Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/15

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 574 —

ia poenja idoeng jang bangil seperti diraoet; ia poenja senjoem manis, jang senantiasa ada hiasken bibirnja jang mera seperti boenga delima; ia poenja leher jang djoengdjang, ia poenja potongan badan jang sedeng; ia poenja swara jang merdoe; pendeknja ia poenja segala roepa-jang tida tertjela-apa itoe semoea tiada menarik hati? Nabi jang manakah kaloe meliat bidadari jang begitoe moelia tida djadi tergioer? Tapi toch dengen macenja Kotioh, pada oemoer sataon, ia soeda diperdjodoken sama laen orang! Ha! soenggoe sajang sekali...."

Hok Tjoen toetoep bitjaranja dengen mengela napas dan menoemboek pada djidat sendiri, saolah-olah djahanam itoe soeda poetoes boedi daja boeat roba itoe perkara. Dengen pelahan Lo Keng hampirken itoe madjikan moeda jang sedeng birahi, laloe tepok blakangnja sembari menegor lagi:

„Kau karangsokan apatah, Siangkong, maka ditanja beroelang-oelang kau tida menjaoet?"

Ini tegoran jang dioetjapken boeat katiga kali telah beroentoeng dapet sedarken pikirannja itoe lelaki kedji, maka sigra djoega ia menjaoet dengen menjengir:

„Apatah lagi kaloe boekan karangsokan si