Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/29

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

nja itu, Maka sajang sekali, bagus rentjananja itu, kenjataannja tidak demikian.

Pada suatu hari, datanglah urusan jang ia tidak harapkan, jang ia tidak menginginkannja, tetapi toh jang ia mesti terima......

Hari itu sehabis bersantap tengah hari Tjeng Loen berniat pergi keluar bersama. puterinja jang baru berumur sepuluh tahun, Memang biasanja ia suka pergi kewarung teh mendengarkan tjetjatur situkang tjeritera. Hanja, belum sampai ia tuntun puterinja itu, tiba² ia dengar suara kaki kuda diluar rumahnja, lalu murid kepalanja, jang bernama Boe Djin Tjoen, datang masuk bersama satu tetamu umur tigapuluh tahun kurang-lebih, jang mulutnja lantjip dan kulit pipinja tipis. Dari roman dan lagak-lagunja, ia mirip satu soeya, sekertaris dari suatu kantor pembesar negeri. Soeya itupun bertugas sebagai penaschat atau djuru-pemikir.

NAMPAK orang lantjang, tanpa menunggu sampai murid dan tetamunja memasuki ruang, hanja dari djendelanja, Tjeng Loen sudah menegur muridnja itu: „He, kenapa kau bawa tetamu kerumahku?“

Djin Tjoen tahu tabiat guru itu, ia persilakan tetamunja masuk terus, sikapnja sangat menghormat, Kepada gurunja, ia kata: „Soehoe, ini In Soeya dari Souwtjioe. Soeya bilang ia mempunjai urusan sangat penting, jang tak dapat tidak dibitjarakan dengan Soehoe sendiri, maka ia memaksa tee-tjoe aaah kepada soehoe.........“ Ia bitjara sambil tertawa.

In Soeya tidak tunggu sampai tuan rumahnja membuka mulut, ia sudah lantas memberi hormatnja dengan mendjura dalam serta kedua tangannja dirangkap rapat dan berulangkali ia mengutjapkan pudjiannja kepada tuan rumah itu.

Suatu piauwkiok harus bisa melajani tetamu, walaupun ia bertabiat keras. Tjeng Loen tahu itu, maka djusteru ia dengar orang adalah seorang soeya, terpaksa ia mengendalikan diri dan menjambut dengan hormat.

Soeya ini pandai berkata². Ia rupanja djuga fois dapat menerka tabiat orang, Habis minum tehnja, jang tjangkirnja segera ia turunkan, lantas ia mulai bitjara. Setjara langsung ia mengutarakan kedatangannja.

„Tiehoe kami, jaitu To Taydjin, mempunjai seorang puteri, jalah puteri jang nomor dua“, demikian katanja. „Nona ini sudah ditunangkan dengan Tio Kongtjoe, putera Tio Hanlim di Hay-an, Kangpak. Sekarang ini Tio Kongtjoe itu lagi sakit, tetapi Tio Han-

26