Dan dalam perdjuangan sematjam ini sendjata apa sadja bisa kita gunakan. Mungkin kita tidak akan memerlukan tjara ini, tapi siapa taku".
Sambil memasukkan bungkusan jang berbahaja itu kedalam sakunja Lynch bernaung ketempat teduh dibawah sebatang pohon jang rindang.
Matahari sudah hampir terbenam. Dan Jason jang sedjak tadi mengawasi kedua sahabat itu dari djauh berteriak bahwa pekerdjaan mereka sudah selesai. Mereka mengangguk dan berdjalan mengikuti orang Negro itu menudju sebuah rumah jang bentuk dan besarnja hampir sama dengan rumah Majoor Cassel. Rumah ini terletak pada sebuah ketinggian dari pulau itu dan anehnja, baik dinding maupun atapnja sampai kegudang didekatnja, kesemuanja ditjat hidjau, sehingga kalau dilihat dari atas tentunja akan sukar sekali untuk membedakan rumah itu dengan semak² disekitarnja.
Bersamaan dengan naiknja Jason ketangga serambi, pintu rumah itu dibukakan orang. Kapten Doughlin jang bertubuh tinggi besar itu muntjul diambang pintu.
„Ada apa Jason?" tanjanja.
„Saja membawa orang² ini Kapten! Dan mereka baru sadja selesai dengan pekerdjaannja".
Pandangan Boughlin beralih pada Deane dan Lynch.
„Jason akan menundjukkan dimana kalian tinggal", katanja kemudian, Malam ini kalian tidur dirumah Aguelo dan aku minta supaja besok pagi kalian datang lagi kesini. Ada beberapa hal jang akan kubitjarakan dengan kalian".
Kedua orang itu tjuma bisa mengangguk kemudian berdjalan mengiringkan Jason menudju rumah jang ditundjukkan Kapten Boughlin. Dan sebagaimana rumah² lainnja jang pernah dilihat mereka dipulau itu, rumah itu ketjil sadja, beratapkan djerami dengan serambinja jang besar. Penghuninja bernama Jose Aguilo, seorang Argentina jang masih muda menjambut kedatangan mereka dengan atjuh tak atjuh. Begitu pula sesudah Jason menjatakan bahwa Deane dan Lynch akan bermalam disana. Menguap malas dia bangkit dari kursinja.
„Suruhlah mereka masuk", sahutnja setengah membentak.
59