Halaman:Wayang Cina - Jawa di Yogyakarta.pdf/34

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Regu. Artinya, berwibawa dan penuh kepercayaan pada diri selama melaksanakan pertunjukan.

Terampil. Artinya, mampu memanjangkan atau memendekkan ceritera tanpa menyimpang dari pokok lakon. Mahir dalam membawakan janturan, suluk, pocapan,kandha. Cekatan mempergunakan cempala ageng, cempala japitan. Dan bila memperagakan tingkah laku wayang dalam semtia adegan, senantiasa tepat serta enak ditonton.

Tutut. Artinya, jika menyajikan lakon selalu rapi urutan adegan-adegannya sehingga jalan ceritera dengan mudah dapat diikuti oleh penonton.

Antawecana. Artinya, pengucapan harus mempunyai wama suara yang cocok dengan sifat, perwatakan, masing-masing tokoh wayang, jika membawakan Janturan harus seirama dengan pathetan, sendhon, ada-ada.

Greget. Artinya, mahir menggambarkan kemarahan tokoh-tokoh wayang.

Nges. Artinya, mahir menggambarkan kesedihan tokoh-tokoh wayang.

Sem. Artinya, mahir menggambarkan percintaan tokoh-tokoh wayang.

Cucut. Artinya, mahir menggambarkan lelucon atau banyolan.

Unggah-ungguh. Artinya, penggunaan bahasa selalu memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Yaitu yang dalam istilah-istilah bahasa Jawa disebut : ngoko, krama madya, krama inggil. Untuk tokoh dewa-dewi, mempergunakan bahasa tersendiri dengan istilah-istilah khas. Seperti : ulun, kita, dan lain-lain. Untuk pocapan (dialog) raja dengan patih dalam adegan di bangsal kraton, dipergunakan istilah-istilah khas menurut pakem pedalangan Mataraman. Seperti : Pekenira, menira, penapi, dan lain-lain. Jika memperagakan wayang, memperlihatkan sikap laku masirig-masing tokoh dengan

27