Lompat ke isi

Hikajat Prang di Edi

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Hikajat Prang di Edi  (1891) 
oleh J.P. Schoemaker
 

HIKAJAT PRANG DI EDI

pada boelan Mei 1889,

terdjoempoet dari pada

HIKAJAT PRANG DI ATJEH

Terkarang pada behasa Olanda

oleh toean

J. P. SCHOEMAKER,

Luitenant 1 dari barisan Infanterie

dan tersalin di dalam behasa

MELAJOE-RENDAH.



BATAVIA,

ALBRECHT & RUSCHE

1891.

 

hikajat

prang edi

De negri Atjeh, pasisir wetan, ada soewatoe karadjaän, tiada bebrapa besar dan tiada bebrapa ketjil, karadjaän Edi namanja.

Pada tahon 1874 maka Radja Edi itoe kena soesah besar, roepa roepanja tiada koewat lagi aken memarentahken negrinja, maka Baginda itoepon, dengan soekanja sendiri, soedah serahken karadjaännja kabawah pertoeänan Koempeni Ollanda.

Oleh sebab itoe, maka pada tahon 1874, tanggal 6 Mei, dengan segala kahorm tan dan keramejan, soedah di pasang bandéra Ollanda dinegri Edi, di hadapan bebrapa orang besar, ja itoe padoeka toean C. Bogaert, kommandant kapal prang bernama „Timor” dan di hadapan padoeka toean kontroleur Kroesen serta bebrapa Ofsir dari pada balatentara (*)[1]di darat dan di laoet dan lagi di hadapan Radja Edi sendiri dengan mantri dan hoeloebalang dan rajatnja sekalian, aken menjaksiken bahoewa bandera

—————— Ollanda aken berkibar dengan selama-lamanja di atas negri Edi, boewat men dj adi tanda adapon negri Edi itoe talok kabawah pemarentahan koempeni Ollanda.

Sjahadan soedah lima belas tahon lamanja Koempeni Ollanda memegang tanah Edi itoe dengan adil dan bidjaksana maka segala isi negrinja pon mendapat oentoeng dan slamat, tiada koerang apa-apa, dan dagangannja soedah madjoe, kerana koewatnja perbantoeän Koempeni, senanglah soedah di negri Edi, tiada ada jang memboeät roesoeh, tiada ada jang menggodah, tiba-tiba — entah apa sebabnja — lantas bangsa Edi berobah adatnja, teroes berbantah (*) dan berdoeraka pada Koempeni. Kaget-kaget bangsa Edi soedah berlangkap dengan sindjata, hendak melawan dan berprang sama Koempeni, halnja Koempeni tiada ampoenja salah apa-apa, selama lamanja berlakoe dengan baik-baik aken segala orang Edi.

Wahi! soenggoehpon bangsa Edi itoe tiada tau tarima kaseh, kerana segala kabaikan dan kamoerahan Koempeni di balesnja dengan djahat!

Tetapi, maskipon bageimana djoega, Koempeni tiada takoet, sebab Koempeni sampei koewat, masih ada poenja banjak soldadoe jang gagah dan brani, jang boleh kasi adjaran pada orang Edi.

——————

(*) Berbantah = melawan. Di dalam prang Atjeh, jang soedah djalan bebrapa tahon, selama-lamanja Koempeni soedah madjoe, salangkahpon koempeni tiada moendoer.

Maka djikaloe orang Edi soeka berprang, moestahil Koempeni nanti moengkir?

Sabermoela koempeni trima chabar bahoewa antara orang Edi itoe tiada banjak jang soeka berprang, melainken ada satoe-doewa brandal jang mau kerdja djahat, tetapi kemoedian datang poela soerat dari Edi, membri tahoe kepada toean Djendral jang memegang prentah di Kota Badja bahoewa moesoh itoe soedah bertambah-tambah, maka roesoeh di dalem negri Edi itoe kiranja bakal djadi prang besar.


Sjahadan di dalam boelan April tahon 1889 adalah kira-kira sariboe orang brandal dari pada bangsa Atjeh datang doedoek di negri Edi dengan niatan jang djahat, maka negri Edi itoe, dahoeloe senang dan slamat, sekarang mendjadi riboet, seperti medan prang djoewa adanja.

Maka atjap kali toean Luitenant doewa, bernama J. F. Cornelius, soedah misti berdjalan dengan patroeli dari benteng Koempeni, pergi preksa pada tempat-tempat orang djahat, di antaranja benteng Koempeni dan koeala Edi itoe, maka patroeli itoe terkadang-kadang di tembaki oleh moesoeh.

Koetika soedah dapat ketrangan jang tentoe, bahoewa moesoeh itoe hendak menjerang benteng Koempeni di Edi, maka oleh Kommandant benteng itoe di bri prentah kepada Luitenant satoe bernama A. De Leur, di soeroehnja kaloewar dengan satoe patroeli, soldadoenja ada 41 kapala, ofsirnja tjoema satoe, ija itoe toean Luitenant Cornelius jang terseboet di atas ini.

Maka pada hari 1 Mei tahon 1889, djam poekoel sabelas tengah hari, maka kaloewarlah patroeli itoe dari dalam benteng, pergi tjari pada moesoeh, saboleh-bolehnja aken mengoesir segala moesoeh itoe dari pada tempat-tempatnja.

Segala kebon lada dan ladang-ladang, jang ada pada hampir kampong itoe, di preksai dengan sasoenggoeh-soenggoehnja tetapi tiada bertemoe apa-apa kemoedian sampellah patroeli itoe pada saboewah padang alang-alang jang amat rapat, tingginja singgan dada manoesia, maka soldadoe itoe tiada boleh melihat kadalamnja padang itoe, melainken di sangkanja misti ada moesoeh jang bersemboeni di dalam alang-alang.

Soenggoehpon tiada ada jang 'menembak pada orang patroeli, djoega tiada kalihatan roepanja moesoeh, tetapi soldadoe Koempeni tiada boleh di perbodohken, — dia orang soedah rasa di dalam hati jang moesoehnja misti ada di dalam alang-alang itoe.

Maka patroeli itoe di soeroh madjoe dengan perlahan lahan dan dengan berati-ati. Apabila soldadoe jang di sabelak moeka soedah madjoo kira-kira lima poeloeli langkah, tiba-tiba ada kalihatan asap sedikit, di sana sini, dari atas alang-alang itoe, sjahadan tiada antara bebrapa lama lagi, ada kadengaran boenji snapan dengan beratoes-ratoesan, datangnja dari pada tempat moesoeh, piloeroenja hendak membinasaken soldadoe Koempeni kiranja, teranglah alangalang itoe memang djadi sarangnja orang Atjeh.

Bangsat orang Atjeh itoe! Tjobalah pikir. Dia orang soedah gali lobang, sama seperti kalaboeran, dalamnja ada kira-kira satoe elo, pandjangnja ada kira-kira doewa atau tiga elo, di bikinnja dengan akal dan boedi, sopaja selama-lamanja moesoeh boleh datang di sitoe dari pada pinggir hoetan dan dari pada tepi lawoet, tetapi tiada dapat dilihat oleh soldadoe Koempeni, dan tiap-tiap lobang itoe di djagaï oleh orang Atjeh, toedjoh atau delapan orang.

Kendati tembakan moesoeh itoe datang dengan sekoenjong koenjong, aken tetapi toean Luitenant De Leuk, apa lagi soldadoe-soldadoenja, jang gagah dan brani itoe, tiada sekali kalipon mendjadi bingoeng atau takoet, melainken tinggal berdiri dengan tetap, masing-masing di mana tempatnja.

——————

Maka segala orang patroeli bales pasang, sampei doewa kali (salvo) lantas toean Litnant de Leur, jang perkasa itoe, soeroeh tioep slompret, kasi prentah misti madjoe dengen „velt geweer” maka sakoctika itoe djoega toean Litnant Cornelius soedah melompat ka-sabelah moeka, kepoeng pada moesoeh sama soldadoc-soldadocnja jang ada di moeka, dengan pakei bajonet.

Orang Atjeh pasang pada soldadoe kita dengan bedil dan pamoeras (donderbus) tetapi sjoekoerlah tiada bebrapa banjak dari pada orang kita jang dapat loeka.

Kita poenja soldadoe soeda moelaï kepoeng pada moesoeh dengan keras sekali, maka orang Atjeh jang mendjaga di mana lobang jang pertama samoewanja di tembak mati atau di toesoek dengen bajonet, mampoes sekaliannja dengan bertjoetjoer-tjoetjoeran darahnja.

Maka soldadoe kita madjoe kombali, sampei di mana lobang jang kadoewa, tetapi orang Atjeh, dengan tjepat, soedah kaloewar dari pada lobang itoe, hendak berkalahi sama klewang.

Astaga perlah! prang ini terlaloe amat keras!

Sambil soldadoe kita, jang di sabelah moeka, saling hantam menghantam sama orang Atjeh itoe, bajonet sama klewang, maka soldadoe kita jang di sabelah blakang djoega soedah madjoe, maka sekarang soldadoe dari blakang tiada brenti pasang sama snapan, menoedjoe pada orang Atjeh jang lebih djaoeh, jang ada mendjaga di mana lobang-lobangnja.

Kendati bangsa Atjeh poekoel dengan kras, sama klewang, aken tetapi soldadoe kita bisa djoega tangkis, dengan sakoewat-koewatnja di tangkis, kemoedian, tiada antara bebrapa lama, maka di atas tanah, pada antara lobang-lobang jang terseboet, soedah pcnoeh bangkei orang Atjeh, seperti roempoet banjaknja.

Tetkala soedah senang sedikit, maka dihitoeng, maka dapat doewa poeloeh bangkei orang Atjeh pada antara lobang-lobang jang terseboet, lain dari pada jang soedah mati di dalau alang-alang, jang tiada kalihatan.

Aken tetapi prang patroeli ini belom djoega habis, sebab, koetika soedah kadengaran boenji snapan, dengan begini ramei, maka banjak sekali orang Atjeh datang toeloeng sama temannja, samoewanja pada kaloewar dari pada rimbau-rimbau dan dari pada lobang-lobang jang djaoeh, mengepoeng patroeli kita.

