nja didarat. Begitulah kami mondar-mandir kira² lima kali angkut. Terachir Doughlin membawa dua kotak jang keseluruhannja dibungkus oleh sematjam timah teh. Dan kedua peti itulah jang tadi kulihat disimpan dikamartidur Doughlin. Aku pasti bahwa kedua kotak itu adalah tjandu, sematjam tjandu Turki dari kwalitas jang paling baik. Untuk membuktikan ini aku telah menusukkan udjung pisauku kedalam kotak itu". Berkata demikian Lynch memperlihatkan pisau itu jang diudjungnja djelas kelihatan ada sematjam zat menempel.
★
XXIII SESUDAH bertjeritera dengan begitu sadja Lynch menggeletak disamping rekannja dan tidur dengan lelapnja. Deane sendiri tidak habis² berpikir tentang nasib mereka. Dia tidak mengerti mengapa Doughlin masih belum mau membunuh mereka sadja. Mungkin satu-satunja alasan, karena Doughlin masih mau menunggu keterangan² lainnja dari kota.
Melalui tjelah² daunpintu berulangkali dia melihat keluar. Dan terachir, kira² djam lima petang dia melihat Majoor Cassel datang menudju rumah Doughlin.
„Bert, aku lihat Cassel kesini".
Tanpa diulang Lynch terduduk dan menatap mata Deane.
„Terus perhatikan, mau apa dia!" katanja. Deane mengangguk dan kembali melihat keluar.
Menurut Deane keadaan Majoor itu tampak lebih sakit lagi. Lagi pula dia tampak dalam keadaan ketjewa dan marah. Ini djelas dari kata²nja jang njaring, sehingga baik Lynch maupun Deane dapat mendengarnja.
„Doughlin, menurut Jason kau telah melakukan hal² jang luarbiasa, diantaranja mengenai dua orang jang dibawa Georgia itu. Mereka telah tuan tangkap. Benarkah itu?"
„Tapi Majoor, saja sendiri mau bertanja, mengapa orang² itu begitu menarik perhatian tuan?"
„Itu urusanku sendiri. Jang njata, tuan samasekali tidak berhak untuk menangkap orang dengan sembarangan".
„O, begitu Majoor? Baiklah saja katakan bahwa simpati tuan terhadap orang² itu samasekali meleset", sahut Doughlin de-
77