tepat. Misalnya, seorang patih jika menghadap raja, harus memberi
hormat dengan gerak sembah.
Renggep. Artinya, mampu mempergelarkan secara mantap terus-menerus (konsisten), sejak awal hingga akhir pergelaran.
Selain keharusan memiliki sepuluh macam kemampuan yang tersebut di atas, seorang dalang juga harus memenuhi kaidah-kaidah pedalangan. Antara lain, ialah :
- Tidak boleh merubah kerangka lakon (balunganing lampahan).
- Tidak boleh menyimpang dari jalan ceritera yang telah ditentukan dalam buku lakon (pakem).
- Tidak boleh bersikap sembrono dalam mengucapkan katakata, kalimat-kalimat yang dapat menyinggung perasaan para penonton atau sesuatu golongan masyarakat.
- Tidak boleh mempercepat pergelaran yang berakibat, pertunjukan telah berakhir sebelum waktunya (kebogelen).
- Tidak boleh mengulur-ulur pergelaran yang berakibat pertunjukan belum selesai meski hari telah menjelang fajar (karahinan).
- Dalang sudah harus berada di tempat, tepat pada waktu yang ditetapkan. Dan harus sudah memulai pergelaran pada waktu yang telah ditetapkan.
- Sikap duduk dalang, tak boleh berubah dari awal hingga akhir pertunjukan. Dan tidak boleh meninggalkan tempatnya hanya untuk hajat kecil.
- Dalang tak boleh terpancing oleh ejekan para penonton. Pula tak boleh mengurangi kesungguhannya jika para penonton hanya sedikit atau sebagian besar terdiri dari anak-anak.
Tradisi para dalang sebelum melaksanakan tugasnya, ialah mengucapkan mantra-mantra. Ada lima macam mantra yang secara tradisional diucapkan oleh seorang dalang. Mantra yang pertama, diucapkan di rumahnya pada saat ia akan berangkat ke tempat pertunjukan. Mantra itu merupakan perpaduan unsur-unsur non-Islam dengan unsur Islam. Bunyinya sebagai berikut :
"Om awignam astu sing lelembut pedhanyangan sira (disebut
28