<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Karena untung takdir Allah, mendapat langganan dua tiga, membeli tepung bergoni-goni, membeli gula berpikul-pikul, ditambah kawan bekerja, bertambah roti enak dan sangat lembut, banyak langganan Cino Belanda, serta orang berpangkat-pangkat.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Harga mahal dari Medan, gula dan tepung terbeli murah,keutungan berlipat-lipat, ditambah tukang lima orang,roti bertambah banyak keluar, begitu juga limunade,laku seratus dua ratus,botol limun dari Jawa.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Nasib sedang naik, dapat rumah nan baik, dibangun tunggku nan besar, tungku roti pemasak roti, sudah berkarung-karung roti habis, siang malam orang bekerja, orang bekerja bertambah banyak.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Dapat tukang nan pandai-pandai, tukang memasak roti ada dua, ada berdua orang Solo, seorang bernama Martojoya, seorang lagi Wibisono, mereka sangat pandai membuat roti, gajinya besar dibayar, tokebesar Sari Alam,begitu juga Malin Saidi, ia memiliki toko dua pintu.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kalau dilihat keduanya, berubah roman dari dahulu, badan putih gendut, dagunya dua dipandangi, nan lebih Sari Alam, kita gendut putih pula, tidak kelihatan orang Minang,orang menyangka Cina peranakan, Bahasa Bugis hampir pandai, nan mahir benar Malin Saidi, kalau berbicara dengan orang Bugis, hilang bangsatidak beruang, tinggi derajat keduanya.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kalau tuan datang ke situ,kalau bertanya Sari Alam, atau menanyakan Malin Saidi, seorang pun tidak kenal, seorang bernama tuan Said,nan seorang lagi tuan Alam, itu nan nan disebut orang, semua orang tahu dengan kita.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Dua tahun di Banjarmasin, keduanya mendapat rezeki, teringat maksud hendak pulang, ke kampung Minangkabau, negeri lama ditinggalkan, dapat mufakat dengan Malin Saidi, bergantian pulang ke kampung.
77