad Sjahrab menoendoeken kepalanja, den djikaloe sampe ija terkena kaki koeda itoe, nistjaja terbelah doewa kepalanja Moehamad Sjahrab.

Satelah Mahbat Roem malihat hal itoe, maka laloe mametjoet koedanja serta hampir kepada Indra Mardjoenoel Alam itoe, serta mengangkat anak panahnja kapada boesernja, handak memanahken kepada Indra Maulana Mardjoenoel Alam itoe, serta di lepasnja.

Satelah itoe maka di panahkennja hampir belakangnja, maka laloe kenah ekor koedanja itoe laloe poetoes doewa ekor koeda itoe.

Satelah koeda itoe merasahken sakit, laloe meloempat loempat den menoengging noengging itoe, maka anak panahaja poen terlepas poela dari boesoernja, maka tida berketahoewan datengnja anak panah itoe, laloe kenah koedanja Mahbat Roem itoe, maka koeda itoe dari pada sanget merasahken sakitnja, laloe berloempat loempat kesana kemari, tida dapet ditahanken lagi.

Satelah hampir kepada Indra Mardjoenoel Alam, maka laloe di sabetnja sekali dengen pedangnja betoel batang lehernja Mahbat Roemsah melihat pedang itoe berkilat kilat pada dadanja, maka tida sempet ija menangkis lagi, dari pada Mahbat Roemsah orangnja bidjaksana dari hal perang, maka laloe ija meloempat dari koedanja, laloe toeroen kebawa serta berlari kebelakang toewannja, maka koeda itoe poen poetoes kepalanja, dari pada sanget keras perangnja Indra Mardjoejoenoel Alam.

Satelah iloe maka Mahbat Roemsah poen hampir kepada toewannja serta tersenjoem.

Maka Indra Maulana Mapthoel Alam malihat kawannja tersenjoem, maka laloe berkata: mengapa angkau ini tersenjoem? tidakah angkau ini gentar malihat tingka lakoenja seperti sang Boma roepanja, makanja angkau tersenjoem ini seperti orang gila.

Maka Mahbat poen dijamlah serta takoetnja. Maka di tjeritaken sebab ija tersenjoem itoe, kerna terkenangken tatkala di dalem negri Toral Aakan, tatkala poetri Mahroem Siti mendjadi laki laki Indra Maulana Tamisil Maripat, tatkala bermain main pada mantri Toral Arkan itoe, jaitoe ekor koedanja jang tertawa tawahan orang sekalijan, maka itoelah sebabnja Mahbat Roemsah tersenjoem, sebab tida laen tahoenja poetri Mahroem Siti ekor koeda djoega pandainja.

Maka pikir Mahbat itoe djikaloe demikijan, nistjaja ija djoega poetri Mahroem Siti, kerna tida laen lakoenja.

Adapoen maka Indra Mardjoenoel Alam itoe melihat halnja, aken di hampirinja sekali kepada koedanja Indra Maulana Mapthoel Alam serta mengangkat pedangnja aken memerang kepada Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, maka laloe di tangkisnja dengen hoedjoeng toembaknja serta di perangnja sekali, maka laloe di sabatnja dengen gagang pedangnja, serta katanja: Hai orang moeda sajangnja angkau melawan akoe, kerna boekan pantesnja lawananmoe.

Satelah itoe, maka datenglah Indra Maulana menoembak, laloe di tangkisnja hingga hoeloe pedang itoepoen liwat kebelakang sekali.

Maka satelah Djohan Pahlawan malihat hal itoe, laloe di samboetnja dengen doewa belah tangannja serta di helanja dengen sekoewat koewatnja, hingga ija poen hampir aken terdjeroemoes dari pada atas koedanja.

Satelah Indra Mardjoenoel Alam malihat, maka laloe di angkat pedangnja keatas kepalanja, nijatnja ija hendak memerang pada sama tengah belakangnja Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, maka Indra Maulana Pathoél Alam poen dapetlah memandang hal itoe, laloe sigra melepasken gagang toembak itoe, maka Doermansjah poen memoeter bebokongnja kakiri, laloe pedang itoe poen liwat pada bebokangnja Doermansjah, maka tida apa apa badan koeda itoe, kerna koeda itoe koelitnja tida perna di makan oleh sendjata lain. malinken nanti ada satoe anak pana jang boleh membinasahken kepadanja djoega, sebab Doermansjah itoe asalnja dari pada dewa kaindra-an.

Satelah Djohan Pahlawan Nasib Berzaman mendapet tampah itoe ketangannja, maka laloe sigra ija memoeter Gagang toembak itoe, laloe di toembaknja sekali kepada Indra Paulana Mapthoel Alam itoe, maka Doermansjah poen mengangkat leesnja jang di hadepan, itoepoen laloe di gigitnja toembak itoe hingga patalah.

Sasoedahnja itoe Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen berpikir dalem hatinja, bahoewa kelakoewan koeda ini seperti koedakoe, kerna sebab akoe soeda kenal betoel, sajang telah akoe soeda djoewalken kepadanja, kaloe kaloe orang ini djoega jang aken membeli koedakoe itoe, maka lantas Djohan Pahlawan Nasib Berzaman itoe poen berdijem dirinja, serta berpikir di dalem hatinja.

Satelah itoe maka Mahbat Laila poen sigralah memetjoet koedanja, serta mengoesir kepada Manggat Ningroem, maka Manggat Ningroem poen tampilah berhadepan, serta ija menanja sijapakah namamoe?

Sahoetnja, akoelah Mahbat Roemsjah, marilah datengken soedaramoe ampoenja sendjata, sepaja akoe rasahken bekas tangan moe.

Maka kata Magat Ningroem, djanganlah angkau soeroeken lagi, sahdjanja akoe handak memerang padamoe, maka laloe di perangnja sekali dengen sendjatanja, tapi Mahbat Roem poen handak menangkis dengen pedangnja.

Maka tatkala itoe Magat Ningroem poen laloe menjalahi, serta di sabatnja dengen gagang pedangnja pada pergelangan tangan Mahbat itoe, maka pedang jang ada pada tangan Mahbat laloe goegoerlah keboemi.

Tatkala itoe Djohan Pahlawan Nasib Berzaman itoepoen memandang kepada Mahbat dengen sigranja ija handak memerang kepada dadanja Mahbat Roem, maka laloe sigra terkena kepada talingah koeda itoe, maka koeda itoe poen djadi berloempatan kesana kemari sambil ija berlari sekeras kerasnja menoeroet kehandaknja, dengen tida bisa dapet tertahan lagi rasanja koeda itoe.

Maka Mahbat poen mendjadi tersenjoem dari atas koeda itoe, serta ija teringet di dalem hatinja, bahoewasanja pekerdja-an ini njatalah poetri Mahroem Siti, kerna kelakoewannja soeda menoendjoeken.

Satelah itoe maka laloe ija poen sigra aken mengoesir dari belakang Mahbat itoe, serta mamerang dengen pedangnja.

Maka Mahbat Laila itoepoen meloempat toeroen dari atas koedanja kaboemi, maka koeda itoepoen penggal doewa hingga matilah.

Satelah Mahbat malihat hal itoe, laloe ija balik poela dengen sendjatanja, serta ija mamerang kaki koeda itoe, maka laloe penggal doewa kaki koeda itoe, maka Magat Ningroem poen goegoer keboemi, serta larilah ija kebelakang Indra Mardjoenoel Alam, den Mahbat Lailah poen kembali kepada belakangnja Indra Maulana Mapthoel Alam itoe.

Satelah itoe maka sekalijannja poen masing masing berdiri pada boemi, hanja Magat Ningsi kedoewa Indra Mardjoenoel Alam djoega jang ada tinggal di atas koeda, den Indra Maulana Mapthoel Alam poen masi ada djoega bersama sama bergandaran koeda, satelah hampir berhadepan antara kedoewanja itoe.

Hatta maka Indra Mardjoenoel Alam poen bertemoe kepada Indra Maulana Pathoel Alam itoe, maka laloe bertoembak toembakan, den berperang perangan pedang serta berhoesir hoesiran, den Moehamad Sjahrab poen bertemoe dengen Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe.

Maka pada tatkala itoe sama sama ija berdiri di boemi, serta tangkis menangkis sambil berloempat loempatan.

Sasoedahnja itoe maka laloe berpanah panahan, masing masing bisa aken menangkep anak panah itoe, kerna sama sama pandenja.

Adapoen maka terseboetlah Mahbat Laila poen bertemoe kepada Magat Ningroem itoe, maka laloe bertoembak toembakan den bersepak sepakan kedoewanja dengen sama sama beraninja.

Maka Mahbat Roem bertemoe dengen Magat Ningsi itoe, laloe beroesir oesiranlah den berlambing lambingan den sama sama pandainja, hingga orang berperang itoepoen terlaloe amat ramenja.

Satelah segala raijat Tadjir malihat jang Djohan Pahlawan Nasib Berzaman, ada djoega di dalem perang itoe.

Terseboetlah poela hoeloebalang Tadjir, menjoerochken segala raijat itoe keloewar dari da-

Soeltan Taboerat

112

lem kotanja, maka sekaliannja itoepoen keloewarlah seperti kawa kawa tatkala keloewar dari lobang batoe itoe, hingga tida bisa terhisab lagi banjaknja, serta dengen sendjatanja masing masing, serta sampe laloe mengamoek segala raijat Moehamad Sjahrab itoe sekalijan.

Maka segala raijat Mochamad Sjahrab malihat hal itoe, maka terkedjoetlah masing masing laloe berlari larijan kesana kemari, seperti kawanan kambing di boeroe oleh harimau roepanja, maka laloe mengamoeklah masing masing dengen goemirahnja, serta tampik soeraknja.

Sekoetika itoe djoega terang tjoewatja mendjadi kalang kaboet, den laboe doeli poen bangkit keatas roepanja seperti malem jang amat gelap soewatoepoen tijada kelihatan, den soewara menoesija itoepoen terlaloe amat riboetnja, soe wara senapan den merijem sebagi Goenoeng goegoer.