Soenggoehpon patroeli kita dapat soesah besar, sebab orangnja tjoema ada ampat poeloeh satoe dan moesoehnja beriboe-riboe, aken tetapi, kendati bageimana djoega, orang kita masih tahan, tiada ferdoeli banjak atau sedikitnja moesoeh, melainken tinggal pasang djoega, dengan menoedjoe betoel-betoel, maka sjoekoerlah dapat djoega menegahken moesoeh itoe, sedikit tempo. Lama kalamaän patroeli kita tiada sanggoep tahan lagi, sebab obat bedil dan piloeroenja soeda hampir habis (banjakan dari pada soldadoe kita tjoema ada lima atau anam patroon) tambahan poela ada lima orang dari pada patroeli kita jang soedah dapat loeka dan satoc soldadoe Blanda, bernama de Bok, soedah mati. Bagimana boleh tahan?

——————

Tetkala di lihat bahoewa moesoeh soedah terlaloe banjak, dan orang patroeli kita terlaloe sedikit, maka di timbang oleh toean Luitenant de Leur, lebih baik moendoer doeloe, sopaja patroeli kita, jang sebagitoe sedikit orangnja, djanganlah di binasaken oleh tangan moesoeh, jang terlaloe banjak itoe.

Semantara itoe, semingkin lama semingkin bertambah orang Atjeh, datangnja dari kanan kiri, maka soedah tentoelah patroeli kita tiada sanggoep melawan lagi, melainken misti mentjahri slamat di dalam benteng djoega.

Bangsa Atjeh soedah girang di dalam hatinja, kiranja Koempeni soedah kalah, maka madjoelah hoeloebalang dan orang braninja, dengan bersoerak soerak, mengadjak-adjak orangnja aken menghantam orang patroeli kita sama klewang, tetapi bangsa Atjeh jang banjak itoe belom brani madjoe sebab di lihatnja soldadoe kita belom hilang hati, melainken soeka melawan djoega.

Dalam hal kasoesahan itoe maka soldadoe kita tiada lain melainken berharap pada Ofsir-Ofsirnja, apa lagi pada Kommandantnja, toean Luitenant de Leur, moestahil toean Kommandant tiada bisa tjahri akal aken melepasken orangnja dari pada tangan orang Atjeh?

Adapon di dalam prang patroeli ini soenggoeh soedah meudjadi terang kepada orang besar bahoewa toean Luitenant satoe, bernama de Leur, dan toean Luitenant doewa, bernama Cornelius, itoepon boleh di kataken Ofsir jang perkasa dan loeroes hatinja, kerana baik hatinja dan sajang pada soldadoe jang di bawah preutahnja.

Sabermoela toean Luitenant Cornelius pasang pada moesoeh dengan pestolnja, jang pake laras anam, sasoedah habis patronnja lantas ija ambil suapan dari pada saörang soldadoe jang loeka, dan dengan suapan itoe ija soedah mematiken moesoeh bebrapa-brapa orang.

——————

Maka moendoerlah patroli kita tetapi berhadap hadapan pada moesoeh, orang jang loeka di tarok di blakang; sembari moendoer tiada brentibrenti patroeli itoe berpasang djoega pada moesoeh, maka banjak jang kena piloeroe, tetapi, sebab kassian sama orang kita jang loeka dan sakit, maka patroeli itoe tiada boleh moendoer dengan boeroe-boeroe, melainkan misti berdjalan dengan perlahan lahan.

Di atas ini kita soedah tjeritaken dari pada hal soewatoe soldadoe Blanda, bernama de Bok, jang soedah di tembak mati oleh moesoeh? Toean Luitenant Cornelius terlaloe choewatir dari pada maitnja soldadoe itoe, kaloe-kaloe nanti di roesakken dan di tjintjang oleh moesoh, sebab memang adatnja bangsa Atjeh, soeka sekali menjeksa pada moesoehnja, kendati soedah mati.

Maka toean Luitenant Cornelius tinggal djagaï mait itoe bersama-sama dengan doewa orang fuselier Blanda, bernama Rovenne dan Grond, dan doewa orang fuselier Djawa, bernama Satroeno dan Wongsosemito, menoenggoe orang jang aken membawa tandoe, soepaja mait itoe boleh di pikoel, sampei di dalam benteng, aken di koeboerken tjara adatnja orang prang.

Dalam mendjaga mait itoe, maka toean Luitenant Cornelius dengan ampat soldadoenja selama-lamanja di tembakki oleh moesoeh, ada banjak orang Atjeh jang kaloewar dari pada lobang-lobang, tempat jang fuselier de Bok di boenoeh tadi, maka segala orang Atjeh itoe hendak mengepoeng pada Luitenant Cornelius dengan ampat orangnja, sampei misti berkalahi dengan soenggoeh-soenggoeh, aken tetapi, dengan pertoeloengan Allah ta Allah sjoekoerlah mait itoe soedah dapat di masokken di dalam tandoe.

Dalam berkalahi itoe, toean Luitenant Cornelius dan fuselier Rovenne dapat locka, tetapi tjoema sedikit lockanja, heiran sekali tiga soldadoe jang lain itoe boleh slamat, tiada koerang apa-apa!

Djikaloe di pikir, soenggochpon terlaloe berat tanggoengannja toean Luitenant Cornelius, mana misti hantar orang mati, mana misti berkalahi sama moesoeh, tetapi tocan Luitenant itoe bersabar djoega, moendoernja satoe-satoe pas dan selama-lamanja mengadap moeka pada moesoeh, maka dengan perlahan-lahan kiranja boleh dapat soesoel pada teman-teman patroeli itoe, jang soedah berdjalan teroes. Teman-teman itoe soedah djaoch djoega, ada kira kira 150 pas dari pada tempatnja toean Luitenant Cornelius.

Sebab toean Luitenant Cornelius dengen ampat soldadoenja bisa toedjoe betoel betoel, dengan snapan, maka dapat djoega dia orang melepasken dirinja dari pada kasoesahan itoe. Antara orang Atjeh itoe ada jang mengepoeng, ada jang mau potong djalannja, tetapi pertjoema sadja, lama kalamaän Luitenant Cornelius dengan ampat soldadoenja bisa djoega lolos, rapat sama teman patroeli jang lain itoe.


Bangsa Atjeh soedah terlaloe maloe dan kesal sebab tiada bisa poekoel patroeli kita, jang sebagiui sedikit orangnja, maka bangsa Atjeh itoe madjoe poela dengan bertareak, kiranja boleh djoega membinasaken patroeli kita.

Tempo itoe, orang kita soedah terlaloe lelah (*)[2] hampir tiada koewat berdjalan dengen atoeran, kerana soedah berprang begini lama dengan tiada brenti brentinja.

Maka sekarang toean Kommandan patroeli kasi prentah sopaja soldadoe jang masih koewat misti trima segala patroon dari pada tangannja soldadoe jang soedah terlaloe pajah.

Fuselier Kromopawiro soedah dapat loeka, tiada bisa berdjalan betoel, misti bersender pada doewa teman, maka djadinja tiga orang tiada boleh berpasang snapan pada moesoeh.

Toean Luitenant de Leur melihat itoe, lantas kasi prentah pada doewa teman itoe, soeroeh lepas sama Kromopawiro, sopaja doewa soldadoe itoe djoega boleh toeroet berpasang pada orang Atjeh, jang soedah dekat.

Maka sekarng toean Luitenant de Leur sendiri, kendati merasa lelah, soedah pikoel sama Kromopawiro di atas poendaknja, sampei datang satoe tandoe, maka Kromopawiro di masokken dalam tandoe itoe.

—————— Wahi ! terlaloe amat soesah mendapatkeu benteng kita dan orang patroeli itoe samoewa pajah, sering kali menengok kanegri Edi, tetapi tiada djoega kadengaran boenji slompret, tiada kadengaran poekoel tamboer, dan tiada kalihatan suapan dari benteng, jang datang menoeloeng.

Dalam kasoesahan ini, ada lagi satoe soldadoe Blanda jang dapat loeka, tiada ada tandoe aken memikoel dia. Maka sekarang, apa boleh boewat? maka maitnja soldadoe Blanda, jang bernama de Bok itoe, di kaloewarken dan di semboeniken di dalam kebon-kebon, pada tempat jang soenji (*)[3] sopaja djangan boleh di lihat dan di tjintjang oleh orang Atjeh, jang koerang adjar sama orang mati; di blakang kali, djikaloe soedah senang, hendak di angkat mait itoe dan di koeboerken, dan soldadoe jang baroesan dapat loeka itoe di tarok di dalam tandoenja fuselier de Bok.

Antara orang patroeli itoe tjoema tinggal sedikit sadja jang sanggoep mamegang snapan, teman-temannja soedah terlaloe pajah, dan dalam orang jang sedikit itoe djoega ada jang hampir-hampir tiada bisa tembak, sebab tangannja soedah angoes dari pada kapanasan laras bedil, tetapi, kendati merasa sakit, dia orang tahan djoega.

Segala orang patroeli soedah tersengal sengal

—————— dari pada tjapé, dan lidahnja soedah kring dari pada hawoes, maka patroeli kita soedah hampir kalah sama orang Atjeh jang masih djoega datang dari kiri kanan, dengan mendesak-desak.

Kemoedian, dengan kabesaran Allah ta Allah, tiba-tiba toeau Luitenant de Leur dapat lihat, ada datang soldadoe, pertoeloengan dari benteng, satoe sectie, di bawah prentahnja toean Luitenant Ostreig, roepa-roepanja orang di benteng soedah dapat dengar boenji snapan jang ramei dari pada patroeli jang tadi itoe.

Maka kata toean Luitenant de Leur hajo anakkoe! madjoe-madjoe! dj angan takoet! soedah datang teman dari benteng!

Maka soldadoe patroeli itoe, jang mana masih ada patroon, lantas berpasang dengan tjepat-tjepat pada orang Atjeh jang rapat itoe, sekali pasang, tiada salah mati orang Atjeh.


Waktoe datang toean Luitenant Ostreig dengan soldadoe perbantoean, moesoeh djoega soedah lihat, tetapi belom soeka moendoer, melainken mau tjoba-tjoba doeloe, sama klewang, brangkali boleh menang djoega, sebab orang patroeli kita soedah terlaloe pajah, boekan?

