Lompat ke isi

Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/73

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

mengenai tindakan apa yang perlu diperhatikan sesudah Belanda berhasil melakukan pendudukan atas daerah Muara Tembesi.

Pada mulanya fihak Belanda menganggap bahwa pengaruh didirikannya pos-pos militer itu baik, kontak-kontak dengan kepala-kepala dan penduduk makin luas. Belanda menduga bahwa Sultan Thaha Syaifuddin dan Pangeran Diponegoro sengaja menghindarkan bentrokan dengan pasukan Belanda. Sultan Thaha Syaifuddin dan Diponegero meninggalkan tempatnya di tepi sungai Batanghari menuju ke Tahir Tengah, tetapi semua kepala dan keluarga dekatnya tetap tinggal di tempat.

Karena situasi keamanan pada waktu itu dianggap baik, maka pada bulan Mei 1901 Residen dan Dr. Snouck Hurgroje mengadakan perjalanan tanpa pengawalan dan tanpa disertai seorang pun kepala (tokoh mayarakat) yang berpengaruh. Residen dan Dr. Snouck Hurgronje berlayar sampai di Muara Sungai Tebo. Di tempat ini residen memanggil kepala-kepala yang diperlukan untuk berunding. Sesudah itu rombongan residen melanjutkan pelayarannya tanpa mendapat gangguan dari pasukan Sultan Thaha. Sungai Tembesi mereka layari sampai di Padang Panjang. Baru di tempat ini residen mendapat informasi bahwa penduduk akan menghalang-halangi apabila perjalanan residen diteruskan. Akibatnya rombongan residen tidak meneruskan pelayarannya, tetapi residen memerintahkan untuk segera menyelidiki keadaan di sana.

Kesimpulan dari penyelidikan itu menyebutkan bahwa Sultan Thaha Sayifuddin yang sesungguhnya memerintah di daerah huluan dan hanya Pangeran Diponegoro yang dikatakannya berani menyatakan pendirian atau pendapatnya kepada Sultan Thaha. Pengaruh Sultan Thaha di Muara Tembesi dinyatakannya hanya sampai di Ladang Panjang. Lebih mudik dari Ladang Panjang meskipun kepala-kepala mengakui kekuasaan Jambi, tetapi sikap mereka lebih bebas. Juga Pangeran Tumenggung dari Merangin, Ptspo Ali bersikap demikian, meskipun sikapnya terhadap pemerintah Belanda tidak mereka ketahui.

Besarnya pengaruh Sultan Thaha Syaifuddin nampak pada sikap kepala-kepala terhadap para ambtenar pemerintah. Kepala rakyat itu apabila dipanggil ambtenar Belanda datang, tetapi mereka tidak bersikap terbuka, tidak dapat memberikan kata putus, tidak banyak bicara, dan apa saja yang ditanyakan ke-

68