Kalkijan maka sekoetika orang berperang itoe dari pada sanget banjak orang jang memboenoeh den jang di boenoeh, banjaklah darah jang mengaler di boemi itoe, seperti aer soengai jang mengaler kedalem laoet hingga laboe doeli hilanglah, maka baroelah kelihatan pada orang jang berperang itoe masing masing bertemoe sama lawannja, perdjoerit sama perdjoerit mantri samanja mantri dan pahlawan samanja pahlawan hoeloebalang samanja hoebalang, den penggawe samanja penggawe raijat, samanja raijat den radjapoen samanja dija dengen oentoeng oentoengan sekali.

Maka disanalah ja mengadoe gagah beraninjaden tegoeh koelitnja, den ija mengadoeken segala kepandejannja serta bidjaksananja itoe.

Maka pada ketika itoe Djohan Pahlawan Nasib Berzaman berperang dengen Moehamad Sjah rab, maka barang apa sadja sendjatanja Moehamad Sjahrab jang dateng itoe, tiada dapet rasanja menangkis lagi, den ija poen tijada dapet melawan rasanja kepada Moehamad Sjahrab sebab gelap dengen asep senapan.

Maka tatkala itoelah anak Dewa itoepoen mendjagaken barang sendjatanja Mochamad Sjahrab,tetapi ijapoen tijada malihat kepada anak dewa itoe, maka beberapa di paloeken tijada djoega mengenaken dirinja, den sendjata Djohan Pahlawan Nasib Berzaman barang jang hampir kepada Moehamad Sjahrab poen memeliharaken, maka soewatoepoen tijada jang memberi bahaja kepadanja, den ijapoen sebagi djoega mamerang kepada Indra Maulana Mapthoel Alam, maka Indra Maulan Mapthoel Alam poen memerang poela, maka tijap tijap barang jang hampir mengenaken kepadanja, maka anak Djin poen mameliharaken, den Indra Maulana Mardjoenoel Alam poen demikijan djoega seorang anak Dewa jang memaliharaken.

Maka ketiganja poen mendjadi heran dirinja soewatoepoen tida ada jang bisa mengenaken satroenja. Sate'ah Indra Maulana Mardjoenoel Alampoen menghampirken serta di sepoernja peroet koeda itoe, Maka Doerman Mahasocra poen melompat kebelakang sepemandangan mata djaoenja.

Maka Indra Maulana Mapthoel Alam poen heranlah melihat saktinja raijat Tadjir, hingga terkedjoetlah ija malihat kekanan den kakiri tida kelihatan perdjoerid itoe, maka djadi tijada sedap rasanja, den Magat Ningroom den Ningsi, serta Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen tijada ada.

Adapoen maka satelah segala raijat poen malihat hal itoe, maka sekalijannja poen dateng mengepoeng kawannja itoe, den segala raijat Tadjir poen oendoer perlahan.

Maka segala raijat Moehamad Sjahrab poen mendeser dengen sekoewasanja, maka bertampiklah segala raijat Mochamad Sjahrab itoe.

Kata segala perdjoeridnja: sekali inilah akoe roentoehkan kota negri Tadjir dengen moedahnja, tijadalah akoe bernanti nanti lagi, den akoe tangkep Soeltan Taip akoe masoeken kedalem seroemboeng besi, den akoe boewangken kedalem laoet, den akoe ambil anaknja kedoewa akoe peristriken dengen radja kami tida haroes di hidoepken radja jang moengkir dari pada djandji, den radja jang tida taoe boedi bahasa, den ija tida taoe dirinja di toeloeng orang.

Satelah itoe maka Moehamad jahrab kepada Indra Maulana itoe poen berdiri di atas koeda, serta katanja: Hai kamoe sekalijan rampaslah barang jang angkau maksoedken soepaja senang rasa hatikoe, kerna boekan adatnja memboewang boedi pada tanah Tadjir ini, betoel adatnja sebagi orang jang memakan daging soedaranja sendiri.

Adapoen maka Indra Maulana Mapthoel Alam, itoe berkata kata dengen tijada setahoenja, ja'ni dengen menoeroetken hawa napsoenja sendiri itoe, jang di takdirken oleh toehannja jang melakoeken atas jang mengarang,

Maka Indra Mardjoenoel Alam poen bertemoe dengen Soeltan Bahroen, maka di panahken dengen Indra Maulana Mapthoel Alam, maka laloe kena Doermansjah ampoenja dada.

Maka dengen sekoetikd djoega Doermansjah itoepoen lenjeplah dari pada mata orang banjak.

Maka Indra Maulana Mapthoel Alam poen djato berdiri di atas boemi, laloe di lihatnja kekanan den kakiri tida djoega kalihatan koeda itoe, maka mendjadi ija terlaloe amat heran dirinja, pikirnja djika demikijan nistjaja Doermansjah itoe poelanglah pada asalnja,

Sjahdan maka laloe di hikajatken oleh orang jang berhikajat, maka Doermansjah itoepoen mendjadi seroepa Dewa maka itoelah djika pembatjakoe hendak mengetahwi, soedaranja Widanta Wati, den ijalah namanja widanta Dewa anaknja Widanta Sakti.

Satelah itoe maka lihatnja kakanan den kekiri, maka di lihatnja dirinja mendjadi seperti Dewa, maka heranlah dirinja serta melajang lajang kaoedara, laloe di lihat soedaranja ada pada sisinja laloe sigra di hampirinja.

Sasoedahnja itoe maka di lihatnja oleh Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, maka heranlah melihat roepanja sama djoega melihat badan pada katja, sedikit poen tijada salahnja.

Adapoen maka satelah Indra Maulana Mapthoel Alam itoe goegoer keboemi, maka terlaloe amat maloenja, serta pada pikirnja tijada maoe hidoep lagi rasanja, kerna Mahroen Siti telah mendjadi hamba kepada Indra Mardjoenoel Alam itoe, maka laloe mengamoek tijada terkira kira lagi, di hamoeknja raijat negri Tadjir itoe.

Tatkala itoe tida terkira kira lagi banjaknja segala raijat jang mati, kerna sanget kerasnja Indra Maulana Mapthoel Alam mamerang itoe, hingga tijada ingetken dirinja lagi, kerna harepnja hendak mati djoega rasanja.

Maka tatkala ija mengamoek itoe, sambil melihat kekanan den kekiri aken melihat poen koedanja itoe, maka bebrapa di lihatnja tida djoega dapet kelihatan itoe.

Adapoen maka dari pada sanget perangnja itoe, hingga sekalijan kaki tangannja habislah pada bengkak bengkak, maka segala raijat negri Tadjir itoepoen tida dapet menahan lagi rasanja, sebab di hamoeknja oleh Indra Maulana Mapthoel Alam itoe kedoewa Moehamad Sjahrab, maka laloe oendoerlah perlahan lahan kebelakang.

Satelah Indra Mardjoenoel Alam melihat hal itoe, maka laloe ija menggertaken koedanja, sekoetika itoe djoega koeda itoepoen meloempat ham ir Indra Maulana Mapthoel Alam serta berhadepan laloe ija berkata.

Katanja: Hai Indra Maulana Mapthoel Alam, seriboe sekali poen njawamoe tida lepas dari pada mati di tangankoe.

Maka Indra Maulana Mapthoel Alam kedoewa Mochamad Sjahrab, tida dapet melawan lagi rasanja, kerna toeboehnja di rasanja sakit sekalijannja.

Satelah itoe maka petjahlah perangnja segala raijat Daral Maksoed itoe, maka tatkala itoe mendjadi haroe haralah berlari kesana kemari, satengahnja di iket orang den adalah jang sedeng mengikat di boenoeh oranglah den satengah jang tjeree beree tijada berketahoewan lagi larinja, den tijada lagi soenjinja orang jang bertampik itoe.

Satelah itoe maka Moehamad Sjahrab poen demikijan djoega perangnja, hingga sampelah pada tepi tepi hoetan itoe, maka masi djoega melawan tida berhingga lagi tangkis menangkisnja dengen Indra Mardjoenoel Alam itoe. Adapoen Mahbat Roem kedoewa Mahbat Laila, berperang dengen Magat Ningroem den Magat Ningsi.

Maka satelah itoe djoega, laloe oendoerlah poela kerna ija lari kepinggir pinggir soengai itoe.

Satelah itoe maka terseboet poela Mochamad Sjahrab poen sigra kembali lagi pada tempat peperangannja. Tatakala itoe di lihatnja oleh Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman halnja moehamad Sjahrab itoe, maka laloe ija mengoenoes pedangnja serta handak di boenoenja itoe, maka laloe di lihatnja oleh anak Djin jang bernama Mardjan Mardjin, serta di sambernja Mochamad Sjahrab, di bawanja keatas oedara laloe gaiblah dari pada mata orang sekalijan itoe.

Arkijan maka Indra Mardjoenoel Alam itoe poen sedang ija lagi mengoesir Indra Maulana Mapthoel Alam itoe sampe kepada tepi hoetan itoe, maka rasanja tijada berdaja lagi laloe ija aken goegoer keboemi, dari pada sebab lemas kakinja.

Satelah Indra Mardjoenoel Alam malihat hal itoe, maka laloe mengambil anak panahnja serta handak memanah sekali, laloe di sambernja Indra Maulana Maptehoel Alam oleh anak Djin jang bernama Indra Mengarna Laila Octama itoe serta di bawanja terbang keatas oedara hinggah gaiblah dari pada mata orang itoe.

Maka mendjadi heranlah Indra Mardjoenoel Alam itoe, serta pikirnja: Djika demekijan nistjaja boekan barang barang kedoewa laki itoe barangkali djoega boekan manoesija, kerna segala sendjatakoe soe watoepoen tijada bisa nengenaken dija.

Satelah itoe maka laloe sigra kembali mengoesir kepada Mahbat kedoewa itoe, maka pada masa itoe laloe ija djadi berpaloe paloehad sendjata kepada Magat kedowa, maka Djohan Pahlawan menangkap pinggang Mahbat Roem itoe, den Indra Mardjoenoel Alam poen menangkep pinggang nja Mahbat Laila serta di soeroenja ikat tegoeh tegoeh, maka laloe di iketnja oranglah masing masing kedoewanja.

