Halaman:Si Umbut Muda.pdf/8

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— sampai keranah Kampung Aur; mengadji ia disana — disurau Tuanku Pandjang Djanggut.

Sudah setahun dia mengadji — telah dua tahun dia disana — terkenang olehnja hendak berdjalan — terkira olehnja hendak pindah — pergi mengadji ketempat lain. Minta izin ia kepada gurunja. Berkata si Umbut Muda: „O guru, udjarku guru — beri ma'af hamba oleh guru beri ampun hamba banjak-banjak, lepaslah hamba dahulu — hamba hendak berdjalan djauh !”

Mendjawab guru si Umbut: „Kalau itu jang kaukatakan — iba benar rasa hatiku — rusuh benar kira kiraku; sebab karena engkau ini tidak kusangka — murid lagi — tidak sebagai anak sasian[1] — sudah seperti kemanakan kandung — telah kusangka anak sendiri. Mengapa bujung akan berdjalan — mengapa engkau akan berdagang ?”

Mendjawab si Umbut Muda: „Djika itu guru katakan — benar djua itu guru. Maka hamba hendak berdjalan — maka hamba hendak berdagang — tak sunji hati disini — tak sunji kira-kira hamba — karena mengadji hampir kampung — sebab berdagang dekat negeri.”

Berkata guru si Umbut:

„Kupatah tidak terpatah,
kutebas djua nan djadi"
Kutegah tidak tertegah,
kulepas djuga nan djadi.

Kulepas dengan hati sutji — kulepas dengan muka djernih. Inilah emas setahil — inilah beras sebuntil —akan bekal engkau didjalan.”

Sesudah tjukup semua — berdjabat salam si Umbut


  1. Murid

9