Tetapi, sabelom moesoeh boleh menghantan sama klewang, soldadoenja toean Luitenant Ostreig soedah pasang lebih doeloe, dengan ramei-ramei, tiwaslah orang Atjeh itoe, sampei djatohbangoen, ada jang loeka, ada jang mampoes sekalian, dan tiada berapa lama, segala moesoeh soedah lari, maka djadi bresih di tempat itoe.

Sjoekoerlali patroeli kita soedah terlepas dari pada sangsaranja, maka patroeli itoe boleh berdjalan kepada benteng Edi, dengan pertoeloengan toean Luitenant Ostreig dan kawan-kawannja, sampeilah dengan slamat di dalam benteng pada djam poekoel doewa belas tengah hari.

Waktoe datang di benteng, maka lebih saparoh dari pada soldadoe patroeli itoe lantas djoega berbaring lantaran dari tjapénja, patoet djoega, sebab dia orang soedah berprang bagitoe lama, dengen kras, tiada dapat makan dan tiada dapat minoem.

Sambil berprang, dia orang tiada ferdoeli tjapé, sekaranglah merasa jang antero badannja soedah pegal.

Dari pada fuselier Blanda, bernama de Bok, jang terseboet di atas ini, koetika soedah senang, maka maitnja soedah di tjari koembali oleh Sersjan Majoor Lodewijk dengan soldadoe sedikit, kemoedian di angkat dan di koeboerken dengan sepertinja, itoelah tandanja jang orang Blanda sajang sama soldadoe, kendati soedah mati masih djoega di hormatken.

Antara orang patroeli kita, jang soedah berprang sama moesoeh, tjoema ada lima jang dapat loeka, ampat fuselier Blanda, bernama Rovenne, Deriemont, Wagelaar dan Nieman, dengan satoe fuselier Djawa, bernama Kromopawiro.

Tetapi moesoeh soedah hilang banjak orang; di mana lobang-lobang sadja ada 20 orang mati, toeroet kabar orang, ada lagi 46 dari pada bangsa Atjeh jang mati di sana sini dan ada banjak sekali jang dapat loeka.


Sebab soedah dapat ketrangan jang tentoe, dari pada perdjalanan patroeli jang terseboet di atas ini, bahoewa di negri Edi soedah berkoempoel terlaloe banjak moesoeh, dengan niatan aken mengepoeng benteng Koempeni di sana, maka toean kapitein Intvelt, jang djadi kommandan dari benteng itoe lantas minta pertocloengan dari pada kapal prang, bernama Makasser, jang ada berlaboe di Edi, maka di kirimlah satoe ofsir dengan doewa poeloeh lima orang soldadoe laoet. Dan lagi, soedah di kirim kabar kepada toean Djendral van Teijn, jang memegang prentah di Kota radja, maka tocan Djendral itoe lekas kirim banjak soldadoe, jang mana soedah sampei di negri Edi pada hari 4 Mei tahon 1889, maka jang datang itoe:

BATALJON TIGA

Ofsirnja:

  1. Obos de Bank Langenhorst, jang djadi kommandan;
  2. Luitenant satoe Köhler, jang djadi adjidan;
  3. soldadoe Ambon, kompanji doewa;
  4. Kaptin Hansen;
  5. Luitenant satoe, Muller;
  6. Luitenant doewa, Bloemen Waanders;
  7. Luitenant doewa, la Gordt Dillié;
  8. Onder Ofsir dan soldadoe, 142 orang;
  9. Kompanji ampat (orang Blanda) ;
  10. Kapten Mollinger;
  11. Luitenant satoe, Gaade;
  12. Luitenant doewa, van Hattum;
  13. Luitenant doewa, van Beusekom;
  14. Onder Ofsir dengan soldadoe, 150 orang.

Stabelan.

  1. Luitenant satoe, Baermeijer van Barienhofen, jang djadi Kommandan;
  2. Onder Ofsir dengan soldadoe, 17 orang;

Sapeur.

  1. Luitenant satoe, Hageman;
  2. Onder Ofsir dengan soldadoe, 20 orang.

Doktor-doktor.

  1. Ofsir doktor klas doewa, Dumont;
  2. Soldadoe roemah sakit, 26 orang.

Lain dari pada itoe maka adalah di kirim orang perantean, 133 kapala, boewat memikoel obat bedil dan piloeroe dan lain-lain perkakas prang. Giranglah segala soldadoe-soldadoe, sebab soedah datang teman banjak, maka sekarang lekas boleh kaloewar, hantam-menghantam sama bangsa Atjeh. Kasian soldadoe jang misti tinggal di benteng dan tiada boleh toeroet prang, — dia orang tinggal mendongkol, merasa sedi di dalam hatinja.

Maka jang paling soeka berprang, orang Ambon itoelah, dari bataljon tiga. Bila soedah trima soerat ordor aken kaloewar maka lantas orang Ambon bikin koempoelan, di dalam tangsi, dan soldadoe Ambon jang toewa-toewa jang terhias dengan bebrapa medali dan streep, soedah berbitjara sama teman-temannja jang masih moeda, jang hampir seperti kanak-kanak, maka kata orang toewa-toewa itoe „hei soedara-soedara dari pada Kompanji doewa! kamoe beroentoenglah, sebab nanti besok boleh bertemoe dengan moesoehmoe, dan kainoe boleh beladjar prang, slamatlah, amin! Djangan loepa jang di atas bajonet kita ada berkibar bandéra dari bataljon tiga jang soedah dapat bintang kahormatan dari pada Baginda Radja kita, tanda jang soldadoe bataljon tiga samoewa orang brani dan bidjaksana dengan bersatia kepada Radja kita. Di bawah bandéra itoe, banjak dari pada soedara-soedara moe soedah berprang dengan segala kahormatan, ada jang bertoempah darahnja, ada djoega jang soedah hilang djiwanja. Djangan sekali-kali kamoe bikin maloe sama orang toewa-toewamoe jang soedah meninggal doenia, dan lagi, djangan kamoe bikin maloe sama bandera bataljon tiga. Djangan takoet-takoet, djangan loepa jang kamoe sekalian djadi orang lelaki betoel, orang Ambon. Bangsa Ambon tiada tau moendoer, tiada takoet sama klewangnja orang Atjeh:”

Sasoedah dengar bitjaranja orang toewa-toewa itoe, maka djadi terboeka hatinja soldadoe Ambon jang moeda-moeda maka segala marika bersoempah-soempah akan bersatia kepada bandera bataljonnja, dan tiada nanti bikin maloe pada orang toewa-toewanja jang soedah lepas djiwanja di bawah bandera itoe.

Ja, sahbat-sahbat pembatja! bangsa Ambon itoe soenggoeh boleh di kata baik dan loeroes hatinja dengan bertjinta sama Koempeni. Kasian! banjak dari pada orang Ambon, jang toeroet bataljon tiga, sekarang soedah mati di dalam prang dan banjak djoega soedah meninggalken doenia ini dari pada penjakit berrioerri, maka dari pada orang Ambon itoe tjoema tinggal sedikit, tetapi pada antara jang sedikit itoe samoewanja orang brani, seperti boenga jang menghiasken bataljon tiga. Dan lagi, ada satoe adat jang baik, jang selama-lamanja di toeroet oleh bangsa Ambon: soldadoe soldadoe jang lama, soeka sekali kasi adjaran kapada soldadoe-soldadoe jang baroe masok dalam Kompanie maka dengan djalan jang begitoe, orang Ambon tiada berobah adatnja melainken tinggal baik djoega.

Toean Kapten Hansen, jang djadi Kommandan dari Kompanji doewa, soedah adjar kenal sama orang Ambon maka Kapten itoe terlaloe sajang serta memoedjiken bangsa ini. Segala Ofsir dari Kompeni doewa, jang dapat bintang dan kahormatan besar di dalam prang Edi, soedah mengakoe teroes terang dan membilangtrima kasi sama orang Ambon, sebab, djikaloe tiada dengan pertoeloengan orang Ambon, brangkali tida boleh dapat kamenangan jang bagitoe besar.

Tetapi sekarang, djangan kita tjeritaken lagi dari pada perkasanja bangsa Ambon, melainken kita teroesken kikajatnja prang Edi, sebab dari pada hikajat ini nanti mendjadi terang apa jang orang Ambon soedah bikin di dalam prang itoe.


Pada hari 4 Mei tahon 1889 maka rameilah di Kota Radja sebab segala bala tentara, (*) jang aken berprang di negri Edi, ada berangkat dengan stoomtram, pergi di Olehlah, sampei di sitoe maka samoowanja naik di kapal Koempeni, bernama Condor dan Albatros, dan di

——————

(*) Bala tentara = segala orang prang. kapal prang Sri Maha Radja, bernama Makassar dan di kapal api bernama Gouverneur Generaal van Lansbergen, kapoenjaännja kantor kapal api di Betawi itoe.

Pada èsok harinja, tanggal 5 Mei tahon 1889, segala kapal itoe soedali sampei di negri Edi maka berlaboe di sana, aken tetapi, pada hari itoe ada angin riboet dan ombak laoet terlaloe amat besar, tingginja hampir seperti goenoeng, maka tjoema sedikit dari pada soldadoe-soldadoe itoe boleh najik di darat.

Maka soldadoe-soldadoe, jang mana soedah sampei di darat, di soeroeh tinggal doeloe di kampong Koeäla, tiada djaoch dari pada pelaboeän, sebab kampong itoe memangnja tempat jang baik sekali, dan lagi senang, kerana (*) di lindoengken oleh bebrapa parit jang lebar-lebar.

Heiran sekali! tempo itoe, soldadoe-soldadoe kita tiada sekali-kali di ganggoe oleh moesoeh, sampei di waktoe malam tinggal senang djoega di kampong Koeäla, tiada kalihatan roepanja moesoeh, djoega tiada kadengaran soewaranja, tetapi, koetika mata hari soedah timboel, skelwak dapat lihat bebrapa orang jang moendar mandir, teroes hilang, masok di dalam rimbau.

Maka moesoeh tiada brani datang sebab skelwak kita djaga baik-baik, brangkali djoega sebab

——————

(*) Kerana = sebab. moesoeh belom boleh tau dari pada banjak atawa sedikitnja soldadoe jang doedoek di dalam kampong Koeäla itoe.