Maka pada tatkala itoe Pahlawan jang gagah tertangkep itoe, maka haripoen hampirken malemlah, maka sekalian poen berhentilah masing masing.

Maka segala raijat Tadiir poen kembalilah masing masing pada tempatnja, den Mochamad Sjahrab itoepoen berdjalan kembali pada tempatnja dengen bengkak bengkak kakinja.

Tatkala itoe di lihatnja dengen Indra Mardjoenoel Alam itoepoen tertawa tawalah menenawaken Moehamad Sahrab berdjalan, serta berdjalan teroes menoedjoe kedalem raijatnja itoe.

Satelah sampe kedalem kota, maka haripoen malemlah, maka di dalem kota itoe terlaloe amat terangnja, tangloeng tandil pelita di pasang orang jang telah tersedijah, den segala boenji boenjijan poen di paloe orang terlaloe amat hoedlemat soewaranja itoe, aken menjamboet Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe.

Maka pada masa itoe sekalijan raijat ada haldir pada kedoewa pintoe kota, serta segala Alim pentida itoe.

Maka tatkala itoe Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman serta di pelocknja den di tjijoemnja oleh Soeltan, maka sesoedanja itoe Indra Mardjoenoel Alam itoe toeroenlah dari atas koedanja, serta katanja: ja anakoe bahoewasanja ini sepatoetnja ajahanda menjembah anakoe, maka sambil berkata kata aer matanja poen bertjoetjoeran, serta ija menangis kerna mengenangken oentoeng anaknja itoe.

Satelah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, malihat jang ajahandanja menangis ijapoen djadi menangislah sepandjang djalan, dari pintoe kota sampelah pada balee astanah tida berhentinja di siram dengen aer mata toeboehnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe.

Terseboetlah anak Dewa ketiganja poen berdjalan, satelah sampe pada balee astanah, maka pada malem itoe djoega rame di penghadepan, kerna masing masing sekalijan habislah dateng hendak melihat sahbatnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, maka berapa lama lagi persantepan poen di angkat orang, maka laloe makanlah ija masing masing, den Soeltan poen memanggil Indra Mardjoenoel Alam.

Maka kata Radja. Hai anakoe: Indra Mardjoenoel Alam marilah bersantep anakoe dengen ajahanda, kerna ajahanda ingin sanget sekali ananda makan bersama sama ajahanda ini.

Maka sembahnja ja toewankoe santeplah toean djoega seorang, bijarlah ananda bersantep terbelakang dari ajahanda djoega.

Kata Soeltan itoe: Ja anakoe djanganlah toean berkata demikijan dengen ajahanda, kerna ajahanda ini ingin aken makan bersama sama itoelah tandanja ajahanda kasih misrah pada anakoe djikaloe tijada dengen anakoe pegimana dateng rasanja, serta santeplah bersama den Djohan Pahlawan poen bersanteplah ija, maka laloe makan lah ija masing masing sekalijannja, maka Magat Ningsi poen santeplah den segala hoeloebalang poen bersanteplah dengen hoeloebalang, serta boenji boenjijan poen di paloe oranglah.

Satelah soeda dari pada bersantep itoe, maka minoeman poen di periderken orang, maka laloe minoemlah masing masing.

Sasoedahnja saleseh dari pada makan den minoem, maka terseboetlah Indra Mardjoenoel Alam, serta berdateng sembah kepada Soeltan.

Katanja: Jatoewankoe beriboe riboe ampoen den maab, djikaloe ada derma toewankoe, patek memoehoenken segala raijat toewankoe sepaja bertoenggoe pada pintoe kota Tadjir, sijang den malem berganti ganti pada sehari semalem serta haldir dengen alatnja, kerna satroe kita ini beloen ketahoewan habisnja, kerna pikir hamba kaloe kaloe pentjoba kepada toewankoe, kerna pada masa itoe bahoea djoega beta handak menetak dengen pedang hamba, maka dengen sekoetika hilang gaib dari pada mata hamba, itoelah sebab nja toewankoe titahken segala isi negri sepaja djangan gapil dari pada pekerdjaan ini, kerna sijapa ketahwi kaloe kaloe ija mendatengken di waktoe malam ini, atawa kepada hesok hari.

Maka berdateng sembah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, ja toewankoe soenggoelah seperti titah soedarakoe ini, kerna kawannja jang sesoedjoedlah ija pada kaki Soeltan, maka tida di beri oleh Soeltan serta di samboet tangannja, orang jang nama Moehamad Sjahrab itoepoen gaib, tida berketahoewan kemana perginja.

Satelah itoe maka Soeltan poen heranlah dirinja, serta menjoeroehken mantrinja jang toewah lagi boediman, katanja: Hai kakanda mantri Alaiha, perentahkenlah sekalijan raijat itoe seperti perenta anakoe ini.

Maka sembah mantri itoe, jatoewankoe sahdjanja telah hamba titahken segala raijat toewankoe.

Maka Soeltanpoen terlaloe amat soeka hatinja mendenger sembah matrinja itoe.

Satelah itoe maka haripoen malemlah, maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen persilahken Indra Mardjoenoel Alam itoe masoek kedalem Astanah.

Maka sahoetnja Indra Mardjoenoel Alam itoe, oesahlah hamba kedalem taman bijarlah hamba tidoer pada balee penghadepan ini kerna hamba belon lagi mandi, pada pikir hamba hendak lah bersiram dahoeloe pada malem ini.

Adapoen maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman mendenger ija hendak pergi mandi, maka hatinja poen berdebar tida terkira kira, kerna pada pikirnja nistjaja kahendaknja hendak bersama dengen akoe, sebab akoelah jang ampoenja negri, lagi akoe jang paling di kasihinja nistjaja di adjaknja akoe telah bersama samdjikaloe demikijan apakah akal tipoe daja oepa jakoe, maka hatinja poen mendjadi gemeter gemeter samar, serta katanja: ja toewankoe oesah lah bersiram dahoeloe, kerna tida baek kita ini masi leleh rasanja dari pada berperang, maka kita mandi pada malem. hari tida baek, kata orang tabib itoe kelak boleh mendjadi penjakit.

Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen tersenjoem, serta katanja: tabib itoe barangkali ija koerang mengarti, kerna djikaloe hamba mendjadi tabib, orang jang soeka bersiram itoelah jang ada terlebih baek sebab badannja jang kotor boleh djadi bersih.

Maka sembahnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman soenggoelah kata toewankoe itoe, ma- ka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen bingoenglah hatinja, hendak berkata hesok hari takoet ija djadi maoe, nistjaja lebih soekernja kepada akoe, kerna sijang hari itoe terlebih njata di lihatnja pada bandankoe ini, den Indra Mardjoenoel Alam poen demikijan djoega hendak pada hesok hari ija mandi, ija djoega takoet badannja nanti ketahoewan oleh Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman.

Maka Magat Ningroem poen mendjadi terlebih soesah, kerna takoetnja, maka laloe berda- teng sembah: toewan ini lagi satoe sebagi djikaloe kita hendak bersiram marilah soeda, apalah di nanti nanti badan kami sanget merasahken tijada sedap, sebab bekas mendjaga segala sendjata perdjoerid di dalem medan perang tadi itoe. Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Aalm itoe poen tersenjoem serta berpikir dalem hatinja, djadi pada pikirkoe tida handak bersama sama dengen Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, djikaloe tijada jang mengikoet sijapa lagi jang membawa kandalinja, kerna boelan soeda tengah toewah tanggalnja djadi djalanan kita terlaloe kalam sekali, djikaloe ada seorang jang membawa lentera adalah djoega jang menjoeloeh di djalan, kaloe kaloe ada oeler jang bisanja mandjoer dateng menggigit toewankoe.

Adapoen maka pada pikir Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman djikaloe orang Tadjir jang membawa penjoeloeh, maka adalah djoega jang taoe memeliharaken dija, den djikalae kawannja Indra Mardjoenoel Alam jang membawa soeloeh, takoetnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman kaloe kaloe nanti djadi di ketahwi dirinja... itoe.

Maka pikir Indra Mardjoenoel Alam, djikaloe orang Tadjir jang membawa soeloeh nistjaja ija tijada taoe peliharaken akoe, den djikaloe Magat Ningroem jang membawa soeloe, adalah terpelihara badankoe.

Maka berdateng sembah Magat Ningsi, bijarlah kami jang membawa dija.

Maka sahoed Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, djanganlah toewan membawa sendiri apalah kelak di katanja, bijarlah hambanja jang membawa.

Maka sahoet Indra Mardjoenoel Alam, oesah lah menjoeroehken boedak Tadjir, bijarlah Magat Ningroem djoega boleh membawa soeloeh itoe.

Maka sembahnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, djikaloe tijada boedak Tadjir jang membawa soeloeh, kamipoen tida maoe mengikoet mandi, kerna takoetlah kami antalah halnja apa kami sijapa taoe.

Maka Magat Ningsi poen terlaloe amat gemas rasanja, serta katanja: Bijarlah boedak Tadjir jang membawa soeloeh.

Sahsoedanja maka laloe di soeroenja bawa seorang boedak jang ketjil, ija itoe Tanpoelati namanja, laloe berdjalanlah ija ka-ampatnja serta di iringken oleh Tanpoelati itoe, serta membawa penjoeloeh itoe.

Satelah sampe pada pertengahan djalan, djaoehnja dari pada taman permandijan dengen bale penghadapan itoe, maka Magat Ningroem poen berdjalan perlahan lahan.

Maka satelah djaoeh dari pada toewannja, maka laloe berseroe seroe, katanja: Hai Poelanti marilah bawa kemari soeloeh itoe, den apakah jang terkenah pada kakikoe? kaloe kaloe doeri djoega jang tertjoetjoek pada sama tengah telapakan kakikoe ini.

Satelah di dengernja oleh Poelanti itoe, laloe sigra dateng serta menjoeloehken kakinja Magat Ningroem.

