Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/65

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Tjeng Loen tidak mengerti maksud kata² „Touwtiong tjioe-ie” itu atau „Hudjan lama dikota radja”, akan tetapi ia insaf, pertjuma ia menanjakan terlebih djauh. Ia djuga tidak ada muka untuk bersikap terlalu menebal. Maka ia tjuma menghaturkan terima kasihnja ber-ulang², lalu setelah memberi hormat dengan mendjura dalam-dalam, ia tuntun kudanja berlalu dari rumah itu. Setibanja ditikungan, baru ia lompat naik atas kudanja untuk pulang ke Yamshia.

Waktu Siang Tjeng mengetahui tentang kegagalan piauwsoe ini, ia menjesalkan kesembronoan sipiauwsoe. Tapi ia sendiri tidak dapat berdaja, karena waktu tadi ia pergi mengundjungi Tjoe Sioetjay belum habis ia memberi keterangan, sioetjay itu sudah menolak dengan getas. Dia tak sudi mendjadi orang perantara untuk sipiauwsoe. Itulah bukti bahwa Ban-lie Twie Hong bukannja orang jang dapat sembarang diundang !

Hari itu Tjeng Loen berbitjara dengan piauwsoe² dari Tin Wan Piauw Kiok. Ia mohon keterangan perihal sarangnja Yan Tjoe Hoei, si Walet Terbang itu. Tidak ada piauwsoe jang bisa memberi keterangan djelas. Dugaan adalah sarang sinona itu mesti terletak di dekat atau sekitar telaga Sia Yang Ouw. Dan apa jang orang ketahui, ialah telinga Yan Tjoe Hoei sangat tadjam. Asal ada orang asing ditempat seratus tindak lebih didalam wilajahnja, dia tentu lantas dapat ketahui. Bahwa djika dikehendaki si Walet, tak usah orang pergi tjari dia, dia akan mentjari sendiri untuk menemui pengundjungnja. Pula tersiar omongan, si Walet mungkin punja tjabang atau markas lainnja didaerah Gie San atau Sek San diwilajah Kanglam. Djadi dia bukan bersarang di Kangpak sadja.

Kanglam adalah daerah Selatan Sungai Besar dan Kangpak daerah Utaranja. Jang rata orang dapat simpulkan, tidak sukar untuk piauwsoe dari Ban Seng Piauw Kiok ini mentjari sinona : Bukankah nona itu telah mendjandjikan pertemuan di Kangpak dalam tempo satu bulan ?

„Dia masih berusia muda, tetapi dia sudah kenamaan sekali......” pikir Tjeng Loen mengenai Yan Tjoe Hoei. Ini djuga anggapan banjak piauwsoe itu.

(BERSAMBUNG).

62