Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

lim suami-isteri ingin nikahkan ia, katanja sebagai kias, To Tiehoe mempunjai hanja satu puteri ini, jang ia sangat sajang, maka itu, ia kuatir untuk mengantar puterinja pergi menikah ke Kangpak. Orang tabu, sekarang ini keamanan ditengah djalan banjak terganggu. Karena itu, Tjongpiauwtauw, aku sudah lantas pudjikan Ban Seng Piauw Kiok, Aku bilang pisuwtauw gagah dan ternama, Dengan kau jang melindungi, tichoe tidak usah kuatirkan apa² lagi“. ,

Belum lagi tiehoe mengambil putusan, apamau ia telah dengar omongan iseng diluaran, katanja ada orang Rimba Hidjau jang mau tjari piauwtauw untuk mengadu kepandaian, maka berbahaja untuk pakai Ban Seng Piauw Kiok. Katanja lebih baik pakai lain piauwkiok sadja. Tiehoe mendjadi bersangsi karenanja. Atas itu, aku desak ia, sampai aku ngomong keras, Aku kata, tidak nanti Tjongpiauwtauw hendak membikin rusak dan mendjatuhkan nama baikmu. Aku bilang djuga, suka aku pergi sendiri mengundang piauwtauw. Hanja aku telah tegaskan, adalah soal lain apakah piauwtauw sudi menerima undangan ini atau tidak. Aku sendiri tidak dapat memaksa. Achirnja tiehoe mupakat. Demikian ia telah utus aku kemari. Sekarang aku mengharap djawaban dari piauwtauw“.

Bisa sekali soeya ini atur kata²nja. Ia mengangkat, ia djuga memantjing dan menasehati orang.

Boe Djin Tjcen, jang mendengarkan pembitjaraan itu, segera merasa pasti bahwa. orang ini sangat litjin, dan mungkin, orang mengandung maksud jang tidak baik, Kenapa gurunja dipudjikan ? Lalu kenapa gurunja diangkat terus dipantjing, dibikin panas hatinja ? Mungkin adalah djusta bahwa tiehoe hendak antar puterinja menikah. Oleh karena ini, beberapa kali ia lirik gurunja. Ia mengedipi mata, untuk minta guru itu berhati².

TAPI benar² Tjeng Loen aseran. Begitu dengar ada orang hendak mengudjinja, ia lantas keprak medja.

„Tidak kusangka masih ada sahabat baik jang demikian memandang mata kepadaku!“ katanja sengit. „In Soeya, tjukup dengan singkat sadja! Kau serahkan Nona To kepadaku! Kalau ada orang ganggu selembar sadja rambut nona itu, aku Tjian Tjeng. Loen, aku akan pertaruhkan selembar djiwaku! Nah, kapan kita berangkat ? Kau bilang!“

Djin Tjoe terperandjat.

„Soehoe“, ia menjela, „untuk menjembelih ajam tidak usah

27