Pada èsok harinja, hawa soedah djadi terang dan angin soedah tedoh, maka segala soldadoe-soldadoe, jang masih katinggalan, toeroenlah dari pada kapal, sampeilah di darat pada djam poekoel satengah delapan.

Toean Obos de Bank Langenhorst bikin inspeksi doeloe, lantas minta ketrangan dari pada Ofsir-Ofsir jang kelemaren soedah menginap di kampong Koeäla dan jang mengintip intip pada moesoeh, kata Ofsir-Ofsir itoe: orang Atjeh soedah bikin parit (*) sapandjang djalan, dari pada koeala sampei di negri Edi soedah penoeh dengan orang Atjeh, jang mendjaga di dalam parit-parit, hendak bikin soesah pada soldadoe Koempeni djikaloe meliwat di sana.

Maka toean Obos kassi prentah sama toean Kaptèn Hansen, Kompanji doewa, misti berdjalan dari pinggir laoet, koelilingken tempat-tempat moesoh, dan orang soldadoe jang lain jang banjak itoe di soeroh berdjalan teroes, menoedjoe djalan raja (**) sampei di Edi, dan stabelan itoe misti toeroet sama soldadoe jang banjak.

Djam poekoel sabelas, liwat saperampat, maka

——————

(*) Parit = lobang di tanah.

(**) Djalan raja = djalan besar, kaloewarlah segala soldadoe itoe, masing-masing toeroet atoeran dan djalannja, sebagimana jang soedah di tentoeken oleh toean Obos itoe.

Pada sabelah kanan, di pinggir laoet, Kompanji doewa ada berdjalan; di sabelah kiri ada roompoet jang tinggi-tinggi (gelagah) dan Ofsir Ofsir dari kapal-kapal perang samoewanja pasang tropong (*) menengok Kompanji doewa itoe, kepingin tau bagimanakah aken djadinja; tetapi Ofsir kapal itoe djadi senang di dalam hatinja, sebab di lihatnja orang soldadoe Kompanji doewa ada berdjalan betoel, toeroet Kommando.

Kendati panas kentjang, kendati kaloewar kringat dari pada antéro badan, kendati djalannja terlaloe soesah, dari pada kebanjakan gelagah dan pohon-pohonnan, Kompanji doewa, orang Ambon, tiada ambil poesing, melainken madjoe djoega, salama-lamanja madjoe sadja, roepa roepanja seperti terlaloe kepingin ketemoe sama moesoeh.

Bila soedah madjoe kira-kira 300 atawa 400 pas, ada kadengaran boenji snapan dari pada sabelah barat daja (kidoel) tandanja jang Kompanji ampat soedah moelai berhantam-hantaman sama moesoeh.

Orang Ambon madjoe dengan tjepat-tjepat hendak menoeloeng temannja dari Kompanji ampat, tetapi belom dapat prentah dari toean

——————

(*) Tropong = kijker. Kaptèn. Soldadoe Ambon jang moeda-moeda pasang mata pada jang toewa-toewa, sebab darahnja soedah mendidi, kiranja kenapa toean Kaptèn tinggal diam? Tetapi toean Kaptèn lebih pintar, pikirannja lebih djaoe; betoel djoega, sebab tiada berapa lama ada orang Atjeh merajap di dalam alang-alang, di lihat oleh Sersan Majoor Wolvekamp, stamboek nomor 26592, jang djadi Kommandan dari sectie di blakang.

Maka Sersjan Majoor Wolvekamp lantas pilih orangnja jang paling gapah (*) teroes pergi tjari dan pasang pada moesoeh itoe, lari doewa orang Atjeh, tapi dia orang di pegat di djalan besar oleh sectienja Litnan satoe, bernama toean Gaade maka doewa orang Atjeh itoe lantas djoega di tembak mati.

Sjoekoerlah sersjan Majoor Wolvekamp soedah ambil ini atoeran, kaloe trada, tentoelah doewa orang Atjeh itoe soedali pergi kassi tau sama teman-temannja jang Koempeni ada datang dari salelah sana.

Soedah itoe, toean Kapten kassi Kommando »voorwaarts, marsch" maka Kompanji doewa berdjalan teroes, di pinggir laoet; djaoehnja kira-kira lima ratoes elo maka Kompanji itoe ketemoe satoe kebon teboe, pohonnja terlaloe tinggi, maka soldadoe Kompanji itoe tiada boleh di liat lagi oleh orang kapal prang, lantas

——————

(*) Gapah = bisa menoedjoe dengan snapan. Kompanji itoe ambil djalan dari sabelah kidoel, dapat satoe parit dari orang Atjeh jang lagi di bikin tapi belom habis; pada perasaän toean Kaptèn Hansen, soenggoeh moesoeh misti ada disitoe, maka toean Kapten kassi prentah misti berdjalan teroes, menoedjoe ka-sebelah kidoel djoega.

Terlaloe soesah aken berdjalan di sitoe, sebab ada banjak loempoer, dan pohon-pohonnan, ada djoega kepiting, dan oeler, dan njamoek beriboeriboe, dan lalar besar, lagipon tanahnja terlaloe litjin, tjoema ada satoe djalan jang sempit sekali, maka Kompanji itoe tiada boleh berdjalan dengan atoeran, melainken saörang di blakang saörang djalannja.

Toean Kaptèn dan Ofsir-Ofsirnja choewatir djoega di dalam hatinja, sebab djikaloe misti berprang di tempat ini, tentoe soesah.

Segala soldadoe Koempeni soenggoeh brani, tiada takoet berkalahi dan tiada takoet mati djoega, tetapi djikaloe misti berkalahi di dalam rimban jang gelap ini, dengan tiada kalihatan roepanja moesoeh, siapa boleh tanggoeng?

Semingkin djaoeh semingkin djelèk djalannja, sampoi soldadoe kompanji doewa soedah misti pakei golok aken memboeka djalan, dari pada kabanjakan pohon dan roempoet-roempoetan.

Toean Kaptèn Hansen tiada brani tanggoeng lagi, hampir-hampir soedah maoe lepas tempat itoe, aken mentjari djalan jang lebih baik, tiba-tiba datang Litnan doewa, toean van Bloemen Waanders, membawa kabar jang soedah dapat tempat jang terang dan lekas boleh kaloewar dari pada rimbau jang gelap itoe.

Maka toean Kaptèn Hansen lantas djoega berdjalan ka-sabelah moeka, kemoedian dapat liat moesoeh, kira-kira sapoeloh pas djaoenja, selagi pasang memasang pada teman kita jang banjak (kolonne besar).

Giranglah toean Kaptèn Hansen, sebab, soenggoehpon djalan jang tadi itoe ada gelap dan djelèk, tetapi sekarang soedah dapat djalan jang sabenarnja, kei*ana dari sitoe, tjoema 50 atawa 60 pas poenja djaoe, soedah kalihatan tempatnja moesoeh.

Teranglah, orang Atjeh tjoema beringat pada soldadoe kita jang banjak, jang berdjalan di djalan besar, tiada tau jang ija soedah di kidarken oleh Kaptèn Hansen poenja Kompanji, dari sabelah blakang.

Tetapi, kendati begini, Kompanji doewa belom djoega terlepas dari pada soesahnja, sebab di pinggir hoetan itoe masih ada banjak ojod dan pohon-pohonnan, maka kompanji itoe tiada dapat kaloewar sama sekali, melainken boleh madjoe dengan doewa orang sadja. Toean Kaptèn Hansen dan toean Litnan van Bloemen Waanders berdiri dekat satoe sama lain, tjoema doewa tiga pas djaoehnja, tetapi, sebab keälingan pohon-pohonnan, doewa Ofsir itoe tiada boleh liat masing-masing poenja moeka, maka Kaptén berbisik-bisik sama Litnan itoe, katanja: „Waanders, kita misti hantam sama moesoeh”; sahoet Litnan Waanders „Baik, Kapitein! boleh saja madjoe sekarang djoega”.

Kata Kapten „Baiklah, boleh madjoe”.

Serta dengar perkataän Kaptèn itoe, maka Litnan Waanders lantas sorong kamoeka, pada soldadoe Ambon nama Mait, stamboek nomor 25969, di soerohnja kaloewar dari pada hoetan; toean Litnan Waanders toeroet dari blakang, lantas bersoerak hoera! hoera! maka antéro Kompanji doewa pada toeroet bersoerak.

Soedah ramé soerakan itoe maka orang Atjeh djadi bingoeng, lantas brenti berpasang sabentaran, sebab kepingin tau doeloe siapakah moesoh ini, jang datang dengan terkedjoet-kedjoet dari dalam rimbau?

Bila soedah dengar kommando madjoe maka orang Ambon tiada boleh ditahan lagi.

Di blakangnja kommandan kompanji ada toeroet doewa orang Ambon, namanja fuselier Wattinurij, stamboek No. 2813 dan fuselier Mawankij, stamboek No. 84166.

Kaptèn Hansen dengan doewa soldadoe Ambon ini lekas madjoe dengan kebranian, Litnan Waanders toeroet dari blakang sama sersjant Blanda, nama Brok No. 2824 dengan fuselier Blanda, nama Desirat, Stamboek No. 20807.

Sabelonnja kompanji doewa boleh madjoe, dia orang soedah berhantam pada moesoeh lebih doeloe, maka orang Atjeh itoe djadi kaget, maka orang Atjeh jang bersemboeni di dalam parit-parit (*)[4] di sabelah moeka hampir samoewanja di boenoeh, ada jang di tembak mati, ada djoega jang di matiken sama bajonet, tjoema sedikit sadja jang boleh lari.

Fuselier Mait berhantam paling doeloe.

Sampei di mana parit, jang di sebelah, fuselier Mait lantas maoe pasang pada saörang Atjeh, sama snapan, tetapi patroonnja boengkem (**).[5]

Sekarang orang Atjeh melompat dari pada lobangnja, mau batjok sama klewang, oentoeng djoega fuselier Mait bisa tangkis sama snapan.

Orang Atjeh itoe maoe batjok lagi sekali, lantas toean Luitenant Waanders datang toeloeng sama Mait, tembak pada orang Atjeh itoe dengan pestol revolver.

