Halaman:Taman Siswa.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

6

Zat² makanan:
Asia jang sedang bangun.

Kedua faktor jang diperlukan untuk tumbuhnja gerakan Taman Siswa, jakni murid dan guru, adalah memuaskan dari semula. Berdirinja sekolah pertama adalah tepat pada waktu keinginan dari orang² Indonesia bertambah besar untuk meninggikan deradjatnja dalam masjarakat dengan perantaraan pengadjaran. Untuk tudjuan kemasjarakatan inilah diperlukan penguasaan bahasa Belanda jang baik dan demikianlah terdapat dimana-mana permintaan akan pengadjaran barat. Untuk menampung permintaan ini pengadjaran gubernemen lalai dalam kewadjibannja dan demikianlah waktu itu mendjadi masa emas misalnja bagi guru² pensiunan untuk mendirikan sekolah² partikulir bagi anak² Djawa dari golongan pertengahan jang tidak dapat memperlihatkan haknja untuk masuk kesekolah Belanda, sekolah mana hanja dapat dimasuki oleh anak² jang ajahnja sedikit-dikitnja seorang djaksa. Djuga perkumpulan² jang bertudjuan mempertinggi deradjat ketjerdasan orang² Indonesia, sebagai Budi Utomo dan Mohammadjjah, mendirikan sekolah² dimana sekurang-kurangnja diberikan program H.I.S. dan kadang² pengadjaran jang masih lebih kebelandaan lagi. Dengan memenuhi sjarat² jang telah ditentukan dan dengan menerima pengawasan pemerintah sering sekolah² ini mungkin mendapat bantuan uang dari pemerintah.

Jang penghabisan ini belum pernah dikehendaki Taman Siswa, tetapi kemungkinan untuk menarik tjukup murid², walaupun sekali² perlu berkundjung kerumah untuk mejakinkan orang² tua, diperolehnja djuga dengan mengambil, dalam hal program ketjerdasan, H.I.S. dan Mulo sebagai pedoman. Dalam tahun 1924 djuga telah didirikan sebuah Mulo Taman Siswa. Dengan pedoman ini murid² dapat meneruskan peladjarannja ke A,M.S. setelah membuat udjian masuk, atau mereka dapat turut menempuh udjian Mulo Negeri. Dewantoro merantjang djuga garis petundjuk untuk sekolah schakel, djadi sekolah bahasa Belanda. Djika di H.I.S. pengadjaran dimulai dalam bahasa ibu, di kelas² pertengahan disampingnja diadjarkan bahasa Belanda, jang mendjadi bahasa pengantar dikelas-kelas jang tertinggi (mengadjarkan terlalu lekas sesuatu bahasa asing ternjata mempunjai pengaruh jang tidak baik atas pertumbuhan watak dan ketjerdasan murid²), demikianlah dalam rentjana peladjaran Taman Siswa untuk kedua kelas jang pertama diambil bahasa Djawa sebagai bahasa pengantar, sedang dari bahasa Belanda diadjarkan bentuk² utjapan jang paling perlu, dan dari mulai kelas tiga diadakan pemetjahan dalam mata² peladjaran Belanda”, jang memakai bahasa Belanda, dan „mata² peladjaran Djawa” (misalnja sedjarah), jang memakai bahasa Djawa sebagai bahasa pengantar, dengan tjatatan, bahwa pemakaian tjampur-baur bahasa Belanda dan Djawa harus ditolak dengan keras.

Djika dalam hal murid² waktunja belum datang untuk menggunakan alasan idealistis dan nasionalistis (sebenarnja waktu itu baru datang setelah perang jang penghabisan, ketika dengan tiba² permintaan² untuk masuk sekolah banjak

27