Sasoedahnja itoe, maka Magat Ningroem poen merampas soeloe itoe hingga matilah apinja, sambil kerkata: Ini lagi satoe sebagi di soeroenja menjoeloehken kaki kami, den ija pademken api ini lakoenja betoelah sebagi di sengadjah.

Satelah itoe maka kata Indra Mardjoenoel Alam, soedalah bijarlah kita berdjalan dengen tijada bersoeloeh, sahdjanja tjahja boelan poen ada soerem soerem samar, maka laloe berdjalanlah djoega.

Satelah sampe pada taman itoe. maka laloe toeroen mandi.

Adapoen tatkala ija memboeka pakejannja, maka ijapoen memeliharaken dirinja, den ijapoen memeliharaken djoega dirinja. Satelah soeda memboeka pakejannja itoe, ma- ka laloe toeroenlah mandi, tatkala itoe boelan poen terbitlah.

Maka Djohan Pahlawan melihat pada badannja Indra Mardjoenoel Alam seperti badan perempoean, den Magat Ningroem poen, den Magat Ningroem poen demikijan djoega di lihatnja seperti ladan perempocan, maka heranlah dirinja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, handak di hampirinja ija takoet kaloe kaloe badanuja di ketahwi.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman soeda memboeka pakejannja itoe, ma ka laloe toeroenlah dehoeloe dengen segrahnja, serta berbasaban dengen tjelananja djoega.

Sahsoedanja sampe kebawa Djohan Pahlawan poen melihat keatas djocga matanja.

Maka Indra Mardjoenoel Alam itoe, telah memboeka pakejannja itoe, maka laloe berkata dengen perlahan kepada telingahnja Magat Ningroem serta katanja: Hai kaka Ningroem? peliharaken lah baek baek beta ini, djangan sampe di ketah wi oleh Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman alangka maloenja kita ini djikaloe di ketahwi oleh Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman. takoet lah akoe ini mendjadi pandjang kalam.

Maka sembahnja Magat Ningroem beta poen takoet, kerna djikaloe Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman ketahwi jang kita perempoewan, nistjaja ija djadi birahi dengen kita, sebab ija seorang laki laki lagi waktoepoen soeda tengah malem ma'loemlah djikaloe di ketahwi kita ini perampoewan apakah djadinja.

Satelah soeda itoe, maka Indra Mardjoenoel Alam toeroenlah dari sabelah wetan.

Kata Djohan Pahlawan Nasib Berzaman ja toewankoe, mengapah toean toeroen di sebelah sana, marilah toeroen di sini, soepaja hamba bisa aken mamegang tangan toewan.

Sahoetnja, oesahlah bijarlah kakanda toeroen di sabelah sini sadja.

Satelah itoe maka Magat Ningroen poen toeroenlah kedoewanja serta mandi.

Sjahdan maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen berpikir dalem hatinja itoe memang sahdjanja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman orang jang tadjem pahamnja, naka laloe di amat amatinja kelakoewannja ketiga orang itoe, mengapakah lakoenja seperti orang maloe maloewan, kaloe kaloe ada djoega rahsia jang tersemboeni itoe.

Soeltan Taboerat

114

Tatkala itoe Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen berpikir dalem hatinja, kaloe kaloe ada djoega rahsija jang tersemboeni itoe, djangan djangan prampoewan djoega orang ini, maka di ambil pada dirinja sendiri, kerna Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen telah bijasa mendjadi laki laki, maka itoelah sebabnja ija dapet rasahken kelakoewannja Indra Mardjoenoel Alam itoe.

Maka katanja jang mengarang tjerita hikajat ini, barang sijapa jang soeda bijasa djadi pentjoeri, nistjaja ija ketahwilah kelakoewan pentjoeri itoe, maka itoe sebabnja ada mata baek toewan ini lihat dengen terang jang mengarang itoe sijapa, djanganlah toean moedahken, demikijanlah kata jang mengarang.

Satelah itoe maka pikirlah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, djikaloe demikijan baeklah akoe tjoba tjoba hampir kepada kepadanja, djikaloe ija melariken dirinja, maka njatalah ijaperempoewan.

Sasoedahnja itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen berdateng bernang moedik sedikit, serta di hampirken kepada Indra Mardjoenoel Alam itoe.

Maka satelah sampe Indra Mardjoenoel Alam poen berdebarlah hatinja, serta melihat kepada Magat Ningroem, maka Magat Ningroem djoewapoen berdebarlah pada hatinja, sebab ija poen prempoewan djoega, hingga tida berdaja lagi rasanja sampeken hilang akalnja di dalem dadanja.

Satelah hampir itoe, maka Indra Mardjoenoel Alam itoepoen tijada bergerak dari pada tempatnja, sambil di tahan tahanken hatinja itoe, kerna takoet mendjadiken kebabaran.

Tatkala Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman melihat hal kelakoewannja Indra Mardjoenoel Alam itoe, ija tida laloe dari pada tempatnja berendam itoe, maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoepoen takoet hampirken jang lebih dekat sekali, kerna ijapoen masih sangka di dalem hatinja kaloe kaloe laki laki djoega Indra Mardjoenoel Alam ini, nistjaja dapet di ketahwinja jang akoe ini seorang perempoewan apalah nanti djadinja.

Maka Djohan Pahlawan poen berdebarlah pada hatinja, serta oendoer poela perlahan lahan sambil gemeter gemeter rasanja.

Satelah Magat Ningsi melihat jang Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman oendoer, maka bahroelah senang hatinja serta ija bernang hampir deket toewannja, serta katanja: perlahan lahan toewankoe, hampir hampir toewan di makan boewaja, kerna hatinja beta rasanja tida kerowan. Maka Indra Mardjoenoel Alam poen tersenjoem sertaken gemeter sedikit pada hatinja.

Satelah itoe maka pikir Djohan Pahlwan Nasib Berdjaman, djikaloe akoe melihat selakoe ini, ketiga orang itoe seperti perempoean, maka tjoba tjoba akoe memanggil Magat Ningroem itoe, djikaloe ija máoe hampirken akoe soenggoehlah ija laki laki, djikaloe ija tida maoe nistjaja ija prempoewan. Maka kata Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman. Hai soedarakoe bawalah kemari saboem itoe kita hendak memakee saboen itoe.

Tatkala itoe Magat Ningroem poen berdebarlah hatinja serta menjoeroe Magat Ningsi, katanja: Toeloenglah toewan bawaken saboen itoe kepada padoeka toewan Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe.

Maka kata Magat Ningsi, dirilah bawaken dehoeloe kerna beta ini lagi menggosokan pada kang toewankoe ini.

Satelah itoe maka Magat Ningroem poen berdijemlah dirinja, serta berpikir sekoetika, maka laloe di ambilnja saboen itoe serta di bawanja, maka Magat Ningroem poen merendemken badannja sahingga lehernja, den soesoenja poen di dalem aer itoe.

Maka satelah hampir Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen merendemken dirinja hingga lehernja, soepaja soesoehnja djangan sampe di lihatnja.

Maka satelah hampir Magat Ningroem poen malihat roepa toeboehnja Djohan Pahlawan Na- sib Berdjaman itoe, seperti badan perempoewan, maka laloe di lihatnja serta di berinja saboen itoe.

Maka pada masa itoe Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen tahoelah jang Magat Ningroem itoe maloe maloewan, maka di samboet saboen itoe dari tangan Magat Ningroem, den serta di tarik tangannja kedalem aer, serta Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman menjantoe betoel dadanja kaloe tersentoelah pada soesoenja Magat Ningroem itoe.

Maka Magat Ningroem poen terkedjoet serta berdebar hatinja, maka laloe larilah kemaloe maloewan.

Satelah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman merasahken aken menjentoe soesoe Magat Ning- roem itoe, maka berpikir di dalem hatinja, djikaloe demikijan njatalah perempoewan maka pikirnja djikaloe Magat seorang perempoewan; nistjaja Magat kedoewanja djoega perempoewan, den djikaloe Magat kedoewa perempoewan, nistjaja toewannja djoega perempoewan kerna ketiganja menoendjoeken barang kelakoewannja seperti perempoewan, sebagi lagi akoe poen bijasa mendjalanken kelakoewan jang demikijan,

Adapoen maka satelah soeda berpikir demikijan, sampelah pahamnja serta akal boedinja, maka njatalah orang negri Tadjir ini terlebih boedi akalnja, maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen mengoesir kepada Magat Ningroem itoe, serta bernang hampir toewannja.

Maka Magat Ningroem poen melariken dirinja seboleh bolehnja hingga hampir kena djoega di hoesirnja.

Satelah Indra Mardjoenoel Alam melihat hal itoe, maka barang kemana di hoesirnja Magat itoe, maka Indra Mardjoenoel Alam kedoewa Magat Ningsi poen menjingkirken dirinja kesana kemari. Maka pada ketika itoe Magat Ningroem poen kena tersantoe kepada dadanja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, hingga terbentoer pada soesoenja.

Sjahdan maka Djohan Pahlawan itoe merasahken dirinja di. ketahwi oleh Magat Ningroem itoe, maka laloe silem kedalem aer satengah meniut lamanja, serta berpikir di dale n aer itoe, serta ija memdjeboelken dirinja di hadepan Indra Mardjoenoel Alam itoe, berbetoelan dadahnja serta tangannja meremas soesoenja Indra Mardjoenoel Alam itoe.

Maka Indra Maulana Mardjoenoel Alam poen terkedjoet hatinja serta memegang tangannja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, serta pikir Indra Mardjoenoel Alam, nistjaja pada maini akoe boenoeh kepada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman ini, den djikaloe tijada akoe boenoeh aken dija nistjaja rahsija ini di ketahwi oleh orang orang.

Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen mamegang djoega tangan Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, serta di bawanja ketepi koelam itoe hendak mengambil sendjatanja, hendaklah di boenoenja djoega.