Tetapi orang Atjeh ini, kendati soedah dapat doewa piloeroe di dalam kapala, belom djoega maoe mengalah, masih djoega berhantam-hantam sama klewaugnja, sampei datang soldadoe banjak, jang tikam mati sama dia.

Sekarang prang soedah djadi ramei.

—————— Toean Kaptèn Hansen koempoelken sapoeloh orang soldadoe, pergi memboeroe moesoh itoe dengan looppas. tetapi moesoeh soesah di dapat sebab bersemboeni di dalam lobang dan parit, di dalam alang-alang jang rapat dan tinggi, dan parit itoe tiada boleh di lihat, melainken djikaloe soedah datang dekat, kira-kira tiga atau ampat pas, baroelah dapat lihat aken parit itoe; — pada antéro negri Atjeh tiada ada padang alang-alang jang sebagini lebar dan sebagini tinggi, gampang sekali moesoeh boleh kena pada soldadoe kita, sama bedil atau sama klewang, aken tetapi, sebab kommandan kompanji brani madjoe maka soldadoenja djoega brani.

——————

Sebab toean Kaptèn Hansen brani madjoe maka slamatlah, ija beroentoeng dapat ketemoe parit, lagi satoe dèrèkkan, jang moesoeh soedah gali di sabelah blakang.

Sampei di sitoe, ada satoe orang Atjeh jang kaloewar dari pada alang-alang jang tinggi, hendak membatjok Kaptèn Hansen, maka fuselier Ambon, nama Kajoba, lantas madjoe, toeloeng sama Kaptènnja, toesoek pada orang Atjeh itoe dengan bajonet, sampei temboes, tetapi ini orang Atjeh, kendati hampir mati, masih djoega melawan dan soedah hantam lagi pada soldadoe Ambon jang bernama Kajoba, kena di poendaknja, sabelah kiri, tapi tiada mati. Maka sekarang Kaptèn Hansen toeloeng sama fuselier Kajoba, menghantam orang Atjeh itoe dengan pedang, kena di kepalanja, entah hidop entah mati, tetapi keras sekali poekoelannja toean Kaptèn, sampei orang Atjeh itoe djatoh, tiada bisa berkalahi lagi-lagi.

Pada parit satoe dèrèkkan. jang terseboet tadi, soldadoe kompanji doewa soedah berprang dengan sanget keras, apa lagi fuselter Ambon, nama Waëni, No. 28579, tjeritanja begini: Saörang Atjeh soedah maoe hantam sama si Waëni, dengan klewang, dia orang soedah berkalahi, lama djoega, tetapi si Waëni bisa tangkis, kemoedian si Wačni dapat toesoek sama orang Atjeh itoe, dengan bajonet, sampei temboes di dalam badannja. Waktoenja si Waëni maoe tjaboet snapannja dari dalam badannja orang Atjeh itoe, astaga, orang Atjeh itoe bisa rampas itoe bajonet, sampei loetjoet dari pada snapan itoe. Sekarang si Waëni dapat loeka di tangan kiri, brangkali boleh mati djikaloe tiada di toeloeng oleh teman.

Sambil berpang di mana parit atau lobang itoe, maka soldadoe kita dapat pertoeloengan dari pada 10 atau 15 orang maka banjaknja moesoeh dengan banjaknja soldadoe kita itoe hampir-hampir soedah rata.

Orang Atjeh soedah melawan dengan sakoewat-koewatnja, tetapi kalah djoega, — samoewanja di boenoeh, maka satoe dari lobang soedah penoeh sekali dari pada kabanjakan bangkei orang Atjeh, itoelah mendjadi tanda jang di tempat ini Koempeni soedah berperang sama moesoeh, dengan sanget keras.

Sambil toean Kaptèn Hansen berprang sama moesoeh, di dalam padang alang-alang jang terseboet, maka dalam tempo itoe djoega seetie No. 1 dan No. 2 soedah madjoe di lain tempat, di bawah prentahnja toean Litnan van Bloemen Waanders dan toean Litnan la Gordt Dillié, pergi mengepoeng paritnja moesoeh jang di sabelah kidoel, tetapi moesoch tiada rani menoenggoeï soldadoe kita, —samoewanja lantas minggat, dengan sipat koeping. Doewa Litnan ini kommandeer pasang salvo, tetapi lekas disoeroeh brenti sebab soedah dekat benteng Edi dan dari pada kebon klapa ada kalihatan orang Atjeh melari-lari, kiranja sobat Koempeni, halnja moesoeh djoega, tetapi siapa boleh tau jang moesoeh soedah bersarang sebagini dekat pada benteng Koempeni?

Selagi berprang, di mana parit-paritnja orang Atjeh jang terseboet tadi, maka kompanji doewa dapat pertoeloengan dari soldadoe-soldadoe sapeur, sectie nomor 3, jang soedah kaloewar dari pada rimbau itoe, di bawah prentahnja toean Litnan Muller, maka ramei-ramei pergi tjari tempat semboeniannja moesoeh, sebab di sangka misti ada parit lagi.

Tiada berapa lama, moesoeh soedah moelai berpasang dari pada soewatoe parit, maka lantas djoega kompanji kita berbalik moeka kasana, tetapi piloeroe kita tiada boleh kena pada moesoeh, sebab kaälingan, maka orang Ambon tiada bersabar lagi, lantas djoega pergi menghantam sama bajonet.

Maka djadi berkalahi dengan terlaloe sanget keras, hampir tiada boleh di tjiriteraken hal prang itoe, sebab soedah djadi koesoet, sobat dan moesoeh soedah tertjampoer, saling bergoelat, saling menghantam, soldadoe Ambon, nama Adjah, jang tadinja soedah kena piloeroe, dan lain-lain soldadoe jang soedah loeka, samoewanja toeroet berprang.

Lama kalamaän tiada kedengaran boenji snapan, melainken ada kedengaran teréjak orang dan boenja sindjata tadjam dengan tangkis bertangkisan.


Di dalam kekerasan prang itoe, belom boleh tau, siapa jang menang dan siapa jang kalah, tiba-tiba mendjadi sepi, tiada. kadengaran apa-apa lagi, roesoeh prang soedah brenti sama sekali.

Tiada lama lagi, soldadoe kita bersoerak hoera-hoera! tanda jang Koempení soedah menang! Orang Atjeh itoe, habis pada mati; dari pada soldadoe kita tiada satoe jang mati, melainken ada banjak jang dapat loeka.

Dari pada orang Ambon itoe. dia orang soedah toendjoek kabraniannja. Sersjant Toerang No. 84911 soedah madjoe dengan soeka sendiri sama tiga soldadoe Ambon jang moeda, bernama Popa, No. 8896 dan Ilabibi, No. 16329 dan Kamparang, No. 26537, sebab dia orang soedah meliat ada orang Atjeh jang hendak kaloewar dari pada parit. Sampei di sana, ini ampat orang Ambon soedah pasang pada orang Atjeh itoe, dengan snelvuur, sampei moesoeh mendjadi takoet dan 50 orang Atjeh lekas lari.

Sasoedah menang maka slompret berboenji, kassi tanda jang misti brenti pasang maka segala soldadoe Kompanji itoe berkoempoel, rapat sama toean Kapitein Hansen.

Segala orang kita datang dengan ketjapeän ada jang bersengal-sengal, ada jang djatoh kelengar sebab soedah berprang sebagitoe lama, dalam panas kentjang, maka lekas datang doktor dengan soldadoe roemah sakit, aken menoeloeng orang kita jang soedah dapet loeka.

Aken tetapi, kagirangen kita tiada lama, sebab orang Atjeh ada datang koembali; dari atas alang-alang soedah kalihatan dia orang poenja stangan kapala. Kaloe di pikir, betoellah bangsa Atjeh itoe boleh di kataken laki-laki jang brani, sebab, kendati bebrapa-brapa kali soedah kena poekoel, belom djoega dia orang hilang hati.

Tetapi sekali ini dia orang dapat adjaran jang betoel-betoel, soedah rasa tangannja Koempeni.

Sersjant Ambon, nama Karuwal No. 80987, paling doeloe soedah dapat liat moesoeh itoe, lantas mengoempoelken soldadoenja, pergi ketemoe sama moesoeh.

Antara orang Ambon itoe ada tiga jang brani sekali, namanja Korporaal Jacobs No. 72217 fuselier Kabise No. 15919 dan fuselier Semallo No. 11039.

Dia orang soedah hantam pada moesoeh itoe sama bajonet, orang Atjeh melawan sama klewang, tapi orang Atjeh kalah, maka di boenoeh samoewanja.

Soenggoeh soldadoe Ambon terlaloe bisa berkalahi sama bajonet, orang Atjeh sama klewang tiada sanggoep melawan dia, maka kata bangsa Atjeh, orang Ambon itoe seperti Moeka matjan.

Kapten Hansen soeroeh bertioep slompret, kassi prentah jang segala soldadoe dari Kompanji itoe misti berkoempoel, sebabnja banjak soldadoe soedah kaloewar dari gelid, pergi bantoe sama Sersjant Karuwal.

Orang Ambon soedah panas hatinja, terlaloe soesah di tahan, tetapi Kaptèn Hansen bersabar, tiada soeka marah-marah, lama kalamaän datang djoega segala soldadoe Kompanji itoe, maka di koempoelkennja, di djadiken satoe.

Belom lama Kompanji berkoempoel, lantas orang Atjeh berpasang koembali, dari pada sabelah jang tadi djoega, tetapi orangnja tiada di dapat liat, melainken kaliatan asapnja, maka madjoelah sectie No. 4, pergi tjari sama moesoeh, di dalam alang-alang.

Doewa fuselier Ambon, nama Soumokil, No. 8892, dan Adja, No. 6415, dia orang soedah dapat loeka, tapi djoega masih brani berdjalan di sabelah moeka dengan bertandak tandak, maka teman-temannja mendjadi lebih brani, sahingga terboeka hatinja.

Nah! sekarang ini benarlah orang Ambon poenja roepa seperti moeka matjan jang makan darah, sebagimana katanja bangsa Atjeh.

Waktoe orang Ambon datang di tempat jang kaliatan ada asap, moesoeh soedah lari, maka tjoema kaliatan bangkei sadja, dari pada orang Atjeh jang soedah di boenoeh tadi.

