Halaman:Taman Siswa.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

4

Penebas kebun berpagar itu:
Ki Hadjar Dewantoro.

Taman Siswa adalah tjiptaan Ki Hadjar Dewantoro sendiri dan menurut pendapat saja, tjiptaan dan pentjipta disini adalah demikian rapatnja, sehingga sifat² tjiptaan itu sesuai benar dengan watak arsiteknja. Setelah saja, terdorong oleh perhatian, beberapa waktu mendalami teori dan praktek aliran pengadjaran nasional Indonesia ini, saja mengharap-harap suatu kesempatan untuk berkenalan dengan bapak pendirinja. Perkenalan itu terdjadi dilapangan Kemajoran, ketika saja dengan dia kebetulan menunggu-nunggu pesawat terbang ke Djokja. Ia bergaul dengan anggota² parlemen jang sedang reces pulang kerumah, sebab ah ja, bukankah saja tahu, iapun adalah anggota parlemen. Jang membuat guru² Taman Siswa takut dengan diam², bahwa karena itu Taman Siswa mungkin dianggap sependirian politik dengan pentjiptanja, walaupun ia djuga mendapat kursi parlemen sebagai seorang jang tidak berpartai.

Pertemuan pertama mungkin mendjadi kegembiraan atau keketjewaan. Sekali ini pasti kegembiraan: seorang jang perawakannja ketjil, kurus, mukanja seperti perkamen berkerut, jang kerapkali berkilat-kilat dengan matanja jang bernjala-njala dibelakang katjamatanja, gigi² jang besar seperti pagar jang tak teratur, bibir jang seakan-akan dengan sendirinja lari untuk itu dalam tertawa manis. Karena itu ia mengatasi sendirian dengan mudah pertentangan antara optimismus jang berlebih-lebihan dan ketjemasan jang ditahan-tahan, jang sering menghiasi muka² anggota parlemen jang tua dan muda itu, teman²nja bergaul, sedang ia dengan riang mendjawab lawak² jang ditimbulkan kedatangannja, dan dengan tepat ia menjembunjikan kepalanja dalam buaian anak, jang kebetulan ada disana, hendak turut naik mesinterbang.

Ketika saja diperkenalkan kepadanja, bahasa saja membuatnja gugup sebentar, tetapi karena saja belum berapa lama tinggal disini, ia bersedia menjapa saja dengan bahasa Belanda dan perhatian saja jang tidak disangka-sangka itu kepada masa ia beladjar dinegeri Belanda membuatnja tertjengang. Tentang asal mulanja, pamflet itu, ia berkata dengan terus terang kepada saja: „Tuan lihat, saja waktu itu masih seorang anak jang berumur 23 tahun dan bahwa pamflet itu kemudiannja mendjadi demikian terkenal, saja sebenarnja agak malu.”

Saja tidak bertanja lebih landjut, tetapi saja merasa bahwa malunja itu tidaklah disebabkan oleh pamflet itu semata-mata, tetapi sifat² pribadinja, jang seakan-akan merasa malu, bahwa ia oleh karena posisinja dalam sedjarah, termasuk putera jang paling besar dari tanah airnja.
— Dan dinegeri Belanda, masih turutkah tuan mengalami kedatangan Pengadjaran Montessori? Sekolah pertama bukankah didirikan dalam tahun 1914 di Den Haag?

— Ja tentu, saja sendiri turut menjelenggarakannja. Jaitu di de Ruyterstraat, ada barangkali setahun saja disana. Djuga pada Ligthart di .... apakah nama straat itu?