Satelah sampe pada tepi koelam itoe, maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen ber- poesing poesing aken dirinja hendaklah melepasken, tida djoega boleh terlepas, maka Indra Mardjoenoel Alam poen sanget marahnja dengen Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen tida berdaja lagi, maka laloe timboellah dari pada aer matanja sambil memandang kepada Indra Mardjoenoel Alam jang ija njata satoe prempoean, maka laloe ija kemaloe maloewan keampatnja serta dengen berdijem dirinja masing masing, serta pikirnja perempoewan mana gorangan ini, den Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen demikijan djoega, serta naeklah keampatnja, makalaloe bersalinlah masing masing dengen kema-loe maloewan keampatnja.

Satelah soeda bersalin itoe, maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman bepikir seorang dirinja di dalem hatinja, djikaloe tida di perboeatken hal ini, nistjaja apalah aken kesoedahannja, kerna ija perempoewan ketiganja akoe poen perempoewan djoega, djikaloe demikijan baeklah akoe ini berdateng sembah soepaja boleh djadi ketahoewan.

Maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman Arip Boediman, itoepoen berdateng sembah serta soedjoed pada kaki Iudra Mardjoenoel Alam Arip Bidjaksana itoe.

Katanja: Jatoewankoe beriboe riboe ampoen den ma'ab kebawa doeli toewankoe bawoesanja toewankoe ini sijapa nama? makanja menjamarken diri toewan sebagi ini, moehoenkenlah hamba soepaja ketahoewan.

Sahoetnja: Tida mengapa toewankoe menanjaken kepada hamba, kerna hamba poen bersama sama menaro rahsija ini.

Sahsoedanja Indra Mardjoenoel Alam mendeneger sembahnja itoe, seperti di kenalnja jang Djohan Pahlawan itoe poetri Mahroem Sitii maka hatinja poen terlaloe amat belasnja melihat kelakoewannja itoe, kerna teringet inget pada masa tatkala ada di dalem negrinja, jang ija namaken dirinja Indra Maulana Tamsil Maripat itoe, maka laloe doedoek pada tangga koelemnja itoe,

Katanja: Toewanlah beri tahoe dehoeloe, kemoedijan bahroelah hamba memberi taoe kepada toewan, kerna rahsija ini sama samalah kita memegang keampat.

Maka sahoetnja ja toewankoe, bahoewasanja hambalah ini adalah poetri Mahroem Siti, anaknja oleh padoeka Soeltan Taip.

Kalkijan maka satelah poetri Mahroem Sari mendenger ija menjeboetken namanja itoe, maka Indra Mardjoel Alam poen sigra memeloek lehernja toewan poetri Mahroem Siti itoe, serta dengen tangisnja tida terkira kira lagi, kerna sebab ija mengenangken boedinja pada masi tempo di dalem negrinja itoe.

Katanja; Wai soedarakoe sampelah soeda kiranja toewan mendjadi machloek Allah Soebhana wata-allah, sanget tahoenja sekali toewan mengirim diri toewan, den taoenja toewan menambatken hatinja orang, adoeh toewankoe: Sampelah soeda toewan sabarken diri, den sampelah toewan tahanken sakit hati toewan, sampelah soeda kaka menoenochken api kedalem kalboe toewan, tidalah toeankoe mengenal hamba, maka hambalah poetri Mahroem Siti, anaknja oleh padoeka Soeltan Bahroem di dalem negri Mahran Langga Sari, maka kaka inilah istri oleh padoeka kakanda Indra Boeganda Aspandar Sjah, den moelauja kaka sampe kemari ini boekannja sebab menjoesoel soewami kaka sebab kaka sampe kemari ini lantaran mengenangken boedi toewan, itoelah makanja djadi kaka ini menjoesoel toewan kemari, kerna toewan tatkala meninggalken negri Toral Arkan, toewan ada meninggalken bekas tangan toewan, soewatoe taman den perkakas segala pakejan, itoelah sebabnja djadi kaka menaro rindoe kepada toewan, den djikaloe toewan berkata benar masaken kaka tida aken menerima toewan dengen sepertinja, den sekarang ini kaka memoehoenken ampoen kepada toewan dari pada salah bebae kaka dengen toewan, kerna kaka ini tida mendapet taoelah sekali kali, sebab toewan bersemboeniken diri, dan kaka poen tida taoe jang toewan satoe anak radja besar, lagi kaka tida mendapet taoe jang toewan oleh padoeka kakanda, den djikaloe kaka taoe gila apakah kaka berboeat dosa kepada toewan, maka hareplah kaka ini soepaja toewan ampoenken atas dosanja kaka di waktoe ini.

Maka toean poetri Mahroem Siti poen tjoetjoerlah aer matanja, mendenger ratapnja toewan poetri Mahroem Sari itoe, seperti ratapken iboenja sendiri jang telah wapat itoe rasanja, serta menangislah ija tida terkira kira.

Katanja: Adoehai toewan djanganlah toewan berkata kata demikijan, sepatoetnjalah betalah ini jang memoehoenken ampoen kepada ajoen

Soeltan Taboerat

115

da moeda jang sabar, sebab betalah jang berdosa aken berboewat doesta pada ajoenda, den sepatoet patoetnjalah beta ini jang memoehoenken ma-ab di perbanjak banjak, sebab beta jang berboewat bohong lagi beta djoega jang paling banjak kesalahan pada ajoenda kerna betapoen tijada taoe jang padoeka kakanda itoc ada istri nja, den djikaloe beta ketahwi gilah apakah beta memboewat sakit hati ajoenda, den sekarang beta minta ampoen den ma'ab banjak banjak kebawa docli tocankoe, kernanja beta ini tida taoe. djikaloe beta taoe apalah goenanja beta ini berboeat pekerdjaan itoe, den lagiebabnja beta selakoe ini sebab beta sanget sekali takoet pada ajoenda, kaloe kaloe mendjadi goesar kepada beta, djadinja beta ini memake tjara pakejan bidoewanda, dari sebab memeliharaken hati ajoenda, den jang salah itoe betoel betoeluja padoeka kakanda, kernanja ija tijada maoe berkata bener.

Maka sahoetnja toewan poetri Mahroem Sari, jatoewankoe: Soedalah toewan boeat apa toewan berkata lagi demikijan kerna soeda dengen toelisan lebih delioeloe, den soeda tersoerat didalem diri kita boeat apa di kataken lagi, kerna sebab gilanja orang jang mengarang ini hikajat demikikijan, memberi piloenja pada hati jang mendenger atawa jang membatja, soedalah toewan apalah jang telah soedah bijarlah toewan rellaken, den beta poen demikijan djoega, socdalah toewan maailah kita ini poelang, den rahsija ini djanganlah kita petjahken pada laen orang djoega, kerna kita beloen bisa bertemoe kepada padoeka kakanda Indra Boeganda Aspandarsjah, kaloe kaloe nanti di ketahwi oleh segala laki laki, nistjaja boleh djadi pitnah.

Maka kata Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, jatoewankoe soenggoehlah seperti kata ajoenda itoe.

Sahoetnja Indra Mardjoenoel Alam itoe, Hai socdarakoe: Djikaloe demikijan poelanti itoe kita boenoehkendija, kerna ija masi boedak ketjil beloen taoe menjimpen rahsija ini kepada kawan kawannja, kelak nanti ija tjerita pada samanja boedak nistjaja nanti di ketahwi orang.

Maka sembahnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, jatoewankoe: Djanganlah sekali kita memboenoeh kepada orang jang tida sekali berdosa, kerna kata oelama oelama tida baek sekali memboenoe samanja menoesija jang tida berdosa, kaloe kaloe kita kelak di boenoeh orang poela, kerna dosa itoe meminta membales hoekoem.

Maka sahoet Indra Mardjoenoel Alam, tidalah beta ini maoe baeklah kita ini memboenoeh djoega, kerua nanti kelak di belakang kali mendjadi pitnah jang amat besar itoe, patoetnja di djaoehken dari pada badan kita.

Maka sembah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, manalah djoega kehandaknja ajoenda ini beta poen toeroet djoega, tetapi pada pikir hamba belon patoet dija di boenoeh kerna ija masi anak anak, lagi poen soenggoeh berdosa boekannja dosa jang besar, djikaloe pada pikir beta poelauti itoe dosanja ketjil.

Adapoen maka Indra Mardjoenoel Alam poen maloemlah kata madoenja itoe, soenggoeh-Poelanti di boewatuja bitjara tetapi dirinja jang kata berdosa ketjil, belon patoet di boenoehnja.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoepoen belas hatinja, melihatken Poelanti itoe hendak di boenoeh, den ija hendak menegahken takoet kaloe kaloe madoenja, mendjadi dapet ketjil hati, maka laloe sigra naeklah ija pada tanggah itoe keampatnja den Indra Mardjoenoel Alam poen mengoenoes pedangnja, hendak memboenoeh kepada poelanti itoe.

Satelah laloe di lihatnja Poelanti itoe lagi asik tidoernja pada batoe itoe, maka laloe di bangoenken tidalah djoega ija maoe bangoen itoe.

Maka sembahnja Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, ja toeankoe: oesahlah di boenoenja dija, kerna ija poen tida mendapet tahoe dari pada hal ini, kerna sebab ija poem tidoer dengen amat sanget sekali sedarnja.

Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen menjaroengken pedanguja poela.

Maka Magat Ningroem poen menggojang gojangken Poelanti itoe, serta katanja: Hai boedak jang bedebah bangoenlah angkau! tidoer apakah ini di bawa poehoen berbantal batoe?

Maka Poelanti poen terkedjoet bangoen serta mengoetjak ngoetjak matanja, sambil berkata: patek ini sedang mengimpi, pada rasanja beta sedang lagi bermain bidji sau dengen Tan Sedap. maka kitjik kami di bawanja lari djadi kami menangis, maka kami lagi menangis terdengarlah soewara toewan membangoenken patek.


Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam poen tersenjoem, mendenger mimpinja itoe, maka keampatnja poen tertawalah serta berdjalanteroes menoedjoe kedalem astanah itoe, maka matanja poen tida maoe tidoer lagi, kerna malem hampirken dinahari.


Maka titah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman kepada Poelanti Hai Poelanti: Pergilah angkau masaken aer panas serta berboewat nikmat, den djikaloe soeda angkau bawalah kemari.