Sekarang orang Atjeh brenti berpasang maka Kompanji doewa boleh menapas sedikit, senanglah, orang jang soedah dapat loeka boleh di babatken loekanja dan di taroh obat.

Maka Kompanji doewa berdjalanlah, dengan perlahan-lahan, kanegri Edi, hendak masok di benteng, tetapi di dalam perdjalanan itoe misti berati-ati djoega, sebab bole djadi jang orang Atjeh nanti pasang koembali dari dalam alang-alang.

Koetika soedah sampel di djalan besar, ketemoe sama toean Obos, maka toean Kapten Hansen kassi rapport dari pada kemenangan kompanji doewa itoe.


Pada djam poekoel doewa belas, liwat tiga perampat, maka Kompanji doewa, jang boekan barang-barang braninja, soedah sampei dengan slamat di benteng Edi, sjoekoerlah, sjoekoer!

Soldadoe jang banjak (bataljon) soedah sampei lebih doeloe, kassi rapport jang dia djoega soedah menang prang.

Moela-moelanja, bataljon itoe di tembakki dengan keras oleh orang Atjeh , dari dalam rimbau dan parit-parit, tetapi soldadoe bataljon soedah membales dengan soenggoeh-soenggoeh, dan stabelan soedah bantoe sama mariam, maka moesoeh itoe dapat banjak soesah.

Orang Atjeh soedah berpasang-pasang pada haloewan bataljon kita, ramai djoega tembakannja, tapi lekas di oesir oleh sectienja toean Letnan van Beusekom, moesoeh lari dengan kasi tinggal delapan belas orang, jang soedah mati di dalam lobang parit.

Dalam prang itoe moesoeh soedah hilang banjak orang, ada kira-kira ampat poeloeh atau lima poeloeh jang di matiken di dalam parit-parit, lain dari pada itoe ada banjak jang dapat loeka dan terlaloe banjak dari pada sindjatanja orang Atjeh soedah di rampas.

Sabelomnja mentamatken hikajat ini, patoet djoega kita tjeritaken dari pada kelakoeännja soldadoe sapeur dari Kompanji doewa, Litnan Hageman.

Tetkala belom berdjalan kepada moesoeh, dia orang soedah dapat prentah dari pada Litnan Hageman, djangan tjampoer-tjampoer di dalam prang, sebab brangkali nanti dapat pekerdjaän lain, dan lagi di larang, tiada boleh dia orang pakei sindjata, melainken aken melindoengken diri sendiri, djikaloe di langgar moesoeh, maka prentah itoe di toeroet oleh sapeur kompanji doewa, dengan sasoenggoeh-soenggoehnja, tetapi dalam menoeroet prentah ini terlaloe amat soesahnja, sebab tempatnja sapeur itoe dekat sama soldadoe Ambon dan dekat sama orang Atjeh, tjoema sedikit langkah djaoenja, maka sappeur itoe, koepingnja hampir djadi toeli dari pada soewara piloeroe jang meliwat di sana dan moekanja hampir angoes dari pada api jang kaloewar dari pada pamoerasnja orang Atjeh itoe (*).

Tapi djoega soldadoe sapeur itoe bersabar, toeroet kommando „plaats rust" kendati di dalam

——————

(*) Pamoeras = donderbns. tangannja dia orang ada pegang pestol revolver jang terisi.

Maka soldadoe jang begini roepa, jang bisa toeroet prentah Ofsirnja, patoet misti di poedjiken (*) sebab dia orang soedah bisa tahan panas hatinja, kendati kepingin toeroet berprang.

Namanja soldadoe sappeur itoe, adalah terseboet di bawah ini:

1. de Jong, stamboek No. 12831, sersjan.
2. Pester, » » 1734, sapeur satoe.
3. Van der Weerd » 15266, » doewa.
4. Mentotaroeno » » 8641, » satoe.
5. Paradjo » » 23547, » doewa.
6. Batjo » » 20337, » doewa.

Pada hari 7 Mei senanglah, sebab segala soldadoe dapat „vrij” maka Ofsir-Ofsirnja tjari ketrangan dari pada moesoeh, sopaja boleh dapat taoe berapa koewatnja, dan di mana tempatnja dan apatah niatannja.

Pada hari itoe djoega, soedah datang soldadoe perbantoean di Edi (kompanji satoe, bataljon tiga) datangnja dari Oleh-leh dengan kapal preiman, bernama „Hok Canton" dan dengan kapal Koempeni, bernama „Zeemeeuw” maka kompanji itoe banjaknja 112 orang Blanda sama onder ofsirnja, samoewanja di bawah prentah
——————

(*) Poedjiken = prijzen. toean Kaptèn van Bijlevelt, Litnan de Roever Tromp dan Litnan de Lusanet de la Sablonière.

Kemoedian dari pada itoe, pada hari 7 Mei djoega, djam poekoel delapan pagi, maka toean Obos de Bank Langenhorst bikin koempoelan dari pada orang besar, aken membitjaraken perkara prang itoe.

Di dalam koempoelan itoe ada doedoek:

  1. Toean Kaptèn Intvelt, kommandan benteng Edi.
  2. Toean Assistent Residen, jang mamegang prentah di negri Edi.
  3. Radja Edi, dengan mantri-mantrinja.

Maka di tanja pada Radja Edi, apa sebabnja soedah djadi roesoeh, dan pada siapa orang isi negri Edi hendak melawan, pada Radjanja atau pada Koempeni?

Radja Edi tiada lantas mendjawab (*)[6] melainken minta tempo sedikit, sopaja boleh berbitjara sendiri dengan mantri-mantrinja. Maka di kaboelken (**)[7] permintaannja Radja Edi itoe, tetapi pada perasaän kita, orang jang begini roepa tiada boleh di pertjajaken sekalian.

Maka koempoelan itoe sia-sia djoega, tiada dapat ketrangan jang betoel dan benar, sebab misti dengar doeloe fikirannja kepala-kepala dari pada bangsa Edi.
——————

Pada hari itoe, roepa-roepanja Radja Edi dengan mantri-mantrinja tiada soeka kasi ketrangan dari pada tempatnja moesoch dan daripada kakoewatannja dan dari pada niatannja; barang apa jang di tjeritaken tjoema sedikit dan tiada betoel. Beroentoeng djoega ada saorang bernama Mat Said, jang menoendjoek djalan, maka toean Obos boleh soeroeh bersedia, mau kaloewar besok pagi.

Radja Edi itoe, roepa-roepanja tiada soeka meliat Koempeni datang di dalam negrinja aken menjelesihken roesoeh itoe, lantas bermoehoen pada toean Obos de Bank Langenhorst sopaja Radja sendiri boleh mendameiken anak boewahnja, tetapi toean Obos tiada trima sebab sampei mengarti apa maksoednja (*)[8] Radja itoe.

Maka pada esok harinja, tanggal 8 Mei, Koempeni berdjalan kombali, pergi tjari sama moesoh.

Kompanji satoe dari bataljon tiga berdjalan di moeka, lantas toeroet kompanji doewa dan kompanji ampat, dan di blakangnja ada djoega soldadoe perbantoeän dari benteng Edi, di bawah prentahnja tocan Kaptèn Intvelt. Pada tengahnja kompanji doewa dan kompanji ampat ada berdjalan stabelan goenoeng. Soldadoe sapeur dan soldadoe roemah sakit ada berdjalan di
—————— antaranja kompanji ampat dan soldadoe perbantoeän dari benteng Edi.

Sasoedah di atoer bagitoe, koetika masih pagi dan gelap, maka madjoelah segala soldadoe jang terseboet, teroes kamana tempatnja moesoeh. Pada djam poekoel lima, liwat tiga perampat, dapat soengei Pedawa Pontong, maka di sitoe ada soewatoe djembatan.

Mata hari soedah timboel, maka mendjadi terang.

Patroeli soedah berdjalan doeloe, tetapi belom meliat moesoeh, maka segala soldadoe dan mariam di soeroeh madjoe, dengan tjepat-tjepat.

Sekarang soldadoe kita lepas djalan besar, ambil satoe djalan jang ketjil, menoedjoe ka sebelah timor laoet, teroes kepada tempat moesoeh, sampei dapat soewatoe tanah jang terboeka dan tinggi, maka dari sitoe soldadoe kita, jang berdjalan di moeka, soedah dapat liat banjak orang Atjeh, tetapi, sabelom boleh di tembak, dia orang soedah hilang, tinggal satoe doewa orang Atjeh, jang di liat kepalanja di atas alang-alang, dia orang lekas lari ka timor laoet.

Koetika soedah di dapat taoe, di mana tempatnja moesoeh, maka lantas stabelan menembak dengan sanget keras pada orang Atjeh itoe, jang bersemboeni di dalam parit-parit dan di dalam lobang-lobang tanah.

Orang Atjeh, tiada membales tembakan stabelan itoe, sebab takoet sama piloeroe kita jang besar-besar, lama kalamaän dia orang lari dari tempat itoe maka soldadoe kita berdjalan teroes, dapat liat atap di atas alang-alang, dari satoe roemah ketjil.

Di tempat ini djoega ada banjak alang-alang jang tinggi, di sebelah lor ada rimbau sedikit dan pohon aren, dengan roemah-roemah ketjil, lain dari pada itoe tiada ada apa-apa melainken roempoet sadja, jang tinggi-tinggi.

Sedikit djaoe dari sitoe, ada kebon semangka dan laboe dan timoen dan tembako dan lain-lain tetanaman.

Pada antara doewa kampong jang ketjil itoe, adalah sabatang ajer jang ketjil, di pinggirnja ada pohon jang tinggi-tinggi, tjabangnja hampir rapat kepada tanah maka tempat ini, djikaloe di liat dari sebelah kidoel dan dari sebelah koelon, hampir seperti hoetan jang gelap roepanja.

Dari sebelah lor tiada kaliatan apa-apa, melainken hoetan jang besar-besar, dan di blakang hoetan itoe ada goenoeg A t j e h.

Soldadoe kita, tempo berdjalan di tempat ini, tiada di tembakki, tapi djoega, toeroet perkataan orang anteran, soedah hampir kepada bentengnja moesoeh.

Tiada lama lagi, ada di liat sekawan orang A t j e h , di liatnja oleh sersjan A m b o n , bernama Karuwal, maka lekas di kassi kabar pada Ofsir-Ofsir, maka kolonne kita brenti, tiada djaoe dari pada soewatoe kebon lada.

