sadja!?"
„O, kukira memang demikianlah jang kau kehendaki!"
„Tutup mulutmu!" bentak Lynch lagi. „Kau djuga mentertawakan aku ja?! Tjepat kembali kemobil!" Dia melompat keluar dari semak² itu dan kembali tertegun.
„Aku tak mengira dia akan menipu kita. Tadinja aku pantjing dia kesini, dimana menurut perhitungannja disinilah tempat Meah diringkus. Sengadja aku berbuat seolah-olah kita merentjanakan pembunuhan terhadap Meah, Tapi apakah jang akan dilakukan manusia itu disini? Membunuh kita? Tak mungkin. Dan betul² aku tak mengira kalau dia telah menggunakan otaknja dengan baik. Ataukah untuk keperluan lain barangkali? Jang aku pasti dia tentu sering berkundjung ke Teachtown. Aku sendiri jang memperingatkan dia tentang bahaja jang mengantjamnja. Ja, akulah jang membikin seluruh persoalan mendjadi sederhana baginja. Djadi........., tiada lain jang harus dia lakukan sekarang ketjuali menjingkirkan Cassel!"
Bagi Deane sedikitpun tidak masuk diotaknja apa jang dimaksud Lynch dengan semua gerutunja itu. Sebab itu dia tjuma bisa bertanja:
„Menjingkirkan Cassel?" tanjanja.
„Ja, atau lebih tegas lagi membunuhnja! Ajo Robby, tak mungkin kita tunggu lagi!"
„Dan orang jang masuk dirawa tadi, kenalkah kau padanja?"
„Kukira begitu. Tapi baiklah hal itu djangan kita bitjarakan dulu! Toch orangnja sudah terbang!"
Tergesa-gesa mereka berdjalan kemobil Meah jang mereka bawa tadi. Tapi sekali lagi Lynch diketjewakan dengan sangat waktu mengetahui bahwa orang jang masuk rawa tadi masih sempat pula membotjorkan tangki bensin mobil itu.
„Dia betul² bangsat!" gumam Lynch dengan geram. Kemudian seperti tanpa pikir lagi berlari-lari menudju arah kota. Deane turut pula membuntuti dibelakangnja dan barulah berhenti setelah melihat Lynch berhent; pula dimuka sebuah rumahminum itu tampak sebuah Ford tua tengah diparkir. Dengan suatu isjarat dari Lynch, mengertilah Deane apa jang dilakukan rekannja itu. Tjuma beberapa detik kemudian me-
117