Maka Poelanti poen sigralah pergi berboeat persantapan, seperti kolak oebi aer tapel den gegodo tjempedak dengen goelanja jang ganting, serta lain lain koewe koewe tetapi tida di seboetkennja.


Adapoen maka satelah itoe maka kata Indra Mardjoenoel Alam, Hai adinda: Djikaloe demikijan baeklah kita memanggilken anak Dewa ketiganja itoe, soepaja kita ini menanjaken kepadanja dari pada hal padoeka kakanda Indra Boeganda Aspandar jah, di manakah adanja.


Maka sembah Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe. jatoewankoe apalah goenanja kerna djikaloe kita tanjaken nistjaja rahsija kita ini dapetlah di ketahwi oleh anak Dewa itoe, kerna di ketahwinja kita ini isrti orang apalah goenanja. Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alampoen dijemlah serta tersenjoemnja.

Satelah itoe maka kata Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, jatoewan Magat Ningroem kedoewa Magat Ningsi itoe, sijapakah garangan dija?

Sahoetnja Indra Mardjoenoel Alam, itoelah dajang dajang beta jang bernama Dang Poespa Sari den Dang Kentjanah Sari.

Sahsoedahnja itoe maka datenglah Poelanti serta membawa makanan jang nikmat nikmat itoe, maka laloe makanlah kaempatnja.

Satelah soeda makan den minoem itoe, maka haripoen hampirlah dina hari, maka Djohan Pahlawan poen di adjak beradoe, maka tidoerlah kaempatnja itoe.

Maka tidalah kami ini seboetken lagi halnja orang jang bersoeka soeka itoe dengen madoe nja, kerna handak mengambil lain tjerita itoe.

Alkaisah maka terseboetlah tjeritanja Indra Maulana Mapthoel Alam kedoewa Mochamad Sjahrab itoe, di bawa oleh anak Djin itoe kedalem hoetan rimbah belantara djahoenja serta di toeroenken, maka tida berdjaja lagi rasanja, den kaki tangannja habislah beugkal bengkak itoe.

Satelah sampe keboemi maka Indra Maulana Pathoel Alam poen teringet koedanja jang bernama Doerman Sjah itoe, maka ija bertambah djadi amat mesgoel hatinja.

Maka kata Indra Maulana Mapthoel Alam kepada Moehamad Sjahrab. Hai soedarakoe: apalah bitjara toewan sekarang ini, kerna segala raijat kita telah habis djadi lawanan oleh Indra Mardjoenoel Alam, den sekarang apalah hendak di kata.

Maka sembahnja ja toewankoe djikaloe demikijan backlah kita minta pertocloengan kepada anak Djin itoe, soepaja kita meroentocken sekali kota Tadjir itoe, kerna pada waktoe ini di roentochken oleh radja radja jang lain itoe.

Satelah itoe maka pikir Indra Maulana Pathoel Alam itoe, soenggoehlah seperti kata soedarakoe itoe, kerna djikaloe felon akoe boewat segara genti belon poewas rasa hatikoe.

Satelah itoe maka Indra Maulana Mapthoel Alam poen memanggil anak Djin itoe, maka dengen sekoetika itoe djoega datenglah anak Djin itoe, serta soedjoetlah menjembah pada kaki Indra Maulana Mapthoel Alam itoe.

Serta sembahınja: ja toewankoe apalah habar toewan memanggil hamba ini?

Maka kata Indra Maulana Mapthoel Alam. Hai soedarakoe Indra Mengerna: djikaloe ada derma toewan, maka adalah akoe hendak memoehoenken pertoeloengan kepada soedarakoe, soepaja segala anak Djin itoepoen datenglah membantoe kita, soepaja dapet kita roentochken kota Tadjir itoe, den kita tangkepken Indra Mardjoenoel Alam itoe, kita pendjaraken kepadanja soepaja poewas rasa hatikoe.

Satelah itoe maka sembah anak Djin itoe, ja toewankoe mana djoega titah toewankoe hamba djoendjoeng di atas batok kepala patek, sahdjapatek hendak menoeloeng toewankoe dari awal dateng ka achir.

Satelah itoe maka titah Indra Maulana Maptehoel Alam itoe, backlah djikaloe ada kareldaan hati soedarakoe, maka hesok harilah hamba harep soepaja soedarakoe dateng pada medan peperangan.

Maka sembahnja anak Djin itoe, baeklah toewankoe.

Maka waktoe itoe djoega anak Djin itoepoen bermoehoen, serta terbang kaatas oedara dengen sekoetika itoe gaiblah dari pada mata orang itoe.

Adapoen maka pada tatkala itoe adalah anak Dewa jang tiga orang itoepoen ada haldir pada hoetan itoe, maka segala hal ichwal anak radja itoe, semoewanja di denger oleh anak Dewa itoe, maka hatinja poen terlaloe amat masgoel rasanja, serta sigra mengambiliken dirinja poela kepada Indra Mardjoenoel Alam itoe, dari pada segala hal anak Djin itoe.

Hatta maka terseboetlah perkataannja anak Djin itoe, dateng berhadep kepada padoeka ajahandanja, jaitoe Mahradja Peraboe Gangga Maja Sakti namanja, keradjaannja di dalem Poelau Boengah Tadjo Tjinta Birahi nama negrinja itoe.

Maka di dalem antara tanah tanah Djin radja jang amat meshoer chabarnja, seorangpoen tijada jang bisa dapet menantang moekanja, maka segala radja radja Djin sekalijan semoewanja taloek kepadanja, seriboe lima ratoes radja radja Djin jang ada di bawa perentahnja.

Satelah itoe maka terlaloe amat sakitnja, den segala ilmoe kesaktijan poen habislah di ketawinja.

Sekoetika itoe maka berdateng sewbah seorang anaknja, jang bernama Indra Mengarna, itoe, jatoewankoe beriboe riboe ampoen kebawa tjerpoe toewankoe, bahoewa anak radja Taral Arkan telan mendapet kesoekeran, maka ija memoehoenken kepada jang di pertoewan, dari pada segala raijat toewankoe sekalijan, soepaja dapet menoeloeng kepadanja, kerna istrinja toean Poetri Mahroem Siti, telah di ambil oleh seorang perdjoerit Indra Mardjoenoel Alam namanja, maka djikaloe ada derma toeankoe soepaja toewankoe menoeloeng di atas kesoesahannja.

Maka Peraboe Gangga Maja Sakti poen tersenjoem, serta katanja: baeklah djangan anakoe takoet den mengeri, hesok hari akoe dateng sendiri berangkat kesana, serta segala raijatkoe sekalijan nja, nanti akoelah jang menangkap Indra Mardjoenoel Alam itoe.

Sahsoedanja berpake pakejan itoe, laloe di lihatnja kekanan dan kakiri, maka hatinjapoen tijada lain lagi jang teringet malinken kepada Sjahbanda kedoewa Sjahbandi, sebab ija tiada di sitoe pada masanja itoe, maka itoclah hatinja mendjadi sanget sekali choewatirnja, djadi mera padam tjahja warna moekanja. Setelah itoe maka Indra Maulana Maftehoel

Soeltan Taboerat

116

Alampoen di persembahken oleh Indra Mangarna itoe, soewatoe anak Djin aken boewat gandarannja, den Moehamad Sjahrab poen demikijan djoega.

Sahsoedanja itoe laloe ia brangkatlah pada medan peperangan.

Adapoen maka di tjeritakennja segala raijat Tadjir itoe telah haldirlah dengan alat sendjata nja, den Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman kedoewa Indra Mardjoenoel Alampoen telah ada haldirlah poela dengan sendjatanja.

Setelah itoe maka segala raijatpoen sanget sekali dahsatnja melihat roepa anak Djin itoe, setengahnja jang beloen pernah melihat roepa Djin itoe, mendjadi takoet dan gemetar sekalian anggautanja, den Djohan Pahlawan Masib Berdjamanpoen demikijan djoega, istemewa, Indra Mardjoenoel Alam itoe, seperti tiada henda maoe memandang roepanja,

Sjahdan maka datenglah Widanta Wati kedoewa Widenta Sari den Widenta Dewa itoe, serta katanja: ja toeankoe djanganlah toewan takoet, adalah hamba jang memajoengi atas toewankoe keampat ini, djanganlah toeankoe choewatir.

Adapoen maka satelah Indra Mardjoenoel Alam mendengar kata anak Dewa itoe, maka laloe djadi bertambah tambah hatinja djadi berani, den Djohan Pahlawan Nasib Berdjamanpoen demikijan djoega, serta katanja: ja toeankoe matilah toeankoe matilah kami, den berdjandjilah akoe djika sampe waktoe berhadep moesoeh setapak poen tiada djandjinja nanti kami oendoerken diri.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen memandang kepada Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, maka di lihatnja ija bergandaran seorang anak Djin jang amat hebat sekali roepanja anak Djin itoe, kerna sajapnja seperti roepa sajap kalong, den tangannja seperti roepa tangan manjat, den adalah jang roepanja seperti roepa matjan, maka terlaloe amat ganas lakoenja den gagah beraninja itoe.

Satelah itoe maka Wadanta Sari poen meroepaken dirinja seperti koeda, maka itoelah di gandarken oleh Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, maka terlaloe amat pantes sekali barang lakoenja, den Indra Mardjoenoel Alam poen bergandaran Doerman Maha Soora namanja, jang boeloenja hidjo sebagi daoen pisang jang moeda warnanja, serta memandang kabalakang serta menjoeroehken segala raijat memaloeken gandarang perang, maka laloe di paloe oranglah gandarang itoe dengen berapa djenis lagoe, maka hatinja segala jang penakoet mendjadi sakit mendadak, djanganken bisa berperang sedang melihat roepanja matjemnja mendjadi lemas kakinja hingga tida koewat bertindak, dari pada takoetnja melihat roepanja djenis Djin Aprit itoe.

