Halaman:Tjerita-tjerita dari negeri Atjeh.pdf/42

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 38 —

Samantara itoe, datang Toekoe-Talang dan panglima 25 moekim dan panglima 26 moekim. Jang pertama ini terima soerat-soeratnja si Mas Soemo Widikdjo.

Lama-lama, banjak sekali orang Atjee bekoempoel satoe, dan pesoeroehannja kita ini, di kepoeng. Ada jang soeda maoe boenoh orang-orang ini; kiri kanan orang-orang ini di pegang, di tolak, di djorok, dan si Mas Soemo sampej di rampas tempat sirihnja. Tjoba pada waktoe itoe tida datang satoe hadji, tentoe pesoeroehan kita ini soedah di boenoh di sitoe djoega. Hadji ini kata pada orang-orang Atjee, jang pesoeroehan-pesoeroehan selamanja tida boleh di ganggoe, dan lagi selamanja bagitoe bijasanja Soeltan-Soeltan Atjee.

Orang-orang Atjee djadi bagitoe, tahoe hadat-hadatnja. Kaloe bagitoe, djadi mangkin besar salahnja.

Bermoela orang-orang itoe tida bagitoe di ganggoe; tetapi makanannja terlaloe sekali. Ada bagitoe, soedah di toetoep lebeh dari ampat belas hari, di kasih kabar, nanti dija di boenoh besoknja. Lantas di ikat dan di djaga betoel.

Sorej, djam poekoel anam, dija orang di tinggali, lantas si Mas Kerto Soediro tjoba gigit talinja, sampej poetoes. Lantas jang doewa di boeka djoega talinja.