— 1527 —
jang soeda tertawan dapet di toeloeng kombali.
Tiba-tiba orang lagi bermoefaketan dalem itoe oeroesan, Poet Hoa Sinsiang dan Ang Kokkioe dengen menangis masoek ka dalem pasanggrahan, di mana itoe doea pembesar lantas berloetoet dihadepan Pak An Ong.
„Taij Ong," kata itoe doea orang, sekarang hamba ada trima kesala'an besar, jang sekali poen di hoekoem mati, tiadalah nanti mendjadi penasaran. Taij Tjoe soeda kena di tangkep oleh moesoe, itoelah ada lantaran ia sendiri poenja perboeatan jang sanget geroeboekan; brapa kali kita orang soeda įnjataken pikiran dan tjega ia poenja perboeatan perboeatan jang sembrono, tapi itoe semoea tiada ia maoe mengarti, hingga achir-achirnja telah dapet ini katjilaka'an."
Pak An Ong mengela napas, ia prenta itoe doea orang bangoen dan di soeroe doedoek.
"Sekarang perkara soeda djadi begini, soeker sekali kita bisa berboeat," kata Pak An Ong, tjoba Sinsiang dan Kokkioe kasi pikiran begimana jang mendjadi baeknja?"
Ini waktoe segala perkara soeda mendjadi kasep!" saoet Poet Hoa.
"Kenapa?" menanja Pak An Ong dengen kaget. Kenapa Sinsiang, boleh kata begitoe?"
— ,,Sebab dalem tempo tiga hari kita bisa berboeat apa-apa aken menoeloeng pada itoe orang-orang jang tertawan."