Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/35

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tepat. Misalnya, seorang patih jika menghadap raja, harus memberi hormat dengan gerak sembah.

Renggep. Artinya, mampu mempergelarkan secara mantap terus-menerus (konsisten), sejak awal hingga akhir pergelaran.

Selain keharusan memiliki sepuluh macam kemampuan yang tersebut di atas, seorang dalang juga harus memenuhi kaidah-kaidah pedalangan. Antara lain, ialah :

  1. Tidak boleh merubah kerangka lakon (balunganing lampahan).
  2. Tidak boleh menyimpang dari jalan ceritera yang telah ditentukan dalam buku lakon (pakem).
  3. Tidak boleh bersikap sembrono dalam mengucapkan katakata, kalimat-kalimat yang dapat menyinggung perasaan para penonton atau sesuatu golongan masyarakat.
  4. Tidak boleh mempercepat pergelaran yang berakibat, pertunjukan telah berakhir sebelum waktunya (kebogelen).
  5. Tidak boleh mengulur-ulur pergelaran yang berakibat pertunjukan belum selesai meski hari telah menjelang fajar (karahinan).
  6. Dalang sudah harus berada di tempat, tepat pada waktu yang ditetapkan. Dan harus sudah memulai pergelaran pada waktu yang telah ditetapkan.
  7. Sikap duduk dalang, tak boleh berubah dari awal hingga akhir pertunjukan. Dan tidak boleh meninggalkan tempatnya hanya untuk hajat kecil.
  8. Dalang tak boleh terpancing oleh ejekan para penonton. Pula tak boleh mengurangi kesungguhannya jika para penonton hanya sedikit atau sebagian besar terdiri dari anak-anak.

 Tradisi para dalang sebelum melaksanakan tugasnya, ialah mengucapkan mantra-mantra. Ada lima macam mantra yang secara tradisional diucapkan oleh seorang dalang. Mantra yang pertama, diucapkan di rumahnya pada saat ia akan berangkat ke tempat pertunjukan. Mantra itu merupakan perpaduan unsur-unsur non-Islam dengan unsur Islam. Bunyinya sebagai berikut :

 "Om awignam astu sing lelembut pedhanyangan sira (disebut

28