Halaman:Warisan Seorang Pangeran 02.pdf/10

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

wa ia telah terlatih lweekang, ilmu dalam, jang sempurna. Sinar mata itu halus tetapi berpengaruh.

„Sungguh inilah kebetulan untukku !” pikir Tjeng Loen. Ia segera mendapat harapan. Katanja pula dalam hati ketjilnja. „Setelah menjaksikan ilmu kepandaian djago Siauw Lim Sie dan Boe Tong Pay, aku pun boleh minta Teng Yang adjak kakaknja ini pergi membantu aku......”

Keras Tjeng Loen berpikir, dan tahu² mereka telah tiba di Tiauw Sin Bio.

Kuilnja sendiri tidak besar, tetapi pekarangan muka luas dan kosong. Disana telah ditanami kira tigapuluh buah pohon besar dan tua.

Belum sampai dipintu, mereka sudah dipapak empat orang. Satu diantaranja adalah seorang tua kate-gemuk dengan kumis-djenggot ubanan dan wadjah bersinar merah, jang menandakan dialah seorang djiatsim.

Teng Yang madju mendahului, untuk membalas hormat serta lantas memperkenalkan kakaknja pada Tjeng Loen. Sebab orang tua itu adalah Tjin-kioe_siauw Lok Tjiauw, pemimpin kaum Rimba Persilatan untuk wilajah kepulauan Tjong Beng To.

Lok Tjiauw tua, tetapi matanja belum lamur. Begitu ia tampak Sim Goat Hoa, timbullah kekagumannja, hingga tidak berani ia bersikap terlalu merdeka sebagaimana biasanja ia riang-gembira menghadapi Teng Yang. Murid-nja pun kena tersedot pengaruh nona pertapa itu.

Setelah kedua pihak berbitjara, maka ternjatalah bahwa rombongan Tjioe Too Liong, toapangtauw dari Tjeng Pang dari Tjong Beng To sudah datang terlebih dahulu dan sudah menantikan di houw_tian, jaitu ruang belakang dari kuil. Malah, Lok Tjiauw memberitahukan, sebab Too Liong dengar Sim Siotjia datang bersama, sebagai satu tamu djauh, pihaknja sudah menjediakan djuga satu perdjamuan, untuk kedua pihak serta pihak djuru-pemisah. Habis bersantap, barulah akan diurus urusan mereka.

Teng Yang agak heran tetapi ia tidak menolak.

Baiklah, silahkan ! katanja, jang terus djalan mengikuti. Ia didepan, entjienja ditengah, dan Tjeng Loen paling belakang.

Hek-Sat-Sin Tjioe Too Liong mau pertontonkan temberangnja. Ia telah adjak beberapa puluh murid pilihannja, ia atur mereka berbaris dari muka pintu hingga dipendopo, Seragam dandanan murid²-

69