Halaman:Warisan Seorang Pangeran 03.pdf/5

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

keliru, kamu memandang enteng sekali kepada kami! Memang kami mengarah uang emas itu, akan tetapi ada maksudnja mengapa kami bersatu. Tidak perduli siapa, asal dia memikir membantu pihak tentara siluman, maka kami pandang dia sebagai musuh ! Tegasnja kami tidak bekerdja untuk Yan Tjce Hoei, kami djuga tidak memusuhi Tjian Tjeng Loen pribadi, kami hanja bekerdja untuk rakjat djelata !”

Mendengar kata2 orang itu, Tiauw Lan jang pandai berpikir lantas sadja bisa membajangkan, pemuda dihadapannja ini orang matjam apa, Tentu sadja ia mendjadi masgul, Pihaknja hendak membantu Tjeng Loen, tidakkah dengan begitu, mereka djadi terlibat dalam satu arus, terseret kedalam pusar air ? Tidakkah urusan ini terlebih hebat daripada urusan Kwee Liok dahulu harj itu ?

Dengan terpaksa, Tiauw Lan lantas memberi pendjelasan mengapa Mauw San Tjit Yoe sampai turun gunung.

,,Terang sudah kami telah terpedaja Tjian Tjeng Loen”, katanja Piauwsoe itu menjembunjikan sesuatu kepada kami, karena kami mempertjajainja. Kami bersedia membantu kepadanja untuk meminta pulang piauw jang kena terampas itu, Kami sebenarnja tidak berniat atau memikir untuk menentang saudara2 pentjinta negara”.

Tiauw Lan bitjara dengan sabar dan djelas, tetapi tidak setjara merendahkan diri.

Tjeng Lip bersedia mendengarkan pendjelasan itu, tidak demikian dengan Tjong Hong. Belum Tiauw Lan bitjara habis; ia sudah mengutarakan tak sabarnja.

Mari setan tjilik, katanja kepada Tjouw Po. ,,Mari kita berangin ditepi sungai !”

Tjouw Po benar2 akal.

,,Akur !” sahutnja. ,,.Mari!’ Ia lompat turun dari medjannja, tetapi bukan bertindak keluar, ia hanja berlompat naik kepundak si kate-terokmok. itu, lalu keduanja, sembari tertawa geli ngelojor pergi............

,,Aku mangerti", berkata Tjeng Lip. ,,Perkara ini baiklah djangan dianggap terlalu sungguh"......”

Djie Ie djuga tidak sabar. Ia anggap, pertjuma untuk omong banjak, Perkara toh sudah mendjadi djelas,

‘,,Mari besok kita berengkat”’, katanja kepada kakaknja lebih dulu kita pergi ke Yam Shia, ke Tin Wan Piauw Kiok, guna susul Kok Toako. Mereka itu mesti diberi pendjelasan inj dan ditjegah,