Halaman:Wawacan Gandasari.pdf/112

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

99

Naskah lama sebagai obyek pertama filologi adalah benda peninggalan budaya yang menyimpan berbagai segi kehidupan bangsa pada masa lampau. Makin banyak karya filologi di Indonesia dapat membantu perkembangan masyarakat dan kebudayaan kita (Harsja W. Bachtiar, 1974: 41), yang harus dikembangkan ke arah kemajuan adab dan persatuan serta peningkatan derajat kemanusiaan bangsa Indonesia (UUD 1945, Bab XIII, Pasal 32: Penjelasan). Penelitian filologi merupakan salah satu tugas untuk menyelamatkan khazanah bangsa Indonesia pada umumnya. Unsur-unsur kesamaan dan keanekaragaman tradisi kesastraan dalam berbagai sastra lama Indonesia, baik tulisan maupun lisan merupakan warisan budaya yang sangat bernilai guna membangun kesatuan dan persatuan dalam kebhinekatunggalikaan bangsa (Sulastin Sutrisno, 1979: dalil VII). Sehubungan dengan itu, Prof. Dr. A. Teeuw menyarankan, bahwa sastra daerah tidak cukup kita teliti hanya dalam rangka kedaerahannya. Sastra se-Indonesia dari segi ilmiah harus kita teliti sebagai satu bidang penelitian, karena unsur-unsur kedaerahan saling berkaitan dan bergantungan. Cross conections, hubungan lintang lewat lintas bahasa dan suku dapat kita amati, baik dari segi sejarah maupun dari segi tipologi (Teeuw, 1982 : 13).

Tetapi tidak hanya dari segi pengaruh dan interaksi sejarah kesatuan se-lndonesia merupakan bidang penelitian yang utuh; juga dari segi tipologi kita lihat persamaan yang sangat menonjol; karena dari dahulu Rassers (1922) telah memperlihatkan identitas fundamental antara cerita panji dan cerita rakyat atau mitos di Sulawesi Utara dan bagian Indonesia lain, tak kurang menariknya persesuaian tipologi antara teks yang sering kali disebut bersifat sejarah. Tidak hanya antara babad di Sunda, Jawa, Bali, Sasak terdapat persamaan tipologi yang besar, yang tidak cukup diterangkan berdasarkan pengaruh sejarah saja, mengingat dalam lingkungan susastra Melayu ada teks yang sama pula yang disebut sejarah atau hikayat dan lain-lainnya, yang secara tipologi menunjukkan banyak persamaan. Tetapi teks lisan tertentu yang diteliti James Fox