Kompanji satoe dan Kompanji doewa dapat prentah misti ambil tempat di pinggir kebon itoe, sabelah wetan, Kompanji ampat ambil tempat di sabelah koelon, stabelan satoe batterij di taroh pada sebelah kiri dari Kompanji ampat, soldadoe perbantoeän dan soldadoe roemah sakit berdiri di blakang.

Baroe soldadoe itoe berdjalan kepada tempat tempatnja jang di prentahken, lantas kadengaran boenji snapan dari kompanji ampat, itoelah tandanja jang prang soedah moelai; dia orang soedah berhantaman sama sekawan moesoeh, di sebelah lor dari pada kebon lada, brangkali djoega orang Atjeh jang tadi itoe, jang mana soedah di dapat liat oleh sersjan Karuwal, maka sekarang datang piloeroe, banjak sekali, dari pada moesoeh jang di sebelah kiri.

Sebab tembakan ini tiada mau brenti maka toean kommandan merasa ferloe soeroeh madjoe Kompanji ampat, berhadap hadapan dengan moesoeh, dan stabelan dapat prentah misti bantoe.

Moesoeh tiada brenti memasang, tetapi tiada boleh dapat liat orangnja, melainken asapnja di liat maka tjoema boleh di sangka sadja di mana dia orang ada, dan sebab piloeroenja moesoeh datang dengan ramei, soedah mendjadi tentoe jang misti ada terlaloe banjak moesoeh di sana.

Sekarang djoega kompanji doewa Kapten Hansen dapat prentah, misti pergi bantoe sama kompanji ampat, maka Litnan Adjudan Köhler berlari-lari, membawa prentah ini, tetapi sabelomnja Kaptèn Hansen boleh bantoe, kompanji ampat soedah di kepoeng oleh bangsa Atjeh, banjaknja ada kiri-kira 250 atau 300 orang.

Tadinja kompanji ampat soedah madjoe dengan atoeran jang betoel. Toean Litnan satoe, bernama J. J. A. Gaade, marsjeer sama sectie jang paling di moeka. Lain-lain sectie ada toeroet, 25 atau 30 pas poenja djaoe. Tetapi sectie-sectie masih di dalam perdjalanan, tiba-tiba datang terlaloe amat banjak orang Atjeh, berlompat dari pada roempoet jang tinggi-tinggi, dan dari parit dan lobang-lobang, dengan bertaréak-taréak, samoewanja mengepoeng sectienja toean Litnan Gaade sama klewang.

Di atas alang-alang soedah penoeh klewang, tiada habis di lihatnja.

Sectie jang di moeka tinggal berpasang, dan banjak djoega orang Atjeh soedah djatoh mati, tapi sectie itoe tiada boleh lawan sama moesoeh, dari sebab kaliwat banjaknja, dan orang Atjeh terlaloe garang, sampei mengindjak indjak sama teman-temannja sendiri, jang soedah mati dan jang soedah loeka, sopaja boleh memoekoel pada orang Blanda.

Sectienja toean Litnan Gaade masih djoega moesoeh, dengan soenggoeh-soenggoeh dan dengan kabranian hati, tetapi kalah, siapa boleh menang kaloe moesoeh sebagini banjak?

Orang Atjeh, sekarang tiada brenti menghantam sama sectie itoe dengan klewang, seperti orang mengamoek, dan sebab dia orang memang bisa berkalahi sama sindjata itoe maka dari pada sectienja toean Litnan Gaade itoe banjakan soedah djatoh, tinggal sedikit soldadoe, tetapi soedah moendoer dengan tersiar-siar.

Seetie nomor 2 dan 3 soedah di kepoeng oleh moesoeh, dengan terkedjoet, maka doewa sectie itoe tiada boleh sampei katempat jang di pren-tahken oleh toean Obos, mau toeloeng sama sectienja toean Litnan Gaade, tiada boleh pasang snapan, takoet nanti kena tembak sama teman sendiri. Stabelan dan soldadoe perbantoeän dari benteng djoega tiada brani pasang, takoet nanti kena sama teman.

Soldadoe Blanda biasanja brani, tetapi sekarang djadi bingoeng. Banjak soldadoe Blanda jang moeda-moeda belom tau berprang, belom biasa dengar roesoeh dan tareaknja orang Atjeh, kaloe berkalahi sama klewang, maka soldadoe jang moeda itoe hilang hati, lantas moendoer, soldadoe lain meliat itoe, djoega toeroet moendoer.

Ofsir dan onder Ofsir kita sampei brani dan sampei djoega kasi kommando „djangan moen-doer, djangan moendoer” tetapi tiada kadengaran soewaranja dari pada roesoeh orang Atjeh, jang semingkin lama semingkin brani madjoe, kemoedian toean Kaptèn dapat loeka di atas kepalanja, maka mendjadi lebih soesah.

Hampir-hampir Kompanji ampat tiada katoeloengan, roepanja misti mati djoega, dan orang Atjeh soedah moelai bersoerak-soerak, tiba-tiba datang orang Ambon, satoe peloton, toeloeng menghantam sama bajonet, di bawah prentahnja toean Litnan van Bloemen Waanders, sjoekoerlah orang Ambon soedah datang.

Bermoela toean Litnan van Bloemen Waanders dapat prentah misti djaga di tempat lain, tetapi koetika mendapat liat Kompanji ampat ada di dalam kasoesahan maka toean Litnan itoe tiada bernanti lagi, lantas djoega pergi toeloeng sama Kompanji ampat. Soeda dengar Kommando „voorwaarts orang Ambon, atakeer” maka orang Ambon bersoerak „hoera, hoera” lekas madjoe, pergi bantoe sama teman-teman dari Kompanji ampat, maka sekarang bangsa Ambon kepoeng pada bangsa Atjeh, terlaloe keras poekoelannja orang Ambon, sama seperti setan roepanja. Sambil madjoe pelotannja toean Litnan van Bloemen Waanders dengan looppas, maka toean Litnan Gaade ada berdiri di tengah orang Atjeh, saling berpoekoel, bersama-sama dengan korporaal Schordel dan ampat orang fuselier Blanda, bernama Swier, van Dorp, Maala dan Gabriels dengan satoe toekang slompret, bernama Kooistra. Kendati moesoehnja terlaloe banjak, tapi djoega orang Blanda, jang begini sedikit, soedah melawan seperti singa.

Toean Litnan Gaade soedah matiken bebrapa moesoeh, kemoedian toean Litnan sendiri kena di toesoek di dalam peroet, sama toembak. Kendati toean Litnan Gaade soedah dapat loeka jang dalam hampir aken mati, tapi djoega toean Litnan itoe belom kalah, masih bisa pegang moesoehnja, saörang Atjeh jang besar dan tinggi itoe, di pegang dari djenggotnja, lantas di toesoek pada orang Atjeh itoe, dengan pedang; soedah itoe, Litnan Gaade djatoh di atas bangké-bangké orang Atjeh jang dia soedah matiken tadi.

Korporaal Schordell paké snapannja seperti gada, memaloe maloe pada orang Atjeh, maka banjak jang kena poekoel di atas kapalanja, dan sebab korporaal Schordell memang koewat maka lama djoega ija bisa tahan, dan banjak orang Atjeh soedah djatoh, dengan antjoer kapalanja; lama kalamaän korporaal Schordell kena di hantam sama klewang, di atas kapalanja, maka hilang banjak darah, tiada koewat memoekoel dengan keras, sebagimana jang tadi, maka sekarang orang Atjeh datang dari blakang, samoewa memoekoel pada dia di atas kapalanja, sahingga korporaal itoe misti lepas snapan, sebab koewatnja soedah hilang. Kendati bagitoe, korporaal Schordell dapat tangkap satoe rentjong, poenjanja saorang Atjeh, dan dengan rentjong itoe dia soedah robek peroetnja saörang Atjeh ada lagi satoe orang Atjeh jang dia soedah tjekèk lehernja, sampe mati.

Koetika soedah senang sedikit, maka di tjari sama korporaal Schordell, dapat sama dia di tengah bangké-bangké moesoeh, banjak sekali bangké moesoeh, tetapi korporaal Schordell soedah kelengar sebab soedah dapat doewa poeloh loeka di batjok kapalanja, tangan kirinja masih djoega memegang lehernja saörang Atjeh dan tangan kanannja masih memegang gagang rentjong jang soedah temboes di dalam badannja moesoeh, besok harinja maka korporaal Schordell meninggal doenia, tetapi namanja terlaloe di poedjiken sebab tiada maoe tinggali ofsirnja di dalam kasoesahan.

Sabermoela korporaal Schordell soedah dapat bintang Willems Orde klas ampat, tetapi, koetika korporaal itoe soedah mati di dalam prang maka namanja di toelis pada boekoe, seperti soedah dapat bintang klas tiga; itoe djadi satoe tanda kahormatan jang besar sekali, sebab bintang klas tiga tiada biasa di kassi kepada orang militèr jang berpangkat ketjil, melainken di kassi kepada ofsir-ofsir jang berpangkat besar, seperti Majoor dan Obos dan Kornel dan Djendral.

Di dalam prang di rimbau itoe, koembali poela soldadee kita soedah bertoendjoek kebraniannja, tetapi beroentoeng djoega tiada banjak jang mati, dan jang dapat loeka besar tjoema doewa fuselier Blanda, nama Maale, dengan temannja jang soedah di seboet di atas ini.

Tetapi, djikaloe orang Ambon tiada datang bantoe dengan sakoewat-koewatnja dan dengan tjepat, siapa boleh kata, brangkali samoewa dari pada orang kita dari pada sectie itoe soedah mati.

Orang Ambon soedah datang dengan berboeroe-boeroe, seperti angin riboet datangnja, maka moesoeh soedah djadi takoet, lantas moendoer, kendati temannja banjak, ada lima kali lebih banjak dari pada orang kita.

Lain dari pada itoe, di blakang kali soedah datang satoe peloton soldadoe, di bawah prentahnja toean Kaptèn Hansen dan toean Litnan Muller, maka peloton itoe soedah bikin habis ini prang dan soedah oesir segala moesoeh dari pada tempat itoe. Sembari moesoeh soedah lari maka di boeroe dengan looppas dan di tembak pada dia orang, dari blakang.

