dengar suara seorang laki².
„Aku djumpai mereka ditengah-tengah rawa. Agaknja mereka tersesat disana", djawab Georgia, sigadis itu.
„Lepaskan saputangan itu!" perintah orang itu lagi. Tanpa diulang lagi Lynch dan Deane melepaskan sapatangan jang menutup mata mereka. Dan waktu pengikat mata itu terlepas dihadapan mereka berdiri seorang jang bagi mereka sama sekali asing. Orang itu, mungkin jang disebut Georgia tadi Kapten Doughlin, berperawakan tinggi besar, berambut merah dan ditjukur pendek². Pakaiannja seragam putih bersih dengan sepatu laars tinggi jang mengkilat. Dia menatap kedua sahabat itu tanpa berkata, sedangkan kedua tangannja tetap pada dua buah revolver besar jang tergantung dikirikanan pinggangnja.
„Katakan, siapa kalian! Singkat² sadja, tapi tjukup djelas!" Lynch memandang orang itu sambil senjum.
„Kapten, pertjajalah pada kami bahwa kami tidak bermaksud buruk".
„Ja, bolehlah! Tapi bagaimana sampai kalian tersesat dirawa?"
„Surat² jang ada pada nona ini akan tjukup djadi bukti, siapa kami sebenarnja", djawab Lynch lagi tetap tenang. Dan tanpa diminta Georgia menjerahkan surat² jang diberikan Lynch tadi kepada Kapten Doughlin. Setelah dibatja, dia memasukkan surat² itu kedalam sakunja.
„Djadi kalian mau bersembunji disini? Begitu?"
„Ja", angguk Lynch. „Tapi tak akan lama² serta tidak pula akan menjusahkan kalian. Apa jang kami makan disini akan dibajar dengan tunai. Kalau perlu kamipun bersedia melakukan pekerdjaan² bagi kalian".
„Baiklah, kau tak perlu chawatir. Nona Georgia akan mendjamin bahwa kalian bisa mendapat makan disini. Dan aku sendiri tak akan menanjai kalian djauh², asal sadja kalian bisa menghargai sikap kami disini".
Sekali lagi Deane dan Lynch mengangguk sambil memperhatikan langkah Kapten Doughlin jang berandjak dari sana.
★
54