Halaman:Wawacan Gandasari.pdf/91

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

78

Ka'bah guna mendekatkan diri kepada Tuhannya, atau mungkin kata sufah itu pun yang digunakan untuk nama surat ijazah bagi orang yang telah menunaikan ibadah haji. Mungkin pula dari perkataan safa yang artinya bersih dan suci, atau dari kata sophia dari istilah Yunani yang berarti hikmah atau filsafat, juga mungkin dari suffah sebagai nama suatu ruang dekat Mesjid Madinah tempat Nabi memberikan pengajaran-pengajarannya kepada para sahabatnya, seperti Abu Zar dan lain-lainnya, bahkan mungkin dari kata suf yang berarti bulu kambing yang biasa dijadikan bahah pakaian orang-orang Sufi yang berasal dari Syiria. Tetapi akhirnya, istilah sufi menjadi nama bagi golongan yang mementingkan kebersihan hidup batin, baik bagi orang-orangnya yang disebut Sufi, maupun bagi nama ilmunya yang dinamakan Tasawuf.

Orang Sufi dalam menentu kan sifat-sifat baik dan buruk berlainan dengan mereka yang melihat perbaikan akhlak manusia dari sudut kemajuan dunia. Tujuan sufi tentang pendidikan manusia terutama diarahkan dalam menanamkan rasa kebencian terhadap masalah keduniawian, yang dianggapnya sebagai suatu sumber kecelakaan dan kekacauan bagi kehidupan perdamaian umat manusia. Oleh karena itu, dalam mengerjakan akhlak perlu ditekankan untuk melepaskan diri dari keserakahan dunia. Lapar misalnya, bagi orang Sufi memiliki nilai yang tertinggi dalam pendidikan rohani, karena kekenyangan baginya mengakibatkan manusia melupakan Tuhan sehingga menimbulkan hasrat atau nafsu berlomba-lomba mencari kekayaan duniawi. Dalam pada itu, bagi mereka yang ingin maju di atas permukaan bumi beranggapan bahwa kekenyangan bukanlah sesuatu yang tercela, bahkan dapat menambah nafsu dan kegiatan bekerja untuk membangun usaha-usaha yang menghendaki tenaga pikiran dan badan manusia. Kemudian, perbedaan baik dan buruk tersebut melahirkan ajaran akhlak yang kadangkadang berbeda dengan anggapan kita. Sehubungan dengan masalah tersebut, Mubarak (1924) pernah mencatat beberapa buah pikiran Algazali tentang akhlak. Dalam hal ini, Algazali menamakan akhlak itu dengan bermacam-macam sebutan, di antaranya yaitu Thariqul Akhirah 'jalan ke akhirat'; Ilmu