Halaman:Taman Siswa.pdf/72

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

terdengar sifat jang halus berhati-hati dalam suaranja dan dengan tiba² tampak kepada saja, bagaimana tulennja utjapannja dalam bahasa Belanda. Memakai sarong tidak pernah saja lihat dia, selalu memakai tjelana pendek sportif dari khaki dengan kaki telandjang dalam sepatunja. Malam itu kami telah segera terlibat dalam pertjakapan jang menarik hati, dimana mentjatat peristiwa² sedjarah sekolahnja hanjalah merupakan formalitet ketjil. Djuga tentang hari kemudian sekolah itu saja tanjakan dan ia tidak menjembunjikan, bahwa ia takut djumlah guru² akan berkurang dengan tjepat, apabila setelah penjerahan kedaulatan, mahasiswa² republik dengan sungguh² akan beladjar kembali untuk sedapat mungkin mengedjar ketinggalannja. Djuga pada umumnja ia menganggap soal guru, menilik pentingnja tugas pengadjaran dalam Indonesia merdeka, adalah salah satu soal jang paling penting. Sebab itu menurut pendapatnja ia setudju, bahwa disegala sekolah² menengah diberikan djuga sedikit peladjaran ilmu djiwa, ilmu mendidik dan didaktik untuk membuat mungkin mendjalankan bagi semua mahasiswa kewadjiban bekerdja pada pengadjaran setahun lamanja. Untuk gadji jang lebih baik, seperti waktu itu disokong oleh beberapa suratkabar, ia tidak dapat memperlihatkan sympati jang besar, Djustru karena gadji guru² Taman Siswa dibawah gadji guru² Pemerintah, dapat terdjamin, bahwa hanja mereka jang mempunjai panggilan djiwa untuk itu datang memasuki Taman Siswa sebagai guru.

— Tidakkah tuan mengharapkan, bahwa dikemudian hari djuga sekolah² Taman Siswa akan termasuk bilangan sekolah² jang mendapat subsidi dari Pemerintah?

— Saja tidak tahu. Barangkali ada selalu kebutuhan akan sekolah² pertjobaan jang sungguh² bebas.

— Pertjajakah tuan, bahwa sekolah² Taman Siswa dikemudian hari djuga akan berusaha untuk memadjukan „bekerdja sendiri” dikalangan murid² dengan metodik baru dalam djurusan jang lebih individuil?

— Tidak, saja tidak pertjaja. Untuk melakukan itu kami kekurangan alat² peladjaran dan pengadjaran kami untuk sementara harus terlalu banjak ditudjukan untuk orang banjak (massa). Penjelenggaraan jang diperatur seperti di Barat belum dapat kami tjapai sama sekali. Demikianlah misalnja buku² rapport bagi kami masih tetap sesuatu jang tak baik, tetapi jang tidak dapat kami elakkan, (saja sendiri ingin menjampingkannja), tetapi bagaimanakah kita dengan tjara lain dapat mengingat prestasi² beberapa ratus orang murid bersama-sama? Walaupun begitu, ada terdapat disekolah-sekolah kami suasana kebebasan dan kesatuan antara murid dan guru, jang pada sekolah² resmi, djuga sekolah² Republik, tidak dapat ditjapai, karena guru² disana terlalu menganggap dirinja pegawai. Pada kami ada sematjam suasana pertjaja-mempertjajai antara murid dan gurunja jang kadang² djauh lebih besar dari kepertjajaan kepada orang tua. Disini ada anak² jang datang kepada kami dengan soal jang tidak berani mereka membitjarakannja dengan orang lain. Dan kami berusaha, supaja mereka sendiri sedapat mungkin mengambil keputusan. Pendidikan watak itulah jang paling perlu bagi kami. Djuga selama peladjaran, murid² mendapat kebebasan penuh dan untuk mendjalankan ini dengan baik, kami malahan menjuruh mereka bekerdja bebas sama sekali satu hari dalam satu bulan: „hari usaha merdeka” itu ditetapkan sekarang pada tanggal tudjuhbelas tiap² bulan. Tentu sadja kami ingin, supaja tiap² anak seboleh-bolehnja dapat mengem-

63