Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/42

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

hendak madju, tetapi Djin Tjoen lirik dia Jalu mengedipkan mata padanja.

„Untuk menjembelih ajam apa ‘perlu pakai golok kerbau?” berkata murid ini. ,,Soehoe, biarkan teetjoe jang madju!” Ia lantas menuding dengan pedangnja dan berkata : „Kau hendak tanja aku dapat mewakili sipemilik atau tidak ? Nah, kau tanjalah dulu dia ini!” Dia menundjuk pedangnja itu.

Penunggang kuda itu terbangun bulu alisnja. Ia buka mantelnja lalu lemparkannja, tetapi berbareng dengan itu ia memperdengarkan siulan njaring, Siulan ini mendapat sambutan dari empat pendjuru, dari mana lantas muntjul belasan orang : ada jang menunggang kuda, ada jang berdjalan kaki, semuanja berdandan ringkas dan membekal sendjata tadjam.

Tidak ketjewa Tjeng Loen mendjadi piauwsoe ulung. Suasana sangat mengantjam, tapi ia dapat berlaku tenang. Dengan sebat ia perintahkan semua serdadu dan kuli berkumpul membentuk satu. lingkaran dengan didalamnja sinona puteri tiehoe terkurung berikut semua petikulit dan barang lainnja. Dengan tjekal goloknja dan mengepal-ngepal bidji buah tohnja, ia berdiri diluar kurungan.

In Soeya silitjin dan litjik berdjongkok ditanah, mukanja putjat sekali.

Boe Djin Tjoen dan sipenunggang kuda sudah lantas bergebrak. Setelah beberapa djurus, mendadak begal itu menikam lengan kanan sipiauwsoe, Sebat serangannja itu.

Djin Tjoen berkelit setengah kaki, sambil perkelit, ia menangkis, dalam gerakan ,,harimau mendjaga pintu”.

„Bagus !” berseru silawan, jang terus hensulanei tikamannja, kali ini kedada, Ia geser kaki Rename untuk nwonagisiblect tikamannja itu.

Djin Tjoen berkelit kekanan, terus ia overuntes tubuh, pedangnja dipakai membabat kearah leher. Tapi lawan itu, sambil mendak, bisa menangkis, maka kedua pedang benterok satu dengan lain, keras dan njaring suranja. Menjusul itu, keduanja sama2 lompat memisahkan diri.

Djin Tjoen periksa pedangnja. Untuk kagetnja udjung pedang gompal.

Sipenunggang kuda, jang djuga memeriksa sendjatanja, agaknja pun terkedjut.

Kemudian keduanja saling mengawasi, untuk madju pula, Kali ini Djin Tjoen keluarkan ilmu pedang ,,Kieboen Sipsam-kian”, ka-

39