Halaman:Tata Bahasa Minangkabau.pdf/48

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

30

Konsonan nasal palatal /n/ terjadi karena depan lidah naik dan menempel pada langit-langit sehingga menahan udara di paru-paru. Kemudian, udara tertahan itu dikeluarkan melalui rongga hidung sehingga terjadi persengauan, seperti pada kata /ñato/ 'nyata' dan /puño/ 'punya'.

Konsonan nasal velar /ɳ/ terjadi karena belakang lidah naik menempel pada langit-langit lunak dan kemudian udara dilepas melalui hidung, seperti pada kata /ɳilu/ 'ngilu' dan /mana/ 'mengapa'

Konsonan getar alveolar /l/ adalah konsonan bersuara yang dibentuk dengan ujung lidah naik dan menempel pada gusi, kemudian menghembuskan udara sehingga lidah tersebut secara berulang-ulang menempel pada gusi dan lepas dari gusi, seperti pada kata/rancaq/ 'bagus' dan /sarawa/ 'celana'.

Konsonan leteral alveolar /n/ adalah konsonan bersuara yang dibentuk dengan menaikkan daun lidah dan menempelkannya pada gusi dan mengeluarkan udara melewati samping lidah, seperti pada kata /lapeh/ 'lepas' dan /kalam/ 'gelap'.

Semivokal bilabial /w/ bersuara dan dilafalkan dengan mendekatkan kedua bibir tanpa menghalangi udara yang menghembus dari paru-paru, seperti pada kata /waan/ 'kamu' dan kaweq/ 'kawat'.

Semivokal palatal /y/, bersuara dan dibentuk dengan mendekatkan depan lidah pada langit-langit keras, tetapi tidak sampai menghambat udara yang keluar dari paru-paru, seperti pada kata /yakin/ 'yakin' dan /kayo/ 'kaya'.

3.1.1.2.2 Distribusi Konsonan

Dalam bahasa Minangkabau, konsonan yang dapat menduduki posisi akhir terbatas pada beberapa fonem saja, yakni /p/, /b/, /d/, /q/, /r/, /m/, /n/, /s/, /n/, dan /l/. Contoh-contoh berikut memperlihatkan dengan jelas kemungkinan posisi yang diduduki oleh setiap konsonan bahasa Minangkabau.

  1. Konsonan /p/ dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir, seperti pada contoh :
    /padusi/ padusi 'perempuan'; /kapa/ kapa 'kapal'; /siap/ siap 'siap'