Adapoen maka terseboetlah padoeka Soeltan Taib, mendenger soewaranja gandarang peperangan itoe, maka badannja seperti tida terbawa berdjalan rasanja, sepertiken hendak {{hws|menje|menjerahken} menjerahken sadja segala isi negrinja dari pada sanget ketakoetannja, maka dari pada sebab kerna melihat Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, terlandjoer telah soeda berkasih kasihan dengen Indra Mardjoenoel Alam itoe apalah hendak di kata, hingga maminta doa djoega kerdjanja djoega sijang den malem, serta dengen segala Alim pendita, den ija mengocarken perenta segala mesdjid den langgar tempat beribadat di soeroehnja penoehken orang serta mamintaken doa masing masing kepada jang maha koewasa.

Maka pada hari itoe seperti Gempah rasanja negri, den segala isi negri habislah sekalijan dateng melihat roepanja Djin itoe, kerna belon perna malihat roepa jang demikijan itoe.

Maka satengahnja adalah jang bahroe taoe melihat laloe djatoh kelenger, den adalah djoega jang djato lantas mati, kerna dari pada terlaloe. amat sanget banjaknja sakira kira seriboe djenis lebih dengen masing masing berlainan roepanja, den adalah jang dari roemahnja tergoepoe goepoe sebab ingin melihat roepanja Djin itoe, kerna chabar dari neneh mojangnja dari zaman dehoeloe kala itoe berbagi bagi warna roepanja, maka djadi masing masing hendak lah pergi melihaat apakah betoel soenggoegsoenggoeh seperti chabar orang toewa toewa jang dehoeloe kala, apakah bener apakah djoesta.

Satelah itoe maka anaknjapoen terlaloe amat soeka hatinja. Sjahdan maka tersebset perkataannja Indra Mardjoenoel Alam itoe, sedang doedoek bermain kepada malem itoe dengan Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman.

Maka datenglah anak Dewa ketiganja itoe, serta katanja: ja toeankoe djanganlah toewankoe ini sanget bersoeka kerna hamba ketiga ini men dengar chabarnja Indra Maulana Pathoel Alam itoe, hendak mendatengken negri toewan dengan segala Djin, maka sekarang toean sebai sebai djanganlah toewan sanget lalei kerna esok hari toean ini bakal mengadepi perang jang amat besar.

Satelah Indra Mardjoenoel Alam mendengar chabar itoe, maka hatinjapoen terlaloe amat mesgoelnja serta memandang kepada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman, djikaloe pikir patek sekalipoen segala iblis djoega kawannja oeroengpoen tida kita melawan sekalipoen mati reldalah hamba.

Sahoet Indra Mardjoenoel Alam, ja soedarakoe soenggoehlah seperti kata toewan, tetapi djikaloe seperti kita ini apalah soekernja, den djikaloe padocka ajahenda soeltan apalah halnja, djikaloe kota negri di roentoekken satroenja alangka sanget sekali maloenja, den djikaloe demikijan baeklah seboleh bolehnja kita melawan, tetapi djikaloe ada derma soedara kita ketiga hesok hari sadja, dan lagi djikaloe hamba berperang tida terlawan, maka hamba hareplah toean menoeloeng hamba, soepaja kita djangan mendapet maloe. Maka sembah anak Dewa itoe, baeklah toean koe: tetapi sekarang ini hamba beloen boleh kembali. pada tempat bertemoeken ajahenda boen da hamba, sebab soedara hamba beloen bertemoe seorang poela, den djikaloe telah bertemoe kaempatnja Insjaallah dengan moedahnja hamba persembahken kepada iboe bapa hamba dari hal titahnja toewankoe itoe.

Satelah itoe maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjamanpoen berpesan kepada mantri hoeloeba- lang, pada hesok hari dari pagi pagi hari hendaklah sekalijan berhaldir, kerna Moehamad Sjahrab hendak aken mendatengken Negri Ta djir dengan segala anak Djin, maka pada tatkala itoe djoega laloe membri tahoe kepada segala isi negri itoe.

Maka sekalijan poen berhaldir dari pagi pagi hari.

Adapoen terlaloe amat mesgoel hatinja pada malem hari itoe, serta maminta doa soepaja djangan koerang apa apa negri Tadjir itoe, den segala oelama oelama den alim moeta-alim sekalijannja poen meminta doa, kerna segala Djin itoe boekan lawanannja manoesija.

Satelah itoe maka segala orang negri itoepoen heran melihat kelakoewan Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe, kedoewa dengen Indra Mardjoenoel Alam itoe, seperti soedaranja saiboe.sebapa itoe den sangkanja anak Toral Arkau djoega menjamarken dirinja, maka ija mendjadi maloe maloean kepadanja, kerna takoet kaloe kaloe soewaminja toewan poetri Mahroem Siti itoe adanja.

Hatta Arkijan terseboetlah segala anak Djin, den perkata-annja segala radja radja Djin itoe. Satelah sijang hari dari pagi pagi hari, maka sekalijanpoen datenglah masing masing dengen hal perihalnja itoe, adalah satengahnja keloewar dari dalem lijang bamboe den batoe, den satengahnja keloear dari pada sjela sjelah karang, den jang dari poehoen kajoe jang besar, maka adalah jang dari kaki boekit, den adalah jang dari tepi laoet, maka masing masing poen telah haldir pada medan peperangan itoe masing masing dengen roepanja den bangsa warnanja jang belon perna di dapet lihat segala manoesija itoelah.

Maka sekalijannja poen dateng mengadep pada Indra Maulana Mapthoel Alam, den Moehamad Sjahrabpoen terlaloe amat dahsat melihat roepanja segala radja radja masing masing, serta heran dirinja melihat roepanja segala Djin itoe.

Sjahdan maka berdateng sembah Indra Mengarna Laila, ja toeankoe inilah kiriman padoeka ajahanda hamba, dari atas poelau Tadjo Anta Birahi, aken membantoe toewankoe berperang kepada anak menoesija itoe.

Satelah itoe maka Indra Maulana Mapthoel Alam poen terlaloe amat sekali soeka hatinja, mendenger sembahnja anak Djin itoe.

Maka laloe berlengkeplah Indra Maulana Mapthoel Alam itoe, serta Moehamad Sjahrab dengen pakejannja. Satelah sampe keloewar kota, maka laloe di lihatnja roepa Djin itoe, maka dengan sekoetika itoe djoega ija terkedjoet tida dapet bergerak la gi dari pada tempatnja berdiri.

Sjahdan maka satelah segala Djin mendengar soewara gendarang perang itoe, maka masing masing sanget girangnja serta berlontjat lontjatan, dan satengahnja terbang kaoedra soewaranja seperti riboet dengan soewaránja jang amat keras itoe.

Satelah itoe maka segala anak manoesia poen terlaloe amat gentar rasanja, kerna bahroe melihat roepa Djin itoe.

Satelah itoe maka segala Djin itoe poen menangkep segala anak manoesija itoe, dengan ma sing masing aken halnja, adalah jang di tergam dengan koekoenja, den satengahnja di tangkep dengan kakinja, den satengahnja jang menangkep dengan tangannja, maka masing masing dengan halnja, den segala anak manoesija poen masing masing perangnja, adalah jang dengan pedangnja, den adalah jang melontarken dengen lambing den adalah jang memanahken dengan anak panahnja.

Maka sekalijan Djin itoepoen berbagi bagi la koenja, adalah jang kena terpanah mendja doewa den doewa mendjadi ampat dan am mendjadi delapan, maka tetkala itoe jang na sendjata sampeken mendjadi banjak, hingg sampe mendjadi bilang poeloeh riboe, dan ada lah djoega setengahnja adalah awalnja ketjil, maka; kaloe di perangnja mendjadi besar djika semingkin di paloenja semingkin djadi lebih besar hingga mendjadi seperti goenoeng besarnja den tingginja, den adalah jang kepalanja satoe djika di lembingnja kepalanja itoe lantas bisa ada toedjoeh kepalanja, demikijan djoega kelakoewannja anak Djin itoe.

Maka satengahnja djikaloe di perangnja sekali laloe mati soenggoeh soenggoeh, dan djikaloe di perangnja sekali lagi laloe hidoep kembali poela, serta menangkep batang leher manoesija itoe laloe di banting, bantingnja keboemi hingga loeroch sekalijau anggautanja itoe, demikijanlah kokoewatannja anak Djin itoe, maka kata jang mengarang: seorang anak Djin itoe, adalah ampat poeloe kekoewatan anak manoesija itoe.

Sjahdan maka pada tatakala itoe banjaklah segala raijat Tadjir jang mati itoe, telah di boenoe oleh anak Djin itoe, den segala raijat anak radja radja jang ampat poeloeh itoe, semoewanja membantoe raijat Tadjir itoe, den segala raijat Poera Sari den Djambal Kamar den segala raijat Djam Djam Bahroem poen banjaklah jang biasa itoe, den raijatnja Sjambat Roem den raijatnja anak radja Mahran Poera djangan di kata lagi, den segala raijat anak radja Bahrocl Djoemdjoema itoe banjaklah mati terboenoeh oleh anak Djin, den raijat Mahran Djoepa, den raijat Mahran Djoepa den raijat Mashoensjah, den raijat Kamsalir den raijat Mahran Na-am, semawanja poen habislah mati di boenoeh oleh

Soeltan Taboerat

117

anak Djin itoe, apalah hendak di kata, sebab

berapa lamanja dalem negri Tadjir itoe menjerahken dirinja, kerna radja sekalijannja itoe di dalem pendjara, maka djadi mana djoega titah radja jang kemenangan di sanalah raijat itoe perhambaken diri, sebab telah socda djadi adatnja orang jang mendjadi tawanan orang, mana djoega titah radja jang bahroe patoct di toeroc lagi ija hendak membantoe raijat Djin itoe, kerna dari pada sebab boekan kaoemnja, maka djadi sekalijan raijat itoe mengikoet perang dengen titahnja radja jang bahroe itoe demikijanlah.

Maka pada koetika itoe banjaklah sekalijan raijat negri Tadjir itoelah jang mati.

Maka bangkai poen tida kelihatan. kerna satengahnja di makan oleh Aprit itoe, den satengahnja di boewangken kedalem laoet, den ada djoega jang di loentarken kedalem hoetan rimba blantara.

