pantai. „Robby", sahut Lynch ter_engah². „Tak pertjuma kawat batere itu kulepaskan. Tanpa itu tidak mungkin dia bisa lari. Tetunja dia masih sadja men-tjari2 dimana kawat itu kuletakkan, dan selama itu bagi kita tjukup waktu untuk melumpuhkannja!"
Waktu mereka berada kira² tigapuluh meter lagi dari kapal itu, mengertilah Deane mengapa Lynch meletakkan lampu kapal itu tinggi diburitan. Sutter jang pada saat itu sedang berusaha menghidupkan mesin kapal dapat diterangi dengan djelas.
Lynch tertegun sebentar, tangan kanannja terangkat keatas dan achirnja......... menggemalah sebuah letusan dimalam itu, disusul oleh suara Inspektur Kepala Sutter jang memekik, kemudian menggelepar diatas kapal.
„Terhadap bangsat seperti dia tak perlu main ampun lagi!" kata Lynch sambil memasukkan pistol jang masih mengepulkan asap itu kedalam sarungnja.
„Tapi Bert, kalau dia mati..... !"
„Kubidik dia tepat dibelikat kirinja, djadi tidak begitu membahajakan hidupnja. Dia masih ada kesempatan untuk mempertanggung.djawabkan segala dosanja".
XXXVIII „ROBBY, sudah adakah keterangan mengenai sehelai bulu burung jang kita ketemukan dekat majat Graham dulu?" tanja Lynch sementara mereka berdjalan menudju perahu.
„Belum".
„Kalau begitu baiklah kutjeritakan. Dulu burung itu warna aslinja memang sudah merah, djadi bukanlah karena darah Graham. Dan bulu burung sematjam itu pernah dua kali kulihat selama kita di Trinidad ini".
„Ha! Kalau begitu.........?"
„Presis. Sutterlah jang membunuh rekan kita itu". Berkata demikian Lynch naik keatas perahu dan mengambil lampu jang diletakkan diburitan lalu membawanja ketempat Sutter jang dalam keadaan pingsan. Tjuma nafasnja jang menanda.
140