Dalam tempo itoe, maka kompanji ampat soedah boleh berkoempoel kombali.

Selamanja memboeroe moesoeh itoe, kompanji doewa soedah ketemoe banjak parit dan lobang lobang dari orang Atjeh jang mau melawan di sana, tetapi dia orang tiada koewat menahan orang Ambon jang soedah madjoe dengan marah dan panas hatinja.

Maka segala parit dan lobang itoe di ambil dan orangnja di boenoeh oleh orang Ambon, tetapi orang Ambon belom soeka brenti melainken mau „voorwaarts” sadja.

Tiada berapa lama, tempat itoe soedah djadi gelap dari pada kebanjakan asap, tiada boleh liat satoe apa, maka toean Kaptèn Hansen takoet, kaloe-kaloe, di dalam gelap itoe, moesoeh nanti datang koembali, aken melawan kita, tetapi orang Atjeh tiada datang, roepa-roepanja soedah djadi kagèt dan takoet.

Dengan bebrapa soesah toean Kaptèn Hansen misti tahan soldadoenja jang selama-lamanja maoe madjoe sadja. Sabentar-sabentar slompret kassi dengar kommando „halt dan koempoel” baroelah Kompanji doewa tinggal diam.

Sekarang Kompanji doewa soedah hampir kepada tempat kamana moesoeh soedah lari masoek, tetapi toean Kaptèn Hansen belom kommandeer „voorwaarts, boeroe sama moesoeh” sopaja Kompanji itoe boleh menapas doeloe, menoenggoe lain soldadoe jang ada datang.

Di bawah ini adalah di seboet namanja orang Kompanji doewa jang soedah toendjoek kebraniannja di dalam prang di rimbau itoe:

  1. Sersjan Blanda, bernama Hornstra, stamboek No. 21191, dan Sersjan Blans, stamboek No. 18114, dan Sersjan Thiele, stamboek No. 7299 dan Sersjan Brok, stamboek No, 24690,
  2. Sersjan Ambon, bernama Karuwal, stamboek No. 80987 dan Sersjan Ambon bernama Toerang, stamboek No. 84911.
  3. Korporaal Blanda bernama Feenstra, stamboek No. 19962 dan Korporaal Harcksen, stamboek No. 22241.
  4. Korporaal Ambon bernama Hooij, stamboek No, 83945 dan Korporaal Ambon bernama Jacob, stamboek No. 72217,
  5. Fuselier Ambon bernama Semoukil, stamboek No. 8892, dan Lase, stamboek No. 8538 dan Wattimurij, stamboek No. 2813, dan Mamankij, stamboek No. 84266 dan Poijet, stamboek No. 79700 dan Lamber, stamboek No. 9347, dan Hatoesoepi, stamboek No. 92841 dan Manusama, stamboek No. 12066, samoewanja orang Ambon.
  6. Slompret Ambon doewa orang bernama Hawaij, stamboek No. 9381 dan Solihat, stamboek No, 2829. Slompret Solihat itoe, tjoema paké gollok, dan selama-lamanja rapat sama Kaptèn, katanja mau djaga badan Kaptèn, melainken sakedjap mata Solihat tinggalken toean Kaptèn pergi menoeloeng saörang soldadoe Blanda, jang soedah djatoh di dalam alang-alang dengan berdarah darah. Maka Solihat, dengan soeka sendiri, soedah bertioep slompret, minta datang doktor, djikaloe tiada dengan pertoeloengan Solihat, tentoelah soldadoe Blanda itoe misti mati.

——————

Maka sekarang ini, patoet djoega kita tjeritaken dari pada kelakoeännja saörang Sersjan Majoor Blanda, bernama Wolvekamp, Stamboek No. 26592, jang memarentahken Sectie No. 4 dari Kompanji tiga.

Tempo kaptèn Hansen poenja Kompanji mau kaloewar dari pada soewatoe tempat jang sempit, di kebon lada, maka Kompanji itoe di tembaki dengan keras oleh moesoeh.

Seetie nomor 4 paling doeloe datang di sana, lantas di kommandeer front maka Seetie itoe berhadap hadapan sama moesoeh, menoedjoeh kesebelah lor. Bila soedah berpasang salvo bebrapa kali, lantas seetie itoe menghantam, maka moesoeh lekas lari ka-soengei Pedawa Pontong.

Orang Atjeh soedah bersedia di dalam parit parit dan di dalam lobang-lobang, ada djoega jang bersedia di pinggir soengei Pedawa Pontong, sebelah kiri, menoenggoe datangnja Seetie itoe.

Koetika toean Kaptèn Hansen meliat, Kompanji ampat ada moendoer dan di boeroe oleh moesoeh, maka toean Kaptèn kassi prentah soepaja Sectie itoe di bahgi doewa, satoe bahgian di soeroeh toeroet sama pelotonnja toean Lituan Muller, pergi membantoe Kompanji Blanda itoe jang di antjamken oleh moesoeh, dan satoe bahgian di soeroeh tinggal sama Sersjan Majoor Wolvekamp aken menoenggoe moesoeh, kaloe datang dari sebelah sana.

Moesoeh soedah meliat atoeran ini, lantas berkoempoel koembali di kebon lada, terlaloe banjak orang Atjeh soedah kaloewar dari pada tempat-tempat semboeninja kiranja gampang boleh matiken Sectienja Sersjan Majoor Wolvekamp, sebab orangnja tjoema sedikit, tetapi Sersjan Majoor itoe tinggal berdiri, kendati satoe langkah dia tiada mau moendoer, djadi pertjoema sadja orang Atjeh mau pitjahken Sectie itoe.

Kaloe orang Atjeh mau berhantam sama klewang, lantas di poekoel koembali, sebab sersjan Majoor Wolvekamp berprang dengan atoeran jang bagoes, maka dari pada moesoeh itoe banjak sekali jang mati dan dapat loeka, lantas moendoer koembali, pergi tjari tempat semboeniannja jang tadi, tetapi Sersjan Majoor Wolvekamp tiada diam, dia lekas pergi boeroe sama moesoeh, hantam sama dia.

Koetika orang Atjeh soedah meliat kebraniännja soldadoe kita, dia orang djadi terkedjoet samoewanja pada lari ka-pinggir soengei.

Sampei di sana, datang orang Ambon toesoek menoesoek sama bajonet, lantas orang Atjeh tjeboer di dalam soengei, hendak menjebrang, tapi banjak soedah mati di dalam ajer, dan teman-temannja pergi lari ka-sebelah barat laoet.

Banjak trima kassi kepada Sersjan Majoor Wolvekamp, sebab soedah bisa tahan pada moesoeh di tempat ini.

Tjoba Sersjan Majoor itoe soedah moendoer, atau hilang hati, atau di matiken, sama-sama temannja, soengoehpon Koempeni dapat soesah besar, sebab moesoeh soedah boleh poekoel Kompanji doewa dari sebelah blakang dan boleh langgar pada Kompanji satoe, dari sebelah samping, di dalam kebon lada itoe.

——————

Sjoekoerlah! sebab koempeni soedah menang koembali dan moesoeh soedah kalah! soedah lari samoewanja!

Dari pada orang Atjeh itoe, ada doewa ratoes delapan poeloh orang jang soedah mati dan dapet loeka.

Sebab tempatnja terlaloe gelap, soesah berprang dari pada kabanjakan rimbau, maka toean kommandan pikir lebih baik poelang sadja, djangan memboeroe pada moesoeh.

Maka segala soldadoe kolonne itoe poelang, serta dengen stabelan dan soldadoe sapeur dan soldadoe roemah sakit sekalian, sampailah di bengteng Edi pada djam poekoel setengah sapoeloeh pagi.

Sembari berdjalan poelang maka di liat jang segala parit dan lobang, jang soedah di ketemoe tadi pagi, sekarang soedah di tinggali oleh moesoeh, itoelah mendjadi tanda jang Koempeni soedah menang dengan soenggoe-soengoeh.

Maka segala soldadoe kita di trimalah di dalam benteng Edi dengan kagirangan hati dan dengan bersoerak-soerak.

Sabelomnja masok di dalam tangsi, Kompanji ampat soedah di atoer, boewat kassi hormat kepada orang Ambon dengan presenteer geweer!

Inilah soewatoe tanda kahormatan jang amat besar, soenggoeh orang Ambon tiada nanti loepa itoe!

——————

Soenggoehpon Kompanji ampat soedah menang dan soedah oesir pada moesoeh, tetapi di blakang kali ija menjesal djoega, kerna apa tiada boeroe dan boenoeh sekalian orang Atjeh jang lari itoe.

Aken tetapi, dalam boelan Juli tahon itoe djoega, koetika jang bataljon tiga pergi mengepoeng benteng moesoeh di kota Toeankoe, Kompanji ampat soedah berdjandji dengan soempah hendak menang atau mati.

Kompanji ampat soedah pegang perdjandjian ini, dia orang soedah berprang dengan soenggoeh, sampei Koempeni soedah menang dan soedah ambil benteng Kota Toeankoe itoe.

Koetika soedah habis berprang pada hari 8 Mei tahon 1889, maka bangsa Edi brenti melawan, boleh di kata soedah senang, sebab di preksa koeliling, tiada kalihatan moesoeh di mana mana.

Maka poelanglah bataljon tiga ka-negri Kota Radja serta dengan segala bala tantara (*) jang soedah toeroet berprang di negri Edi.

——————

(*) Bala tantara = segala orang prang.


T A M A T.

Karya ini berada pada domain publik di Indonesia karena penciptanya telah meninggal dunia lebih dari 70 tahun yang lalu atau dipublikasikan pertama kali lebih dari 50 tahun yang lalu. Masa berlaku hak cipta atas karya ini telah berakhir. (Bab IX UU No. 28 Tahun 2014)

  1. (*) Bala tentara, artinja segala orang prang.
  2. (*) Lelah = tjapé.
  3. (*) Soenji = sepi.
  4. (*) Parit = lobang iang orang soedah gali.
  5. (**) Boengkem = tiada maoe kasi api.
  6. (*) Mendjawab = antwoorden.
  7. (**) Kaboelken = toestaan.
  8. (*)Maksoednja = bedoeling.