Halaman:Tjerita-tjerita dari negeri Atjeh.pdf/41

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 37 —

Dan lagi, sebab dija selam djoega, dan koelitnja itam, kiranja toewan djendral orang Atjee barangkali tida bagitoe bentji seperti pada orang blanda.

Pada hari 22 boelan December, djadi tiga hari di moekanja tjerita ini, si Mas Soemo Widikdjo pegi ka moesoh. Jang anter pada dija, ada saorang melajoe, namanja Ma-Asrah, dan lagi orang djawa, namanja Mas Kerto Soediro, Soeroe Melangi dan raden Toegoh.

Ada satoe orang dari kampong Penajong, jang oendjoeki djalan sampej di benteng-bentengnja moesoh.

Kasian sekali si Mas Soemo ini. Dija itoe di boenoh moesoh, sesoedahnja dahoeloe di bikin sakit sekali badannja. Bagitoe kelakoeannja orang Atjee. Pesoeroehan itoe, maski orang moesoh, boekan tida boleh di ganggoe, apa lagi di boenoh?

Segala roepa, jang di bikin oleh Mas Soemo Widikdjo, di tjerita oleh teman-temannja, jang soedah mengikoet sama dija.

Teman-temannja ini oentoeng sekali tida di boenoh orang Atjee, boleh lari.

Tempo si Mas Soemo Widikdjo itoe, sampej benteng-bentengnja moesoh, lantas dija di tahan orang Atjee. Sesoedahnja di kasih ketrangan, si Mas Soemo minta dija di bawa di moekanja Soeltan.