Mendengar kata demikian, menjawab mandeh Saidi, "Tentang hal mimpi, hanya bunga tidur, tidak dapat dipercaya benar, menduakan Tuhan kita, iblis setan nan menyerupai, kalau anak akan tidur, baca Al Fatiah Qulhua'llah, tidak terpedaya kit oleh setan," kata mertua Baheram, berkata sambil makan, sungguh begitu kata mulut, terasa juga di dalam hati.
Selesai makan dengan minum, hari menjelang sore, sore menjelang senja, berkata Siti Baheram, "Manalah Mandeh saya, pulanglah saya dahulu, sudah lama anak ditinggalkan, sekarang entah menangis, anak nan sedang erat menyusu."
Menjawab mandeh suaminya, "Disini anak bermalam, tidak elok berjalan senja, kawan berjalan tidak ada pula, besok pagi saja pulangnya, bermalamlah di sini," kata mertua Baheram, takut melepas jalan sendiri, hari sudah larut senja, sia-sia berjalan sendiri.
Mendengar kata demikian, menjawab Siti Baheram, "Lepas juga saya oleh mandeh, saya berjalan sekarang juga, anak menangis ditinggalkan, meminta susu tengah malam, hilang akal mandeh kandung, dengan apa anak didiamkan, saya akan bergegas berjalan."
Karena letih bertengkar
Dipatah tidak terpatah
Bak mematah batang sampia
Ditutuh-tutuh juga jadinya;
Dicegah tidak tercegah
Bagaimencegah air hilir
Disuruh juga nan jadinya."
Kononlah Siti Baheram, maksud hatinan tidak sampai, apa nan diinginkan tidak jadi, sengaja menjemput bapak si Upik, nan dicari tidak bertemu, nan dijemput tidak terbawa.
51