kajubakau, Deane tetap menunggu disana, sedangkan Lynch mengawas kalau² rombongan anakbuah Lenley jang didjandjikan itu datang disana. Dan kira² djam lima petang Queechie kembali dari tempat bekerdjanja.
Tepat disaat itu Lynch datang dengan terengah-engah.
„Robby, tjepat!" serunja gugup. Lekas, mereka sudah ada diwarung Kou!"
Seperti tidak menghiraukan Queechie jang menganga keheranan Lynch mendjangkau sebilah galah pandjang, lantas melompat kedalam lumpur dan langsung menerobos rawa² jang rapat ditumbuhi pohonbakau itu. Doctor Deane jang tampak gugup pula segera mengikuti dia dibelakangnja.
Seolah-olah benar² ketakutan mereka berajun dari pohon kepohon, sehingga achirnja berada ditempat jang tidak mungkin dilihat dari luar. Sambil melepaskan lelah mereka duduk pada dahan² bakau jang besar.
„Robby, kalau kau djatuh kebawah sana djanganlah mengharapkan bisa selamat sekalipun kau seorang perenang ulung. Airnja sendiri kukira tidak akan lebih dari setengah meter, tapi dibawahnja adalah lumpur pasir jang aku sendiri tidak tahu sampai dimana dalamnja".
„Kalau begitu mengapa kau lari disini?" tanja Deane.
„Ah, kau masih sadja bertanja-tanja Robby! Dengan nekad bersembunji ditempat berbahaja inilah Queechie dan kawan-kawannja akan pasti bahwa kita benar² pendjahat buruan polisi".
Deane tjuma mengangguk dan memandangi air jang gerada dibawah kakinja. Dan setelah kira² selengah djam berlalu Lynch beringsut dari tempatnja.
„Robby, kita kembali".
„Sekarang?"
„Ja, sebentar lagi hari akan gelap dan kita tak mungkin bisa tahu djalan mana jang harus ditempuh. Tentunja anak buah Lenley sudah pergi".
★
46