orang² jang mengelilinginja berbondong-bondong meninggalkan tempat itu. Lynch dan Deane sendiri mengikuti mereka dan langsung menudju tempat penginapannja dirumah Aguelo.
*
XVIII KEESOKAN harinja kembali Aguelo harus membangunkan kedua tamunja ijtu dari kelelapan tidurnja.
„Kapten Boughlin minta supaja kalian segera menemui dia”, sahutnja.
„sekarang?” tanja Lynch sambil mengemasi alat tidurnja.
„Ja”, angguk Aguelo, Tanpa diberi kesempatan mandi atau sarapan dulu kedua orang itu menudju rumah kapten Boughlin. Dan waktu mereka datang dilihatnja Kapten Boughlin sudah berada diserambi rumahnja dan asjik membatja koran. Dia atjuh tak atjuh sadja nampaknja, sekalipun Lynch dan Deane jakin bahwa orang itu telah melihat kedatangan mereka. Barulah beberapa saat kemudian dia meletakkan surat kabar jang dibatjanja dan menjilahkan kedua tamunja itun naik keserambi.
„Duduklah disitu”, katanja sambil menundjuk pada sebuah bangku dan tanpa mengutjapkan sesuatu merekapun duduklah.
„Bagaimana, masih adakah jang kalian harus tjeritakan?” tanja Kapten.
„Ja, tentang keadaan kami tentunja”, djawab Lynch tjepat. Kemudian bertjeritalah dia tentang sesuatu jang Deane sendiri baru mendengarnja. Tapi begitu simpangsiurnja tjerita itu sehingga Deane-pun merasa heran. Apa maksud, Lynch dengan bualannja itu. Dan ketika Lynch masih sadja terus mengotjeh seperti tak akan kundjung berachir itu, kapten Boughlin tjepat² menukas.
„sudah, tjukup, tjukup!” katanja dengan wadjah djengkel, kemudian beralih kepada Deane.
„Dan engkau, apakah Deane itu nama aslimu?” tanjanja.
„Ja”, sahut doctor Deane. „Dan pekerdjaan saja semula adalah guru sekolah, tapi sekarang saja nganggur, dan karena orang harus makan.........”
„Baik, tjukup sampai situ sadja”, tukas Boughlin tjepat,
62