Halaman:Sistem Perulangan Bahasa Minangkabau.pdf/160

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

136

nya ia wanita'.

Bentuk perulangan {ka-} + (KD) + {-MU} + {-an2} yang artinya sama dengan yang di atas ditemui juga pada kata yang kata dasarnya berasal dari KS, seperti:

92. Warono bajunyo putiah kasirah-sirahan.

'warna bajunya putih kemerah-merahan'
'Warna bajunya putih kemerah-merahan.'

Untuk menguji bahwa arti kasirah-sirahan 'kemerah-merahan' ada- lah 'menyerupai sirah 'merah' dapat dilakukan dengan mempertentang- kannya dengan klause yang dimulai dengan tapi 'tetapi'.

Contoh:

93. Warono bajunyo putiah kasirah-sirahan, tapi sabananyo indak putiah.

'warna bajunya putih kemerah-merahan, tetapi sebenarnya tidak putih'
'Warna bajunya putih kemerah-merahan, tetapi sebenarnya tidak putih."

Kalimat (93) tidak mempunyai arti gramatikal.

Keterangan lebih lanjut tentang fungsi perulangan yang kedua ini khususnya yang berarti menyerupai sesuatu dapat dilihat pada Bab IV, yaitu berhubungan dengan arti perulangan.


3.2.2 Metafora

Dalam bagian ini dikemukakan hubungan antara perulangan dan metafora yang tampaknya sering diasosiasikan dalam BI. dan juga dalam BM. Metafora dapat dianggap sebagai suatu pengingkaran arti literal sepatah kata sehingga ia dapat diperluas kepada konteks non-konkrit pada sepatah kata yang dapat dipakai. Metafora dan kiasan tampaknya merupakan manifestasi dari suatu fenomena serupa.

Joan M. Rosen (1977:6) dalam "The function of reduplication in Indonesian" mengemukakan tiga bentuk pemakaian metafora KK dalam BI, yaitu 1) hal dalam arti konkret sebuah atributif dipakai dalam suatu maksud non-literal, 2) pemakaian metaforik pada tindakan KK diaplikasikan dalam suatu maksud nonliteral, dan 3) metafora yang dikaitkan dengan istilah-istilah yang menjelaskan milik tumbuh-tumbuhan atau binatang berlaku manusia. Ketiga pemakaian metaforik itu bertemu juga dalam BM, yang secara berturut-turut dijelaskan di bawah ini.