Satelah itoe maka Indra Mardjoenoel Alam, bertemoe dengen anak Djin jang bernama Koemang Berdamar itoe, laloe di tangkepnja Indra Mardjoenoel Alam dengen sabelah tangannja, maka hendak di angkatnja di atas kepalanja dengen koedanja sekali, maka Doerman Maha Soera poen memberatken dirinja, maka anak Djin poen tijada dapet mengangkatken Indra Mardjoenoel Alam itoe dengen sebelah tangannja poen ija tida mendapet di angkatnja, maka laloe ija menangkep doewa belah tangannja den sabelah kakinja kanan, maka hendak di bangkitken tijada dapet, kerna Doerman Maha Soera poen semingkin memberatken dirinja, maka laloe di tangkepnja dengen doewa belah tangannja den doewa belah kakinja hendak di bawanja terbang, dari pada sebab Djin itoe amat pandenia menangkep kaki tangannja itoe.

Maka satelah soeda aken di tangkepnja dengan kaki tangannja, maka laloe di bawanja terbang keatas oedra itoe dengan bebrapa kali di koewat koewatkennja tida djoega boleh bisa terangkat, mala mala terangkat ija saorang dirinja maka bebrapa banjak anak Djin jang mati, djikaloe koeda itoe melepasken anak Djin jang tergigit dan terlempar, kerna banjaklah jang tertimpa sama bangsanja itoe.

Satelah itoe maka dari pada sanget kerasnja anak Djin itoe ampoenja tenaga, den dengan sa nget kerasnja hatinja Doerman Maha Soera, maka kaliwat dari misti hawa napsoenja anak Djin itoe, hingga djadi berpoetoes poetoesan segala anggautanja anak Djin itoe, dari pada sebab kerasnja tangannja memegang tida bisa terlepas, den sekalijan kekoewatannja di habisken, maka di sitoelah djadi poetoes kaki tangannja Koemang Ber damar itoe, tatkala itoe djadi matilah ija de ngan sendirinja serta terletak pada boemi.

Adapoen maka satelah anak Djin jang bernama Kontja Biroe, melihat hal itoe laloe sigrah memboeroe Indra Mardjoenoel Alam itoe, serta katanja: jang berkepala satoe, seriboe sakalipoen njawamoe tida lepas dari pada tangankoe ini, serta dateng hendak menergam kepada Indra Mardjoenoel Alam itoe, dengan bersoewara jang amat keras itoe, satelah hampir maka laloe di toebroeknja dengan doewa belah tangannja itoe.

Maka koedanja Indra Mardjoenoel Alampoen meloempat, serta teroes menendang kepalanja anak Djin itoe, laloe di tangkis dengan tangan nja, maka anak Djin poen djato dengan sendirinja.

Satelah Indra Mardjoenoel Alam malihat jang anak Djin itoepoen djato dengan sendirinja, maka laloe berseroe anak Djin itoe, katanja: marilah datengken sendjatamoe itoe lagi sekali, tida lah akoe rasaken perang moe itoe.

Maka Indra Mardjoenoel Alampoen memerang. Djin itoe merasaken perangnja itoe laloe bangoen, serta mendjadi besar badannja.

Maka laloe djato kaboemi, serta berkata: datengken poela sendjatamoe tidalah akoe ini rasaken, maka laloe di perang poela, laloe bagnoen poela lagi sekali serta badannja mendjadi semingkir besar, hingga dateng seperti hamp kelangit roepanja den tingginja anak Djin iton serta menoebroek noebroek kepada Indra Mar djoenoel Alam.

Maka laloe djato keboemi, serta berkata: datengken poela sendjatamoe tidalah akoe ini rasahken, maka laloe di perang poela, bangoen poela lagi sekali serta badannja mendjadi se mingkin besar, hingga dateng seperti hampir kelangit roepanja den tingginja anak Djiń itoe, serta menoebroek noebroek kepada Indra Mardjoenoel Alam.

Maka koedanja poen menjalahken djoega seboleh bolehnja, maka tidalah mengenahken barang soewatoe poen kepada Indra Mardjoenoel Alam itoe.

Satelah itoe maka tambah tambah di perangnja, bertambah djoega djadi besarnja, sampe djadi tida bisa kelihatan kepalanja saking tingginja sebagi silem kedalem awan kepalanja rasanja.

Tatkala itoe Indra Mardjoenoel Alam poen heranlah dirinja, sebab melihat kelakoewan anak Djin itoe.

Satelah anak Dewa melihat hal itoe, maka laloe di hampirinja kepada Indra Mardjoenoel Alam itoe, katanja: ja toewankoe soedalah toewan bijarlah patik ini lawanannja anak Djin itoe. Satelah itoe Indra Mardjoenoel Alam poen menarik toom koedanja.

Maka Doerman Maha Soera poen meloempatidah sebelah selatan itoe dengen tangkisnja.

Satelah anak Dewa melihat kepala anak Djin toe tida kelihatan, sebab soeda masoek kedalem mega, maka laloe di perangnja dengen pedangenja dengen sekali perang djoega pada kakinja.

Maka laloe menggero gero anak Djin itoe, serta katanja: Hai manoesija datengken poelalah sendjatamoe kepadakoe, tidalah akoe rasahken bekas sendjatamoe, maka anak Dewa poen tidaken memerang lagi. Maka kata anak Djin itoe, Hai manoesija: tiga soenggoehlah angkau ini.

Maka pada tatkala itoe djoega goegoerlah keboemi, maka soewaranja seperti goentoer di langit, satelah roeboeh itoe maka kepalanja poen pi masrik, den kakinja poen sampe di magrib.

Sasoedahnja roeboeh anak Djin itoe, maka laloe menimpah segala raijat negri Tadjir, djadi terlaloe amat banjak raijat negri Tadjir jang mati, sebab tertimpa dengen mait Aprit itoe laloe mati, maka djadi roepanja betoellah sebagi djembatan kota di negri Habsi dari pada sanget besarnja den pandjangnja, maka dari pada sanget decrabnja soeara mait Djin itoe djato sebagi goegoer rasanja kota negri Tadjir.

Maka Indra Mardjoenoel Alam poen terkedjoet, den Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen terkedjoet serta dengen takoet hatinja, bertambah gemeter sekalijan anggautanja, dari pada sanget takoetnja melihat kelakoean segala anak Djin itoe, den kedoewa sebab melihat raijatnja banjaklah jang mati, maka rasanja adalah seperti daoen koetjai jang terkenah aer panas, begitoelah lajoenja rasa badannja.

Satelah anak Dewa itoe merasahken jang Djohan Pahlawan itoe takoet, maka laloe berkata: djanganlah toewan takoet den gemeter, tida djadi mengapa bersama sama dengen hamba ini.

Sasoedahnja itoe maka anak Dewa itoepoen meroepaken dirinja sewatoe oeler Naga bersajap laloe terbanglah ija keatas oedara, maka laloe bertemoe seorang anak Djin itoe, Samsoe Soewita namanja, serta bertampik demikijan katanja: Hai anak manoesija? hendak kemana angkau? pada hari inilah akoe dapet minoem darahmoe, maka anak Djin itoe sambil bertampik sambil menergam kepada Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman itoe.

Satelah oeler Naga melihat hal itoe, maka laloe menjalahi tergamnja anak Djin itoe, serta menampar pipinja dengen ekornja, maka dengen sekali tampar djoega anak Djin itoe poen djato tergoeling goeling keboemi, hingga rontok giginja, maka laloe berseroe-seroeh katanja: Hai anak manoesija marilah sendjatamoe datengken kepada akoe sekali poela, soepaja bijar akoe mati sekali sebab tida tanggoeng rasa hatikoe.

Maka Djohan Pahlawan Nasib Berzaman malihat jang Djin itoe djato keboemi, maka laloe ia handak memerang dengen pedangnja maka oeler Naga poen menjalahken perang itoe, hingga tida sampe rena pada badan Djin itoe, maka laloe mati serta menggero-gero soewaranja seperti soewara api jang memakan hoetan jang amat besar.

Satelah itoe maka anak Djin jang bernama Samsah Sengara itoe, jang terlaloe amat gagah beraninja den amat saktinja, maka ia dapet melihat jang soedaranja itoe mati; laloe mendjadi terlaloe amat marahnja, serta ia memboeroe kepada Djohan Pahlawan Nasib Berzaman sambil menergam kekanan den kekiri, maka banjaklah segala raijat manoesija itoe jang kenah ditergamnja dengen koekoenja itoe.

Satelah sampe deket Djohan Pahlawan Nasib Berzaman, maka laloe ia menoebroek kepada Djohan. Pahlawan Nasib Berzaman, maka Djhan Pahlawan Nasib Berzaman poen memerang dadanja sekali dengen sendjatanja, laloe loekalah dadanja terbelah doewa rasanja, maka laloe goegoerlah kaboemi, serta katanja; Hai manoesija marilah datengken sendjatamoe sekali lagi, sepaja akoe dapet rasahken sendjatamoe lagi sekali.

Maka Djohan Pahlawan poen memerang poela.

Satelah di lihat oleh oeler Naga itoe, maka laloe handak menjalahken poela perangnja itoe tida bisa dapet sempet lagi, laloe kena lebih terdehoeloe perangnja Djohan Pahlawan Nasib Berzaman, maka laloe terkena poela lagi sekali anak Djin itoe, maka. laloe ia bangoen dengen sigra dari rebanja itoe laloe hidoep kembali, serta menergam kepada Djohan Pahlawan Nasib Berzaman, maka Djohan Pahlawan Nasib Berzaman poen memerang poela laloe djato keboemi serta berseroe-seroe, katanja: marilah datengken sendjatamoe.

Maka Jaloe di perang poela, maka laloe ia bangoen poela serta berkepala amaptbelas, maka dalem hatinja Djohan pahlawan Nasib Berzaman di sangkanja Jang di perang itoe telah mati, datenglah poela jang lain, kerna ia belon taoe. bagimana kelalcoewan Djin itoe demikian.

Sebermoela maka dari pada hal jang demi